Bagaimana fisiologi gerak volunteer dan involunter pada umn dan lmn yang
diatur oleh saraf pusat dan saraf tepi?
2. Mengapa penderita merasa lemah pada kedua tungkainya sejak 7 hari yang
lalu?
Autoimun
Gangguan konduksi neuromuscular. Jumlah reseptor asetilkolin normal menjadi
menurun yang diyakini akibat cedera autoimun. Autoimun yang mengganggu
fungsi reseptor asetilkolin dan menurunkan efisiensi taut neuromuscular
kelemahan otot
Virus/proses inflamasi (paling sering infeksi Campylobacter jejuni)
Merubah sel dalam system saraf sehingga system imun mengenali sel tersebut
menjadi se asing. Selanjutnya, limfosit T yang tersensitisasi dan makrofag akan
menyerang myelin. Selain itu, limfosit T menginduksi limfosit B untuk
menghasilkan antibody yang menyerang bagian tertentu dari selubung myelin
menyebabkan kerusakan myelin (NINDS, 2000)
Akibatnya demielinasi ringan hingga berat yang menggangu konduksi impuls
dalam saraf perifer yang terserang.
Demielinasi akson safar perifer menyebabkan timbulnya gejala positif dan
negative. Gejala positif: nyeri dan parestesia yang berasal dari aktivitas impuls
abnormal dalam serat sensoris atau “cross talk” listrik antara akson abnormal yang
rusak.
Gejala negative : kelemahan otot atau paralisis otot dan hilangnya reflex
tendon(kerusakan akson motorik), menurunnya sensasi(kerusakan serabut
sensorik).
Infeksi virus poliomyelitis menyerang sel kormu anterior medulla spinalis
serta nucleus nervus cranialis
Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. PATOFISIOLOGI “konsep Klinis proses-
proses penyakit” Edisi 6 Vol 2.EGC
3. Mengapa keluhan semakin memberat sampai kelemahan pada otot lengan?
Kerusakan myelin pada GBS menyebabkan adanya gangguan
fungsi saraf perifer, yakni motorik, sensorik, dan otonom. Manifestasi
klinis yang utama adalah kelemahan motorik yang bervariasi, dimulai
dari ataksia sampai paralisis motorik total yang melibatkan otot-otot
pernafasan sehingga menimbulkan kematian. Awalnya pasien
menyadari adanya kelemahan pada tungkainya, seperti halnya ‘kaki
karet’, yakni kaki yang cenderung tertekuk (buckle), dengan atau
tanpa disestesia (kesemutan atau kebas).
Umumnya keterlibatan otot distal dimulai terlebih dahulu (paralisis
asendens Landry),1 meskipun dapat pula dimulai dari lengan. Seiring
perkembangan penyakit, dalam periode jam sampai hari, terjadi
kelemahan otot-otot leher, batang tubuh (trunk), interkostal, dan saraf
kranialis.
Pola simetris sering dijumpai, namun tidak absolut. Kelemahan otot
bulbar menyebabkan disfagia orofaringeal, yakni kesulitan menelan
dengan disertai oleh drooling dan/atau terbukanya jalan nafas, serta
kesulitan bernafas.
Kelemahan otot wajah juga sering terjadi pada GBS, baik unilateral
ataupun bilateral; sedangkan abnormalitas gerak mata jarang, kecuali
pada varian Miller Fisher.
Gangguan sensorik merupakan gejala yang cukup penting dan
bervariasi pada GBS. Hilangnya sensibilitas dalam atau proprioseptif
(raba-tekan-getar) lebih berat daripada sensibilitas superfisial (raba
nyeri dan suhu).1 Sensasi nyeri merupakan gejala yang sering muncul
pada GBS, yakni rasa nyeri tusuk dalam (deep aching pain) pada otot-
otot yang lemah, namun nyeri ini terbatas dan harus segera diatasi
dengan analgesik standar. dan arefleksia. Hilangnya sensasi nyeri dan
suhu umumnya ringan; bahkan Disfungsi kandung kencing dapat
terjadi pada kasus berat, namun sifatnya transien; bila gejalanya berat,
harus dicurigai adanya penyakit medulla spinalis. Tidak dijumpai
demam pada GBS; jika ada, perlu dicurigai penyebab lainnya. Pada
kasus berat, didapati hilangnya fungsi otonom, dengan manifestasi
fluktuasi tekanan darah, hipotensi ortostatik, dan aritmia jantung.
dr Widodo Judarwanto SpA, Children Allergy clinic dan Picky Eaters
Clinic Jakarta.
https://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/14/guillain-barre-
syndrome-gbs-patofisiologi-manifestasi-klinis-dan-diagnosis/
GBS harus dibedakan dari kondisi medis lainnya dengan gejala kelemahan motorik
subakut lainnya, antara lain sebagai berikut:
dr Widodo Judarwanto SpA, Children Allergy clinic dan Picky Eaters Clinic
Jakarta.
https://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/14/guillain-barre-
syndrome-gbs-patofisiologi-manifestasi-klinis-dan-diagnosis/
Autoimun
Merubah sel dalam system saraf sehingga system imun mengenali sel tersebut
menjadi se asing. Selanjutnya, limfosit T yang tersensitisasi dan makrofag akan
menyerang myelin. Selain itu, limfosit T menginduksi limfosit B untuk
menghasilkan antibody yang menyerang bagian tertentu dari selubung myelin
menyebabkan kerusakan myelin (NINDS, 2000)
Gejala negative : kelemahan otot atau paralisis otot dan hilangnya reflex
tendon(kerusakan akson motorik), menurunnya sensasi(kerusakan serabut
sensorik).
Gejala negative : kelemahan otot atau paralisis otot dan hilangnya reflex
tendon(kerusakan akson motorik), menurunnya sensasi(kerusakan serabut
sensorik).
Gejala sensorik cenderung ringan dan dapat terdiri dari nyeri, geli, mati rasa, serta
kelainan sensasi getar dan posisi.
dr Widodo Judarwanto SpA, Children Allergy clinic dan Picky Eaters Clinic
Jakarta.
https://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/14/guillain-barre-
syndrome-gbs-patofisiologi-manifestasi-klinis-dan-diagnosis/