Anda di halaman 1dari 37

RESUME MATERI LATIHAN DASAR

PEGAWAI PEMERINTAH PERJANJIAN KERJA (PPPK)


TAHUN 2022

DISUSUN OLEH:

VIKTOR SETIAWAN, S. Pd
NIPPPK. 198303152022211005

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


PROVINSI DKI JAKARTA
DAFTAR ISI
Type chapter title (level 1) 1
Type chapter title (level 2) 2
Type chapter title (level 3) 3
Type chapter title (level 1) 4
Type chapter title (level 2) 5
Type chapter title (level 3) 6
Type chapter title (level 1) 1
Type chapter title (level 2) 2
Type chapter title (level 3) 3
Type chapter title (level 1) 4
Type chapter title (level 2) 5
Type chapter title (level 3) 6

Type chapter title (level 1) 1


Type chapter title (level 2) 2
Type chapter title (level 3) 3
Type chapter title (level 1) 4
Type chapter title (level 2) 5
Type chapter title (level 3) 6

Type chapter title (level 1) 1


Type chapter title (level 2) 2
Type chapter title (level 3) 3
Type chapter title (level 1) 4
Type chapter title (level 2) 5
Type chapter title (level 3) 6

Type chapter title (level 1) 1


Type chapter title (level 2) 2
Type chapter title (level 3) 3
Type chapter title (level 1) 4
Type chapter title (level 2) 5

i
Type chapter title (level 3) 6

ii
AGENDA 1 – SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

I. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA

A. SEJARAH PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA


20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam
pertemuan itu mereka sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo.
Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional
pertama yang menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan
Indonesia menjadi pelopor kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah
internasional. Perhimpunan Indonesia (PI) diprakarsai oleh Sutan Kasayangan
dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di Leiden, Belanda
Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar
Pemuda”, yang kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres
Pemuda I ini dihadiri oleh wakil organisasi pemuda Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond,
Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond dan Pemuda Kaum
Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar. Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres
Pemuda Kedua dilaksanakan.
Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada,
pimpinan pemerintah pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan
pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.

B. PENGERTIAN WAWASAN KEBANGSAAN


Pengertian Wawasan Kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara
pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara
akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan
kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
1
C. 4 (EMPAT) KONSESUS DASAR BERBANGSA DAN BERNEGARA
1. Pancasila
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno
di depan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno
dinyatakan bahwa Pancasila merupakan philosofische grondslag, suatu
fundamen, filsafaat, pikiran yang sedalam-dalamnya, merupaan
landasan atau dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan.
Selain berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya negara dan
bangsa, Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu atau
Leitstar, sebagai ideologi nasional, sebagai pandangan hidup bangsa,
sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok
bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional.
2. Undang-undang Dasar 1945
Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16
Juli 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Pada masa itu Ir Soekarno menyampaikan gagasan dasar
pembentukan negara yang beliau sebut Pancasila. Gagasan itu disampaikan
dihadapan panitia BPUPKI pada siang perdana mereka tanggal 28 Mei 1945
dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945
Dalam UUD 1945 BAB I tentang Bentuk dan Kedaulatan pasal 1 hasil
Amandemen yang ketiga tahu 2001, berbunyi “Negara Indonesia adalah
Negara hukum”. Dari teori mengenai unsur-unsur Negara hukum, apabila
dihubungkan dengan Negara hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, dapat ditemukan unsur-unsur Negara
hokum.
3. Bhinneka Tunggal Ika
Mengutip dari Kakawin Sutasoma (Purudasanta), pengertian
Bhinneka Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan bidang
kepercayaan juga anekaragam agama dan kepercayaan di kalangan
masyarakat Majapahit. Sementara dalam lambang NKRI, Garuda
Pancasila, pengertiannya diperluas, menjadi tidak terbatas dan
2
diterapkan tidak hanya pada perbedaan kepercayaan dan keagamaan,
melainkan juga terhadap perbedaan suku, bahasa, adat istiadat
(budaya) dan beda kepulauan (antara nusa) dalam kesatuan nusantara
raya.
Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan
Bhinna-Ika-Tunggal-Ia berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu.
Sebab meskipun secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada
hakekatnya satu, satu bangsa dan negara Republik Indonesia.
Lambang NKRI Garuda Pancasila dengan Semboyan Bhinneka Tunggal
Ika ditetapkan Peraturan Pemerintah nomor 66 Tahun 1951, pada tanggal 17
Oktober diundangkan pada tanggal 28 Oktober 1951 tentang Lambang
Negara. Bahwa usaha bina negara baik pada masa pemerintahan Majapahit
maupun pemerintah NKRI berlandaskan pada pandangan sama yaitu
semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai modal dasar
dalam menegakkan Negara.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Apabila ditinjau dari sudut hukum tata negara, Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 belum sempurna
sebagai negara, mengingat saat itu Negara Kesatuan Republik Indonesia
baru sebagian memiliki unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk itu PPKI
dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan
berdirinya negara yaitu berupa pemerintah yang berdaulat dengan
mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut sebagai
pembentuk negara. Disamping itu PPKI juga telah menetapkan UUD 1945,
dasar negara dan tujuannya.
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya
dirumuskan dalam sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan
selanjutnya disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun
tujuan NKRI seperti tercantuk dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV,
meliputi :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
3
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas
sekaligus merupakan fungsi negara Indonesia.

D. BENDERA, BAHASA, LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU


KEBANGSAAN
“Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Bendera Negara adalah Sang Merah Putih”
(Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
tahun 2009 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan)

“Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam


Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun
1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal
28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai
dengan dinamika peradaban Bangsa”
(Pasal 25 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
tahun 2009 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan)

“Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda


Pancasila yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa
jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda”
(Pasal 46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun
2009 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta
Lagu Kebangsaan)

4
“Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf
Supratman”
(Pasal 58 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
tahun 2009 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan)
Manajemen Pemerintahan Negara

Struktur Kelembagaan Negara

5
SANKRI

E. HARI BELA NEGARA


Hari Bela Negara ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 28 tahun 2006 tentang Hari Bela Negara tanggal 18
Desember 2006 dengan pertimbangan bahwa tanggal 19 Desember 1948
merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Pada tanggal tersebut terbentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
dalam rangka mengisi kekosongan kepemimpinan Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka bela Negara serta bahwa dalam
upaya lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara dalam
rangka mempertahankan kehidupan ber-bangsa dan bernegara yang
menjunjung tinggi persatuan dan Kesatuan.

F. NILAI DASAR BELA NEGARA


Dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7
6
dijelaskan bahwa Keikutsertaan Warga Negara dalam usaha Bela Negara salah
satunya dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan dengan Pembinaan
Kesadaran Bela Negara dengan menanamkan nilai dasar Bela Negara, yang
meliputi:
1. cinta tanah air;
2. sadar berbangsa dan bernegara;
3. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
4. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. kemampuan awal Bela Negara.

G. INDIKATOR NILAI DASAR BELA NEGARA


1. Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang
wilayahIndonesia.
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara.
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
2. Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi
maupun politik.
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Ikut serta dalam pemilihan umum.
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan
negaranya.
e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
3. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkannya
dengan adanya sikap :
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
7
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara. Ditunjukkannya
dengan adanya sikap :
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
kemajuan bangsa dan negara.
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan
negara.
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan
negaranya tidak sia-sia.
5. Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap:
a. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah
diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
d. Gemar berolahraga.
e. Senantiasa menjaga kesehatannya.

H. AKTUALISASI KESADARAN BELA NEGARA BAGI ASN


1. Nilai Dasar Bela Negara
 Cinta tanah air;
 Sadar berbangsa dan bernegara;
 Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
 Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
 Kemampuan awal Bela Negara
2. Nilai Dasar ASN
 memegang teguh ideologi Pancasila;
8
 setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
 mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
 menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
 membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
 menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
 memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
 mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
 memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
 memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
 mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
 menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
 mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
 mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
 meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karier.
3. Fungsi ASN
 pelaksana kebijakan publik;
 pelayan publik; dan
 perekat dan pemersatu bangsa

II. ANALISIS ISU KONTEMPORER


A. Modal untuk menghadapi Perubahan lingkungan Strategis :
● Modal Intelektual
● Modal Emosional
● Modal Sosial
● Modal Ketabahan
● Modal Etika/Moral
● Modal Kesehatan.
B. Isu-Isu Strategis Kontemporer
9
● Korupsi
● Narkoba
● Terorisme dan Radikalisme
● Money Loundring
● Proxy War
● Kejahatan Mass Communication
Memahami Isu Kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan
dengan masalah-masalah sumberdaya yang memerlukan pemecahan disertai
dengan kesadaran publik.

C. Kesiapsiagaan Bela Negara


Suatu keadaan siap siaga yang dimiliki seseorang baik secara fisik, mental
maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan
berdasarkan kebulatan sikap dan sikap secara ikhlas dan sadar disertai
kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 untuk menjaga, merawat dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
D. Aksi Nasional Bela Negara
Aksi Nasional Bela Negara adalah Sinergi setiap warga negara guna
mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan dan Tantangan
dengan berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang
berdaulat, adil dan makmur
E. Kemampuan Awal Bela Negara
Wujud kemampuan bela negara yakni memiliki :
● Kesehatan Jasmani dan Mental.
● Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental
● Etika, Etiket dan Mental
● Kearifan Lokal

10
AGENDA 2_NILAI-NILAI DASAR PNS

A. KONSEP PELAYANAN PUBLIK


1. Pengertian Pelayanan Publik
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Dalam batasan pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur Sipil Negara
(ASN) adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan publik, yang
kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan bahwa salah satu
fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam
Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan
publik yang baik adalah:
a. Partisipatif
1
b. Transparan
c. Responsif
d. Tidak diskriminatif.
e. Mudah dan Murah
f. Efektif dan Efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan

Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa terdapat tiga


unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN,
yaitu:
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi
2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat,
dan
3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.

2. Membangun Budaya Pelayanan Prima


Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada
pemenuhan kepuasan pengguna layanan. Apabila dikaitkan dengan tugas
ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang berorientasi pada
customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat atau dikenal dengan sebutan pelayanan prima. Pelayanan
prima didasarkan pada implementasi standar pelayanan yang dimiliki oleh
penyelenggara.
Berdasarkan pengertian tersebut, dalam memberikan pelayanan prima
terdapat beberapa tingkatan yaitu: (1) memenuhi kebutuhan dasar
pengguna, (2) memenuhi harapan pengguna, dan (3) melebihi harapan
pengguna, mengerjakan apa yang lebih dari yang diharapkan.
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang
berkualitas yaitu:

2
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun
pelayanan yang berkualitas;
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan
masyarakat;
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti
pengaduan masyarakat;
e. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan
kerja, fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan
sarana prasarana; dan
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja
penyelenggara pelayanan publik.

Kementerian PANRB telah melahirkan beberapa produk kebijakan


pelayanan publik sebagai wujud pelaksanaan amanat Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, diantaranya adalah:
a. penerapan Standar Pelayanan dan Maklumat Pelayanan;
b. tindak lanjut dan upaya perbaikan melalui kegiatan Survei Kepuasan
Masyarakat;
c. profesionalisme SDM;
d. pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Publik (SIPP) untuk
memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat;
e. mendorong integrasi layanan publik dalam satu gedung melalui Mal
Pelayanan Publik;
f. merealisasikan kebijakan “no wrong door policy” melalui Sistem
Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N-LAPOR!);
g. penilaian kinerja unit penyelenggara pelayanan publik melalui Evaluasi
Pelayanan Publik sehingga diperoleh gambaran tentang kondisi kinerja
penyelenggaraan pelayanan publik untuk kemudian dilakukan
perbaikan;

3
h. kegiatan dialog, diskusi pertukaran opini secara partisipatif antara
penyelenggara layanan publik dengan masyarakat untuk membahas
rancangan kebijakan, penerapan kebijakan, dampak kebijakan, ataupun
permasalahan terkait pelayanan publik melalui kegiatan Forum
Konsultasi Publik; dan
i. terobosan perbaikan pelayanan publik melalui Inovasi Pelayanan
Publik.

3. ASN Sebagai Pelayan Publik


Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN
berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai
perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut,
pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai
bagaimana perilaku pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, dalam
menyelenggarakan pelayanan publik, yaitu:
a. adil dan tidak diskriminatif;
b. cermat;
c. santun dan ramah;
d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut;
e. profesional;
f. tidak mempersulit;
g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
h. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi
penyelenggara;
4
i. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib
dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
j. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari
benturan kepentingan;
k. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas
pelayanan publik;
l. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam
menanggapi permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi
kepentingan masyarakat;
m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan
yang dimiliki;
n. sesuai dengan kepantasan; dan
o. tidak menyimpang dari prosedur.

4. Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values Asn


Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021
tanggal 26 Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer
Branding Aparatur Sipil Negara, disebutkan bahwa dalam rangka
penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai
Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani
Bangsa).
Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo meluncurkan Core
Values dan Employer Branding ASN tersebut, yang bertepatan dengan
Hari Jadi Kementerian PANRB ke-62. Core Values ASN yang diluncurkan
yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi
Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.

B. AKUNTABEL
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah
untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas
5
adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin
terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
3. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan
berintegritas tinggi

Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak
pihak menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara
(Matsiliza dan Zonke, 2017). Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh
semua unsur pemerintahan dalam memberikan layanang kepada masyarakat.
Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang memiliki
integritas yang baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu
sendiri, dan Transparansi.
Integritas adalah konsepnya telah disebut filsuf Yunani kuno, Plato,
dalam,The Republic sekitar 25 abad silam, adalah tiang utama dalam
kehidupan bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas tinggi,
termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada
umumnya.
Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan
dampak sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui
6
Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan,
Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi, dapat membangun
lingkungan kerja ASN yang akuntabel.

C. KOMPETEN
1. Konsepsi Kompetensi
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan
dengan perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang
spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait
dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam
hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika,
nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap
pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran,
fungsi dan Jabatan.

2. Perilaku Kompeten
Sesuai hasil uraian dalam bab V, maka berikut di bawah ini
beberapa materi pokok dalam bab ini sebagai berikut:
1) Berkinerja yang BerAkhlak:
 Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi,
dan kinerja.
 Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan
7
publik.
 Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku
BerAkhlak.
2) Meningkatkan kompetensi diri:
 Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah adalah keniscayaan.
 Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau
disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan
berbasis pada sumber pembelajaran utama dari Internet.
 Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis
online network.
 Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber
keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau
instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain.
 Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang
mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi
dan atau luar organisasi.
3) Membantu Orang Lain Belajar:
 Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor
termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer
pengetahuan.
 Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam
“pasar pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open
Forums).
 Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam
dokumen kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan
memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah
disimpan dan diambil (Knowledge Repositories).
 Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and
Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network),
pendokumentasian pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat

8
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned).
4) Melakukan kerja terbaik:
 Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap
organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis,
hidup dan berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan
karya manusia.
 Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak
dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup
seseorang.
D. HARMONIS
1. Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN
Dalam Kamus Mariam Webster Harmonis (Harmonious) diartikaan
sebagai having a pleasing mixture of notes. Sinonim dari kata harmonious
antara lain canorous, euphonic, euphonious, harmonizing, melodious,
musical, symphonic, symphonious, tuneful. Sedangkan lawan kata dari
harmonious adalah discordant, disharmonious, dissonant, inharmonious,
tuneless, unmelodious, unmusical.
Dari laman Wikipedia, Harmoni (dalam bahasa Yunani: harmonia)
berarti terikat secara serasi/sesuai). Dalam bidang filsafat, harmoni adalah
kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga
faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.

2. Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis


Etika lebih difahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah
yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar,
sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik
atau apa yang seharusnya dilakukan.
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam
suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-
hal prinsip dalam bentuk ketentuanketentuan tertulis. Adapun Kode Etik
Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok

9
khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.

3. Etika publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
jawab pelayanan public.

4. Sumber kode etik ASN antara lain meliputi:


a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN)
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang Sumpah
Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Anggota Angkatan Perang
c. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji
Pegawai Negeri Sipil
d. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan
Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
PNS

5. Kode Etik ASN


Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian dari kode
etik dan kode perilaku yang telah diatur di dalam UU ASN. Berdasarkan
pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN ada dua belas kode etik dan
kode perilaku ASN itu, yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
10
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan

6. Perilaku ASN
Penerapan sikap perbertika ilaku yang menunjukkan ciri-ciri sikap
harmonis. Tidak hanya saja berlaku untuk sesama ASN (lingkup kerja)
namun juga berlaku bagi stakeholders eksternal. Sikap perilaku ini bisa
ditunjukkan dengan:
a. Toleransi
b. Empati
c. Keterbukaan terhadap perbedaan

7. ASN Harmonis
Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11
tentang ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut.
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
b. Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
c. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
11
d. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia

8. Peran ASN Harmonis


a. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan
adil. Netral dalam artian tidak memihak kepada salah satu kelompok
atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS dalam melaksanakna
tugasnya tidak boleh berlaku
b. diskriminatif dan harus obyektif, jujur, transparan.
a. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok
minoritas,
c. dengan tidak membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi
keberadaan kelompok tersebut.
a. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
b. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki
suka menolong baik kepada pengguna layanan, juga membantu
kolega PNS lainnya yang membutuhkan pertolongan
c. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya

E. LOYAL
1. Pengertian
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu
“Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri
Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap
cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat
digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara
lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
12
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values
ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta
pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk


mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya
adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang
dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.

2. Panduan Perilaku Loyal


1) Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI
serta Pemerintahan yang Sah
2) Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan
Negara
3) Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara

Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai


profesi berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan
13
Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan serangkaian Kewajibannya (Pasal
23). Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan ketentuan-ketentuan
tersebut maka dirumuskanlah Core Value ASN BerAKHLAK yang
didalamnya terdapat nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan perilaku (kode
etik)- nya.
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan
negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai
Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya, yaitu:
a. Cinta Tanah Air
b. Sadar Berbangsa dan Bernegara
c. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
d. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
e. Kemampuan Awal Bela Negara

F. ADAFTIF
1. Pengertian
Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya
mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan
kondisi sosial yang berubah-ubah agar tetap bertahan (Robbins, 2003).

2. Adaptif sebagai Nilai dan Budaya ASN


1) Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke
tingkat mahir (personal mastery);
2) Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi
yang sama atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-
cita yang akan dicapai bersama (shared vision);
3) Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas
yang organisasi ingin wujudkan (mental model);
4) Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan untuk mewujudkan visinya (team learning);

14
5) Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda,
atau bermental silo (systems thinking).

3. Penerapan Budaya Adaptif


1) Dapatmengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
2) Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
3) Mendorong jiwa kewirausahaan
4) Terkait dengan kinerja instansi
5) Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara
instansi mitra, masyarakat dan sebagainya

4. Ciri-ciri Individu Adaptif


 Eksperimen orang yang beradaptasi
 Melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan
 Memiliki sumberdaya
 Selalu berpikir ke depan
 Tidak mudah mengeluh
 Tidak menyalahkan
 Tidak mencari popularitas
 Memiliki rasa ingin tahu
 Memperhatikan system
 Membuka pikiran
 Memamhami apa yang sedang diperjuangkan

G. KOLABORATIF
1. Konsep Kolaboratif
Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa
kolaborasi adalah
“ value generated from an alliance between two or more firms aiming to
become more competitive by developing shared routines”.

15
“Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional
knowledge sharing that becomes the responsibility of all parties (Lindeke
and Sieckert, 2005).

Collaboration is a process though which parties with different expertise,


who see different aspects of a problem, can constructively explore
differences and find novel solutions to problems that would have been
more difficult to solve without the other’s perspective (Gray, 1989).

2. Kriteria Penting Untuk Kolaborasi


1. Forum Yang Diprakarsai Oleh Lembaga Publik Atau Lembaga;
2. Peserta Dalam Forum Termasuk Aktor Nonstate;
3. Peserta Terlibat Langsung Dalam Pengambilan Keputusan Dan
2) Bukan Hanya '‘Dikonsultasikan’ Oleh Agensi Publik;
1. Forum Secara Resmi Diatur Dan Bertemu Secara Kolektif;
2. Forum Ini Bertujuan Untuk Membuat Keputusan Dengan
3) Konsensus (Bahkan Jika Konsensus Tidak Tercapai Dalam
4) Praktik); Dan
5) Fokus Kolaborasi Adalah Kebijakan Publik Atau Manajemen.

3. Tahapan Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata Kelola


Kolaborasi
1) Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2) Merencanakan aksi kolaborasi; dan
3) Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi

4. Indikatornya Organisasi yang memiliki collaborative culture


Sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan
perlu terjadi;

16
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati
pekerjaan mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba
dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka
(bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi
(universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas
layanan yang diberikan.
Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018),

5. Aktivitas Kolaborasi Antar Organisasi


1) Kerjasama Informal;
2) Perjanjian Bantuan Bersama;
3) Memberikan Pelatihan;
4) Menerima Pelatihan;
5) Perencanaan Bersama;
6) Menyediakan Peralatan;
7) Menerima Peralatan;
8) Memberikan Bantuan Teknis;
9) Menerima Bantuan Teknis;
10)Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
11)Menerima Pengelolaan Hibah.

6. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar


lembaga pemerintah
1) Kepercayaan,
2) Pembagian kekuasaan,
3) Gaya kepemimpinan,
17
4) Strategi manajemen dan
5) Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara
entitas publik

7. Aspek normatif kolaborasi pemerintahan


Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan diatur bahwa “Penyelenggaraan
pemerintahan yang melibatkan Kewenangan lintas Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan dilaksanakan melalui kerja sama antar-Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang terlibat, kecuali ditentukan lain
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan”

18
AGENDA 3_KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

A. SMART ASN
1. Literasi Digital
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna
media digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang
dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti,
2017).
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan
menggunakan media digital (digital skills) saja, namun juga budaya
menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media digital
(digital ethics), dan aman menggunakan media digital (digital safety).
2. Implementasi Literasi Digital
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill,digital
culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital
digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif
masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
3. Kerangka Kurikulum Literasi Digital
a. Digital Skill 01
Kemampuan mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras
dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
b. Digital Culture 02
Kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
dalam keseharian dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK
c. Digital Ethics 03
Kemampuan menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika
digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
d. Digital Safety 04

24
Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis,
menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
4. Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya
Lanskap Digital – Internet dan Dunia Maya
Lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial,
surel, situs daring, perangkat seluler, dan lain sebagainya.
Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan
sehingga tidak bisa lepas satu sama lain. Kita tidak bisa mengakses
dunia digital tanpa fungsi dari keduanya.
Komputer yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah
komputer pribadi. Komputer merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut komputer yang didesain untuk penggunaan individu (Wempen,
2015)

5. Tiga Tahapan Kerja Mesin Pencari Informasi


1) Penelusuran (crawling), yaitu langkah ketika mesin pencarian informasi yang
kita akses menelusuri triliunan sumber informasi di internet. Penelusuran
tersebut mengacu pada kata kunci yang diketikkan.
2) Pengindeksan (indexing), yakni pemilahan data atau informasi yang relevan
dengan kata kunci yang kita ketikkan.
3) Pemeringkatan (ranking), yaitu proses pemeringkatan data atau informasi
yang dianggap paling sesuai dengan yang kita cari.

6. Aplikasi Dompet Digital, Loka Pasar (marketplace), dan Transaksi


Digital
1) Dompet digital hadir sebagai upaya dalam mewujudkan metode pembayaran
nontunai untuk berbagai keperluan ataupun kebutuhan.
2) Tahun 2007, DOKU ID hadir sebagai perusahaan penyedia layanan
pembayaran elektronik pertama di Indonesia. Sekarang, sekurang-kurangnya
terdapat lima dompet digital yang populer dan digemari oleh masyarakat
Indonesia, yaitu ShopeePay, OVO, GoPay, Dana, dan LinkAja.
25
3) Mengacu laporan Populix, pemenuhan kebutuhan konsumsi hari meningkat
menggunakan dompet digital sebanyak 29,67% selama pandemi COVID-19
(Jati, 2020).

7. Etika Berinternet (Nettiquette)


 Etika merupakan sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya
K.Bertens (2014: 470).
 Etiket yang didefinisikan sebagai tata cara individu berinteraksi dengan
individu lain atau dalam masyarakat (Pratama, 2014: 471).
 Jadi, etiket berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi dengan
orang lain.

Sementara etika berlaku meskipun individu sendirian. Hal lain yang


membedakan etika dan etiket ialah bentuknya, etika pasti tertulis, misal kode
etik Jurnalistik, sedangkan etiket tidak tertulis (konvensi).

8. Tips Melindungi Diri dari Hoaks (LibGuides at University of West


Florida, 2021)
a. Evaluasi

26
Gunakan kriteria berikut ini untuk mengevaluasi sumber:
1) Currency (keterbaruan informasi)
2) Relevance (relevansi)
3) Authority (penulis)
4) Accuracy (akurasi/ketepatan)
5) Purpose (tujuan)

b. Google It!
Jika kita menemukan sesuatu melalui media sosial, cobalah untuk mencari
di mesin pencari informasi, seperti google, terlebih dahulu! Cobalah telusuri
apakah mesin pencari menunjukkan tiga hal berikut:
1) Ada/tidaknya situs berita terkemuka lainnya melaporkan hal yang sama
2) Ada/tidaknya situs web cek fakta telah membantah klaim tersebut
3) Jika hanya oknum tertentu yang melaporkan klaim tersebut, maka
dalam kasus ini, mungkin diperlukan lebih banyak penggalian.

c. Dapatkan Berita dari Sumber Berita: buka langsung situs web berita
yang kredibel mengenai berita tersebut.
d. Bedakan Opini dengan Fakta: opini sekarang banyak digunakan
dalam sumber berita. Kita mungkin setuju dengan pendapat yang
disajikan atau penulis mungkin hanya mengkontekstualisasikan fakta

9. Perundungan di Dunia Maya (cyberbullying)


Cyberbullying merupakan tindakan agresif dari seseorang atau sekelompok
orang terhadap orang lain yang lebih lemah (secara fisik maupun mental),
dengan menggunakan media digital. Tindakan ini bisa dilakukan terus menerus
oleh yang bersangkutan (UNICEF, n.d.).
10. Bentuk Cyberbullying
 Doxing (membagikan data personal seseorang ke dunia maya)
 Cyberstalking (mengintip dan memata-matai seseorang di dunia maya)
 Revenge porn (membalas dendam melalui penyebaran foto/video
intim/vulgar seseorang).
27
Selain balas dendam, perundungan ini juga dapat bertujuan untuk memeras
korban. Perundungan ini bisa memunculkan rasa takut si korban, bahkan dapat
terjadi kekerasan fisik di dunia nyata/offline (Dhani, 2016)

11. Ujaran Kebencian (Hate Speech)


Ujaran kebencian atau hate speech adalah ungkapan atau ekspresi yang
menganjurkan ajakan untuk mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau
sekelompok orang dengan tujuan membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan
diskriminasi kepada orang atau kelompok tersebut.

12. Transaksi Elektronik/Transaksi Daring


 Berdasarkan UU ITE No 11 tahun 2008, transaksi elektronik adalah dengan
menggunakan komputer, jaringan komputer, dan media elektronik lainnya.
 Alat transaksi daring adalah metode pembayaran saat kita melakukan
pembelanjaan daring. Jenis pembayaran atau transaksi daring diantaranya
ialah transfer bank, dompet digital/e-money, COD (Cash on Delivery) atau
pembayaran di tempat, pembayaran luring, kartu debit, kartu kredit.

B. Manajemen ASN
1. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
2. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil
Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
3. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
4. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi

28
pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik.
5. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN
berfungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan public
2) Pelayan public; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa.
6. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan
baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN
dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Setelah
mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan
tugas dan tanggungjawabnya.
7. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode
perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk
menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku
yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah

29

Anda mungkin juga menyukai