Kesimpulan :
Sifat hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi, yaitu:
Memberikan penjelasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi pada 17
Agustus 1945, memberikan penegasan terhadap dilaksanakannya
Proklamasi 17 Agustus 1945, dan memberikan pertanggungjawaban
terhadap dilaksanakannya Proklamasi 17 Agustus 1945
Notonagoro (1982:24-26) menegaskan bahwa UUD 1945 tidak
merupakan peraturan hukum yang tertinggi. Di atasnya, masih
ada dasar-dasar pokok bagi UUD 1945 yang dinamakan pokok
kaidah negara yang fundamental (staatsfundamentalnorm).
Lebih lanjut, Notonagoro menjelaskan bahwa secara ilmiah
kaidah negara yang fundamental mengandung beberapa unsur
mutlak yang dapat dilihat dari dua segi.
Berdasarkan paradigma berpikir tersebut, maka Pembukaan UUD 1945
memenuhi syarat unsur mutlak saatsfundamentalnorm berikut ini :
1. Dari segi terjadinya
Ditentukan oleh PPKI sebagai bentuk Negara
Dalam aline ke-3 menyatakan, “… maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya.”.
2. Dari segi isinya memuat dasar-dasar negara
Asas Politik Negara, yaitu kedaulatan rakyat, alinea 2 dan 4
Tujuan Negara pada alinea ke-4
Ketentuan diadakannya UUD, alinea 4, “…dalam suatu UUD Negara
Indonesia,…”
Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan Pancasila dengan Pembukaan
UUD 1945, antara lain sebagai berikut:
Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat unsur mutlak sebagai
staatsfundamentalnorm. Oleh karena itu, kedudukan Pembukaan
merupakan peraturan hukum yang tertinggi di atas Undang-Undang Dasar.
Implikasinya, semua peraturan perundang-undangan dimulai dari pasal-
pasal dalam UUD 1945 sampai dengan Peraturan Daerah harus sesuai
dengan Pembukaan UUD 1945.
Secara ilmiah-akademis, Pembukaan UUD 1945 sebagai
staatsfundamentalnorm mempunyai hakikat kedudukan yang tetap, kuat,
dan tak berubah bagi negara yang dibentuk, dengan perkataan lain, jalan
hukum tidak lagi dapat diubah
Dengan memperhatikan fungsi dan peranan bagi bangsa Indonesia
maka jelas Pancasila merupakan jiwa bangsa Indonesia, sebagai asas
kerohanian dan dasar filsafat negara, merupakan unsur penentu dari ada
dan berlakunya tertib hukum Indonesia dan pokok kaidah negara yang
fundamental.
Sedangkan Proklamasi merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa
Indonesia yang bertekad untuk merdeka, yang disemangati oleh jiwa
Pancasila. Selain itu Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum, pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta citacita
moral yang meliputi suasana kejiwaan serta watak dari bangsa
Indonesia, yaitu cita-cita mengenai kemerdekaan. Karena itu antara
Pancasila dengan Proklamasi mempunyai hubungan yang erat.
Pancasila merupakan asas kerohanian dari Pembukaan UUD 1945
sebagai staatsfundamentalnorm. Apabila disederhanakan, maka pola
pemikiran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
• Pancasila merupakan asas kerohanian dari Pembukaan UUD 1945
sebagai staatsfundamentalnorm.
• Pembukaan UUD 1945 dikristalisasikan dalam wujud Pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar.
• Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD
1945 terjelma dalam pasal-pasal UUD 1945.
Beberapa contoh pejabaran Pancasila dalam pasal-pasal UUD 1945 dapat digambarkan
dalam tabel sebagai berikut:
1. Nilai Sila 1 Pasal 28 E ayat (1), pasal 29, dan pasal lain
2. Nilai Sila 2 Pasal 1ayat (3), pasal 26 ayat (1), dan ayat (2), pasal 27 ayat (1),
dan ayat (2), pasal 28A, 28B, 28C, 28D, 28F, 28J, dan pasal lain
3. Nilai Sila 3 Pasal 25A, pasal 27 ayat (3), pasal 30 ayat (1) sampai dengan
ayat (5), dan pasal lain
4. Nilai Sila 4 Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2), pasal 2, pasal 3, pasal 4, pasal 7,
pasal 19, pasal 22C, pasal 22E
5. Nilai Sila 5 Pasal 23, pasal 28H, pasal 31, pasal 32, pasal 33, pasal 34, dan
pasal lainnya.
Keanekaragaman baru dapat menjadi perekat bangsa bahkan menjadi
kekuatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jika:
• Ada nilai yang berperan sebagai acuan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
• Adanya standar yang dijadikan sebagai tolok ukur dalam rangka menilai
sikap dan tingkah laku serta cara bangsa menuju tujuan.
• Mengakui dan menghargai hak dan kewajiban serta hak asasi manusia
dalam berbagai aspek (agama, suku, keturunan, kepercayaan,
kedudukan sosial).
• Nilai kesetiaan dan kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Kesimpulan :
Semua hal tersebut terdapat dalam sistem nilai Pancasila, oleh
karenanya Bhineka Tunggal Ika keberlanjutannya tergantung pada
komitmen bangsa terhadap Pancasila.
1. Nurwadani, Paristiyanti dkk. 2016. Pendidikan Pancasila
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Direktur
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
2. Tjarsono, Idjang. 2013. Demokrasi Pancasila dan Bhineka
Tunggal Ika Solusi Heterogenitas. Jurnal Transnasional, Vol.
4, No. 2, Februari 2013.
3. Rusnila. 2016. Pendidikan Pancasila. Pontianak: IAIN
Pontianak Press
4. Surajiyo, Agus Wiyanto. 2006. Hubungan Proklamasi Dengan
Pancasila Dan Pembukaan UndangUndang Dasar 1945. Lex
Jurnalica Vol.3 No 3 Agustus 2006
5. Huda, Ni’matul. 2005. Hakikat Pembukaan dalam UUD 1945.
Jurnal hukum. No. 28 Vol. 12 Januari 2005:12-25