Anda di halaman 1dari 83

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Teknik Kimia Skripsi Sarjana

2018

Pembuatan Sabun Transparan Berbasis


Minyak Kelapa dengan Penambahan
Ekstrak Buah Mengkudu “Morinda
citrifolia” Sebagai Bahan Antioksidan

Sianturi, Meirany
Universitas Sumatera Utara

https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/9601
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BERBASIS
MINYAK KELAPA DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK BUAH MENGKUDU “Morinda citrifolia”
SEBAGAI BAHAN ANTIOKSIDAN

SKRIPSI

Oleh:

MEIRANY SIANTURI
140405054

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BERBASIS
MINYAK KELAPA DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK BUAH MENGKUDU “Morinda citrifolia”
SEBAGAI BAHAN ANTIOKSIDAN

SKRIPSI

Oleh:

MEIRANY SIANTURI
140405054

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN


PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
OKTOBER 2018

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BERBASIS MINYAK KELAPA


DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU “Morinda
citrifolia” SEBAGAI BAHAN ANTIOKSIDAN

dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada


Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi
ini adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang telah saya sebutkan
sumbernya.
Demikian pernyataan ini diperbuat, apabila kemudian hari terbukti bahwa karya
ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia sanksi
sesuai dengan aturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2018

Meirany Sianturi
NIM 140405054

i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan
ini merupakan Skripsi dengan judul “Pembuatan Sabun Transparan Berbasis
Minyak Kelapa dengan Penambahan Ekstrak Buah Mengkudu “Morinda
citrifolia” sebagai Bahan Antioksidan”, berdasarkan hasil penelitian yang
penulis lakukan di Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana teknik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat meningkatkan potensi
buah mengkudu sebagai bahan antioksidan pada proses pembuatan sabun
transparan serta meningkatkan nilai ekonomi dari minyak kelapa dan buah
mengkudu. Selain itu, untuk dapat mengetahui sifat-sifat sabun transparan yang
dihasilkan dengan penambahan mengkudu sebagai antioksidan ditinjau dari
bilangan penyabunan, kadar air, kadar alkali bebas, stabilitas busa, pH, tegangan
permukaan dan aktivitas antioksidan pada sabun transparan.
Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Ir. Lilis Sukeksi, M.Sc.,Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Zuhrina Masyithah, S.T., M.Sc dan Bapak Bode Haryanto,
S.T., M.T., Ph.D, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan
masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Ir. Bambang Trisakti, M.Si., selaku Koordinator Penelitian
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Maya Sarah, S.T., M.T., Ph.D., IPM, selaku Ketua Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

iv
Universitas Sumatera Utara
5. Ibu Dr. Maulida, S.T., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
mata kuliah.
6. Seluruh Dosen/Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen
Teknik Kimia.
7. Lionardo Setiawan selaku teman penelitian yang telah berkerja keras dan
bersabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh mahasiswa Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara yang telah
banyak memberi dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena
, itu penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2018


Penulis

Meirany Sianturi

v
Universitas Sumatera Utara
DEDIKASI

Skripsi ini saya persembahkan untuk :


1. Orangtua terhebat yang telah membesarkan, mendidik dan mendukung
dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Terima kasih atas pengorbanan,
nasehat dan do’a yang tiada hentinya yang telah kalian berikan selama ini.
2. Abang tercinta Jhon Piter Sianturi, Amd., dan kakak Conny Ivana Sianturi,
S.Ked yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta adik saya Karunia
Sianturi.
3. Seluruh Keluarga Besar yang selalu memberikan nasehat dan do’a.
4. Bapak Gembala Pdt. Yusak Wijaya Hendra dan “Keluarga dalam Tuhan”
yang telah memberikan pelajaran spiritual dan motivasi serta adik-adik saya
dalam Tuhan, Yohana Peryiwi Situmorang dan Dosna Simatupang.
5. Seluruh guru dari TK, SD, SMP dan SMA, dan seluruh dosen yang telah
sabar mengajar dan membimbing selama ini.
6. Sahabat terbaik yang selalu mendukung saya Debora Jelita Simatupang,
S.Kom yang telah memberikan keceriaan dan doa untuk meraih cita-cita
bersama.
7. Teman- teman “Ciwi Ceriwis” yaitu Anggreiny Piranti, S.T., Intan
Hutahaean, S.Ked., Rima Ontina Siregar dan Sunitha Sapta yang selalu
mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Partner saya Lionardo Setiawan yang membantu dalam penelitian.
9. Hira, S.T serta teman-teman terbaik yang tidak dapat disebutkan namanya
satu per satu yang telah memberikan keceriaan, dukungan dan do’a untuk
meraih cita-cita bersama.
10. Seluruh teman, senior dan junior sekaligus keluarga terbaik selama di Teknik
Kimia, khususnya seluruh mahasiswa/i stambuk 2014 tanpa terkecuali yang
telah banyak memberikan banyak dukungan, semangat, do’a, pembelajaran
hidup, dan kenangan tidak terlupakan kepada penulis.
Terima kasih kepada seluruhnya tanpa kalian semua saya mungkin tidak
akan mampu untuk menyelesaiankan semua ini. Terakhir saya meminta maaf
kepada seluruhnya jika selama ini ada tingkah laku saya yang kurang berkenan.

vi
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Meirany Sianturi


NIM : 140405054
Tempat, tanggallahir : Medan, 31 Mei 1996
Nama orang tua : Marlan Sianturi
Alamat orang tua : Jl. Enggang 12 no. 334,
Medan
Asal Sekolah:
 TK Gloria, Medan 2001-2002
 SD. RK. Budi Luhur Medan, Sumatera Utara tahun 2002 - 2008
 SMP Tri Sakti 1 Medan, Sumatera Utara tahun 2008 - 2011
 SMA N. 7 Medan, Sumatera Utara tahun 2011 – 2014
 Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara 2014 – 2018
Pengalaman Organisasi/Kerja:
1. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) FT USU periode
2017/2018 sebagai Anggota.
2. Keluarga Mahasiswa Kristen (KMK) FT USU periode 2017/2018 sebagai
Anggota.
3. Kerja Pratek di PT. Socfindo Tanah Gambus, Batu Bara, Sumatera Utara
tahun 2017.

vii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Sabun padat transparan adalah sabun dengan tampilan transparan dan menarik.
Buah mengkudu mengandung antioksidan yang akan meningkatkan nilai sabun
transparan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sabun transparan dengan
penambahan buah mengkudu dan melihat bagaimana sifat – sifat sabun yang
dihasilkan serta kemampuan aktivitas antioksidan sabun dengan buah mengkudu.
Penelitian ini mencakup proses pre-treatment yaitu pengambilan ekstrak
mengkudu dengan proses maserasi menggunakan etanol, kemudian pembuatan
sabun dengan menggunakan minyak kelapa dan minyak jarak, dengan variasi
konsentrasi larutan alkali dan jumlah mengkudu yang digunakan. Analisa yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa alkali bebas/ asam lemak bebas,
kadar air, pH, tegangan permukaan, stabilitas busa, bilangan penyabunan dan
aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Pada analisa aktivitas antioksidan,
diperoleh bahwa pada konsentrasi larutan alkali 26% dan penambahan mengkudu
𝜇𝑔
sebesar 30 gram, aktivitas antioksidan pada sabun bernilai 153,58 𝜇𝐿 , dimana
menurut klasifikasi Blois termasuk kedalam antioksidan lemah.

Kata kunci: aktivitas antioksidan, DPPH, klasifikasi Blois, mengkudu,


sabun transparan,

viii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Transparent solid soap is a soap with a transparent and attractive appearance. Noni
can increase antioxidants activity of transparent soap because it contains
antioxidants. The aims of this study are to make transparent soap which by
extracting noni and know the properties and the ability of antioxidant activity in it.
This study consists of pre-treatment process which by extracting noni with
maceration process using ethanol, then making soap using coconut oil and castor
oil. The variables in this study are the concentration of alkaline solution and the
number of noni used. The analysis includes free alkali / free fatty acid analysis,
moisture content, pH, surface tension, foam stability, saponification number and
antioxidant activity using DPPH method. The antioxidant activity in soap was
153.58 μg /μ in alkaline solution concentration of 26% and the addition of noni at
30 grams, while according to the Blois classification was included as a weak
antioxidant.

Keywords: antioxidant activity, Blois classification, DPPH, noni,


transparent soap.

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN ii
PERSETUJUAN iii
PRAKATA iv
DEDIKASI vi
RIWAYAT HIDUP vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
DAFTAR SINGKATAN xvi
DAFTAR SIMBOL xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 3
1.3 TUJUAN PENELITIAN 3
1.4 MANFAAT PENELITIAN 3
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 SABUN 5
2.2 MEKANISME REAKSI SABUN 6
2.3 JENIS-JENIS SABUN 8
2.4 SABUN PADAT TRANSPARAN 9
2.5 BAHAN PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN 10
2.5.1 Minyak Kelapa 11
2.5.2 Minyak Jarak 13
2.5.3 Mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai Bahan Antioksidan 14
2.5.4 Alkali Natrium Hidroksida (NaOH) 15

x
Universitas Sumatera Utara
2.5.5 Bahan Pewarna 17
2.5.6 Asam Stearat 17
2.5.7 Etanol 17
2.5.8 Gliserin 18
2.5.9 Air 18
2.5.10 Gula Pasir 18
2.5.11 Asam Sitrat 19
2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI
PENYABUNAN 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21
3.2 ALAT DAN BAHAN 21
3.2.1 Alat 21
3.2.2 Bahan 21
3.2 LOKASI PENELITIAN 22
3.3 CARA KERJA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN 22
3.3.1 Pembuatan Sabun Transparan 22
3.3.2 Pemeriksaan Bilangan Penyabunan 24
3.3.3 Pemeriksaan Kadar Air pada Sabun Transparan 24
3.3.4 Pemeriksaan Kadar Alkali Bebas 25
3.3.5 Pengujian Tegangan Permukaan 25
3.3.6 Pengukuran Stabilitas Busa 26
3.3.7 Pengukuran/ Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH) 26
3.3.8 Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH 26
3.3 FLOWCHART PENELITIAN 28
3.3.1 Penyiapan Ekstrak Mengkudu 28
3.3.2 Pembuatan Sabun Transparan 29
3.3.3 Pemeriksaan Bilangan Penyabunan 30
3.3.4 Pemeriksaan Kadar Air pada Sabun Transparan 31
3.3.5 Pemeriksaan Kadar Alkali Bebas 32
3.3.6 Pengujian Tegangan Permukaan 33
3.3.7 Pengukuran Stabilitas Busa 34
3.3.8 Pengukuran/ Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH) 35
3.3.9 Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 37
4.1 PENELITIAN AWAL 37
4.1.1 Penentuan Konsentrasi Larutan Gula 37

xi
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Analisa Kadar Alkali Bebas pada Sabun Transparan dengan
Penambahan Mengkudu sebagai Antioksidan 38
4.2 PENGARUH BAHAN ADITIF MENGKUDU SEBAGAI
ANTIOKSIDAN TERHADAP KADAR AIR SABUN 39
4.3 PENGARUH BAHAN ADITIF MENGKUDU SEBAGAI
ANTIOKSIDAN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS 41
4.4 PENGARUH BAHAN ADITIF MENGKUDU SEBAGAI
ANTIOKSIDAN TERHADAP DERAJAT KEASAMAN (pH) 42
4.5 PENGARUH BAHAN ADITIF MENGKUDU SEBAGAI
ANTIOKSIDAN TERHADAP STABILITAS BUSA SABUN 43
4.6 PENGARUH BAHAN ADITIF MENGKUDU SEBAGAI
ANTIOKSIDAN TERHADAP BILANGAN PENYABUNAN 45
4.7 PENGARUH BAHAN ADITIF MENGKUDU SEBAGAI
ANTIOKSIDAN TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN 46
4.8 PENGARUH BAHAN ADITIF MENGKUDU SEBAGAI
ANTIOKSIDAN TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 50
5.1 KESIMPULAN 50
5.2 SARAN 51
DAFTAR PUSTAKA 52

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Reaksi Saponifikasi Sabun Padat 6


Gambar 2.2 Sabun Padat 9
Gambar 2.3 Sabun Cair 9
Gambar 2.4 Sabun Transparan 10
Gambar 2.5 Minyak Kelapa 11
Gambar 2.6 Minyak Jarak 13
Gambar 2.7 Mengkudu 14
Gambar 2.8 Natrium Hidroksida (NaOH) 16
Gambar 2.9 Gula Pasir 19
Gambar 3.1 Flowchart Penyiapan Ekstrak Mengkudu 28
Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Sabun Transparan 29
Gambar 3.3 Flowchart Analisa Bilangan Penyabunan 30
Gambar 3.4 Flowchart Analisa Kadar Air Sabun Transparan 31
Gambar 3.5 Flowchart Pemeriksaan Kadar Alkali Sabun 32
Gambar 3.6 Flowchart Pengujian Tegangan Permukaan 33
Gambar 3.7 Flowchart Pengukuran Stabilitas Busa 34
Gambar 3.8 Flowchart Pengukuran Derajat Keasaman (pH) 35
Gambar 3.9 Flowchart Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan
Metode DPPH 36
Gambar 4.1 Sabun dengan konsentrasi 25%, 40%, 55%, dan 70% 37
Gambar 4.2 Analisis Kadar Air Sabun Transparan 39
Gambar 4.3 Analisis Kadar Asam Lemak Bebas Sabun Transparan 41
Gambar 4.4 Analisis Derajat Keasaman Sabun Transparan 42
Gambar 4.5 Analisis Stabilitas Busa Sabun Transparan 43
Gambar 4.6 Analisis Bilangan Penyabunan Sabun Transparan 45
Gambar 4.7 Analisis Tegangan Permukaan Sabun Transparan 47
Gambar 4.8 Analisis Aktivitas Antioksidan pada Sabun Transparan 47
Gambar 4.9 Persamaan Regresi pada Uji Antioksidan 47

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Syarat Mutu Sabun Mandi sesuai SNI 8


Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa 12
Tabel 2.3 Sifat Sabun berdasarkan Asam Lemak 13
Tabel 3.1 Syarat Mutu Sabun Mandi sesuai SNI 23
Tabel 4.1 Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mengkudu
Pada Sabun Transparan 48

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN 56


L1.1 Pengujian Sabun Transparan 56
LAMPIRAN 2 CONTOH PERHITUNGAN 57
L2.1 Perhitungan Kadar Air 57
L2.2 Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas 57
L2.3 Perhitungan Tegangan Permukaan 57
L2.4 Perhitungan Bilangan Penyabunan 58
L2.5 Perhitungan Stabilitas Busa 58
LAMPIRAN 3 DOKUMENTASI PENELIAN 59
L3.1 Hasil Pembuatan Sabun Transparan 59
L3.2 Hasil Pengujian Kadar Air 59
L3.3 Hasil Pengujian Tegangan Permukaan 60
L3.4 Hasil Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas 60
L3.5 Hasil Pengukuran Stabilitas Busa 61
L3.6 Hasil Pengukuran Derajat Keasaman 61
L3.7 Pengujian Aktivitas Antioksidan Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis 62
L3.8 Hasil Pengujian Bilangan Penyabunan 62
LAMPIRAN 4 HASIL UJI LABORATORIUM 63
L4.1 Pengujian Aktivitas Antioksidan 63
L4.2 Pengujian Tegangan Permukaan 63

xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN

BPS Badan Pusat Statistik


DPPH 2,2-diphenyl-1-pycrylhydrazyl
DSN Dewan Standarisasi Nasional
IC Inhibitor Concentration
KOH Kalium Hidroksida
mg milligram
mL mililiter
NaOH Natrium Hidroksida
ppm part per million
SNI Standar Nasional Indonesia
UV-Vis UltraViolet-Visible

xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SIMBOL

Simbol Keterangan Dimensi


M massa contoh sabun/minyak g
T/N Normalitas HCl N
V0 Volume titrasi blanko mL
V1 Volume titrasi sampel mL
W1 berat contoh + botol timbang g
W2 berat contoh setelah pengeringan g
W berat contoh g
V volume titrasi HCl mL
µg mikrogram
µL mikroliter

xvii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sabun merupakan bahan yang berfungsi membersihkan kotoran dan bakteri dari
kulit. Dewasa ini, pemanfaatan sabun sebagai pembersih kulit semakin meningkat
dan beragam. Keragaman sabun yang dijual secara komersial terlihat pada jenis,
wangi, warna dan manfaat yang ditawarkan [1]. Proses pembuatan sabun dengan
reaksi saponifikasi terbagi menjadi dua yaitu proses panas dan proses dingin.
Perbedaan kedua proses tersebut yaitu sabun yang dibuat dengan proses dingin
dilakukan pada suhu kamar atau tanpa disertai pemanasan, sedangkan proses panas
melibatkan reaksi saponifikasi dengan panas yang dilakukan pada suhu 70-80°C [2].
Sabun mandi dibagi menjadi dua jenis yaitu sabun cair dan sabun padat. Sabun cair
merupakan sabun yang dibuat dari reaksi saponifikasi antara lemak atau asam
karboksilat dengan alkali kalium hidroksida (KOH), sedangkan sabun padat dibuat
dengan alkali natrium hidroksida (NaOH). Sabun padat terdiri dari 3 jenis yaitu
sabun opaque, translucent dan transparan. Sabun opaque (sabun padat biasa) adalah
sabun yang digunakan sehari-hari, sabun translusen adalah sabun yang sifatnya
berada diantara sabun opaque dan trasparan, sedangkan sabun transparan adalah
sabun yang sering digunakan untuk sabun kecantikan wajah dan sabun kesehatan
kulit [3].
Pada umumnya, sabun mandi yang sering digunakan adalah sabun jenis opaque,
namun berdasarkan survei yang telah dilakukan sebelumnya dinyatakan bahwa
tampilan dari sabun tranparan lebih menarik daripada sabun opaque [4]. Sabun
transparan memiliki tampilan yang transparan dan lebih berkilau dibanding jenis
sabun opaque serta mampu menghasilkan busa yang lembut di kulit. Tampilan dari
sabun transparan yang menarik, berkelas dan mewah membuat sabun transparan
dijual dengan harga yang relatif lebih mahal. Selain itu, sabun transparan juga bisa
dijadikan cindera mata dan souvenir yang unik dan eksklusif [5].
Kualitas sabun yang baik dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan. Salah
satu bahan baku yang sangat potensial dalam pembuatan sabun adalah minyak
kelapa. Hal ini dikarenakan adanya kandungan asam laurat dan vitamin E yang tinggi

1
Universitas Sumatera Utara
dalam minyak kelapa tersebut [5]. Asam laurat merupakan asam lemak jenuh yang
mampu mengeraskan atau memadatkan sabun dan berkhasiat sebagai antimikroba
alami. Asam laurat juga sangat diperlukan dalam proses pembuatan sabun, karena
ketika asam laurat dalam minyak kelapa berekasi dengan alkali, akan menghasilkan
gliserin yang berfungsi untuk menghaluskan dan melembabkan kulit [6].
Indonesia memiliki garis pantai terpanjang ke-4 dengan panjang garis pantai
seluas 95.181 kilometer persegi, menurut data yang dikeluarkan Dewan Kelautan
Indonesia (2015), sebagian besar dari pesisir pantai tersebut ditumbuhi oleh tanaman
kelapa. Melimpahnya tanaman kelapa di Indonesia dapat mendorong pengolahan
minyak kelapa dengan baik untuk digunakan menjadi berbagai kebutuhan misalnya
pembuatan sabun [7].
Kemampuan utama sabun padat transparan sebagai pembersih tidak cukup
membuatnya menarik dari segi pemasaran apabila tidak disertai manfaat yang lebih
spesifik. Oleh sebab itu, dibutuhkan bahan aktif yang mampu memberikan manfaat
ganda pada sabun transparan selain zat pembersih yang bisa berfungsi sebagai
penangkal radikal bebas dan mencegah infeksi bakteri maupun mikroba [8]. Salah
satu bahan yang memiliki khasiat antibakteri dan antioksidan yaitu ekstrak buah
mengkudu. Mengkudu termasuk tumbuhan keluarga kopi-kopian (Rubiaceae), yang
mulanya berasal dari wilayah daratan Asia Tenggara. Setelah lunak, daging buah
mengkudu banyak mengandung air yang aromanya tidak sedap. Bau itu timbul
karena pencampuran antar asam kaprik dan asam kaproat. Kedua senyawa tersebut
bersifat aktif sebagai antibiotik [9]. Kandungan nutrisi yang terkandung dalam buah
mengkudu adalah protein, mineral, vitamin C dan asam lemak rantai pendek. Kadar
vitamin C pada buah mengkudu yaitu 12, 24%. Buah mengkudu menghasilkan
sederatan antioksidan diantaranya: scopoletin, nitric oxide, vitamin C dan vitamin A
[10]. Buah mengkudu yang dicampurkan dalam pembuatan sabun padat transparan,
selain menambah kuantitas pada sabun, juga dapat membantu merawat kulit karena
kandungan antioksidannya dapat mencegah penuaan atau kerusakan kulit [8].

2
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitan ini yaitu:
1. Bagaimana proses pembuatan sabun transparan dengan menggunakan minyak
kelapa sebagai sumber asam lemak serta konsentrasi larutan gula yang tepat
untuk tingkat transparansi sabun transparan yang terbaik.
2. Bagaimana potensi buah mengkudu sebagai bahan antioksidan pada proses
pembuatan sabun transparan dengan menggunakan minyak kelapa sebagai
sumber asam lemak terhadap sifat-sifat sabun yang dihasilkan ditinjau dari
bilangan penyabunan, kadar air, kadar alkali bebas, stabilitas busa, pH,
tegangan permukaan dan aktivitas antioksidan pada sabun transparan yang
dihasilkan.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu:
1. Membuat sabun transparan dengan menggunakan minyak kelapa sebagai
sumber asam lemak dan menentukan konsentrasi larutan gula yang tepat
untuk tingkat transparansi sabun transparan yang terbaik.
2. Menganalisis potensi buah mengkudu sebagai bahan antioksidan pada proses
pembuatan sabun transparan dengan menggunakan minyak kelapa sebagai
sumber asam lemak terhadap sifat-sifat sabun yang dihasilkan ditinjau dari
bilangan penyabunan, kadar air, kadar alkali bebas, stabilitas busa, pH,
tegangan permukaan dan aktivitas antioksidan pada sabun transparan yang
dihasilkan.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Mampu membuat sabun transparan dengan menggunakan minyak kelapa
sebagai sumber asam lemak dan menentukan konsentrasi larutan gula yang
tepat untuk tingkat transparansi sabun transparan yang terbaik.
2. Mampu menganalisis potensi buah mengkudu sebagai bahan antioksidan
pada proses pembuatan sabun transparan terhadap sifat-sifat sabun yang
dihasilkan
3. Dapat meningkatkan nilai ekonomi dari minyak kelapa dan buah mengkudu.

3
Universitas Sumatera Utara
4. Dapat menambah pengetahuan dalam bidang teknik kimia bagi pembaca
5. Dapat menjadi dasar referensi untuk penelitian-penelitian yang akan datang.

1.5 Ruang Lingkup


Penelitian Pembuatan Sabun Transparan Berbasis Minyak Kelapa dengan
Penambahan Ekstrak Buah Mengkudu sebagai Antioksidan ini dilaksanakan di
Laboratorium Penelitian, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kelapa,
minyak jarak, asam stearat, natrium hidroksida (NaOH), gula pasir, gliserin, natrium
klorida (NaCl), etanol 96%, asam sitrat, mengkudu dan aquadest. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah hotplate, timbangan, beaker glass, oven,
termometer dan magnetic stirrer.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel tetap:
(1) Bahan Baku = minyak kelapa 40 gram
= minyak jarak 30 gram
(2) Suhu reaksi = 80˚C
(3) Waktu reaksi = 60 menit
(4) Konsentrasi larutan gula = 70%
2. Variabel berubah:
(1) Konsentrasi mengkudu = 0; 10; 20; 30 gram
(2) Konsentrasi NaOH = 26% ; 28% ; 30% ; 32%
Adapun analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan analisis tambahan adalah:
1. Analisis bilangan penyabunan
2. Analisis kadar air
3. Analisis kadar alkali bebas
4. Analisis stabilitas busa
5. Analisis derajat keasaman (pH)
6. Analisis tegangan permukaan
7. Analisis aktivitas antioksidan

4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sabun
Sabun merupakan bahan yang digunakan untuk membersihkan diri dari
kotoran, kuman dan hal-hal lain yang membuat tubuh menjadi kotor. Bahkan di
zaman sekarang ini sabun bukan hanya digunakan untuk membersihkan diri, tetapi
juga ada beberapa sabun yang sekaligus berfungsi untuk melembutkan, memutihkan,
maupun menjaga kesehatan kulit [6]. Garam natrium atau kalium dari asam lemak,
seperti asam stearat, asam palmitat, dan asam oleat, yang berasal dari minyak nabati
atau lemak hewani disebut juga sabun. Bentuk dari sabun tersebut yaitu (keras),
lunak, berbusa, dan digunakan sebagai pembersih. Dewan Standarisasi Nasional
(DSN) menyatakan bahwa sabun adalah bahan yang digunakan untuk tujuan mencuci
dan mengemulsi, terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan natruim
atau kalium [11].
Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis
dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah di pasaran seperti sabun
mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga
sabun yang digunakan dalam industri. Fungsi sabun yaitu mengemulsi kotoran-
kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Proses pembuatan sabun yaitu
melalui saponifikasi lemak atau minyak menggunakan larutan alkali dengan
membebaskan gliserol. Lemak atau minyak yang digunakan dapat berupa lemak
hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.. Semua minyak atau lemak
pada dasarnya dapat digunakan untuk membuat sabun. Sifat-sifat sabun yang
dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam lemak yang
digunakan [6].
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah ditemukan. Pada
tahun 2500 sebelum Masehi, masyarakat Sumeria telah menemukan sabun kalium
yang digunakan untuk mencuci wol. Sabun ini dibuat dari minyak dan abu tumbuhan
yang kaya akan kalium karbonat. Informasi tentang sabun juga ditulis dalam literatur
– literatur bangsa Mesir yang berhubungan dengan kedokteran. Seni pembuatan
sabun mulai berkembang dengan pesat selama abad pertengahan di Perancis, Italia

5
Universitas Sumatera Utara
dan Inggris. Sabun transparan dengan nama “Pears transparant soap” dikenal di
Inggris pada tahun 1789. Sabun mengalami kemajuan yang sangat pesat khususnya
di Marseilles pada abad ke-18. Sekarang ini, sabun tidak hanya berfungsi sebagai
kosmetik tetapi menjadi kebutuhan wajib yang harus dipakai untuk menunjang
kehidupan sehari-hari [12]

2.2 Mekanisme Reaksi Sabun


Sabun merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari
minyak nabati atau lemak hewani bebentuk padat, lunak atau cair, dan berbusa.
Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam
lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasa digunakan
adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH). Jika basa yang
digunakan adalah NaOH, maka produk reaksi berupa sabun keras (padat), sedangkan
basa yang digunakan adalah KOH, maka produk reaski berupa sabun cair [12].

Gambar 2.1 Mekanisme Reaksi Saponifikasi Sabun Padat [11]

Pada gambar diatas dijelaskan bahwa reaksi pembuatan sabun terdiri dari
minyak/ lemak (asam karboksilat) dan alkali sebagai umpan dan menghasilkan sabun
dan gliserol sebagai produk reaksi. Adapun mekanisme reaksi dapat dilihat sebagai
berikut: Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan
alkali merupakan larutan yang tidak saling melarut (immiscible). Setelah terbentuk
sabun maka kecepatan reaksi akan meningkat, karena reaksi penyabunan bersifat
sebagai reaksi autokatalitik, maka pada akhirnya kecepatan reaksi akan menurun lagi
karena jumlah minyak yang sudah berkurang. Reaksi penyabunan merupakan reaksi

6
Universitas Sumatera Utara
eksotermis sehingga harus diperhatikan pada saat penambahan minyak dan alkali
agar tidak terjadi panas yang berlebihan. Pada proses penyabunan, penambahan
larutan alkali (KOH/NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan
dipanasi (apabila untuk menghasilkan sabun [13]
Terdapat dua proses yang biasa digunakan dalam cara pembuatan sabun yaitu
proses dingin dan proses panas yang dapat kita lihat perbedaannya sebagai berikut
[14] [15]:
1. Proses Dingin
Dalam proses dingin, lemak/ minyak direaksikan dengan alkali pada suhu
kamar untuk memastikan pencairan lemak. Sabun yang dibuat dengan proses dingin
memerlukan curing time (waktu pematangan sabun) yang lama sampai dengan sabun
tersebut siap pakai. Curing time adalah waktu yang dibutuhkan untuk menguapkan
air dalam sabun natural sehingga sabun akan menjadi aman digunakan, lebih keras,
busa lebih baik, semakin lembut jika dipakai dan lebih tahan lama. Semakin lama
usia sabun, maka kualitasnya akan semakin baik karena telah melewati proses cure
(pematangan) yang lama, sabun menjadi padat sempurna dan manfaat dari sabun
akan lebih baik. Sabun dapat bertahan sampai lebih dari tiga tahun dengan cara
penyimpanan yang tepat, yaitu dibiarkan dalam ruang terbuka (agar proses curing
tetap berjalan), tidak disimpan dalam suhu lembab, dan tidak tekena sinar matahari
langsung. Sabun yang dibuat dengan proses dingin membutuhkan waktu 4-6 minggu
untuk dapat digunakan, karena selama masa ini akan terjadi reaksi kimia antara
kaustik soda, minyak, dan air yang nantinya akan menghasilkan sabun. Selain itu
kandungan air dalam sabun juga akan menguap sehingga sabun lebih keras sewaktu
digunakan.
2. Proses Panas
Untuk memproduksi sabun secara massal, pabrik sabun komersial
menggunakan proses panas. Berbeda dengan proses dingin, dalam proses panas
waktu yang dibutuhkan sangat singkat karena sabun dipaksa untuk bereaksi dengan
cepat. Dengan metode hot process, waktu tunggu (curing time) hanya 18- 48 jam
agar sabun mengeras untuk dapat digunakan. . Cara ini efektif untuk menekan biaya
produksi sehingga sabun dapat dijual dengan harga murah. Reaksi penyabunannya
merupakan reaksi eksotermis sehingga harus diperhatikan pada penambahan larutan

7
Universitas Sumatera Utara
alkali (KOH atau NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi
untuk menghasilkan sabun. Untuk membuat proses yang lebih sempurna dan merata
maka pengadukan harus lebih baik, penambahan panas dan pengadukan yang cepat
cenderung mempercepat proses saponifikasi.

Tabel 2.1 Syarat Mutu Sabun Mandi sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) [12]
No Uraian Tipe I Tipe II Superfat
1 Kadar air, % Maks 15 Maks 15 Maks 15
2 Jumlah asam lemak, % >70 64-70 >70
3 Alkali bebas
-dihitung sebagai NaOH, % Maks 0,1 Maks 0,1 Maks 0,1
- dihitung sebagai KOH, % Maks 0,14 Maks 0,14 Maks 0,14
4 Asam lemak bebas dan atau lemak
<2,5 <2,5 2,5-7,5
netral, %
5 Minyak mineral Negatif Negatif Negatif

Dari tabel 2.1 di atas, dapat kita amati syarat mutu sabun mandi yang
ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sabun yang beredar di pasaran
mencakup sifat kimiawi dari sabun mandi, yaitu jumlah asam lemak minimum
≥70%, asam lemak bebas maksimum ˂2,5%, alkali bebas dihitung sebagai NaOH
maksimum 0,1%, lemak netral 2,5%, serta kadar air maksimum 15% [12]

2.3 Jenis- Jenis Sabun


Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Berdasarkan bentuknya, sabun yang dikenal pada saat ini terbagi
menjadi 2 yaitu:
1. Sabun Padat
Di pasar, sabun padat lebih sering digunakan oleh masyarakat pada
umumnya, selain harganya lebih ekonomis dibandingkan dengan sabun
mandi jenis lain kandungan gliserinnya pun tidak banyak hilang. Sabun padat
adalah sabun yang dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang
dikeraskan dengan proses hidrogenasi. Alkali yang digunakan adalah NaOH
dan bersifat sukar larut dalam air [8]. Sabun padat dapat dibedakan menjadi 3
jenis. Jenis sabun tersebut dapat dibedakan dengan mudah dari
penampakannya. Sabun opaque adalah jenis sabun yang biasa digunakan

8
Universitas Sumatera Utara
sehari-hari yang berbentuk kompak dan tidak tembus cahaya, sabun
transparan merupakan sabun yang paling banyak meneruskan cahaya jika
pada batang sabun dilewatkan cahaya, sedangkan sabun translusen
merupakan sabun yang sifatnya berada di antara sabun transparan dan sabun
opaque [16].
Berikut adalah gambar dari sabun padat:

Gambar 2.2 Sabun Padat


2. Sabun Cair
Sabun yang berbentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar, dapat
dibuat dari minyak kelapa dan menggunakan KOH sebagai alkali. Jenis sabun
cair antara lain sabun cair pencuci piring, sabun antiseptik dan sabun
kesehatan [8].
Berikut adalah gambar sabun cair:

Gambar 2.3 Sabun Cair

2.4 Sabun Padat Transparan


Sabun padat transparan adalah sabun yang berbentuk batangan dengan
tampilan transparan, menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakannya
lebih berkilau dibandingkan jenis sabun lainnya. Sabun transparan sering disebut
sebagai sabun gliserin, karena pada proses pembuatan sabun transparan ditambahkan

9
Universitas Sumatera Utara
sekitar 10-15 % gliserin. Tampilan sabun transparan yang menarik mewah dan
berkelas menyebabkan sabun transparan dijual dengan harga yang relatif lebih mahal
[17]. Sabun mandi transparan adalah salah satu produk inovasi sabun yang
menjadikan sabun menjadi lebih menarik. Sabun transparan mempunyai busa yang
lebih halus dibandingkan dengan sabun opaque (sabun yang tidaktransparan) [8].
Sabun transparan merupakan sabun yang memiliki tingkat transparansi paling
tinggi. Sabun jenis ini memancarkan cahaya yang menyebar dalam partikel-partikel
kecil, sehinga obyek yang berada diluar sabun akan kelihatan jelas (tembus pandang)
[18]. Faktor yang dapat mempengaruhi transparansi sabun adalah kandungan
alkohol, gula, dan gliserin dalam sabun. Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening,
maka hal yang paling penting adalah kualitas gula, alkohol, dan gliserin. Kandungan
gliserin baik untuk kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit dan
membentuk fasa gel pada sabun [8].

Gambar 2.4 Sabun Transparan

Sabun transparan dibuat dari campuran minyak/lemak dan larutan NaOH


yang disebut dengan reaksi saponifikasi yang dilakukan pada suhu 70-80 °C.
Struktur transparan Pada sabun didapat karena penambahan bahan-bahan seperti
etanol, gliserin, dan Larutan gula. Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan
sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH disebut sabun
lunak (soft soap). Sabun dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses
netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak akan memperoleh produk sampingan
yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses

10
Universitas Sumatera Utara
saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses
netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali [5].

2.5 Bahan Pembuatan Sabun Transparan


2.5.1 Minyak Kelapa
Minyak kelapa adalah minyak nabati yang sering digunakan dalam industri
pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui
ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan
asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan
terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki
kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat [13].

Gambar 2.5 Minyak Kelapa

Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa.


Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua sebanyak 34,7%. Minyak kelapa
digunakan sebagai bahan baku industri atau sebagai minyak goreng. Minyak kelapa
dapat diekstrak dari daging kelapa segar atau diekstrak dari daging kelapa yang telah
dikeringkan atau yang biasa disebut kopra. Pengolahan minyak kelapa dapat
dilakukan dengan cara kering dan basah. Cara kering dilakukan dengan pengepresan
kopra, sedangkan cara kering biasanya dilakukan di pabrik pengolahan minyak
kelapa karena memerlukan investasi yang cukup besar untuk pembelian alat dan
mesin-mesin. Cara basah dilakukan dengan cara membuat santan dari daging kelapa
dan dipanaskan untuk memisahkan minyak dari bagian yang mengemulsinya. Cara
lain untuk mendapatkan minyak kelapa secara basah adalah secara fermentasi.
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme sebagai inokulum

11
Universitas Sumatera Utara
seperti bakteri dan khamir. Minyak kelapa yang dihasilkan lebih banyak dan
warnanya lebih jernih [19].
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan ke dalam
minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar jika
dibandingkan asam lemak lainnya. Komposisi asam lemak minyak kelapa dapat
dilihat pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Pada Minyak Kelapa [20]
Asam Lemak Jumlah (%)
Asam Lemak Jenuh
Laurat (C12H24O2) 44-52
Miristat (C14H28O2) 13-19
Palmitat (C16H32O2) 7,5-10,5
Kaprilat (C8H16O2) 5,5-9,5
Kaprat (C10H20O2) 4,5-9,5
Stearat (C16H36O2) 1-3
Kaproat (C6H12O2) 0-0,8
Arachidat (C20H40O2) 0-0,04
Asam Lemak Tidak Jenuh
Oleat (C16H34O2) 5-8
Linoleat (C18H32O2) 1,5-2,5
Palmitoleat (C16H30O2) 0-1,3

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa asam lemak jenuh minyak kelapa
lebih kurang 90 persen. Minyak kelapa mengandung 84 persen trigliserida dengan
tiga molekul asam lemak jenuh, 12 persen trigliserida dengan dua asam lemak jenuh
dan 4 persen trigliserida dengan satu asam lemak jenuh [20].

Tabel 2.3 Sifat Sabun berdasarkan Asam Lemak


Asam Lemak Fungsi
Asam Laurat Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa
lembut
Asam Linoleat Melembabkan
Asam Miristat Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa
lembut
Asam Oleat Melembabkan
Asam Palmitat Mengeraskan, mestabilkan busa
Asam Ricinoleat Melembabkan, menghasilkan busa yang stabil dan

12
Universitas Sumatera Utara
lembut
Asam Stearat Mengeraskan, menstabilkan busa

Setiap minyak memiliki jenis asam lemak yang dominan. Minyak kelapa
digolongkan ke dalam asam laurat karena asam laurat didalamnya lebih besar jika
dibandingkan dengan asam lemak lain. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
sifat sabun yang dihasilkan oleh minyak kelapa adalah keras, dapat membersihkan
kulit, dapat menghasilkan busa dan bersifat lembut karena minyak kelapa banyak
mengandung asam laurat [11].

2.5.2 Minyak Jarak


Buah jarak terdiri dari 75% daging, dan 25% kulit. Daging buah jarak ini bisa
memberikan rendemen 54% minyak. Minyak yang dihasilkan dari biji tanaman jarak
dikenal sebagai minyak jarak. Minyak jarak berwarna bening dan dapat
dimanfaatkan sebagai kosmetika, bahan baku pembuatan biodisel dan sabun. Minyak
jarak mempunyai massa jenis 0,957-0,963 kg/liter, bilangan iodium 82-88 g I2/100 g,
bilangan penyabunan 176-181 mg KOH/g.

Gambar 2.6 Minyak Jarak


Minyak jarak mengandung komponen gliserida atau dikenal sebagai senyawa
ester. Gliserida tersebut tersusun dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak yang
terdapat pada gliserida maupun asam lemak bebas bisa dibuat menjadi sabun bila
direaksikan dengan kaustik dan reaksi tersebut dikenal dengan saponifikasi.
Komposisi asam lemak minyak jarak terdiri dari asam riccinoleat sebanyak 86%,
asam oleat 8,5%, asam linoleat 3,5%, asam stearat 0,5-2,0%, asam dihidroksi stearat
1-2% [21].

13
Universitas Sumatera Utara
2.5.3 Mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai Bahan Antioksidan
Buah mengkudu memiliki bentuk bulat sampai lonjong, panjang 10 cm,
berwarna kehijauan tetapi menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah
lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju
busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antar asam kaprik dan asam kaproat.
Kedua senyawa tersebut bersifat aktif sebagai antibiotik. Permukaan buah seperti
terbagi dalam sel-sel polygonal (bersegi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil.
Mengkudu dapat tumbuh di berbagai tipe lahan dan iklim pada ketinggian tempat
dataran rendah sampai 1.500 m diatas permukaan laut dengan curah hujan 1500–
3500mm/tahun, pH tanah 5-7, suhu 22-30 [9].

Tanaman mengkudu diklasifikasikan sebagai berikut:


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Anak kelas : Sympetalae
Bangsa : Rubiales
Suku : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia

Gambar 2.7 Mengkudu


Zat aktif utama dalam daun mengkudu meliputi: terpenoid, antibakteri,
ascorbic acid, beta karoten, I-arginine, xeronine, dan proxeronine. Selain itu,

14
Universitas Sumatera Utara
mengkudu juga mengandung antraquinon dan scolopetin yang aktif sebagai
antimikroba, terutama bakteri dan jamur yang penting dalam mengatasi peradangan
dan alergi [9].
Kandungan kimia penting pada sari buah mengkudu adalah asam lemak yang
meliputi: asam kaproat, kaprilat, asam palmitat, asam stearat dan asam oleat.
Kandungan nutrisi yang terkandung dalam buah mengkudu adalah protein, mineral
Se, vitamin C dan asam lemak rantai pendek yang menyebabkan bau yang
menyengat. Kadar vitamin C pada buah mengkudu yaitu 12,24%. Buah mengkudu
menghasilkan sederatan antioksidan diantaranya: scopoletin, nitric oxide, vitamin C
dan vitamin A.
Antioksidan adalah subtansi yang dapat menunda, mencegah,
menghilangkan kerusakan oksidatif pada molekul target, seperti lemak dan protein.
Antioksidan merupakan suatu inhibitor dari proses oksidasi bahkan pada konsentrasi
yang relatif kecil, dan memiliki peran fisiologis yang beragam dalam tubuh.
Antioksidan yang digunakan dalam sistem biologis berfungsi untuk mengatur kadar
radikal bebas agar kerusakan pada molekul penting dari tubuh tidak terjadi dan
tercipta sistem perbaikan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dari sel. Antioksidan dapat bereaksi cepat dengan radikal sehingga berfungsi
sebagai penjerat (trap) radikal. Perubahan sifat fisik dan kimia antioksidan tidak
hanya mengakibatkan kerusakan nilai gizi tetapi juga warna dan rasa minyak [10].
Fungsi utama antioksidan adalah memperkecil terjadinya proses oksidasi dari
lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam makanan,
memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan, meningkatkan stabilitas
lemak yang terkandung dalam makanan serta mencegah hilangnya kualitas sensori
dan nutrisi [13].

2.5.4 Alkali Natrium Hidroksida (NaOH)


Alkali digunakan sebagai bahan kimia yang bersifat basa dan akan bereaksi
serta menetralisir asam. Alkali yang umum digunakan adalah NaOH atau KOH.
NaOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun padat karena sifatnya yang tidak
mudah larut dalam air.

15
Universitas Sumatera Utara
NaOH berwarna putih, massa lebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang
atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila
dibiarkan diudara akan cepat menyerap karbondioksida dan melembab. NaOH
membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air. Senyawa ini sangat mudah
terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida. NaOH atau kaustik soda adalah
senyawa alkali denganberat molekul 40 yang berbentuk padat dan berwarna putih,
dapat mengakibatkan iritasi pada kulit, senyawa NaOH larut dalam air dan bersifat
basa kuat, mempunyai sifat fisik yaitu:
Titik leleh : 318,4 oC
Titik didih : 1390 oC
Densitas : 2,1 gr/cm

Gambar 2.8 Natrium Hidroksida (NaOH)


Kristal NaOH merupakan zat yang bersifat hidroskopis sehingga harus
disimpan pada tempat yang tertutup rapat untuk mengurangi konsentrasi basa yang
diperlukan. NaOH merupakan salah satu jenis alkali, baik KOH ataupun NaOH harus
dilakukan dengan takaran yang tepat. Apabila terlalu pekat atau lebih, maka alkali
bebas tidak berikatan dengan trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi
sehingga dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Sebaiknya apabila terlalu encer atau
jumlahnya terlalu sedikit, maka sabun yang dihasilkan akan mengandung asam
lemak bebas yang tinggi, asam lemak bebas pada sabun dapat mengganggu proses
emulsi sabun dan kotoran pada saat sabun digunakan [13].

2.5.5 Bahan Pewarna (Coloring Agent)

16
Universitas Sumatera Utara
Pewarna merupakan zat aditif yang berfungsi untuk memperbaiki penampilan
asli dari suatu produk. Warna asli sabun adalah putih pucat sehingga kurang menarik
minat konsumen. Pewarna makanan dapat ditambahkan pada proses pembuatan
sabun. Pewarna sabun dibolehkan sepanjang memenuhi syarat dan peraturan yang
ada, pigmen yang dipakai harus stabil dan konsentrasinya kecil (0,01-0,5%) [16].
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Warna
merupakan salah satu daya tarik utama, dan menjadi kriteria penting untuk
penerimaan produk sabun. Zat warna sangat diperlukan untuk menambah nilai
artistik dan digunakan dalam memvariasikan produk sabun [22].

2.5.6 Asam Stearat


Asam stearat adalah jenis asam lemak dengan rantai hidrokarbon yang
panjang, mengandung gugus karboksil di salah satu ujungnya dan gugus metil di
ujung yang lain, memiliki 18 atom karbon dan merupakan asam lemak jenuh karena
tidak memiliki ikatan rangkap di antara atom karbonnya. Asam stearat berupa hablur
padat, keras, mengkilap, warna putih atau kekuningan pucat. Asam stearat praktis
tidak larut dalam air dan etanol 95%, namun mudah larut dalam kloroform dan eter.
Asam stearat seringkali digunakan sebagai bahan dasar pembuatan krim dan sabun.
Asam stearat berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada sabun
serta dapat menstabilkan busa [23].

2.5.7 Etanol
Etanol (ROH) adalah cairan transparan, tidak berwarna, dan mudah menguap.
Molekul penyusun alkohol adalah molekul polar. Etanol memiliki titik didih 78,3ºC
dan beku pada suhu (-144ºC). Molekul penyusun etanol berbobot rendah sehingga
menyebabkan etanol dapat larut dalam air. Kelarutan dalam air tersebut disebabkan
oleh ikatan hidrogen antara etanol dan air. Etanol juga dapat melarutkan tetapi tidak
sebaik air. Etanol merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol
digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya
yang mudah larut dalam air dan lemak.
Etanol dalam sabun transparam berfungsi sebagai pelarut karena sifatnya
yang mudah larut dalam air dan lemak. Selain sebagai pelarut etanol juga berfungsi

17
Universitas Sumatera Utara
sebagai pemberi efek transparan dan pengawet yang dapat menghambat timbulnya
ketengikan pada berbagai produk berbahan baku minyak/lemak [16].

2.5.8 Gliserin
Gliserin atau biasa disebut juga dengan gliserol merupakan cairan kental,
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, berasa manis dan memiliki sifat. higroskopis.
Gliserin mudah bercampur dengan air dan etanol 95% namun praktis tidak larut
dalam kloroform, etanol, minyak lemak dan minyak jarak. Gliserin telah lama
digunakan sebagai humektan (moisturizer), yaitu skin conditioning agents yang dapat
meningkatkan kelembaban kulit. Humektan merupakan komponen higroskopis yang
mengundang air dan mengurangi jumlah air yang meninggalkan kulit. Efektifitasnya
tergantung pada kelembaban lingkungan di sekitarnya [23]. Dalam pembuatan sabun
transparan, gliserol berfungsi untuk melembutkan kulit, mengurangi jumlah air yang
meninggalkan kulit, dan memberikan efek transparan [16].

2.5.9 Air (H2O)


Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.
Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu
pada tekanan 100 kPa F(1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam- garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik. Dalam pembuatan sabun, air yang baik digunakan
sebagai pelarut yang baik adalah air sulingan atau air minum kemasan. Air dari PAM
kurang baik digunakan karena banyak mengandung mineral [11].

2.5.10 Gula Pasir


Gula pasir dengan rumus kimia C12H22O11 pada proses pembuatan sabun
transparan berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Gula
pasir dapat membantu perkembangan kristal pada sabun [23]. Gula pasir halus adalah
suatu karbohidrat sederhana yang tersusun dari glukosa dan fruktosa. Gula
merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan fruktosa, dengan rumus kimia

18
Universitas Sumatera Utara
C12H22O11. Gula dalam pembuatan sabun digunakan untuk membantu dalam
pembentukan transparansi, membentuk tekstur sabun, membantu perkembangan
kristal pada sabun, dan pengontrol kelembaban sabun.

Gambar 2.9 Gula Pasir

Semakin banyak konsentrasi gula pasir halus maka tekstur sabun yang
dihasilkan akan semakan keras. Gula pasir halus dan gliserol jika dipanaskan akan
membentuk polimer sederhana yang mudah terdegradasi dan pH yang tinggi,
berfungsi untuk menyangga sabun agar tidak lembek [16].

2.5.11 Asam Sitrat


Asam sitrat dapat digunakan sebagai pengontrol pH pada pembuatan sabun.
Asam sitrat merupakan asam lemah yang dapat menurunkan pH sabun sehingga kulit
pengguna tidak teriritasi akibat sifat alkalis sabun. Asam sitrat memiliki bentuk
berupa hablur tidak berwarna atau serbuk warna putih, tidak berbau, rasa asam kuat,
dalam udara lembab agak higroskopik, dalam udara kering agak merapuh.
Kelarutannya sangat tinggi dalam air dan etanol 95% namun sukar larut dalam eter
(Anonim, 1980). Asam sitrat juga berfungsi sebagai chelating agent [24].

19
Universitas Sumatera Utara
2.6 Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Reaksi Penyabunan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan terdiri dari:
1. Konsentrasi larutan Alkali
Konsentrasi alakali yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri reaksi,
dimana penambahan minyak harus sedikir berlebih agar sabun yang terbentuk tidak
memiliki nilai alkali bebas berlebih. Alkali terlalu pekat akan menyebabkan
terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen, sedangkan jika
alkali yang digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang
lebih lama.
2. Suhu
Ditinjau dari segi termodinamikan, kenaikan suhu akan menurunkan
rendemen
sabun, hal ini dapat dilihat dari persamaan Van`t Hoff :

Karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (ΔH negatif), maka dengan
kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga K (konstanta keseimbangan), tetapi
jika ditinjau dari segi kinetika, kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi.
3. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probobalitas interaksi molekul-
molekul reaktan yang bereaksi. Jika interaksi antar molekul reaktan semakin besar,
maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan
persamaan Arhenius dimana konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar
dengan semakin sering terjadinya interaksi yang disimbolkan dengan konstanta A.
4. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang
dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi
telah mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan
jumlah minyak yang tersabunkan [11].

20
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun
transparan adalah:
3.1.1 Alat
1. Aluminium foil
2. Batang Pengaduk
3. Beaker glass
4. Cetakan
5. Erlenmeyer
6. Gelas ukur
7. Hotplate
8. Klem + statif + buret
9. Labu leher tiga
10. Magnetic stirrer
11. Neraca digital
12. Oven
13. Pipet tetes
14. Refluks Kondensor
15. Spatula
16. Spektrofotometer UV-Vis
17. Tensiometer Du Nouy
18. Termometer

3.1.2 Bahan
1. 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH)
2. Aquadest
3. Asam klorida
4. Asam sitrat
5. Asam stearat

21
Universitas Sumatera Utara
6. Etanol
7. Gliserol
8. Gula Pasir
9. Indikator phenolfthalein
10. Mengkudu (Morinda citrifolia)
11. Metanol
12. Minyak jarak
13. Minyak kelapa
14. Natrium Hidroksida
15. Natrium Klorida
16. Pewangi
17. Pewarna

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian Pembuatan Sabun Transparan ini dilaksanakan pada
Laboratorium Penelitian Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Medan.

3.3 Cara Kerja Pembuatan Sabun Transparan


Adapun prosedur pembuatan sabun transparan adalah:
3.3.1 Pembuatan Sabun Transparan
Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu 1) pengambilan ekstrak buah
mengkudu, 2)pembuatan sabun. Mula-mula kulit buah mengkudu dikupas, kemudian
diambil dagingnya, ditimbang lebih dahulu menggunakan neraca elektrik lalu dioven
kemudian dimaserasi dengan etanol 70% selama 24 jam sehingga didapat ekstrak
kental mengkudu. Proses pembuatan sabun menggunakan metode panas. Tahap
pertama dalam pembuatan sabun transparan adalah dengan memanaskan minyak
kelapa dan minyak jarak pada suhu 50oC. Kemudian ditambahkan dengan larutan
NaOH sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer. Setelah campuran mulai
mengental, ditambahkan dengan asam stearat yang telah dilelehkan sambil diaduk
hingga terbentuk padatan sabun. Kemudian ditambahkan etanol dan diaduk lebih
kurang 5 menit. Kemudian tambahkan gliserol dan diaduk lebih kurang 5 menit.
Setelah itu tambahkan larutan gula dan asam sitrat ke dalam campuran sambil diaduk

22
Universitas Sumatera Utara
lebih kurang 5 menit. Setelah itu tambahkan pewarna dan pewangi dan aduk hingga
campuran homogen. Setelah sabun dasar transparan selesai dibuat, tambahkan
mengkudu sesuai dengan formula yang telah ditentukan. Setelah itu campuran
dituang dalam cetakan dan dibiarkan 24 jam. Setelah 24 jam, sabun dilakukan proses
curing selama lebih kurang 3-4 minggu.
Adapun rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Minyak kelapa = 40 gram
2. Minyak jarak = 30 gram
3. Larutan NaOH 26%; 28%; 30%; 32% = 35 gram
4. Etanol = 30 mL
5. Gliserol = 30 mL
6. Larutan gula 25%; 40%; 55%; 70% = 60 mL
7. Mengkudu = 0 gram; 10 gram; 20 gram; 30 gram
8. Asam Stearat = 10 gram
9. Asam Sitrat = 1 gram
10. Pewarna = secukupnya
11. Pewangi = secukupnya
Menurut Standar Nasional Indonesia, mutu sabun mandi yang harus terpenuhi
adalah sebagai berikut [20]:
Tabel 3.1 Syarat Mutu Sabun Mandi
No Uraian Tipe I Tipe II Superfat

1 Kadar air, % Maks 15 Maks 15 Maks 15

2 Jumlah asam lemak, % >70 64-70 >70

3 Alkali bebas

-dihitung sebagai NaOH, % Maks 0,1 Maks 0,1 Maks 0,1

- dihitung sebagai KOH, % Maks 0,14 Maks 0,14 Maks 0,14

4 Asam lemak bebas dan atau lemak


<2,5 <2,5 2,5-7,5
netral, %

5 Minyak mineral Negatif Negatif Negatif

23
Universitas Sumatera Utara
Dalam pembuatan sabun transparan, digunakan bahan baku berupa campuran
minyak kelapa dan minyak jarak. Adapun pemeriksaan/pengujian yang dilakukan
terhadap bahan baku minyak adalah pemeriksaan bilangan penyabunan. Prosedur
pemeriksaan bilangan penyabunan dapat dilihat pada bagian di bawah ini.

3.3.2 Pemeriksaan Bilangan Penyabunan


Analisis bilangan penyabunan dilakukan dengan menimbang sebanyak ±2 gram
sampel minyak dan kemudian ditambahkan 25 mL Kalium Hidroksida (KOH)
alkoholis 0,5 N. Campuran dimasukkan ke dalam labu dan labu kemudian
dihubungkan refluks condenser dan dipanaskan di atas penangas air serta diaduk
dengan menggunakan stirrer selama 1 jam. Selanjutnya larutan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan ditambahkan 0,5 – 1 ml tetes indikator phenolphthalein (PP)
ke dalam larutan tersebut dan dititrasi dengan Asam Klorida (HCl) 0,5 N sampai
warna berubah menjadi tidak berwarna. Lakukan penetapan duplo dan blanko.
Hasilnya dihitung dengan rumus [25]:
56,1 × T ×(V0 -V1 )
Bilangan penyabunan = M

Keterangan:
V0 = volume titrasi blanko
V1 = volume titrasi sampel
T = normalitas HCl
M = berat sampel

Setelah sabun transparan selesai dibuat dan dicetak, sabun akan diuji untuk
melihat apakah sabun yang diperoleh telah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI). Pemeriksaan/pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

3.3.3 Pemeriksaan Kadar Air pada Sabun Transparan


Timbang dengan teliti lebih kurang 4 gram contoh yang telah disiapkan, dengan
menggunakan botol timbang yang telah diketahui berat tetapnya. Panaskan dalam
lemari pengering pada suhu 105oC selama 2 jam sampai berat tetap.
Hasilnya dihitung dengan rumus [26]:

24
Universitas Sumatera Utara
W1 – W2
Kadar air (%) = ×100%
W

Keterangan:
W1 = berat contoh + botol timbang
W2 = berat contoh setelah pengeringan
W = berat contoh

3.3.4 Pemeriksaan Kadar Alkali Bebas


Siapkan alkohol netral dengan mendidihkan 100 ml alkohol dalam labu
Erlenmeyer 250 ml, tambahkan 0,5 ml penunjuk phenolphtalein dan dinginkan
sampai suhu 70° C kemudian netralkan dengan KOH 0,1 N dalam alkohol. Timbang
dengan teliti lebih kurang 5 g contoh dan masukkan ke dalam alkohol netral di atas,
tambahkan batu didih, pasang pendingin tegak dan panasi agar cepat larut di atas
penangas air, didihkan selama 30 menit. Apabila larutan tidak bersifat alkalis (tidak
berwarna merah), dinginkan sampai suhu 70°C dan titan dengan larutan HCl 0,1 N
dalam alkohol, sampai warna merah tepat hilang.
Hasilnya dihitung dengan rumus [26]:
V × N × 0,04
% alkali bebas = ×100%
g contoh

Keterangan:
V = volume titrasi HCl (ml)
N = normalitas HCl (N)

3.3.5 Pengujian Tegangan Permukaan


Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Tensiometer Du Nouy. Wadah
yang digunakan yaitu gelas piala berukuran 250 ml. Sebelum digunakan, cincin
dibilas terlebih dahulu dengan aquadest, lalu dikeringkan. Cincin platinum
dicelupkan ke akuades. Posisi alat diatur supaya horizontal dengan water pass dan
diletakkan pada tempat yang bebas getaran, angin, sinar matahari, dan panas. Larutan
sampel (sabun 10% dalam aquadest) dimasukkan ke gelas piala dan diletakkan di
atas dudukan (plateform) pada Tensiometer Du Nouy. Cincin platinum dimasukkan
ke larutan sampel tersebut dengan cara menaikkan dudukan sampai skala vernier

25
Universitas Sumatera Utara
Tensiometer Du Nouy diatur pada posisi nol dan jarum penunjuk berada pada posisi
berimpit dengan skala kaca.
Proses ini diteruskan sampai film cairan tepat lepas dari cincin. Skala dibaca
dan dicatat sebagai tegangan permukaan pada saat lapisan surfaktan lepas dari cincin.
Perhitungan penurunan tegangan permukaan (PTP) dapat dihitung menggunakan
rumus [27]:
PTP = Tegangan permukaan air – tegangan permukaan 10% sabun dalam aquadest

3.3.6 Pengukuran Stabilitas Busa


Sabun sebanyak 1 gram dimasukkan ke tabung reaksi yang berisi 10 ml aquadest,
kemudian dikocok dengan vortex selama 1 menit. Busa yang terbentuk diukur
tingginya menggunakan penggaris (tinggi busa awal). Tinggi busa diukur kembali
setelah 1 jam (tinggi busa akhir), kemudian stabilitas busa dihitung dengan rumus
[27]:
Stabilitas Busa = 100% - (% busa yang hilang)
tinggi busa awal−tinggi busa akhir
Busa yang hilang = ×100%
tinggi busa awal

3.3.7 Pengukuran/Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH)


Prosedur awal dalam pengukuran derajat keasaman (pH) yaitu menghaluskan sampel
berupa sabun padat sebanyak satu gram. Kemudian dilarutkan dalam aquadest ber-
pH netral (±7). Setelah larut, pH larutan diukur menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi, diamkan beberapa saat hingga didapat pH yang tetap [28].

3.3.8 Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH


Adapun prosedur pemeriksaan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:
A. Pembuatan larutan DPPH 0,4 mM
Ditimbang DPPH sebanyak 0,0157 gram dan dilarutkan ke dalam 100 ml metanol
kemudian disimpan dalam botol gelap.
B. Pembuatan larutan blanko
Dalam 1 ml larutan DPPH ditambahkan 4 ml metanol.
C. Pembuatan larutan uji

26
Universitas Sumatera Utara
1. Larutan induk (1000 ppm)
10 mg sabun transparan dilarutkan ke dalam 10 mL metanol
10 mg 1 mg 1000 μg
= = =1000 ppm
10 mL 1 mL mL
2. Larutan seri
a) 5 ppm
25 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
b) 10 ppm
50 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
c) 25 ppm
125 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
d) 50 ppm
250 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
e) 100 ppm
500 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
Semua sampel dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit dan
diukur serapannya pada spektrofotometer UV-VIS dengan panjang gelombang 517
nm. Aktivitas antioksidan dihitung dengan rumus [29]:
serapan blanko-serapan sampel
% hambatan= x 100%
serapan blanko
Nilai IC50 dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linear dari DPPH yaitu
Y = a + bx, dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji sedangkan sumbu Y
adalah %IC. Nilai IC50 (InhibitionConcentration 50%) dinyatakan sebagai
konsentrasi suatu bahan antioksidan yang dapat menyebabkan 50% radikal bebas
DPPH kehilangan karakter radikal.

27
Universitas Sumatera Utara
3.4 FLOWCHART PENELITIAN
3.4.1 Penyiapan Ekstrak Mengkudu

Mulai

Disayat kulit buah mengkudu hingga bersih


kemudian diiris tipis-tipis

Dioven hasil irisan selama 2 jam kemudian dibentuk


hingga halus

Dimaserasi dengan etanol 70% selama 24 jam

Dipisahkan filtrat yang diperoleh dan residu dimaserasi


ulang

Dikumpulkan seluruh filtrat yang diperoleh dan


diendapkan selama 24 jam

Disaring hasil endapan kemudian filtratnya diuapkan


untuk memperoleh ekstrak kental buah mengkudu

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Penyiapan Ekstrak Mengkudu

28
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Pembuatan Sabun Transparan

Mulai

Dipanaskan minyak kelapa dan minyak jarak pada suhu 50oC

Ditambahkan larutan NaOH dan suhu dijaga 80oC

Ditambahkan asam stearat yang telah dilelehkan

Ditambahkan etanol kemudian diaduk selama 5


menit

Ditambahkan gliserol kemudian diaduk selama 5


menit

Ditambahkan larutan gula dan asam sitrat


kemudian diaduk selama 5 menit

Ditambahkan pewangi dan pewarna secukupnya

Ditambahkan esktrak mengkudu kemudian


diaduk hingga homogen

Tuang sabun ke dalam cetakan dan diamkan


selama 24 jam pada suhu ruang

Diberikan proses curing selama ± 4 minggu

Selesai

Gambar 3.2 FlowchartPembuatan Sabun Transparan

29
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Analisa Bilangan Penyabunan

Mulai

Ditimbang 2 gram minyak dan ditambahkan 25 ml KOH


alkoholis 0,5 N

Dimasukkan campuran ke dalam refluks dan dipanaskan selama


1 jam

Dimasukkan campuran ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 0,5-1 ml indikator phenolfthalein

Dititrasi dengan HCl 0,5 N hingga warna


berubah menjadi tidak berwarna

Diulangi prosedur untuk penetapan duplo dan blanko

Dihitung bilangan penyabunan

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Analisa Bilangan Penyabunan

30
Universitas Sumatera Utara
3.4.4 Analisa Kadar Air Sabun Transparan

Mulai

Ditimbang 4 gram sabun pada cawan porselen


yang telah ditimbang berat kosongnya

Dioven pada suhu 105oC selama 2 jam kemudian


ditimbang

Dioven dan ditimbang setiap 5 menit hingga


diperoleh berat konstan

Dihitung kadar air sabun transparan

Selesai

Gambar 3.4 FlowchartAnalisa Kadar Air Sabun Transparan

31
Universitas Sumatera Utara
3.4.5 Analisa Kadar Alkali Bebas

Mulai

Dididihkan alkohol sebanyak 100 ml pada


Erlenmeyer 250 ml

Ditambahkan 0,5 ml indikator phenolfthalein

Dinetralkan dengan KOH 0,1 N dalam alkohol

Dimasukkan 5 gram sabun kemudian direfluks


selama 30 menit hingga homogen

Dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga warna


berubah menjadi tidak berwarna

Dihitung kadar alkali bebas

Selesai
Gambar 3.5 FlowchartPemeriksaan Kadar Alkali Bebas

32
Universitas Sumatera Utara
3.4.6 Pengujian Tegangan Permukaan

Mulai

Disiapkan larutan sabun 10% dan dimasukkan ke


dalam gelas piala

Gelas piala diletakkan di atas dudukan


Tensiometer

Dimasukkan cincin platinum ke dalam larutan


dengan kedalaman kurang lebih 0,5 mm

Diputar skala penunjuk yang telah diatur pada


posisi 0 secara perlahan hingga lapisan film yang
terbentuk pada cincin dan larutan sampel
pecah/lepas

Diulangi prosedur untuk air

Dihitung tegangan permukaan

Selesai

Gambar 3.6 Flowchart Pengujian Tegangan Permukaan

33
Universitas Sumatera Utara
3.4.7 Pengukuran Stabilitas Busa

Mulai

Dilarutkan 1 gram sabun dengan 10 ml aquadest


dalam tabung reaksi

Dikocok selama 1 menit

Diukur tinggi busa yang terbentuk kemudian


diamkan selama 1 jam (tinggi busa awal)

Diukur tinggi busa yang tersisa (tinggi busa


akhir)

Dihitung stabilitas busa

Selesai

Gambar 3.7 Flowchart Pengukuran Stabilitas Busa

34
Universitas Sumatera Utara
3.4.8 Pengukuran/Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH)

Mulai

Dihaluskan sampel sebanyak 1 gram, kemudian


dilarutkan dalam aquadest

Diukur pH larutan menggunakan pH-meter yang


telah dikalibrasi

Didiamkan beberapa saat hingga didapat nilai pH


yang konstan/tetap

Selesai

Gambar 3.8 Flowchart Pengukuran/Pemeriksaan


Derajat Keasaman (pH)

35
Universitas Sumatera Utara
3.4.9 Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Mulai

PembuatanPUSTAKA
DAFTAR larutan DPPH

Pembuatan larutan blanko dan larutan uji

Diinkubasi semua sampel pada suhu 37oC


selama 30 menit

Diukur serapannya menggunakan


Spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 517 nm

Dihitung aktivitas antioksidan

Selesai

Gambar 3.9 Flowchart Pemeriksaan Aktivitas


Antioksidan dengan Metode DPPH

36
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian Awal


4.1.1 Penentuan Konsentrasi Gula
Penelitian awal merupakan tahap untuk melihat pengaruh konsentrasi gula
terhadap transparansi sabun transparan sehingga menghasilkan penampakan sabun
transparan dengan tingkat transpransi yang baik yang memancarkan cahaya yang
menyebar dalam partikel-partikel kecil. Pemilihan konsentrasi gula tidak dilakukan
berdasarkan sifat kimia, tetapi secara deskriptif terhadap transparansi tanpa adanya
bintik putih dan tidak membuat struktur sabun menjadi rusak atau lembek. Metoda
yang dilakukan pada penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya
[5] pembuatannya melalui 3 tahapan yaitu reaksi saponifikasi, perolehan sabun
transparan dan curing. Pada perolehan tranparansi yaitu dengan penambahan alkohol,
gliserin, larutan gula pada suhu 70-80°C.
Menurut penelitian sebelumnya Dyartanti, dkk., (2014) struktur transparan
pada sabun didapat karena penambahan etanol, gliserin, dan larutan gula. Penelitian
yang dilakukan adalah dengan konsentrasi 25%, 40%, 55% dan 70%.

Gambar 4.1 Sabun transparan dengan konsentrasi 25%, 40%, 55% dan 70%

Hasil penelitian menunjukkan sabun transparan yang dihasilkan 70%


memiliki transparansi yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 25%, 40%,
55% dan 70% tidak memiliki bintik putih dan masih dengan struktur sabun yang
keras. Bintik putih yang terlihat pada sabun dikarenakan campuran bahan yang tidak

37
Universitas Sumatera Utara
homogen [5]. Penelitian tidak dilakukan dengan konsentrasi diatas 70% karena
penambahan gula juga dapat mempengaruhi kenaikan kadar air [4].

4.1.2 Analisis Kadar Alkali Bebas pada Sabun Transparan dengan


penambahan Mengkudu sebagai Antioksidan
Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak terikat sebagai senyawa [6]
Jumlah alkali bebas pada sabun yang memenuhi standar SNI 1994 yaitu ˂0,1%.
Kelebihan alkali bebas yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan iritasi kulit [5]
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyasanti, dkk., (2016) dinyatakan
bahwa penambahan ekstrak yang mengandung alkali akan meningkatkan kadar alkali
bebas pada sabun transparan.
Pada penelitian ini didapat hasil bahwa penambahan ektrak mengkudu
sebagai antioksidan tidak terdapat alkali bebas setelah 2 minggu proses penyimpanan
(kadar alkali bebas 0%) dimana tidak terjadi perubahan warna larutan sabun menjadi
merah muda setelah penambahan indikator phenolphtalein. Hal ini dikarenakan
ekstrak mengkudu yang ditambahkan pada sabun memiliki Ph yang bersifat asam
yaitu bernilai 4,5 - 6,5 [30]. Adapun kandungan kimia pada ekstrak buah mengkudu
adalah asam kaproat, asam kaprilat, asam palmitat , asam stearat dan asam oleat [10].
Senyawa tersebut akan berikatan dengan NaOH yang akan menurunkan kadar alkali
bebas.

38
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pengaruh Bahan Aditif Mengkudu sebagai Antioksidan terhadap Kadar
Air Sabun Transparan
30

Kadar Air (%) 25

20
mengkudu 0 gram
15
mengkudu 10 gram

10 mengkudu 20 gram
mengkudu 30 gram
5

0
26% 28% 30% 32%
Alkali

Gambar 4.2 Pengaruh Bahan Aditif Mengkudu terhadap Kadar Air Sabun
Transparan dengan Peningkatan Alkali

Kadar air pada sabun transparan merupakan jumlah kadar air yang
terkandung pada sabun transparan. Menurut standar SNI sabun 1994, jumlah kadar
air maksimal pada sabun sebesar 15%. Kadar air yang berlebih dari standar SNI akan
menyebabkan sabun mudah berbau tengik dan lembek [6].
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agustini dan
Winarni, (2017), dinyatakan bahwa persentase kadar air pada sabun transparan akan
meningkat seiring dengan penambahan antioksidan. Hal ini karena antioksidan
mengandung air sehingga menambah antioksidan berarti memberikan tambahan
kandungan air pada sabun transparan tersebut.
Pada penelitian ini, hasil kadar air tanpa penambahan mengkudu sebagai
bahan antioksidan pada sabun transparan yang diperoleh lebih rendah dibandingkan
dengan sabun dengan penambahan mengkudu sebagai antioksidan. Adanya
peningkatan kadar air ini menunjukkan bahwa penambahan buah mengkudu
berpengaruh terhadap kenaikan kadar air.
Buah mengkudu memiliki daging buah yang banyak mengandung air yang
aromanya seperti buah busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antar asam kaprik

39
Universitas Sumatera Utara
dan asam kaproat [9]. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan bahan antioksidan
semakin meningkatkan kadar air pada sabun transparan. Penambahan gliserin, gula
dan NaOH juga dapat mempengaruhi kenaikan kadar air pada sabun tranparan karena
bahan-bahan tersebut juga bersifat higroskopis atau menarik air [4].
Berdasarkan hasil uji, kadar air semakin menurun seiring dengan
meningkatnya konsentrasi NaOH yang digunakan pada pembuatan sabun. Hal ini
karena semakin tinggi konsentrasi NaOH, maka air yang ditambahkan semakin
sedikit. Hasil pengujian kadar air pada sabun transparan dengan penambahan
mengkudu 10 dan 20 gram dengan konsentrasi NaOH 32% yang diperoleh telah
memenuhi standar dengan syarat maksimal 15%. Penambahan bahan antioksidan
dengan jumlah sedikit dengan konsentrasi NaOH yang tinggi akan menghasilkan
kadar air sabun transparan sesuai standar SNI. Sedangkan dengan konsentrasi 26%,
28% dan 30% tidak memenuhi standar dimana perhitungan kadar air dilakukan
dengan persen berat basah sehingga hasil perhitungan kadar air cukup tinggi. Untuk
mendapatkan kadar air sabun transparan yang sesuai SNI yaitu dibawah 15%
sebaiknya dilakukan dengan menghitung kadar air buah mengkudu dan
menambahkannya dengan persen berat kering.
Banyaknya air yang ditambahkan pada produk sabun akan mempengaruhi
kelarutan sabun dalam air pada saat digunakan, semakin banyak air yang terkandung
dalam sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut pada saat digunakan [18].

40
Universitas Sumatera Utara
4.3 Pengaruh Bahan Aditif Mengkudu sebagai Antioksidan terhadap Kadar
Asam Lemak Bebas Sabun Transparan
0,8

Asam Lemak Bebas (%)


0,7
0,6
0,5
mengkudu 30 gram
0,4
mengkudu 20 gram
0,3
mengkudu 10 gram
0,2
mengkudu 30 gram2
0,1
0
26% 28% 30% 32%
Alkali

Gambar 4.3 Pengaruh Bahan Aditif Mengkudu sebagai Antioksidan terhadap


Kadar Asam Lemak Bebas Sabun Transparan

Asam lemak bebas merupakan asam lemak pada sabun yang tidak terikat
sebagai senyawa natrium ataupun senyawa trigliserida (lemak netral). Tingginya
asam lemak bebas pada sabun akan mengurangi daya bersih sabun, karena asam
lemak bebas merupakan komponen yang tidak diinginkan dalam proses pembersihan
atau disebut komponen pengganggu [13]. Sabun yang baik menurut SNI adalah
sabun dengan kadar asam lemak bebas ˂ 2,5%. Asam lemak bebas juga
menyebabkan bau sabun, apabila asam lemak bebas melebihi standar menyebabkan
sabun berbau tengik [6].
Hasil uji asam lemak bebas menyatakan bahwa sabun yang dihasilkan
dibawah 2,5 % sehingga memenuhi standar SNI. Sabun yang baik menurut SNI
adalah sabun dengan kadar asam lemak bebas ˂ 2,5%. Menurut penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Agustini dan Winarni (2017) diperoleh hasil kadar
asam lemak bebas pada sabun transparan dengan penambahan antioksidan memenuhi
persyaratan SNI ˂ 2,5%.
Hasil uji sabun menunjukkan bahwa kadar asam lemak bebas pada sabun
transparan berada pada angka 0,332 – 0,752 % sehingga dapat disimpulkan bahwa
kadar asam lemak pada semua sabun yang dihasilkan telah memenuhi SNI. Kadar

41
Universitas Sumatera Utara
asam lemak bebas juga menurun seiring dengan pertambahan buah mengkudu, hal
ini disebabkan oleh adanya vitamin C yang terkandung dalam buah mengkudu yang
mampu menetralisir atau menstabilkan senyawa asam lemak bebas. Penyebab
lainnya adanya proses adsorbasi fisik pada buah mengkudu yang memiliki luas
permukaan dan pori-pori yang besar sehingga mengikat dan menyerap senyawa asam
lemak bebas pada permukaannya [10]. Penurunan kadar asam lemak bebas juga
diakibatkan lamanya penyimpanan sehingga asam lemak bebas yang terkandung
berkurang [18].

4.4 Pengaruh Bahan Aditif Mengkudu sebagai Antioksidan terhadap


Derajat Keasaman (pH) Sabun Transparan

9,3
9,2
9,1
9
8,9
pH

8,8
8,7
mengkudu 0 gram
8,6
mengkudu 10 gram
8,5
mengkudu 20 gram
8,4
mengkudu 30 gram
8,3
alkali 26% alkali 28% alkali 30% alkali 32%
Alkali

Gambar 4.4 Pengaruh Bahan Aditif Mengkudu sebagai Antioksidan terhadap


Derajat Keasaman (pH) Sabun Transparan

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai pH sabun cenderung menurun


seiring dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak mengkudu yang digunakan dan
meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi NaOH. Menurut SNI standar
pH sabun padat antara 9 – 11. Sedangkan pH kulit manusia yaitu 4,5-7 dan sebaiknya
produk kesehatan kulit mendekati pH kulit [31]. Nilai pH sabun transparan yang
diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 8,6 – 9,2. Dengan demikian nilai pH

42
Universitas Sumatera Utara
semua sabun hasil penelitian telah sesuai standar SNI. Nilai pH sabun yang optimum
pada penelitian ini adalah sampel dengan kandungan mengkudu 30 gr dan dengan
konsentrasi alkali 26% karena pH yang dihasilkan 8,6 dimana pH tersebut mendekati
pH kulit sehingga sesuai dengan kesehatan kulit. Hal ini dikarenakan kandungan
asam pada mengkudu yang dapat menurunkan pH sabun.
Nilai pH sabun bergantung pada pH ekstrak yang digunakan. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Agustini dan Winarni, 2017 menyatakan bahwa
nilai pH pada sabun yang mengandung antioksidan cenderung menurun seiring
dengan penambahan antioksidan yang mempunyai pH 6-7. Bila dibandingkan
dengan penelitian ini, ekstrak mengkudu sebagai antioksidan bersifat asam 4,5 - 6,5
[30], karena itu nilai pH sabun menurun seiring dengan penambahan mengkudu.
Selain konsentrasi ekstrak mengkudu sebagai bahan aditif, yang mempengaruhi
pH sabun adalah penambahan NaOH. Penambahan NaOH dapat membuat pH sabun
menjadi tinggi. Sabun dengan pH yang cenderung basa dapat membuka permukaan
kulit sehingga dapat memaksimalkan proses pengangkatan kotoran dari kulit [32].

4.5 Pengaruh Bahan Aditif Mengkudu sebagai Antioksidan terhadap


Stabilitas Busa Sabun Transparan
80
75
70
Stabilitas Busa (%)

65
60
mengkudu 0 gram
55
50 mengkudu 10 gram
45 mengkudu 20 gram
40 mengkudu 30 gram
35
30
26% 28% 30% 32%
Alkali

Gambar 4.5 Pengaruh Bahan Aditif Mengkudu sebagai Antioksidan terhadap


Stabilitas Busa Sabun Transparan
Busa adalah gas yang terjebak oleh lapisan tipis cairan yang mengandung
sejumlah molekul sabun yang teradsorpsi pada lapisan tipis tersebut, dalam

43
Universitas Sumatera Utara
gelembung, gugus hidrofobil surfaktan akan mengarah ke gas, sedang bagian
hidrofilknya akan mengarah ke larutan lalu gelembung akan keluar dari badan cairan.
Tegangan permukaan juga dapat mempengaruhi stabilitas busa. Penurunan tegangan
permukaan menyebabkan udara dari luar dengan mudah masuk ke dalam air. Udara
yang masuk tertangkap sabun dan membentuk busa [28].
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ekstrak mengkudu yang
ditambahkan pada sabun transparan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada
nilai persentasi kestabilan busa. Sabun menghasilkan persentase busa yang
meningkat karena kandungan saponin pada mengkudu. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Cahyani, dkk., (2013) dinyatakan bahwa ekstrak buah mengkudu
mengandung sedikit saponin. Saponin merupakan salah satu senyawa metabolit
sekunder yang bersifat seperti sabun sehingga saponin disebut sebagai surfaktan
alami [32]. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitriani, 2017 menunjukkan bahwa
penambahan antioksidan pada sabun transparan yang berasal dari ekstrak yang
mengandung saponin menghasilkan kestabilan busa yang meningkat.
Persentase busa untuk produk sabun tidak ditetapkan dalam SNI, karena
tinggi rendah busa tidak berkaitan dengan kemampuan suatu produk sabun dalam
proses membersihkan, akan tetapi terkait dengan persepsi dan estetika konsumen.
Tinggi rendah busa suatu produk sabun dapat dipengaruhi oleh senyawa tidak jenuh
seperti dalam campuran minyak dan jenis zat tambahan yang digunakan dalam
pembuatan sabun, serta tingkat kesadahan air [32]. Sabun yang dibuat dari minyak
kelapa dapat menghasilkan busa dengan baik pada air yang mengandung garam atau
berkesadahan tinggi. Karena bilangan Iodnya yang sangat rendah (8- 10) dan
bilangan penyabunan yang tinggi (250-260), minyak kelapa dapat menghasilkan
sabun dengan daya pembentukan busa yang sangat baik [31].

44
Universitas Sumatera Utara
4.6 Pengaruh Bahan Aditif Mengkudu sebagai Antioksidan dan Konsentrasi
Larutan Alkali terhadap Bilangan Penyabunan Sabun Transparan
210

Bilangan Penyabunan 190


170
150
mengkudu 0 gram
130
mengkudu 10 gram
110
mengkudu 20 gram
90
mengkudu 30 gram
70
50
26% 28% 30% 32%
Alkali

Gambar 4.6 Pengaruh Bahan Aditif Mengkudu sebagai Antioksidan terhadap


Bilangan Penyabunan Sabun Transparan

Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram NaOH yang diperlukan untuk


menyabunkan satu gram minyak/ lemak [5]. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Dyartanti, 2014, hasil kadar bilangan penyabunan dari minyak kelapa adalah 201,4.
Berdasarkan grafik diatas, bilangan penyabunan pada perlakuan NaOH 26%,
28%, 30% dan 32% sangat bervariasi. Dimana bilangan penyabunan yang paling
tinggi diperoleh dari konsentrasi NaOH 26% dengan nilai 200 dan yang terendah
pada saat konsentrasi NaOH 32% dengan penambahan mengkudu yaitu bernilai 130.
Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi larutan NaOH berpengaruh terhadap
bilangan penyabunan sabun yang dihasilkan. Namun bilangan penyabunan pada hasil
penelitian belum sesuai SNI karena berada dibawah angka 130-200. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa dibutuhkan peningkatan konsentrasi NaOH sehingga bilangan
penyabunan sabun dapat meningkat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Samsuni, 2010 didapatkan hasil bahwa bilangan penyabunan cenderung menurun
seiring dengan peningkatan konsentrasi NaOH. Semakin tinggi konsentrasi NaOH
maka asam lemak bebas berkurang pada sabun berkurang sehingga nilai bilangan
penyabunan menurun.

45
Universitas Sumatera Utara
4.7 Pengaruh Bahan Aditif Mengkudu sebagai Antioksidan terhadap
Tegangan Permukaan Sabun Transparan
30

Tegangan Permukaan

29,5

mengkudu 30 gram
29

28,5
26% 28% 30% 32%
Alkali

Gambar 4.7 Pengaruh Bahan Aditif Mengkudu sebagai Antioksidan terhadap


Tegangan Permukaan Sabun Transparan

Sabun merupakan produk yang dapat menurunkan tegangan permukaan air.


Analisis tegangan permukaan ditujukan untuk mengetahui kemampuan sabun
tranparan dengan penambahan mengkudu sebagai antioksidan untuk menurunkan
tegangan permukaan air Perubahan tegangan permukaan pada sabun merupakan
pembuktian pernyataan Kirk et al (1954), yang menyatakan bahwa sabun
mempunyai dua struktur gugus yang berbeda yaitu gugus hidrofobik dan gugus
hidrofilik. Kedua gugus tersebut dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga
sabun dapat mengikat kotoran berupa minyak atau lemak. Sehingga dapat
disimpulkan, semakin rendah tegangan permukaan, semakin baik sabun untuk
mengikat kotoran [28].
Pada uji tegangan permukaan sabun transparan dengan penambahan bahan
aditif yang dilakukan oleh Qisty, 2007 diperoleh hasil bahwa penambahan bahan
aditif mempengaruhi tegangan permukaan sabun transparan yang dihasilkan.
Dimana, meningkatnya jumlah bahan aditif semakin menurunkan tegangan
permukaan sabun. Dan disimpulkan bahwa semakin baik sabun yang dihasilkan
karena semakin rendah tegangan permukaan, semakin baik sabun untuk mengikat
kotoran [28].

46
Universitas Sumatera Utara
Tegangan permukaan air tanpa campuran sabun sebsar 58,35 dyne/cm [28].
Tegangan permukaan yang telah ditambahkan sabun berkisar antara 29 - 29,7
dyne/cm. Tegangan permukaan sabun cenderung menurun seiring dengan
penambahan ekstrak mengkudu sebagai antioksidan. Hal ini menunjukkan bahwa
sabun dengan penambahan ekstrak mengkudu memiliki kemampuan menurunkan
tegangan permukaan sabun.

4.8 Pengaruh Bahan Aditif Mengkudu sebagai Antioksidan terhadap


Aktivitas Antioksidan pada Sabun Transparan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat melindungi senyawa lain oleh
radikal bebas. Aktivitas penangkapan radikal bebas dievaluasi menggunakan sistem
pendeteksian radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). DPPH digunakan
untuk menguji kemampuan suatu senyawa sebagai penangkap radikal bebas atau
donor hidrogen, atau untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan. DPPH memberikan
absorpsi maksimum pada panjang gelombang 517 nm dan menghasilkan warna ungu
[29]. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya aktivitas
antioksidan pada ekstrak mengkudu yang ditambahkan pada sabun transparan.
Aktivitas antioksidan esktrak buah mengkudu salah satunya karena adanya
kadnungan flavonoid dan senyawa fenolik. Flavonoid merupakan kelompok terbesar
dari senyawa fenolik. Sebagai antioksidan, senyawa ini mampu menstabilkan radikal
bebas. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ekstrak mengkudu mengandung kadar
total fenolik sebesar 14,44±0,82 mg ekivalen pirogalol (PE)/g sedangkan kadar total
kadar flavonoid sebesar 5,69±0,21 mg ekivalen rutin (RE)/g ekstrak [34].
IC50 adalah konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan penurunan
aktivitas DPPH sebesar 50%. Berdasarkan penelitian sebelumnya, nilai IC50 buah
mengkudu sebesar 104,73±4,56 µg/mL. Berdasarkan tingkat kekuatan antioksidan,
aktivitas antioksidan yang sangat kuat bila IC50 ˂ 50 µg/mL dibandingkan dengan
ekstrak etanol mengkudu, aktivitas antioksidan buah mengkudu dinyatakan sedang
(IC50 101-250 µg/mL). Semakin kecil IC50, senakin kuat aktivitas antioksidannya
[34].
Berdasarkan hasil penelitian Agustina, dkk., (2017) diperoleh hasil bahwa
angka IC50 meningkat ketika aktivitas flavonoid ditambahkan pada sabun. Adanya

47
Universitas Sumatera Utara
kenaikan IC50 ini disebabkan oleh ketidakstabilan flavonoid dalam sediaan, sebagai
hasil dari proses pembuatan maupun selama masa penyimpanan. Flavonoid
merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan, namun kurang stabil
terhadap paparan suhu diatas 60°C [35]
Tabel 4.1 Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mengkudu pada Sabun
Transparan
Konsentrasi Absorbansi
(ppm) (517 nm)
5 0,281
10 0,241
25 0,202
50 0,159
100 0,119

Maka diperoleh persamaan regresi


0,8
0,7 y = 0,205x + 18,43
0,6 R² = 0,998
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
1 2 3 4 5

Gambar 4.8 Persamaan Regresi pada Uji Antioksidan

Dari persamaan diatas didapat nilai IC50 dari ekstrak megkudu pada sabun
transparan sebesar 153,85 µg/mL yang menyatakan bahwa aktivitas antioksidan
mengkudu pada sabun tranparan dibandingkan pada ekstrak mengkudu menurun
menjadi lemah. Hal ini disebabkan oleh ketidakstabilan flavonoid dalam mengkudu
yang ditambahkan ke sabun transparan sebagai hasil dari proses pembuatan maupun
selama masa penyimpanan. Flavonoid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas
antioksidan, namun kurang stabil terhadap paparan suhu diatas 60°C, sedangkan

48
Universitas Sumatera Utara
pada proses penelitian dilaksanan dengan suhu reaksi 70-80°C sehingga
mengakibatkan kinerja antioksidan melemah. Hal ini juga dapat disebabkan ikatan
rangkap pada flavonoid atau antioksidan sangat lemah terhadap panas sehingga
aktivitas antioksidan menurun.

49
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Dalam melakukan penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Konsentrasi gula 70% adalah konsentrasi yang tepat untuk
menghasilkan sabun dengan transparansi yang baik..
2. Penambahan ekstrak mengkudu tidak mempengaruhi adanya alkali
bebas karena kandungan asam pada ekstrak mengkudu.
3. Kadar air yang meningkat dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah
ekstrak mengkudu yang ditambahkan dan menurun seiring dengan
meningkatnya konsentrasi alkali.
4. Penambahan ekstrak mengkudu meningkatkan kadar asam lemak bebas
dan kadar asam lemak bebas menurun seiring dengan meningkatnya
konsentrasi alkali.
5. Nilai pH sabun cenderung menurun seiring dengan bertambahnya
konsentrasi ekstrak mengkudu yang digunakan dan meningkat seiring
dengan bertambahnya konsentrasi alkali.
6. Jumlah ekstrak mengkudu yang ditambahkan pada sabun transparan
meningkatkan nilai persentasi kestabilan busa.
7. Konsentrasi alkali berpengaruh terhadap bilangan penyabunan sabun
yang dihasilkan. Bilangan penyabunan yang paling tinggi diperoleh dari
konsentrasi NaOH 26% dengan nilai 200 dan yang terendah pada saat
konsentrasi NaOH 32% dengan penambahan mengkudu yaitu bernilai
130.
8. Nilai IC50 dari ekstrak megkudu pada sabun transparan sebesar 153,85
µg/mL yang menyatakan bahwa aktivitas antioksidan mengkudu pada
sabun tranparan dibandingkan pada ekstrak mengkudu menurun
menjadi lemah.

50
Universitas Sumatera Utara
5.2 SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh suhu, waktu dan
kecepatan pengadukan terhadap kualitas abun yang diperoleh.
2. Perlu dilakukan variasi penambahan antioksidan dengan ekstrak herbal,
aroma terapi, surfaktan, dan antiseptik sehingga akan menghasilkan
sabun transparan lebih baik tanpa melupakan nilai ekonomis.
3. Perlu dilakukan penelitian mengenai teknik mengambil ekstrak yang
lebih baik untuk mendapatkan ekstrak mengkudu yang lebih banyak.
4. Perlu dilakukan penambahan uji sehingga meningkatkan kualitas sabun
misal uji organoleptik, uji kesukaan, uji kekerasan dan uji tegangan
antar muka, uji stablitias emulsi, uji asam lemak, dll.
5. Perlu dilakukan variasi metode untuk mendapatkan hasil yang optimum

51
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

[1] Chan, Adek. 2016. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat dari Esktrak Buah
Apel (Malus domesticus) sebagai Sabun Kecantikan Kulit. Jurnal Ilmiah
Manuntung, 2(1): 51-55.
[2] Novitasari. 2016. Skripsi Formula Pembuatan Sabun Transparan dengan
Penambahan Kulit Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L.)
Kunt.) dan Sumbangsihnya pada Materi Pemanfaatan Limbah Organik di
Kelas X Sma/Ma. Palembang: Universitas Islam Negeri Raden Fatah.
[3] Putri, Ike Anjani Roso dan Suhartiningsih. 2014. Pengaruh Penambahan Sari
Aloe Vera terhadap Sifat Fisik dan Masa Simpan Sediaan Sabun
Transparan untuk Wajah. Jurnal Elektronik, 3(2): 23-24.
[4] Rozi, Muhammad. 2013. Skripsi Formulasi Sediaan Sabun Mandi
Transparan Minyak Atsiri Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dengan
Cocamid Dea sebagai Surfaktan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah
[5] Dyartanti, Endah Retno, dkk. 2014. Pengaruh Penambahan Minyak Sawit pada
Karakteristik Sabun Transparan. Jurnal Ekuilibrium. 13(2): 41 – 44.
[6] Maripa, Baiq Risni, dkk. 2014. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Kualitas
Sabun Padat dari Minyak Kelapa (Cocos Nucifera) yang Ditambahkan
Sari Bunga Mawar (Rosa L.). Mataram: IKIP.
[7] Lasubada, Ridwan. 2013. Tinjauan Teoritis Pembangunan Wilayah Pesisir dan
Lautan dalam Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal
Platax. Vol.1-2.. Hal: 93-101.
[8] Widyasanti, Asri, dkk. 2016. Pembuatan Sabun Padat Transparan
Menggunakan Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil) Dengan Penambahan
Bahan Aktif Ekstrak Teh Putih (Camellia Sinensis) Making Of Transparent
Solid Soap Using Palm Oil Based With Addition White Tea Extracts
(Camellia Sinensis). Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 5(3): 125- 130.
[9] Aryadi, I Gusti Ayu Istri Praminingrat. 2014. Skripsi Pengaruh Ekstrak Daun
Mengkudu (Morinda Citrifolia L) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

52
Universitas Sumatera Utara
Aureus sebagai Penyebab Abses Periodontal secara In Vitro. Denpasar:
Universitas Mahasaraswati.
[10] Juliana, I Nengah, dkk. 2015. Pemanfaatan Buah Mengkudu (Morinda
Citrifolia L.) sebagai Adsorben untuk Meningkatkan Mutu Minyak
Jelantah. Utilization Of Noni (Morinda Citrifolia L.) Fruit As Adsorbent To
Imprquality Of Used Cooking Oil. Jurnal Akademia. Kimia, 4(4): 181-188.
[11] Sintia, Mega. 2016. Laporan Akhir Pembuatan Sabun Padat. (Rasio Tallow –
Minyak Kelapa – Minyak Jagung). Palembang: Polteknik Sriwijaya.
[12] Penelitian Kompetitif Dosen. 2016. Pemanfaatan Vco (Virgin Coconut Oil)
untuk Pembuatan Sabun Padat dengan Penambahan Ekstrak Daun Sirih
Merah (Piper Crotum Ruiz & Pav). Batusangkar: Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri.
[13] Ratih, Hasni Kesuma. 2016. Pembuatan Sabun Padat dari Minyak Sawit,
Kelapa dan Zaitun serta Pengaruh Penambahan Ekstrak Kunyit (Curcuma
Longa L) sebagai Antioksidan. Palembang: Politeknik Sriwijaya.
[14] Soocheta, Vaidya. 2017. Upcycling Waste Cooking Oil into Soap . University
Of Mauritius Research Journal. Vol. 23A .
[15] Sutheimer, Susan, Jacqueline M. Caster, and Simone H. 2015. Green Soap: An
Extraction and Saponification of Avocado Oil. Green Mountain College.
Vermont.
[16] Nugraha, Febriyawati Cahyanty. 2015. Skripsi Pengaruh Nisbah Konsentrasi
Minyak Kelapa – Asam Stearat dan Nisbah Konsentrasi Gula Pasir –
Etanol terhadap Karakteristik Sabun Sereh. Bukit Jimbaran: Universitas
Udayana.
[17] Febriyanti, Rizky. 2015. Laporan Tugas Akhir Pengaruh Konsentrasi Asam
Stearat sebagai Basis terhadap Sifat Fisik Sabun Transparan Minyak Jeruk
Purut (Oleum citrus hystrixd. C.) dengan Metode Destilasi. Politeknik
Harapan Bersama.
[18] Maulana, Agung. 2014. Pembuatan Sabun Transparan Aromaterapi Minyak
Atsiri Akar Wangi (Chrysopogon Zizanioides ( L.) Roberty). Bogor:
Universitas Pakuan.

53
Universitas Sumatera Utara
[19] Ngatemin. 2014. Pengaruh Lama Fermentasi pada Produksi Minyak Kelapa
Murni (Virgin Coconut Oil) terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Organoleptik.
Semarang: Universitas Muhammadiyah.
[20] Luna, Prima. 2011. Tesis Optimasi Sintesis Monolaurin Menggunakan Katalis
Enzim Lipase Imobil pada Circulated Packed Bed Reaktor. Bogor: Institusi
Pertanian Bogor.
[21] Fauzan, Taufiq. 2016. Skripsi Studi Perbandingan Campuran Minyak Palm
Oil/ Palm Stearin/ Palm Kernel Oil (%b/%b) terhadap Keretakan Sabun
Mandi Padat. Medan: Universitas Sumatera Utara.
[22] Pujielestari, Titiek. 2015. Sumber dan Pemanfaatan Zat Warna Alam untuk
Keperluan Industri. Yogyakarta.
[23] Usmania, Irma Diah Ayu dan Widya Rahma Pertiwi. 2012. Laporan Tugas
Akhir Pembuatan Sabun Transparan dari Minyak Kelapa Murni (Vigin
Coconut Oil). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
[24] Anggraeni. 2014. Optimasi Formula Sabun Bentonit Penyuci Najis
Mughalladzah dengan Kombinasi Minyak Kelapa (Coconut Oil) dan
Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil) Menggunakan Simple Lattice Design.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
[25] SNI. 1998. SNI 01-3555-1998: Cara Uji Minyak dan Lemak. Balai Standarisasi
Nasional. Jakarta.
[26] SNI. 1994. SNI 06-3532-1994: Sabun Mandi. Balai Standarisasi Nasional.
Jakarta.
[27] Janna, Barlianthy. 2009. Skripsi Sifat Fisik Sabun Transparan dengan
Penambahan Madu pada Konsentrasi yang Berbeda. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
[28] Qisty, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan
Madu pada Konsentrasi yang Berbeda. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
[29] Agustini, Ni Wayan Sri dan Agustina H. Winarni. 2017. Karakteristik dan
Aktivitas Antioksidan Sabun Padat Transparan yang Diperkaya dengan
Ekstrak Kasar Karotenoid Chlorella pyrenoidosa. Bogor: Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.

54
Universitas Sumatera Utara
[30] Amrianto, dkk. 2017. Formulasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifoli)
dalam Bentuk Sediaan Transdermal Liposome Cream. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
[31] Fachmi, Chairul. 2008. Skripsi Pengaruh Penambahan Gliserin dan Sukrosa
terhadap Mutu Sabun Transparan. Bogor: Institusi Pertanian Bogor.
[32] Fitriarni, Dian. 2017. Karakteristik dan Akltivitas Antifungi Sabun Padat
Transparan dengan Bahan Aktif Ekstrak Daun Buas- Buas (Premna
cordifilia, Linn). Jurnal Enviro Scientae. 13(1): 40-46.
[33] Cahyani, dkk. 2013. Optimasi Kombinasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda
citrifolia L) dan Daun Mahkota Dewa (Phaleria marocarpa (Sheff) Boerl.)
pada Formula Sabun Transparan dengan Metode Factorial Design).
Semarang: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi.
[34] Anwar, Khoerul dan Liling Triyasmono. 2016. Kandungan Total Fenolik, Total
Flavonoid, dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.). Jurnal Pharmascience. 3(1): 83-92.
[35] Agustina, Lia. 2017. Formulasi dan Evaluasi Sabun Mandi Cair dengan Ekstrak
Tomat (Solanum Lycopersium L.) sebagai Antioksidan. Jurnal Wiyata 4(2):
99-105.

55
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1
DATA PENELITIAN

L1.1 Pengujian Sabun Transparan


Tabel L1.1 Hasil Pengujian pada Sabun Transparan
Run Kadar ALB Tegangan pH Bilangan Stabilitas
Air (%) (%) Permukaan Penyabunan Busa (%)
(dyne/cm)
A1B1 18,129 0,48 30,13 8,9 195 45
A1B2 16,300 0,432 29,13 9,0 186 55
A1B3 14,910 0,382 29,67 9,1 160 57
A1B4 13,520 0,332 30,00 9,2 130 60
A2B1 20,835 0,576 29,67 8,8 196 54
A2B2 18,769 0,521 29,33 8,9 188 58
A2B3 16,950 0,48 29,00 9,0 170 62
A2B4 14,540 0,434 29,00 9,1 140 64
A3B1 22,760 0,64 29,50 8,8 197 57
A3B2 20,090 0,6 29,33 8,8 190 67
A3B3 17,629 0,55 29,00 9,0 176 69
A3B4 15,000 0,51 28,50 9,0 150 70
A4B1 24,100 0,752 29,7 8,6 200 63
A4B2 22,440 0,71 29,5 8,8 193 70
A4B3 20,120 0,66 29,3 9,0 184 72
A4B4 17,830 0,62 29,00 9,0 160 74

Keterangan:
A1 = Mengkudu 0 gram ( tanpa mengkudu)
A2 = Mengkudu 10 gram
A3 = Mengkudu 20 gram
A4 = Mengkudu 30 gram
B1 = Konsentrasi larutan alkali 26%
B2 = Konsentrasi larutan alkali 28%
B3 = Konsentrasi larutan alkali 30%
B4 = Konsentrasi larutan alkali 32%

56
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2
CONTOH PERHITUNGAN

L2.1 Perhitungan Kadar Air


Diambil contoh pada run A1B1
Berat aluminium foil = 0,167 gram
Berat sabun = 4,01 gram
Berat total = 0,167 + 4,01
= 4,177 gram
Berat sabun oven = 3,45 – 0,167
= 3,283
3,283- 4,01
Kadar Air = x 100%
4,01

= 18,129%

L2.2 Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas


Diambil contoh pada run A1B1
V = KOH 0,1 N yang dipergunakan, ml
N = Normalitas KOH yang digunakan, 0,1 N
W = Berat contoh, gram
205 = Berat setara asam laurat
Dari hasil pengujian diperoleh V KOH yang dipergunakan sebesar 1,2 ml
V x N x 0,205
Kadar ALB = x 100%
W
1,2 x 0,1 x 0,205
= x 100%
5

= 0,492%

L2.3 Perhitungan Tegangan Permukaan


Diambil contoh pada run A1B1
Tegangan Permukaan air = 59,33 dyne/cm
Tegangan Permukaan sabun = 29,2 dyne/cm
Penurunan Tegangan Permukaan = TP air - TP sabun
= 59,33 – 29,2 = 30,13 dyne/cm

57
Universitas Sumatera Utara
L2.4 Perhitungan Bilangan Penyabunan
Diambil contoh pada run A1B1
V0 = Volume titrasi blanko, ml
V1 = Volume titrasi sampel, ml
T = Normalitas HCl, 0,5 N
M = Berat sampel, gram
Dari hasil pengujian diperoleh
V0 = 13,2 ml
V1 = 5,4 ml
56,1 x 0,5 x (V0-V1)
Bilangan Penyabunan = m
56,1 𝑥 0,5 𝑥 (13,2−5,4)
= 2

= 109,395

L2.5 Perhitungan Stabilitas Busa


Diambil contoh pada run A1B1
Tinggi busa awal = 7,2 cm
Tinggi busa akhir = 2,8 cm
7,2-2,8
Busa yang hilang = x 100%
7,2

= 61%
Stabilitas busa = 100% - busa yang hilang
= 100% - 61%
= 39%

58
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI PENELITIAN

L3.1 Hasil Pembuatan Sabun Transparan

Gambar L3.1 Foto Hasil Pembuatan Sabun Transparan

L3.2 Hasil Pengujian Kadar Air

Gambar L3.2 Foto Hasil Pengujian Kadar Air

59
Universitas Sumatera Utara
L3.3 Hasil Pengujian Tegangan Permukaan

Gambar L3.3 Foto Hasil Pengujian Tegangan Permukaan

L3.4 Hasil Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas

Gambar L3.4 Foto Hasil Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas

60
Universitas Sumatera Utara
L3.5 Hasil Pengukuran Stabilitas Busa

Gambar L3.5 Foto Hasil Pengukuran Stabilitas Busa

L3.6 Hasil Pengukuran Derajat Keasaman

Gambar L3.6 Foto Hasil Pengukuran Derajat Keasaman

61
Universitas Sumatera Utara
L3.7 Pengujian Aktivitas Antioksidan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

Gambar L3.7 Foto Hasil Pengujian Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

L3.8 Hasil Pengujian Bilangan Penyabunan

Gambar L3.8 Foto Hasil Pengujian Bilangan Penyabunan

62
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4
HASIL UJI LABORATORIUM

L4.1 Pengujian Aktivitas Antioksidan


Tabel L4.1 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
Blanko 0,395
5 0,281
10 0,241
25 0,202
50 0,159
100 0,119

L4.2 Pengujian Tegangan Permukaan


Tabel L4.2 Hasil Pengujian Tegangan Permukaan
Run I II III Rata-rata PTP
Air 59,00 59,00 60,00 59,33 -
A1B1 28,50 30,50 28,60 29,20 30,13
A1B2 30,30 29,80 30,50 30,20 29,13
A1B3 29,20 30,40 29,40 29,66 29,66
A1B4 29,50 29,00 29,50 29,33 30,00
A2B1 29,70 30,30 29,00 29,66 29,66
A2B2 30,00 30,60 29,40 30,00 29,33
A2B3 30,30 30,70 30,00 30,33 29,00
A2B4 30,50 30,50 30,00 30,33 29,00
A3B1 29,50 30,60 29,40 29,83 29,50
A3B2 30,00 30,40 29,60 30,00 29,33
A3B3 29,70 30,30 31,00 30,33 29,00
A3B4 31,00 31,70 29,80 30,83 28,50
A4B1 29,70 30,30 29,00 29,70 29,70
A4B2 29,50 30,60 29,40 29,83 29,50
A4B3 30,00 30,60 29,40 30,00 29,30
A4B4 30,30 30,70 30,00 30,33 29,00

63
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai