Anda di halaman 1dari 2

Materi COC Nasional – Energize Day

Senin, 9 September 2019


“SEBUAH RUMAH BESAR YANG KITA SEBUT, INDONESIA”

Tanah Papua tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi


Seluas tanah sebanyak madu, adalah harta harapan
Tanah papua tanah leluhur, di sana aku lahir
Bersama angin bersama daun, aku dibesarkan
Hitam kulit keriting rambut aku Papua
Hitam kulit keriting rambut aku Papua
Biar nanti langit terbelah aku Papua

Syair indah dan heroik di atas adalah penggalan lirik lagu ‘Tanah Papua’ yang diciptakan tahun 1985
oleh seorang pemuda dari Papua, Yance Rumbino.

Dunia mengakui, Papua itu indah. Dunia mengetahui, Papua itu salah satu anggota keluarga di bumi
paling timur Indonesia. Sejak dulu hingga sekarang, kita, generasi yang lahir mulai dari Aceh hingga
Papua, adalah sekumpulan anak-anak Ibu Pertiwi yang akan selalu saling menyayangi. Pernahkah kita
merenung sejenak, bahwa keberadaan kita layaknya sebuah rumah? “Kitorang bersaudara” begitu
istilah di Papua. Aku, kamu, dan mereka, adalah bagian keluarga yang sama penting dan tidak
terpisahkan. Saling melengkapi, saling mengisi. Aceh serupa serambi karena dikenal sebagai Serambi
Mekkah, Jakarta bagai pilar dengan kemegahan hutan betonnya, Palangka Raya, kota terluas
wilayahnya, bagaikan kamar yang luas, Lombok dan Bali serupa taman dengan keindahan laut-darat-
udara, lalu Papua bagaikan atap dengan Jayawijaya yang merupakan pegunungan tertinggi di
Nusantara. Demikian juga daerah-daerah lain yang tidak kalah penting dalam berperan menjadikan
Indonesia sebagai sebuah ‘rumah besar’.

Beberapa waktu ini, angin berhembus kencang menghantam atap rumah kita. Dada penghuni rumah
seperti dipukul secara bersamaan. Tubuh seperti dicambuk dengan keras, tatkala mendapati
kenyataan yang tak diinginkan oleh leluhur kita yang dulu telah berjuang mati-matian mengambil
kembali hak untuk memerdekakan rumah kita dari tangan penjajah. Sebagian kita menyebut bencana
angin kencang itu dengan nama kerusuhan.
Asap gelap mengepul, benda terbakar, mengusik tenang dan damai di tanah leluhur Papua. Kami,
semua penghuni rumah, menyaksikan dengan pilu dan air mata, seraya berdoa, "Tuhan, sudahi
bencana ini, sayangi saudara kami, jangan hancurkan surga kami, karena kami cinta Papua. Papua juga
anak Ibu kami, anak Ibu Pertiwi. Papua terluka, kami juga merasakannya."

Kejadian yang menyisakan luka dan duka, tak lantas membuat rumah kami semakin hancur dan kami
penghuninya menyerah kemudian terusir. Kami harus segera bangkit, mengobati yang terluka,
menghibur yang duka, dan membangun kembali harta harapan bumi Papua. Prinsip hidup kami,
pantang berlama dalam duka. Kami bergerak cepat, melakukan apa yang mampu kami lakukan.
Perusahaan Listrik Negara (PLN), yang memang selama ini menjadi salah salah satu pejuang andalan
kami, bergegas bangkit dan terlibat aktif agar Sang Atap, Papua, kembali seperti sedia kala. Mengapa
PLN begitu vital dan penting? Sebab listrik merupakan sumber energi pertama yang harus segera pulih.
Kegiatan ekonomi bergantung akan keberadaan listrik. Aktivitas masyarakat dan komunikasi
bergantung listrik. Pengobatan bergantung listrik. Pendidikan dan begitu banyak aspek lainnya juga
bergantung akan listrik.

Di balik pemulihan PLN terhadap berbagai jaringan dan instalasi yang turut menjadi "korban" bencana,
patut diapresiasi juga keandalan motor penggeraknya. Ya, tanpa penggerak, mustahil PLN akan
Materi COC Nasional – Energize Day
Senin, 9 September 2019
berhasil dan Papua kembali terang dengan cepat. Penggerak itu adalah saudara-saudara kita, para
Insan PLN di tanah Papua, yang rela berjibaku dengan cuaca panas di lapangan, ikhlas hati dalam
bekerja, dan tulus memperbaiki sistem kelistrikan yang terdampak bencana. Mereka bekerja di tengah
situasi dimana sebagian perusahaan justru melakukan ‘evakuasi’ pegawainya ke luar bumi Papua.

“Pace, Mace, kitorang bersaudara, tra boleh saling rusak, kitorang harus kerjasama menerangi Papua”,
itulah himbauan yang diucapkan insan PLN kepada warga Papua saat itu.

Dengan semangat PLN Terbaik, sinergi, profesional, dan komit, insan PLN di Papua menghalau rasa
takut, menepis rasa ragu demi satu tekad, menjadikan tanah leluhur Papua kembali menjadi surga.
Papua Aman, Papua Damai, dan Papua Terang.

“Utamakan keselamatan, jalankan kewajiban kita sebagai insan PLN untuk menjaga keandalan pasokan
listrik. Semoga ini bisa membantu menjaga situasi tetap kondusif,” begitu pesan Ahmad Rofik selaku
Direktur Regional Maluku Papua menyemangati seluruh insan PLN di seantero tanah Papua.

Meski dengan peluh yang menganak sungai dan jantung berdegup kencang, tangan-tangan terampil
Insan PLN tak perlu diragukan lagi dalam melakukan pemulihan sistem kelistrikan. Lampu-lampu di
jalan dan rumah kembali benderang. Komunikasi dan ekonomi berangsur pulih dan normal. Dan
sungguh, kami segenap bangsa selaku penghuni rumah besar Indonesia, begitu berterima kasih atas
perjuangan insan PLN di tanah leluhur Papua yang menjadikan kembali surga kecil yang jatuh di bumi
Indonesia itu kembali menjadi terang, aman, dan damai.

“Biar nanti langit terbelah, aku Papua,” adalah syair penutup lagu yang menjadi penyemangat insan
PLN di Bumi Papua untuk terus menorehkan bakti membuat terang ibu Pertiwi.

Wahai insan PLN di Bumi Papua, betapa besar jasa kalian, Semoga Tuhan memberkahi dan mencatat
kerja kalian sebagai ibadah. Terima kasih sekali lagi kami sampaikan dari seluruh saudara Indonesia.

PLN Terbaik
Sinergi, Profesional, Komit
Satu, Maju, Andal

Karya : KFR - RTT

Anda mungkin juga menyukai