DISUSUN OLEH:
VIKTOR SETIAWAN, S. Pd
NIPPPK. 198303152022211005
i
Type chapter title (level 3) 6
ii
AGENDA 1 – SIKAP PERILAKU BELA NEGARA
4
“Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf
Supratman”
(Pasal 58 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
tahun 2009 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan)
Manajemen Pemerintahan Negara
5
SANKRI
10
AGENDA 2_NILAI-NILAI DASAR PNS
2
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun
pelayanan yang berkualitas;
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan
masyarakat;
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti
pengaduan masyarakat;
e. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan
kerja, fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan
sarana prasarana; dan
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja
penyelenggara pelayanan publik.
3
h. kegiatan dialog, diskusi pertukaran opini secara partisipatif antara
penyelenggara layanan publik dengan masyarakat untuk membahas
rancangan kebijakan, penerapan kebijakan, dampak kebijakan, ataupun
permasalahan terkait pelayanan publik melalui kegiatan Forum
Konsultasi Publik; dan
i. terobosan perbaikan pelayanan publik melalui Inovasi Pelayanan
Publik.
B. AKUNTABEL
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah
untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas
5
adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin
terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
3. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan
berintegritas tinggi
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak
pihak menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara
(Matsiliza dan Zonke, 2017). Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh
semua unsur pemerintahan dalam memberikan layanang kepada masyarakat.
Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang memiliki
integritas yang baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu
sendiri, dan Transparansi.
Integritas adalah konsepnya telah disebut filsuf Yunani kuno, Plato,
dalam,The Republic sekitar 25 abad silam, adalah tiang utama dalam
kehidupan bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas tinggi,
termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada
umumnya.
Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan
dampak sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui
6
Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan,
Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi, dapat membangun
lingkungan kerja ASN yang akuntabel.
C. KOMPETEN
1. Konsepsi Kompetensi
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan
dengan perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang
spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait
dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam
hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika,
nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap
pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran,
fungsi dan Jabatan.
2. Perilaku Kompeten
Sesuai hasil uraian dalam bab V, maka berikut di bawah ini
beberapa materi pokok dalam bab ini sebagai berikut:
1) Berkinerja yang BerAkhlak:
Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi,
dan kinerja.
Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan
7
publik.
Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku
BerAkhlak.
2) Meningkatkan kompetensi diri:
Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah adalah keniscayaan.
Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau
disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan
berbasis pada sumber pembelajaran utama dari Internet.
Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis
online network.
Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber
keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau
instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain.
Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang
mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi
dan atau luar organisasi.
3) Membantu Orang Lain Belajar:
Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor
termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer
pengetahuan.
Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam
“pasar pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open
Forums).
Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam
dokumen kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan
memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah
disimpan dan diambil (Knowledge Repositories).
Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and
Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network),
pendokumentasian pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat
8
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned).
4) Melakukan kerja terbaik:
Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap
organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis,
hidup dan berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan
karya manusia.
Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak
dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup
seseorang.
D. HARMONIS
1. Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN
Dalam Kamus Mariam Webster Harmonis (Harmonious) diartikaan
sebagai having a pleasing mixture of notes. Sinonim dari kata harmonious
antara lain canorous, euphonic, euphonious, harmonizing, melodious,
musical, symphonic, symphonious, tuneful. Sedangkan lawan kata dari
harmonious adalah discordant, disharmonious, dissonant, inharmonious,
tuneless, unmelodious, unmusical.
Dari laman Wikipedia, Harmoni (dalam bahasa Yunani: harmonia)
berarti terikat secara serasi/sesuai). Dalam bidang filsafat, harmoni adalah
kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga
faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
9
khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
3. Etika publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
jawab pelayanan public.
6. Perilaku ASN
Penerapan sikap perbertika ilaku yang menunjukkan ciri-ciri sikap
harmonis. Tidak hanya saja berlaku untuk sesama ASN (lingkup kerja)
namun juga berlaku bagi stakeholders eksternal. Sikap perilaku ini bisa
ditunjukkan dengan:
a. Toleransi
b. Empati
c. Keterbukaan terhadap perbedaan
7. ASN Harmonis
Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11
tentang ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut.
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
b. Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
c. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
11
d. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
E. LOYAL
1. Pengertian
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu
“Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri
Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap
cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat
digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara
lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
12
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values
ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta
pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
F. ADAFTIF
1. Pengertian
Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya
mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan
kondisi sosial yang berubah-ubah agar tetap bertahan (Robbins, 2003).
14
5) Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda,
atau bermental silo (systems thinking).
G. KOLABORATIF
1. Konsep Kolaboratif
Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa
kolaborasi adalah
“ value generated from an alliance between two or more firms aiming to
become more competitive by developing shared routines”.
15
“Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional
knowledge sharing that becomes the responsibility of all parties (Lindeke
and Sieckert, 2005).
16
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati
pekerjaan mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba
dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka
(bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi
(universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas
layanan yang diberikan.
Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018),
18
AGENDA 3_KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI
A. SMART ASN
1. Literasi Digital
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna
media digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang
dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti,
2017).
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan
menggunakan media digital (digital skills) saja, namun juga budaya
menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media digital
(digital ethics), dan aman menggunakan media digital (digital safety).
2. Implementasi Literasi Digital
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill,digital
culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital
digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif
masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
3. Kerangka Kurikulum Literasi Digital
a. Digital Skill 01
Kemampuan mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras
dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
b. Digital Culture 02
Kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
dalam keseharian dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK
c. Digital Ethics 03
Kemampuan menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika
digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
d. Digital Safety 04
24
Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis,
menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
4. Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya
Lanskap Digital – Internet dan Dunia Maya
Lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial,
surel, situs daring, perangkat seluler, dan lain sebagainya.
Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan
sehingga tidak bisa lepas satu sama lain. Kita tidak bisa mengakses
dunia digital tanpa fungsi dari keduanya.
Komputer yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah
komputer pribadi. Komputer merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut komputer yang didesain untuk penggunaan individu (Wempen,
2015)
26
Gunakan kriteria berikut ini untuk mengevaluasi sumber:
1) Currency (keterbaruan informasi)
2) Relevance (relevansi)
3) Authority (penulis)
4) Accuracy (akurasi/ketepatan)
5) Purpose (tujuan)
b. Google It!
Jika kita menemukan sesuatu melalui media sosial, cobalah untuk mencari
di mesin pencari informasi, seperti google, terlebih dahulu! Cobalah telusuri
apakah mesin pencari menunjukkan tiga hal berikut:
1) Ada/tidaknya situs berita terkemuka lainnya melaporkan hal yang sama
2) Ada/tidaknya situs web cek fakta telah membantah klaim tersebut
3) Jika hanya oknum tertentu yang melaporkan klaim tersebut, maka
dalam kasus ini, mungkin diperlukan lebih banyak penggalian.
c. Dapatkan Berita dari Sumber Berita: buka langsung situs web berita
yang kredibel mengenai berita tersebut.
d. Bedakan Opini dengan Fakta: opini sekarang banyak digunakan
dalam sumber berita. Kita mungkin setuju dengan pendapat yang
disajikan atau penulis mungkin hanya mengkontekstualisasikan fakta
B. Manajemen ASN
1. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
2. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil
Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
3. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
4. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
28
pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik.
5. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN
berfungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan public
2) Pelayan public; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa.
6. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan
baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN
dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Setelah
mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan
tugas dan tanggungjawabnya.
7. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode
perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk
menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku
yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah
29