Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pancasila

Dosen Pengampu :
H. Abdul Ghofur, M.Ag

Disusun oleh Kelompok 10 :


1. Dinda Ayu Putri Wioni (12030223838)
2. Neisa Dwiana Asri (12030223750)
3. Riska Nursiana (12030221537)

KELAS 1-D

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pancasila sudah tidak asing bagi kita warga Negara Indonesia, pancasila
merupakan nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia yang kemudian dirumuskan
menjadi dasar Negara Indonesia. Pancasila sebagai dasar Negara berfungsi sebagai
pokok pangkal bagi warga Negara Indonesia dalam bernegara, bermasyarakat, dan
berbangsa. Setiap sila dalam pancasila memiliki nilai-nilai tersendiri. Nilai –nilai
tersebut sekaligus sebagai jiwa dan kepribadian bangsa . Pancasila yang menjadi
perjanjian luhur bangsa yang harus di junjung tinggi . Bangsa Indonesia bertekad
mengatur dan menjalankan Negara berdasarkan pancasila. Sebagai sumber hukum,
maka hukum yang disusun juga berdasarkan pancasila. Dan dapat kita lihat bahwa
pancasila dalam kehidupan bernegara, dan bermasyarakat sangat penting dan juga
sarana dalam mempersatukan Negara kita NKRI. Maka kami akan membahas
mengenai pancasila sebagai dasar Negara Indonesia untuk mewujudkan jati diri kita
dan menunjukkan identias bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hubungan pancasila dengan proklamasi kemerdekaan RI?
2. Bagaimana hubungan pancasila dengan pembukaan UUD 1945?
3. Bagaimana penjabaran pancasila dalam batang tubuh UUD 1945?
4. Bagaimana implementasi/penerapan pancasila dalam perumusan kebijakan ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk memahami hubungan pancasila dengan proklamasi kemerdekaan RI
2. Untuk mengetahui hubungan pancasila dengan pembukaan UUD 1945
3. Untuk mengetahui penjabaran pancasila dalam batang tubuh UUD 1945
4. Untuk mengetahui implementasi pancasila dalam perumusan kebijakan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Pancasila dengan Proklamasi Kemerdekaan RI


Proklamasi merupakan titik kluminasi (puncak) perjuangan bangsa indonesia
melawan penjajah. Perjuangan bangsa indonesia ini kemudian di jiwai, disemangati,
dan didasari oleh nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Sehingga bisa
dikatakan bahwa nilai-nilai dalam pancasila yang mendasari perjuangan bangsa
indonesia untuk merebut kemerdekaan yang puncaknya ditandai dengan proklamasi.
Nilai-nilai pancasila pada saat penjajah (kolonial) sebelum terjadinya proklamasi
selalu direndahkan, dilecehkan, diinjak-injak. Kemudian dengan dilakukannya
proklamasi nilai pancasila ditegakkan, diselamatkan, di tinggikan, dijunjung tinggi.
Sehingga dengan melakukan proklamasi yang pada awalnya pada masa penjajahan
pancasila tidak dianggap bahkan di lecehkan maka dengan perjuangan rakyat
Indonesia kedudukan pancasila sebagai dasar negara kembali di tegakkan.

B. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945


Notonagoro (1982:24-26) menegaskan bahwa Undang-Undang Dasar tidak
merupakan peraturan hukum yang tertinggi. Di atasnya, masih ada dasar- dasar pokok
bagi Undang-Undang Dasar, yang dinamakan pokok kaidah negara yang fundamental
(staatsfundamentalnorm). Lebih lanjut, Notonagoro menjelaskan bahwa secara ilmiah
kaidah negara yang fundamental mengandung beberapa unsur mutlak, yang dapat
dilihat dari dua segi. Pandangan Notonagoro tentang unsur mutlak tersebut secara
skematik dapat dilihat pada gambar III.7.

Gambar III.7: Unsur Mutlak Gambar III.8: Pembukaan UUD 1945


Staatsfundamental memenuhi syarat sebagai Staats Fundamental
Norm
Berdasarkan paradigma berpikir tersebut, maka Pembukaan UUD 1945 memenuhi
syarat unsur mutlak staatsfundamentalnorm, yang terdapat pada gambar III.8.
Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan Pancasila
dengan Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut :

1) Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat unsur mutlak sebagai


staatsfundamentalnorm. Oleh karena itu, kedudukan Pembukaan merupakan
peraturan hukum yang tertinggi di atas Undang-Undang Dasar. Implikasinya,
semua peraturan perundang-undangan dimulai dari pasal-pasal dalam UUD 1945
sampai dengan Peraturan Daerah harus sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.
2) Pancasila merupakan asas kerohanian dari Pembukaan UUD1945 sebagai
staatsfundamentalnorm. Secara ilmiah-akademis, Pembukaan UUD 1945 sebagai
staatsfundamentalnorm mempunyai hakikat kedudukan yang tetap, kuat, dan tak
berubah bagi negara yang dibentuk, dengan perkataan lain, jalan hukum tidak lagi
dapat diubah (Notonagoro, 1982: 25).

Dalam kaitan itu, dapat disimak ketentuan dalam Pasal 37 ayat (1) sampai ayat
(5) UUD 1945 pasca amandemen ke-4, dalam Pasal 37 tersebut hanya memuat
ketentuan perubahan pasal-pasal dalam UUD 1945, tidak memuat ketentuan untuk
mengubah Pembukaan UUD 1945. Hal ini dapat dipahami karena wakil-wakil bangsa
Indonesia yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat memahami kaidah
ilmiah, terkait kedudukan Pembukaan UUD 1945 yang sifatnya permanen sehingga
mereka mengartikulasikan kehendak rakyat yang tidak berkehendak mengubah
Pembukaan UUD 1945.

C. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana
kebatinan, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia. Pokok-pokok
pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia
karena bersumber dar pandangan hidup dan dasar negara, yaitu Pancasila. Pokok-
pokok pikiran yang bersumber dari Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam batang
tubuh melalui pasal-pasal UUD 1945.
Sesuai dengan penjelasan UUD 1945, pembukaan mengandung 4 pokok pikiran
yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi segenap


Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas
persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
2. Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.”
3. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan”
4. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adali
dan beradab”.

Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan


diterima dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu negara yang melindungi bangsa
Indonesia seluruhnya. Negara, menurut pokok pikiran pertama ini, mengatasi paham
golongan dan segala paham perorangan. Demikian pentingnya pokok pikiran ini maka
persatuan merupakan dasar negara yang utama. Oleh karena itu, penyelenggara negara
dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan
golongan atau perorangan.
Pokok pikiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menegaskan suatu tujuan atau sutu cita-cita yang hendak dicapai. Melalui pokok
pikiran ini, dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang harus dilaksanakan dalam
UUD sehingga tujuan atau cita-cita dapat dicapai dengan berdasar kepada pokok
pikiran pertama, yaitu persatuan. Hal ini menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan
sosial merupakan tujuan negara yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia
Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan
sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan bahwa
sistem negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat
dan permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry (2010: 209), aliran sesuai dengan
sifat masyarakat Indonesia. Kedaulatan rakyat dalam pokok pikiran ini merupakan
sistem negara yang menegaskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus mengandung
isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung
pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pokok pikiran kemanusiaan
yang adil dan beradab sehingga mengandung maksud menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran keempat
Pembukaan UUD 1945 merupakan asas moral bangsa dan negara (Bakry, 2010; 210).

Beberapa contoh pejabaran Pancasila dalam pasal-pasal UUD 1945 dapat


digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
N Nilai Dasar Nilai Instrumental
o. (Pancasila) (Pasal-Pasal dalam UUD
1945)
1. Nilai Pasal 28E ayat (1), Pasal 29, dan pasal lain
Sila 1
2. Nilai Pasal 1 ayat (3), Pasal 26 ayat (1) dan ayat
Sila 2 (2), Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2), Pasal
28A, 28B, 28C,
28D, 28F, 28J, dan pasal lain
3. Nilai Pasal 25A, Pasal 27 ayat (3), Pasal 30
Sila 3 ayat (1) sampai dengan ayat (5), dan
pasal lain
4. Nilai Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 2, Pasal
Sila 4 3, Pasal 4, Pasal 7, Pasal 19, Pasal 22C,
Pasal 22E, dan pasal lain
5. Nilai Pasal 23, Pasal 28H, Pasal 31, Pasal 32,
Sila 5 Pasal 33, Pasal 34, dan pasal lainnya.
Tabel III.7 Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD


1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan
secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya Pancasila
secara formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata
kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan
tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu
perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang unsur-unsurnya
terdapat dalam Pancasila.
Hubungan Pebukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh
UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian
Pembukaan UUD 1945 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD 1945,
sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya pokok-pokok
pikiran Pembukaan UUD 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh,
maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi
hukum positif.

D. Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan


Konsep implementasi/penerapan Pancasila dalam perumusan kebijakan
terdapat pada berbagai bidang kehidupan negara diantaranya bidang politik, ekonomi,
sosial budaya, serta bidang pertahanan dan keamanan, berikut penjabarannya :

1. Dalam Bidang Poitik


Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politik dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28. Pasal-pasal tersebut
adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan
yang adil dan beradap yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4
dan ke-2 pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan
nasional bidang politik di Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka pembuatan
kebijakan negara dalam bidang politik harus berdasar pada manusiayang
merupakan subyek pendukung pancasila, sebagai mana dikatakan oleh Noto
Nagoro (1975:23) bahwa yang berketuhanan, berkemanusiaan,berpersatuan,
berkerakyatan, dan berkeadilan adalah manusia. Manusia adalah subyek negara
dan oleh karena itu politik negara harus berdasar dan merealisasikan harkat dan
martabat manusia di dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar sistem politik negara
dapat menjamin hak-hak asasi manusia.
Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik di Indonesia
harus memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan atau
kedaulatan berada di tangan rakyat. Selain itu, sistem politik yang dikembangkan
adalah sistem yang memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral politik.
2. Dalam Bidang Ekonomi
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politik dituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33 dan pasal 34. Pasal-pasal
tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan
keadilan sosial yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke 4 dan sila
ke-5 pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan
sistem ekonomi pancasila dan kehidupan ekonomi nasional. Berdasarkan
penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara
dalam bidang ekonomi di indonesia dimaksudkan untuk menciptakan sistem
perekonomian yang bertumpu pada kepentingan rakyat dan berkeadilan. Salah
satu pemikiran yang sesuai dengan maksud ini adalah gagasan ekonomi
kerakyatan yang dilontarkan oleh Mubyarto, sebagaimana dikutip oleh Kaelan
(2000:239), yaitu pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan,
melankan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Dengan kata
lain, pengembangan ekonomi tidak bisa di pisahkan dengan nilai-nilai moral
kemanusiaan.
3. Dalam Bidang Sosial Budaya
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politik dituangkan dalam pasal , 29, pasal 31, dan pasal 32. Pasal-pasal tersebut
adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, dan persatuan yang massing-masing
merupakan pancaran dari sila pertama, kedua, dan ke-tiga pancasila. Ketiga
pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang kehidupan
keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan nasional.
Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka implementasi
pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang sosial budaya
mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat indonesia harus diwujudkan dalam ptoses pembangunan masyarakat
dan kebudayaan di indonesia. Dengan demikian, pancasila sebagai sumber nilai
dapat menjadi arah bagi kebijakan negara dalam mengembangkan kehidupan
sosial budaya indonesia yang beradab, sesuai dengan sila ke-2, kemanusiaan yang
adil dan beradab.
Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat nilai-
nilaiyang dimliki bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai pancassila. Hal ini tidak dapat
dilepaskan dari fungsi pancasila sebagai sebuah sistem etika yang keseluruhan
nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
beradab.
4. Dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politik dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30. Pasal-pasal tersebut
merupakan penjabaran dari pokok pikiran persatuan yang merupakan pancaran
dari sila pertama pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan
bidang pertahanan dan keamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam
pembuatan kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus diawali
dengan kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum. Pertahanan dan
keamanan negara di atur dan dikembangkan menurut dasar kemanusiaan, bukan
kekuasaandengan kata lain, pertahanan dan keamanan indonesia berbasis pada
moralitas keamanan sehingga kebijakan yang terkait dengannya harus terhindar
dari pelanggaran hak-hak asasi manusia. Secara sistematis, pertahanan keamanan
negara harus berdasar pada tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (sila pertama dan kedua), berdasar pada
tujuan untuk mewujudkan kepentingan seluruh warga sebagai warga negara (sila
ke tiga), harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta
kebebasan kemanusiaan (sila keempat), dan ditujukan untuk mewujudkan
keadilan dalam hidup masyarakat (sila kelima). Semua ini dimaksudkan agar
pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam konteks negara hukum, yang
menghindari kesewenang-wenangan negara dalam melindungi dan membela
wilayah negara dengan bangsa, serta dalam mengayomi masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pancasila sebagai dasar negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan pada
negara Republik Indonesia harus berlandaskan dan/atau harus sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila. Hal tersebut bermakna, antara lain bahwa, Pancasila harus senantiasa
menjadi ruh atau spirit yang menjiwai kegiatan membentuk negara seperti kegiatan
mengamandemen UUD dan menjiwai segala urusan penyelenggaraan negara. Urgensi
Pancasila sebagai dasar negara, yaitu: 1) agar para pejabat publik dalam
menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah, dan 2) agar partisipasi aktif seluruh
warga negara dalam proses pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan bangsa
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, pada gilirannya nanti cita-cita dan
tujuan negara dapat diwujudkan sehingga secara bertahap dapat diwujudkan
masyarakat yang makmur dalam keadilan dan masyarakat yang adil dalam
kemakmuran.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jatuh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.
Saran kami dalam makalah ini adalah untuk menambah lagi wawasan bagi para
pembaca agar kita sebagai bangsa Indonesia mampu menjunjung tinggi dan
mengamalkan setiap sila-sila pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Al Furqani, Muhammad Ansharuddin, 2015. Bagaimana Implementasi Pancasila


Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Di Bidang Politik, Ekonomi Sosial Budaya
Dan Hankam. https://furq4n.blogspot.com/2015/10/bagaimana-implementasi-
pancasila-dalam.html (diakses tanggal 19 Oktober 2020).

Chandy. 2012. Hubungan antara Proklamasi - Pancasila - Pembukaan UUD 1945.


http://www.ristizona.com/2012/03/hubungan-antara-proklamasi-pancasila.html (
diakses tanggal 19 Oktober 2020).

Darmadi, Hamid. 2018. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD 1945.
https://hamiddarmadi.blogspot.com/2018/09/penjabaran-pancasila-dalam-batang-
tubuh.html ( diakses tanggal 19 Oktober 2020).

Nurwardani, Paristiyanti, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.


Jakarta : Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset
Teknologi dan Perguruan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai