FI III : 10
Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak
intavena.
Scoville’s : 221
Larutan mata merupakan cairan steril atau larutan berminyak dari alkaloid garam-
maksud diagnosa. Larutan ini disebut juga tetes mata dan collyria (singular
collyrium).
Parrot : 29.
Obat yang dimasukkan ke dalam mata harus diformulasi dan disiapkan dengan pertimbangan
yang diberikan untuk tonisitas, pH, stabilitas, viskositas dan sterilisasi. Sterilisasi ini
diinginkan karena kornea dan jaringan bening ruang anterior adalah media yang bagus untuk
mikroorganisme dan masuknya larutan mata yang terkontaminasi ke dalam mata yang trauma
Tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk
antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti
Dengan definisi resmi larutan untuk mata adalah larutan steril yang
dicampur dan dikemas untuk dimasukkan dalam mata. Selain steril preparat
Scoville’s : 211
2. Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk
sediaan;
DOP Cooper :
Tetes mata adalah larutan berair atau larutan berminyak yang idealnya
konsentrasi ion hidrogen sebaliknya cocok untuk obat khusus, dan idelanya tidak
SDF : 357
Sediaan mata sama dengan sediaan steril lainnya yaitu harus steril dan bebas dari
bahan partikulat. Dengan pengecualian jumlah tertentu dari injeksi mata, sediaan
untuk mata adalah bentuk sediaan topical yang digunakan untuk efek local dan
1. Scoville’s : 247
1. Steril
2. Dalam pembawa yang mengadung bahan-bahan germisidal untuk meningkatkan
sterilitas;
Prescription : 181
Secara umum disetujui sediaan mata harus steril, menggunakan pengawet, harus memiliki
mata adalah tonisitas, pH, stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi.
Sayang sekali, yang paling penting dari itu dalah sterilitas yang telah menerima
Ini diinginkan bahwa larutan mata stabil, isotonis, dan sifat pH, dan tidak ada pernah telah
kehilangan mata karena larutan sebagian terurai atau mengiritasi. Penggunaan larutan tidak
steril ke dalam mata yang terluka, di lain hal sering menyebabkan kecelakaan.
Parrot : 29
Obat yang dimasukkan ke dalam mata harus diformulasi dan disiapkan dengan pertimbangan
yang diberikan terhadap tonisitas, pH, stabilitas, viskositas dan sterilisasi. Sterilisasi
diinginkan karena kornea dan jaringan bening ruang anterior adalah media yang baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme dan masuknya cairan mata yang terkontaminasi dalam mata
yang trauma oleh kecelakaan atau pembedahan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
Mata manusia adalah organ yang paling sensitif. Maka bereaksi dengan
ini larutan yang digunakan pada mata sebaik suspensi dan salep harus dibuat
Sterilitas Pengawet
Buffer Viskositas
pH Stabilitas
Isotonisitas
Banyak dari syarat ini saling berkaitan dan tidak dapat dipandang sebagai
dapat dihubungkan dengan pH, buffer, dan pengemasan. sistem buffer harus
produk.
Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang
larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yantg obat-obatnya larut dalam air.
RPS 18 th : 1584
bahan adalah lengkap dalam larutan, keseragaman tidak menjadi masalah, hanya
RPS 18 th : 1585
Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif
topical untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan
1.
1.
1. Cuci tangan
5. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan
6. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat
bawah
Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika
dipindahkan
Ketika penetes adalah permanen dalam botol, ketika dihasilkan oleh industri farmasi
Jangan pernah menggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan warna
Jika anda mempunyai lebih dari satu botol dari tetes yang sama, buka hanya satu botol
saja
Jika kamu menggunakan lebih dari satu jenis tetes pada waktu yang sama, tunggu
Sangat membantu penggunaan obat dengan latihan memakai obat di depan cermin
Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak berkedip
lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat tempat kerjanya.
Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih
secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci
lingkungan bersih.
Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akan memberikan kebersamaan
untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa permasalahan,
kejernihan dan streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk
menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup.
keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak tertumpahkan. Wadah dan tutup
tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama sepanjang penyimpanan.
Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia
Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH
6.8 namun demikian, pH stabilitas kimia (atau kestabilan) dapat diukur dalam
beberapa hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia
kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pH 5, kedua obat stabil dalam beberapa tahun.
Tambahan untuk pH optimal, jika sensitivitas oksigen adalah satu faktor, stabilitas adekuat
Buffer dan pH
mata yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam
optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. ini
umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya
untuk kestabilan. Sistem buffer diseleksi agar mempunyai kapsitas adekuat untuk
memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. kapasitas buffer adalah
Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam
larutan berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu yang
diusulkan. Maka biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl.
Memberikan pilihan, isotonisitas selalu dikehendaki dan khususnya penting dalam larutan
intraokuler. Namun demikian, ini tidak dibutuhkan ketika total stabilitas produk
dipertimbangkan.
Viskositas
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan
Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata.
umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak
dalam mata.
Additives/Tambahan
dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam
askorbat atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil
surfaktan nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam
larutan.
sistem pengawet.
Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hampir invariabel
SDF : 357-358
Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting. larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak
organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. infeksi mata dari
organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan. Ini khususnya berbahaya untuk
penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika kornea dibuka. bahan-bahan partikulat
dapat mengiritasi mata, ketidaknyamanan pada pasien dan metode ini tersedia untuk
pengeluarannya.
Prescription : 181
Jika suatu batasan pertimbangan dan mekanisme pertahanan mata, bahwa sediaan
mata harus steril. air mata, kecuali darah, tidak mengandung antibodi atau
utama melawan infeksi mata secara sederhana aksi pertahanan oleh air mata,
dan sebuah enzim ditemukan dalam air mata (lizozim) dimana mempunyai
Organisme ini tidak dipengaruhi oleh lizozim. satu yang paling mungkin
(Bacillus pyocyneas).
RPS 18 th : 1588
Pseudomonas aeruginas (B. pyocyaneus; P. pyocyanea; Blue pas bacillus) ini merupakan
mikroorganisme berbahaya dan upportunis yang tumbuh baik pada kultur media yang
lain dan membiarkan Pseudomonas aeruginosa untuk tumbuh pada kultur murni. Bacillus
gram negative menjadi sumber dari infeksi yang serius pada kornea. Ini dapat menybabkan
kehilangan penglihatan pada 24-48 jam. Pada konsentrasi yang ditoleransi oleh jaringan
mata, menunjukkan bahwa semua zat antimikroba didiskusikan pada bagian berikut dapat
Scoville’s : 234
Isotonisitas dalam larutan mata. Ketika sekresi lakrimal sekarang dipertimbangkan untuk
mempunyai tekanan osmotik yang sama sebagai cairan darah, dan kemudian menjadi isotonis
dengan 0,9% larutan natrium klorida, perhitungan untuk penyiapan larutan mata isotonis
telah disederhanakan. Farmasis selanjutnya selalu menuntut, sebagai bagian dari praktek
Tonisitas adalah tekanan osmotik yang diberikan oleh garam dalam larutan
berair. Larutan mata adalah isotonik dengan cairan lain ketika magnetudo sifat
lebih berat. Calon farmasis harus diajarkan persyaratan yang lebih mendetail dan
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu yang
diusulkan. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan yang ekuivalen dalam rentang 0,5-1,8%
NaCl. Memberikan pilihan, isotonisitas selalu diinginkan dan khususnya penting dalam
larutan intraokuler. Namun demikian, ini tidak dibutuhkan menjadi perkara yang berlebihan
SDF : 358
keberadaan padatan terlarut atau tidak larut. Cairan mata dan cairan tubuh lainnya
memberikan tekanan osmotik sama dengan garam normal atau 0,9% larutan NaCl.
Larutan yang mempunyai jumlah bahan terlarut lebih besar daripada cairan mata
mentoleransi larutan yang mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen
Tonisitas pencuci mata mempunyai hal penting lebih besar daripada tetes
mata karena volume larutan yang digunakan. Dengan pencuci mata dan dengan
tonisitas pencuci mata tidak mendekati cairan mata, dapat, menghasilkan nyeri
dan iritasi.
Dalam pembuatan larutan mata, tonisitas larutan dapat diatur sama cairan lakrimal dengan
penambahan zat terlarut yang cocok seperti NaCl. Jika tekanan osmotik dari obat diinginkan
konsentrasi melampaui cairan mata, tidak ada yang dapat dilakukan jika konsentrasi obat
yang diinginkan dipertahankan, ketika larutan hipertonik. Contohnya 10 dan 30% larutan
natrium sulfasetamid adalah hipertonik, konsentrasi kurang dari 10% tidak memberikan efek
klinik yang diinginkan. Untuk larutan hipotonik sejumlah metode disiapkan untuk
menghitung jumlah NaCl untuk mengatur tonisitas larutan mata, salah satu metodenya adalah
pH Cairan Mata
Scoville’s : 224
Ada persetujuan umum tentang konsentrasi ion hidrogen dari cairan lakrimal adalah
mendekati netral. Namun demikian, variasi nilai telah dilaporkan oleh beberapa peneliti.
Kemudian Hasford dan Hicks, Buchr dan Baeschlin, Feldman, Dekking, Byleveld, van Grosz
dan Hild dan Goyan dilaporkan telah menemukan pH cairan mata berhubungan dengan
darah. Yang lain telah mendapatkan nilai yang berbeda: Gyorffy dari 6,3-8,4, Lipschultz 8,0,
Oguchi dan Nakasima dari 8,4-8,6. federsen-Bjergaard menemukan pH cairan lakrimal dari
sepuluh orang normal dan menemukan nilai 8,2. Dia membuat ketentuan dengan cara
kolorimetri dan elektrometri, dan ditemukan hasil yang sama pada kedua metode. Hind dan
Goyan dalam pekerjaan terakhir, menemukan pH air mata adalah 7,4. Berdasarkan hal itu, pH
Sekresi lakrimal mempunyai nilai pH antara 7,2-7,4 dan mempunyai kapasitas membuffer
yang tinggi. Akibatnya, mata dapat mentoleransi larutan yang mempunyai nilai pH dari 3,5-
10, mereka tidak didapar dengan kuat ketika cairan mata akan dengan cepat memperbaiki
pH Sediaan Mata
Scoville’s : 225
Parrot : 223
Larutan lakrimal normalnya pH 7,4 dengan rentang 5,2-8,3. Ini masih bisa ditoleransi oleh
larutan mata dengan range pH ini, disebabkan oleh (1) volume kecil larutan, (2) buffer cairan
Pewadahan
Tipe wadah yang biasa digunakan untuk tetes mata adalah vertikal
dilipat ambar atau gelas botol hijau layak dengan tutup bakelite yang membawa
tube tetes dengan sebuah pentil dan kemampuan untuk ditutup sebagaimana
1. Mereka (wadah) dilengkapi dengan uji untuk membatasi alkali gelas. Copper (1963)
tidak. Ini dapat dicontohkan oleh tetes mata fisostigmin dalam larutan dalam botol
2. Mereka melindungi isi bahan terhadap cahaya. Banyak bahan obat sensitif terhadap
cahaya.
3. Mereka mempunyai segel yang memuaskan. Norton (1963) menunjukkan test warna.
4. Pentil karet atau pentil dari bahan-bahan lain adalah penyerap dan sebaiknya
dijenuhkan dengan pengawet yang digunakan dalam larutan mata dimana mereka
digunakan.
5. Mereke menyiapkan penetes yang siap digunakan dan melindungi terhadap kerusakan
dan kontaminasi.
6. Mereka dilengkapi dengan pengaturan racun. Banyak obat mata adalah racun.
7. Wadah non gelas tidak bereaksi dengan obat-obat atau partikel lain yang menjadi isi
larutan.
Scoville’s : 247
unit kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil.
Botol plastik untuk larutan mata juga dapat digunakan. Meskipun beberapa botol plastik
untuk larutan mata telah dimunculkan dalam pasaran, mereka masih melengkapi dan yang
terbaik adalah untuk menulis secara langsung produksi untuk menghasilkan informasi teknik
SDF : 367
Larutan mata disiapkan secara terus-menerus dikemas dalam wadah tetes (droptainers)
polietilen atau dalam botol tetes gelas. Untuk mempertahankan sterilitas larutan, wadah harus
steril. Wadah polietilen disterilkan dengan etilen oksida, sementara penetes gelas dapat
dengan dibungkus dan diotoklaf. Secara komersial disiapkan unit dosis tunggal dengan
volume 0,3 ml atau kurang dikemas dalam tube polietilen steril dan disegel dengan
pemanasan.
RPS 18th : 1590
telah dilengkapi hampir sempurna dengan unit penetes polietilen densitas rendah
yang disebut “Droptainer”. Hanya sejumlah kecil wadah gelas yang masih
besar 250-500 ml telah dikemas dalam gelas, tetapi bahkan sediaan parenteral
rendah, adalah tidak dengan alat tergantikan dengan gelas. Wadah plastik adalah
permeabel terhadap beberapa bahan termasuk cahaya dan air. Wadah plastik
jamur, antioksidan, reaksi quenchers dan yang mirip, siap dapat menggunakan
plastik dalam wadah larutan. Lem label, tinta dan warna juga dapat berpenetrasi
Wadah gelas memberikan bahan yang menyenangkan untuk penyiapan terus-menerus larutan
mata. Tipe I digunakan. Wadah sebaiknya dicuci dengan air destilasi steril kemudian
disterilisasi dengan otoklaf. Penetes normalnya disterilkan dan dikemas dalam blister pack
yang menyenangkan.
Selain bahan obat, tetes mata dapat mengandung sejumlah bahan tambahan untuk
mikroorganisme yang mungkin terdapat selama penggunaan tetes mata. Larutan untuk tetes
mata khusus, yang paling banyak tetes mata dan yang lain menggunakan fenil merkuri nitrat,
NaCl normalnya digunakan untuk mencapai tekanan osmotik yang sesui dengan larutan tetes
mata.
Oksidasi Obat
Banyak obat mata dengan segera dioksidasi dan biasanya dalam beberapa kasus termasuk
bahan pereduksi. Natrium metasulfit dalam konsentrasi 0,1% umumnya digunakan untuk
tujuan ini.
Butuh untuk kestabilan konsentrasi ion hidrogen, dan beberapa buffer telah digambarkan.
Bahan Pengkhelat
Ketika ion-ion dan logam berat dapat menyebabkan peruraian obat dalam larutan digunakan
bahan pengkhelat yang mengikat ion dalam kompleks organik, akan memberikan
Viskositas
Untuk menyiapkan larutan kental dengan memberi aksi yang lama pada larutan mata dengan
tetap kontak lebih lama pada permukaan mata, bahan pengental dapat digunakan,
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
Parfitt,K., (1994), Martindale The Complete Drug Reference, 32nd Edition, Pharmacy
Press.
AMA Drug Evaluation, (1995), Drug Evaluation Annual, 1995, American Medical
Association, American
Evaluasi Tekhnologi Sediaan Steril Injeksi
Evaluasi Fisik
1. Penetapan pH
Bertujuan untuk menetapkan pH suatu sediaan larutan agar sesuai dengan monografi.
Cara kerja : Larutan dapar untuk pembakuan buat menurut petunjuk sesuai tabel.
Simpan dalam wadah tahan bahan bahan kimia, tertutup rapat, sebaiknya dari kaca tipe 1.
Larutan segar sebaiknya dibuat dengan interval tidak lebih dari 3 bulan. Tabel berikut
menunjukkan pH dari larutan dapar sebagai fungsi dari suhu. Petunjuk ini digunakan untuk
pembuatan larutan dapar dengan kadar molal sebagaimana disebutkan. Untuk memudahkan,
petunjuk diberikan dengan pengenceran hingga volume 1000 ml. bukan dengan menyebutkan
penggunaan 1000 g pelarut yang merupakan dasar system molalitas dari kadar larutan.
Jumlah yang disebutkan tidak dapat secara sederhana diperhitungkan tanpa informasi
tambahan.
Bertujuan untuk menetapkan volume injeksi yang dimaksudkan dalam wadah agar
volume injeksi yang digunakan tepat/sesuai dengan yang tertera pada penandaan (volume
injeksinya itu harus dilebihkan. Kelebihan volume yang dianjurkan dipersyaratkan dalam FI
IV).
Cara kerja
c. Ambil isi tiap wadah dngan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali
volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21, panjang tidak
d. Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dalam alat
suntik. Tanpa mengosongkan bagian jarum kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang
telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume
dari kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang
Bertujuan untuk larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi dari zat padat steril
untuk penggunaan parenteral, harus bebas dari partikel yang dapat diamati pada pemeriksan
secara visual.
Cara pengerjaan : Dua prosedur untuk penetapan bahan partikulat dicantumkan berikut
ini, berbeda sesuai dengan volume yang tertera pada etiket wadah. Semua injeksi volume
besar untuk infuse dosis tunggal, dan injeksi volume kecil yang ditetapkan dalam persyaratan
monografi, harus memenuhi batas bahan partikulat seperti yang tertera pada uji yang
digunakan.
4. Uji Kebocoran
Bertujuan untuk memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume
Cara pembuatan : Pada pembuatan secara kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan
mata tetapi dalam jumlah besar hal ini tidak mungkin bisa dikerjakan.
Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai disterilkan
dimasukkan kedalam larutan biru metilena 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang bocor maka
larutan metilena akan masuk kedalamnya karena perbedaan tekanan di luar dan di dalam
tersebut. Sehingga cara ini tidak digunakan/dipakai untul larutan-larutan yang sudah
berwarna.
bawah.ini digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika terjadi kebocoran maka larutan
ini akan keluar dari dalam wadah dan wadah menjadi kosong.
kebocoran larutan akan diserap keluar. oleh karena itu, harus dijaga agar jangan sampai
Setiap larutan obat suntik harus jernih dan bebas dari kotoran sehingga diperlukan uji
wadah dari samping. Dengan latar belakang sehelai papan yang separuhnya di cat berwarna
hitam dan separuhnya lagi di cat berwarna putih. Latar belakang berwarna hitam dipakai
untuk menyelidiki kotoran yang berwarna muda, sedangkan yang berlatar putih untuk
kotoran-kotoran berwarna gelap. Jika tidak ditemukan kotoran dalam larutan maka larutan
6. Kejernihan Larutan
Bertujuan untuk sediaan infuse atau injeksi yang berupa larutan harus jernih dan
bebas dari kotoran, maka perlu dilakukan uji kejernihan secara visual.
Cara pengerjaan : Penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar berdiameter 15
mm hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral. Masukkan
kedalam dua tabung reaksi masing-masing larutan zat uji dan suspense padanan yang sesuai
secukupnya. Setelah itu, bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembutan suspense
padanan, dengan dengan latar belakang hitam. Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang
a. Keseragaman bobot. Sediaan pada steril untuk parenteral : timbang secara seksama 10 vial
satu persatu, beri identitas tiap vial. Keluarkan isi dengan cara yang sesuai. Timbang seksama
tiap vial kosong, dan hitung bobot netto dari tiap isi vial dengan cara mengurangkan bobot
vial dari masing-masing bobot sediaan (bobot vial yang ada isinya).
b. Keseragaman kandungan. Sediaan pada steril dalam dosis tunggal : Tetapkan kadar 10 vial
satu persatu, seperti pada penetapan kadar dalam masing-masing monografi kecuali
Evaluasi Biologi
pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa air seperti produk-
produk parenteral, telinga, hidung, dan mata yang dicantumkan pada etiket produk yang
bersangkutan.
Cara pengerjaan : Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptic menggunakan
jarum suntik melalui sumbat karet. Lakukan pengujian pada 5 wadah asli sediaan. Jika
wadah sediaan tidak dapat ditembus secara aseptic, pindahkan 20 ml sampel ke dalam
Bertujuan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera memang ada tetapi tidak lebih
dari 20% dari jumlah yang tertera pada etiket. Cara pengerjaan :
Benzyl alcohol. Larutan baku internal larutkan lebih kurang 380mg fenol p dalam 10
dalam 20 ml etanolP dalam labu ukur 100ml. tambahkan larutan baku internal sampai tanda.
Prosedur : suntikan secara terpisah sejumlah volum sama (lebih kurang 5 mikroliter),
larutan baku dan larutan uji, gunakan farameter oprasional pramatograf gas seperti yang
tertera pada table. Ukur luas puncak benzyl alcohol dan fenol larutan baku,tandai masing-
masing dengan p1 dan p2, dan luas puncak p1 dan p2 dari larutan uji.
3. Uji Sterilitas
Bertujuan untuk menetapkan apakah bahan farmakope yang harus steril memenuhi
persyaratan yang berhubungan dengan uji sterilisasi yang tertera pada masing-masing
Uji fertilitas. Tetapkan sterilitas setiap lot media dengan mengikubasi sejumlah wadah
yang mewakili, pada suhu dan selama waktu yang tertera pada uji.
Uji sterilitas. Prosedur pengujian terdiri dari inokulasi langsung ke dalam media uji
4. Uji Pirogen
Bertujuan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima
pirogan dan kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan, bebas dari keributan
Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian, apabila pengujian menggunakan
termistor, masukkan kelinci kedalam kotak penyekap, sehingga kelinci tertahan dengan letak
leher yang longgar. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji, tentukan
“suhu awal” masing-masing kelinci yang merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu.
Suhu tiap kelinci tidak boleh lebih dari 1°c dan suhu setiap kelinci tidak boleh > 39,8°.
Prinsip : Metode lempeng silinder berdasarkan difusi antibiotik dari silinder yang
dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri.sehingga mikroba yang di
tamabahkan di hambat pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran atau zona di sekeliling
dilakukan dengan metode turbidimetri atau kolorimetri, penetapan titik akhir reaksi dilakukan
dengan membandingkan langsung enceran dari zat uji dengan enceran endotosin baku, dan
LAL. Uji pengambatan atau pemacuan. Pengenceran maksimum yang absah (PMA). (Akfar
PIM/2010)
PENDAHULUAN
Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pirogen yang digunakan untuk tujuan pencucian dan
pembilasan.
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar. Larutan tidak disuntikkan ke dalam
vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan umumnya menggunakan jenis tutup yang
diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan cepat.
Larutan ini digunakan untuk merendam atau mencuci luka2. Sayatan bedah atau jaringan tubuh dan
dapat pula mengurangi pendarahan.
Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak disbsorpsi
4. bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat diekskresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
8. bebas pirogen
Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi, sterilisasi pada
sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan
tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.( Ansel hal 399 )
Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti irigasi pada rongga tubuh,
jaringan atau luka ). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan sendiri atau tanpa
penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan untuk mengatasi
iritasi pada luka. ( DI 2003 hal 2555 ).
Larutan irigasi glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan prosedur transuretral lainnya.
Larutan yg digunakan untuk luka dan kateter uretra yg mengenai jaringan tubuh hrs disterilkan dgn
cara aseptis.
Larutan irigasi merupakan larutan steril yang disyaratkan bebas pirogen. Pirogen merupakan suatu
produk mikroorganisme, terutama dari bakteri gram negatif dan dapat berupa endotoksin dari
bakteri ini. Endotoksin ini terdiri dari suatu senyawa komplek yang terdiri dari lipopolsakarida yang
progenik, suatu protein dan suatu lipid yang inert.(www.ffarmasi.unand.ac.id/fulltext/pyrogen.pdf)
II. PEMBAHASAN
Larutan irigasi termasuk kedalam larutan elektrolit. Adapun fungsi dari larutan elektrolit
adalah untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah.
Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yaitu :
Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih
Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium, dan kalsium dalam
jumlah berlebih.
a. Analisis Farmakologi
Indikasi masing-masing bahan:
1. Dekstrosa : Dekstrosa digunakan sebagai pengisotonis karena syarat irigasi yaitu larutan harus
isotonis. Dekstrosa dikhususkan untuk sediaan parenteral sedangkan glukosa cair tidak cocok untuk
sediaan parenteral. Dosis Dekstrosa untuk sediaan parenteral adalah 5%
2. NaCl : digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan irigasi setara dengan 0,9% larutan
NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh. NaCl
merupakan zat aktif yang digunakan untuk mengatasi iritasi luka
3. Aqua pro injeksi : digunakan sebagai pelarut zat aktif dan zat tambahan, karena NaCl dan
dekstrosa larut dalam air.
b. Preformulasi
NaCl (Natrium klorida)
(FI IV hal. 584)
Rumus molekul : NaCl
Bobot molekul : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tiap 1g setara dengan 17,1
mmol NaCl.
2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g Na
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan pengguratan partikel dari
tipe gelas
pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3
OTT : logam Ag, Hg, Fe
E NaCl : 1
Kesetaraan E elektrolit : 1 g ≈ 17,1 mEq
Konsentrasi/dosis : lebih dari 0,9%. Injeksi IV 3-5% dalam 100ml selama 1 jam (DI 2003 hal 1415).
Injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na+ dalam plasma = 135-145 mEq/L
Khasiat/kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
Efek samping : Keracunan NaCl disebabkan oleh induksi yang gagal dapat menyebabkan
hipernatremia yang memicu terjadinya trombosit dan hemorrage. Efek samping yang sering terjadi
nausea, mual, diare, kram usus, haus, menurunkan salivasi dan lakrimasi, berkeringat, demam,
hipertensi, takikardi, gagal ginjal, sakit kepala, lemas, kejang, koma dan kematian.
Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali udem, kelainan fungsi
ginjal.
Farmakologi : berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan dan keseimbangan elektrolit dan
tekanan osmotik cairan tubuh.
Dalam praktikum larutan irigasi kali ini NaCl 0.9 % digunakan sebagai zat aktif untuk mengatasi iritasi
pada luka
Aqua Pro Injeksi
(FI IV hal 112, FI III hal 97)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)
Kegunaan : Pembawa dan melarutkan
Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan
Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dan pembawa karena bahan-bahan larut dalam air.
Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan.
Karbon aktif
(FI IV Hal 1169, Martindale hal 79)
Pemerian : serbuk hitam tidak berbau
Kelarutan : praktis tidak larut dalam suasana pelarut biasa
Kestabilan : stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara
Kegunaan : untuk kelebihan H2O2 dalam sediaan
Konsentrasi : 0,1-0,3%
Alasan pemilihan : Karbon aktif inert sehingga tidak bereaksi dengan zat aktif.
Dekstrose
(FI IV hal. 300, Martindale 28 hal. 50, DI hal. 1427, Excipient hal. 154)
Bobot molekul : D glukosa monohidrat 198,17
Rumus molekul : C6H12O16.H2O
Pemerian : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol
mendidih, sedikit larut dalam alkohol
E NaCl : 0,16 ( Sprowls hal: 187)
L : 1,9
Konsentrasi : 2,5-11,5% untuk IV (DI 2003 hal 2505). 0,5-0,8 g/kg/jam (DI hal 1427-1429). Untuk
hipoglikemia 20-50 ml (konsentrasi 50%)
Khasiat : Sebagai sumber kalori dan zat pengisotonis
Osmolaritas : 5,51% w/v larutan air sudah isotonis dengan serum
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan, dekstrosa stabil dalam keadaan penyimpanan yang kering,
dengan pemanasan tinggi dapat menyebabkan reduksi pH dan karamelisasi dalam larutan
OTT : Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin Na dan wafarin Na,Eritromisin, Vit B komplek (
martindale 28 hal: 21)
Sterilisasi : autoklaf
PH : 3,5 – 6,5 (dalam 20%w/v larutan air)
Efek samping : Larutan glukosa hipertonik dapat menyebabkan sakit pada tempat pemberian (lokal),
tromboklebitise, larutan glukose untuk infus dapat menyebabkan gangguan cairan dan elektrolit
termasuk edema, hipokalemia, hipopostemia, hipomagnesia.
Kontraindikasi : Pada pasien anuria, intrakranial atau intraspiral hemorage
Titik lebur : 83OC
c. Pendekatan Formulasi
NaCl digunakan karena larut dalam air. NaCl berfungsi sebagai zat aktif untuk mengatasi iritasi luka.
Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dan pembawa karena bahan-bahan larut dalam air.
Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan.
Dekstrose digunakan sebagai larutan pengisotonis dalam sediaan larutan irigasi.
d. Formulasi dasar :
NaCl 4,5 gram
Aqua pro injeksi 500 ml
Karbon aktif 0,5 gram
Dekstrose
e. Sterilisasi
Menggunakan metode sterilisasi akhir dengan autoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan
panas.
Prinsip cara kerja autoklaf
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan
15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan autoklaf : suhu dan tekanan tinggi yang
diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk
membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media digunakan suhu
1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau
249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk
tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C,
sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air
akan mendidih pada suhu 1210C, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka
pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki
dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air.
Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15
menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air
yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti
dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat
tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung
waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan
turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.
f. Evaluasi Sediaan
1. Kejernihan larutan
Kejernihan larutan dapat dilihat dengan kertas hitam dan kertas putih, botol dilewatkan pada kertas
hitam atau putih. Jika partikel lebih gelap, maka menggunakan kertas putih agar partikel dapat
terlihat. Jika partikel lebih terang, maka menggunakan kertas hitam. Setelah botol dilewatkan pada
kertas hitam dan putih, tidak terlihat adanya partikel. Maka larutan irigasi dinyatakan larutan irigasi
yang jernih.
2. Volume terpindahkan
Larutan irigasi steril dibuat dengan volum 500ml, tetapi untuk mencegah berkurangnya volume
larutan, maka dilebihkan 2 % dari volume larutan, sehingga volume larutan steril yang dibuat adalah
510ml. Setelah disaring dengan dua kali penyaringan didapatkan volum sebesar 500ml sesuai
dengan volume yang diinginkan pada pembuatan larutan irigasi
3. Penetapan pH
Praktikum pembuatan sediaan larutan irigasi ini tidak di lakukan penetapan pH.
g. Desain Kemasan
http://www.allegromedical.com
https://www.nutrimedical.com/
ETIKET
Indikasi : mencuci, membilas, merendam luka ( untuk mengatasi iritasi pada luka)
Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar 25-300 C, terlindung dari cahaya, ruang bersih dan kering
PT Elektra Farma
Purwokerto-Indonesia
No Reg : SPT 070787 007
No Batch : 177007
Tgl Daluwarsa : Desember 2020
HET : Rp 20.000
Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera persentase atau jumlah zat aktif dalam
volume tertentu, cara pemberian, kodisi penyimpanan dan tanggal kadaluarsa; nama pabrik
pembuat dan atau pengimpor serta nomer lot atau batch yang menunjukkan identitas. Nomor lot
dan nomor batch dapat memberikan informasi tentang riwayat pembuatan lengkap meliputi seluruh
proses pengolahan, sterilisasi, pengisian, pengemasan dan penandaan (Anonim, 1995). Etiket diberi
tanda bahwa sediaan tidak digunakan secara injeksi. Hal ini disebabkan karena larutan irigasi
digunakan untuk merendam, membilas, mencuci luka yang terluka. Pemberian larutan irigasi
memungkinkan sejumlah zat dari larutan dapat memasuki aliran darah secara langsung melalui
pembuluh darah luka yang terbuka atau membrane mukosa yang lecet.
Penentuan masa kadaluarsa infuse :
Tanggal kadaluarsa obat (expiration date) adalah tanggal yang menunjukkan efektivitas dan
keamanan obat untuk dipergunakan.
Faktor yang mempengaruhi kadaluwarsa obat adalah:
1. Suhu penyimpanan obat
Jika suatu obat tidak disimpan sesuai dengan aturan suhunya, maka ada kemungkinan jauh sebelum
tanggal kadaluarsa yang tercantum obat itu sudah rusak.
2. Waktu paruh penyimpanan obat (shelf life)
shelf life adalah waktu yang diperlukan obat agar memiliki daya kerja hngga tinggal separuhnya. Tiap
kenaikan suhu penyimpanan 10°C dapat mengurangi waktu paruhnya sebanyak 50%. Dengan
demikian, bila obat yang seharusnya disimpan pada suhu 5°C dan mempunyai waktu paruh 4 tahun
disimpan pada suhu 15°C, maka waktu paruh penyimpanan menurun menjadi 2 tahun, begitu
seterusnya. Berkurangnya waktu penyimpanan obat pun berarti bertambah cepatnya waktu
kadaluarsa obat atau obat sudah rusak walaupun tanggal kadaluarsa masih jauh. Obat-obat yang
mempunyai tanggal kadaluarsa antara lain antibiotic 2 sampai 5 tahun, sera, vaksin 6 bulan sampai 1
tahunsetelah pembuatan pabrik dan obat-obat injeksi lainnya.
Untuk sediaan infuse, hampir sama dengan obat yang lain, penentuan masa kadaluarsa biasanya 10
hari setelah batas akhir kadaluarsa yang tertera dalam kemasan. Tetapi masa kadaluarsa juga sangat
ditentukan oleh faktor-faktor di atas yaitu suhu penyimpanan dan waktu paruh penyimpanan obat.
h. Informasi obat
III. PENIMBANGAN
Semua masing-masing bahan pada formula di atas ditambah dengan 2% dari berat formula semula
masing-masing, yaitu :
4,5 gram + (2% x 4,5 gram) = 4,59 gram (dalam 500 ml) = 0,9 x 5 = 4,5 gram 0,9 gram dalam 100
ml NaCl 0,9%
0,5 gram + (2% x 0,5 gram) = 0,51 gram (dalam 500 ml) = 0,1 x 5 = 0,5 gram 0,1 gram dalam 100
ml Karbon aktif 0,1%
Aqua pro injeksi 500 ml + (2% x 500 ml) = 510 ml
V. KESIMPULAN
- Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pirogen yang digunakan untuk tujuan pencucian dan
pembilasan.
- Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak disbsorpsi
4. bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat diekskresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
8. bebas pirogen
- evaluasi sediaan larutan irigasi meliputi :
1. Kejernihan larutan
2. Volume terpindahkan
3. Penetapan pH
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Formulasi Steril. http://formulasisteril.blogspot.com. Diakses tanggal 2 Juni 2009
1. Kejernihan
Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, yang artinya sangat dipengaruhi oleh penilaian
subjektif dari pengamat. Tujuan dilakukan uji kejernihan ini adalah untuk mengetahui
kejernihan dari sediaan yang dibuat. Syarat kejernihan yaitu sediaan larutan ( kecuali suspensi
dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam larutan jernih
2. Partikel
Sediaan steril harus bebas dari partikel melayang karena dapat menyebabkan kontaminasi
dan membawa mikroorganisme.
Partikel asing tersebut merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari
larutan dan zat kimia yang terkandung, lingkungan, peralatan, personal, maupun dari wadah.
Partikel asing tersebut dapat menyebabkan pembentukan granuloma patologis dalam organ
vital tubuh. Untuk mengetahui keberadaan partikel asing dilakukan dengan menerawang
sediaan pada sumber cahaya. Tujuan dari uji partikel asing ini adalah agar mengetahui
apakah ada partikel dalam sediaan. Dari hasil uji ini mensyaratkan bahwa tidak terdapat
partikel asing dalam sediaan.
Pada waktu pembuatan sediaan steril kemungkinan jika masih terdapat partikel asing bisa
terjadi karena sewaktu penyaringan masing ada partikel yang lolos dari saringan
3. Tipe suspense
Untuk sediaan steril tipe suspense harus memenuhi persyaratan yang berlaku untuk suspensi
steril
Suspensi optalmik merupakan sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
Suspensi untuk injeksi merupakan sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang
sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
Sedangkan suspensi untuk injeksi kontinyu merupakan sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk
suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Suspensi steril berlaku sebagai obat yang hipertonis, mengambil cairan dari jaringan sekitar.
Sehingga akhirnya bisa larut. Walau sudah larut semua, cairan tetap sebagai hipertonis
- Stabil.
Artinya sediaan tidak mengalami degradasi fisika (ataupun kimia). Misal jika bentuk sediaan
larutan maka sediaan tersebut tetap berada dalam bentuk larutan (bukan suspensi). Sifat
stabil ini berkaitan dengan formulasi. Ketidakstabilan dapat dilihat dari:
Contoh: larutan adrenalin yang awalnya berwarna jernih karena teroksidasi akan menjadi
merah karena terbentuk adenokrom.
b.terjadi pengendapan
Contoh: injeksi aminophilin dibuat dengan air bebas CO 2, karena jika tidak bebas CO2 maka
akan terbentuk theopilin yang kelarutannya kecil dalam air sehingga akan mengendap.
Akibatnya dosis menjadi berkurang.
4. Tonisitas
• Tonisitas menggambarkan tekanan osmose yang diberikan oleh suatu larutan (zat padat yang
terlarut di dalamnya)
• Tidak semua sediaan steril harus isotonis, tapi tidak boleh hipotonis, beberapa boleh hipertonis