YAYASAN BORNEO
AKAEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Identifikasi Masalah
Melihat semua hal yang melatarbelakangi pemeriksaan sediaan apus darah, maka
kami menarik beberapa point – point didalamnya yaitu :
1. Definisi Anemia
2. Pemeriksaan sediaan apus darah pada penderita anemia
2.1. ANEMIA
1. Definisi Anemia
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di
bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan
mereka mengangkut oksigen dari jantung yang diperoleh dari paru-paru, dan
kemudian mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia memiliki
penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk
atau morfologi sel darah merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis.
Penyebab anemia yang paling sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya
sel darah merah secara berlebihanhemolisis atau kekurangan pembentukan sel
darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari
13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb
kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.
2. Etiologi
Secara garis besar, anemia dapat disebabkan karena :
Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada penyakit gangguan sistem imun,
talasemia.
Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik, kekurangan
nutrisi.
Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat perdarahan akut,
perdarahan kronis, menstruasi, ulser kronis, dan trauma.
5. Diagnosa
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Persentase sel
darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam
suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari
hitung jenis darah komplit (CBC).
6. Pengobatan Anemia
Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:
1. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan
suplemen zat besi, yang mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan
atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat besi kehilangan darah - selain dari
haid - sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan. Hal ini mungkin
melibatkan operasi.
2. Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan
suntikan - yang seringkali suntikan seumur hidup - vitamin B-12. Anemia
karena kekurangan asam folat diobati dengan suplemen asam folat.
3. Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia
jenis ini. Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis
anemia ini . Namun, jika gejala menjadi parah, transfusi darah atau suntikan
eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan oleh ginjal, dapat
membantu merangsang produksi sel darah merah dan mengurangi kelelahan.
4. Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup
transfusi darah untuk meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin
memerlukan transplantasi sumsum tulang jika sumsum tulang Anda
berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat. Anda mungkin
perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan
tubuh Anda dan memberikan kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan
berespon untuk mulai berfungsi lagi.
5. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai
penyakit dapat berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk
transplantasi sumsum tulang.
6. Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari
obat-obatan tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan
yang menekan sistem kekebalan Anda, yang dapat menyerang sel-sel darah
merah. Pengobatan singkat dengan steroid, obat penekan kekebalan atau
gamma globulin dapat membantu menekan sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel darah merah.
7. Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup
pemberian oksigen, obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus
untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya
menggunakan transfusi darah, suplemen asam folat dan antibiotik. Sebuah
obat kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk
mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.
arah dapat dibuat preparat apus dengan metode supra vital yaitu suatu metode untuk
mendapatkan sediaan dari sel atau jaringan yang hidup. Sel-sel darah yang hidup dapat
mengisap zat-zat warna yang konsentrasinya sesuai dan akan berdifusi ke dalam sel darah
tersebut, selanjutnya zat warna akan mewarnai granula pada sel bernukleus polimorf (Anonim,
2012).
Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi
seperti eritosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya parasit seperti malaria,
tripanasoma, microfilaria dan lain sebagainya. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan
baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil yang baik (Arjatmo Tjokronegoro,
1996).
Dasar dari pewarnaan Romanowsky adalah penggunaan dua zat warna yang berbeda yaitu
Azur B (Trimetiltionion) yang bersifat basa dan eosin y (tetrabromoflurescein) yang bersifat
asam. Azur B akan mewarnai komponen sel yang bersifat asam seperti kromatin. DNA dan
RNA. Sedangkan eosin y akan mewarnai komponen sel yang bersifat basa seperti granula
eosinofil dan hemoglobin. Ikatan eosin y pada Azur B yang bergenerasi dapat menimbulkan
warna ungu, dan keadaan ini dikenal sebagai efek Romanowsky giemsa efek ini sangat nyata
pada DNA tetapi tidak pada RNA sehingga menimbulkan kontras antara inti yang berwarna
untuk sitoplasma yang berwarna biru (Arjatmo Tjokronegoro, 1996).
A. Pra Analitik
1) Persiapan pasien : tidak memerlukan persiapan khusus
2) Persiapan sampel
- Darah kapiler segar akan memberikan morfologi dan hasil pewarnaan yang optimal
pada sediaan apus
- Darah EDTA (etilen diamin tetra asetat). EDTA dapat dipakai karena tidak
berpengaruh terhadap morfologi eritrosit dan lekosit serta mencegah trombosit
bergumpal. Tes sebaiknya dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam. Tiap
1 ul EDTA digunakan untuk 1 ml darah vena
3) Prinsip test
Prinsip pewarnaan didasarkan pada sifat kimiawi dalam sel. Zat warna yang
bersifat asam akan bereaksi dengan komponen sel yang bersifat alkalis, demikian
pula sebaliknya. Pewarnaan sediaan apus menggunakan prinsip Romanosky yaitu
menggunakan dua zat warna yang berbeda yang terdiri dari Azure B
(trimethylthionin)yang bersifat basa dan eosin Y (tetrabromoflourescein) yang bersifat
asam seperti yang dianjurkan oleh the International Council for Standardization in
Hematology, dan pewarnaan yang dianjurkan adalah Wright-Giemsa dan May Grunwald-
Giemsa (MGG).
B. Analitik
1) Cara Membuat Sediaan Apus
Dipilih kaca objek yang bertepi rata untuk digunakan sbg “ kaca peng-apus “ sudut
kaca objek yang dipatahkan, menurut garis diagonal untuk dapat menghasilkan
sedian apus darah yang tidak mencapai tepi kaca objek
Satu tetes kecil darah diletakkan pada ± 2 –3 mm dari ujung kaca objek.Kaca
penghapus diletakkan dengan sudut 30 – 45 derajat terhadap kaca objek didepan
tetes darah.
Kaca pengapus ditarik kebelakang sehingga tetes darah , ditunggu sampai darah
menyebar pada sudut tersebut.
Dengan gerak yang mantap , kaca penghapus didorong sehingga terbentuk apusan
darah sepanjang 3 – 4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum kaca
penghapus mencapai ujung lain dari kaca objek. Apusan darah tidak bolah terlalu
tipis atau terlalu tebal, ketebalan ini dapat diatur dengan mengubah sudut antara
kedua kaca objek dan kecepatan menggeser. Makin besar sudut atau makin cepat
menggeser, maka makin tipis apusan darah yang dihasilkan.
Apusan darah dibiarkan mengering di udara. Identitas pasien ditulis pada bagian
tebal apusan dengan pensil kaca.
b) Pewarnaan Giemsa
Letakkan sediaan apus pada dua batang gelas di atas bak tempat pewarnaan.
Fiksasi sediaan apus dengan metanol absolut 2 – 3 menit.
Genangi sediaan apus dengan zat warna Giemsa yang baru diencerkan. Larutan
Giemsa yang dipakai adalah 5%, diencerkan dulu dengan larutan dapar. Biarkan
selama 20 – 30 menit.
Bilas dengan air ledeng, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat
dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Letakkan sediaan hapus
dalam rak dalam posisi tegak dan biarkan mengering.
5) Nilai Rujukan
Evaluasi Eritrosit
Yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi eritrosit adalah morfologi, perhatikan :
a) Ukuran (size)
Diameter eritrosit yang normal (normositik) adalah 6 – 8 µm atau kurang lebih sama
dengan inti limposit kecil
b) Bentuk (shape)
Bentuknya bikonkaf bundar dimana bagian tepi lebih merah daripada bagian
sentralnya
c) Warna (staining)
Bagian sentral lebih pucat disebut akromia sentral yang luasnya antara 1/3 -1/2 kali
diameter eritrosit
C. Pasca Analitik
1) Evaluasi Eritrosit
Dengan pemeriksaan ini dapat ditemukan berdasarkan morfologi yakni
Anemia Mikrositik Hipokrom misalnya pada penderita defisiensi Fe.
Anemia Normositik Normokrom misalnya pada pendarahan akut.
Anemia Mikrositik misalnya pada defisiensi Vit. B12 dan asam folat.
4) Kelainan Eritrosit
a) Makrositosis Keadaan
dimana diameter rata-rata eritrosit lebih dari 8,5 mikron dengan tebal rata- rata 2,3 mikron.
Ditemukan misalnya pada anemi megaloblastik,anemia pada kehamilan dan anemia pada
malnutrition. Makrosit dengan bentuk agak oval dengan diameter 12 – 15 mikron disebut
megalocyt ditemukan pada anemi deficiency vitamin B 12 dan atau deficiency asam folat.
b) Mikrositosis Keadaan
dimana diameter rata-rata eritrosit kurang dari 7 mikron dan tebal rata-rata 1,5 – 1,6 mikron.
c) Anisositosis
Keadaan dimana ukuran besarnya eritrosit bervariasi, jadi terdapat makro,normo
dan mikrosit, sedang bentuknya sama. Ditentukan misalnya pada anemia kronika
yang berat.
5) Variasi Warna Eritrosit
Normokromia
Keadaan dimana eritrosit dengan konsentrasi Hb normal.
Hipokromia Kead
aan eritrosit dengan konsentrasi kurang dari normal. Bila daerah pucat di central sel
melebar,terjadilah “ring erythrocyte” atau anulosit. Ditemukan misalnya pada anemia
deficiency besi,thalassemia,hemoglobinopati C atau E.
Hiperkromia
Keadaan eritrosit dengan warna oxyphil yang lebih dari normal bukan karena
kejenuhan Hb, melainkan karena penebalan membran sel. Ditemukan pada
spherocytosis.
Polikromasia Kea
daan beberapa warna pada eritrosit misalnya basofilik asidofilik ataupun
polikromatofilik.
Etiologi
1) Meningkatnya kebutuhan Fe atau hemotopoiesis : pertumbuhan cepat pada bayi dan remaja,
kehamilan, terapi, eritropoietin.
2) Kehilangan Fe : hilangnya darah secara akut/kronik,menstruasi, donasi darah, phlobotomy
sebagai pengobatan untuk polisitemia vera
3) Turunnya pengambilan atau absorbsi besi : malabsorbsi karena penyakit diare, pembedahan
(gastrektomi), inflamasi akut/kronik
Gambaran hapusan darah
Gambaran morfologi dari anemia defisiensi besi dapat kita lihat dari hapusan darah di bawah
ini. Ukuran eritrosit berbeda-beda cenderung lebih kecil dari normal (mikrositik). Kita lihat juga
adanya hipokrom.
Dari pembesaran 1000x dapat kita lihat lebih jelas morfologi dari sel darah merah. Terdapat
bentukan eritrosit yang gepeng berbentuk seperti pensil (pencil cells atau cigar cells).
b) Anemia megaloblastik
Definisi Anemia
megaloblastik adalah anemia yang terjadi karena eritrosit tidak berfungsi. Anemia megaloblastik
ditandai oleh adanya sel megaloblas dalam sumsum tulang.
Etiologi
1) Defisiensi Vit B12
2) Defisiensi asam folat
3) Gangguan sintesisi DNA yang merupakan akibat dari proses defisiensi enzim congenital
Gambaran hapusan darah Gambaran
morfologi anemia megaloblastik dapat kita lihat dari hapusan darah dibawah ini. Volume eritrosit
lebih besar dari normal (makrositik). Dan bentuk netrofil hipersegmentasi.
c) Anemia hemolitik
Definisi Anemia
hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan destruksi eritrosit. Pada
anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari), baik sementara
atau terus-memerus.
Etiologi
1) Defek molecular hemoglobinopati atau enzimopati
2) Abnormalitas struktur dan fungsi membran-membran
3) Faktor lingkungan seperti trauma mekanik atau antibodi
Gambaran hapusan darah
1) Gambaran anamia hemolitik dapat kita lihat pada bentuk Stomatocytes (eritrosit pada bagian
tengah sel mengalami pemucatan dan tidak berbentuk lngkaran tapi memanjang seperti celah
bibir mulut)
3.1.KESIMPULAN
Defnisi Anemia
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di
bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan
mereka mengangkut oksigen dari jantung yang diperoleh dari paru-paru, dan
kemudian mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Pemeriksaan apusan darah
Darah dapat dibuat preparat apus dengan metode supra vital yaitu suatu metode
untuk mendapatkan sediaan dari sel atau jaringan yang hidup. Tujuan pemeriksaan
sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti
eritosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya parasit seperti malaria,
tripanasoma, microfilaria dan lain sebagainya.
Jenis Apusan darah
-Sediaan darah
tipis
Ciri-ciri sediaan apus darah tipis yaitu lebih sedikit membutuhkan darah untuk
pemeriksaan dibandingkan dengan sediaan apus darah tebal, morfologinya lebih
jelas, dan perubahan pada eritrosit dapat terlihat
jelas. -
Sediaan darah tebal
Ciri-ciri sediaan apus darah tebal yaitu lebih banyak
membutuhkan darah untuk pemeriksaan dibandingkan dengan sediaan apus darah
tipis, jumlah selnya lebih banyak dalam satu lapang pandang, dan bentuknya tak
sama seperti dalam sediaan apus darah tipis (Imam Budiwiyono 1995).
Sediaan Yang Baik Mempunyai Ciri – ciri :
Tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya setengah sampai dua pertiga
panjang kaca
Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit
terletak berdekatan tanpa bertumpukan.
Rata , tidak berlubang-lubang dan tidak bergaris-garis
Mempunyai penyebaran lekosit yang baik, tidak berhimpun pada pinggir-
pinggir atau ujung-ujung sediaan
DAFTAR PUSTAKA