PENDAHULUAN
2. Tujuan khusus
Selesainya tugas makalah Asuhan Keparawatan pada Atresia Ani,
penyusun di harapkan mampu :
a. Memahami isi materi mengenai Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Atresia Ani.
b. Dapat membagi ilmu kepada pembaca mengenai Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Atresia Ani.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak
ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran,
atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan
normal.
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak
mempunyai lubang keluar (Walley,1996)
Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi
membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke
dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung
dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM).
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya
lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 2003).
2.2 Etiologi
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan,
fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan
anus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot dasar panggul.
Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak
memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi bawaan gen
autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani (Adele,1996).
Atresia anorectal terjadi karena ketidaksempurnaan dalam proses
pemisahan. Secara embriologis hindgut dari apparatus genitourinarius yang
terletak di depannya atau mekanisme pemisahan struktur yang melakukan
penetrasi sampai perineum. Pada atresia letak tinggi atau supra levator,
septum urorectal turun secara tidak sempurna atau berhenti pada suatu tempat
jalan penurunannya (Adele,1996).
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 7
minggu Adanya gangguan atau berhentinya perkebangan embriologik di
daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi
antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
2.3 Klasifikasi
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses
tidak dapat keluar.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum
dengan anus.
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani, antara lain:
a. Asidosis hiperkloremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat
konstriksi jaringan perut dianastomosis).
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. )Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).
(Ngastiyah, 2005).
2.6 Pemeriksaan Fisik
1. Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak bermasa/tumor,
tidak terdapat perdarahan pada umbilicus, usus melebar, kadang – kadang
tampak ileus obstruksi, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik
2. Genetalia
Pada bayi laki-laki dengan fistula urinaria didapatkan mekonium pada
urin, dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan
mekonium pada vagina.
3. Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah,. Thermometer yang dimasukan
kedalam anus tertahan oleh jaringan, tanpa mekonium dalam 24 jam
setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina.
(FKUI, Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
3.1 Pengkajian
A. Data Subjektif
1. Biodata klien.
Nama :
Umur :
Tempat, Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Biodata Orang Tua
Ayah
a) Nama :
b) Umur :
c) Agama :
d) Alamat :
e) Pekerjaan :
Ibu
a) Nama :
b) Umur :
c) Agama :
d) Alamat :
e) Pekerjaan :
Diagnosa Medis :
2. Riwayat keperawatan.
a) Riwayat kesehatan sekarang.
Pada pengkajian keperawatan dapat ditemukan penyumbatan anus
(anus tidak normal), tidak adanya mekonium, adanya kembung
dan terjadi muntah pada 24-48 jam setelah lahir. Atau pada bayi
laki-laki dengan fistula urinaria didapatkan mekonium pada urin,
dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan
mekonium pada vagina.
b) Riwayat Kesehatan dahulu
1) Riwayat Parental
Kesehatan ibu selama hamil, kapan hari pertama haid terakhir
(HPHT), imunisasi TT, nutrisi selama ibu hamil dan kebiasaan
atau perilaku ibu sewaktu hamil yang merugikan bagi
perkembangan dan pertumbuhan janin, seperti : kebiasaan
merokok, minum kopi, minum minuman keras, mengkonsumsi
narkoba dan obat obatan secara sembarang.
2) Riwayat Intranatal
Lamanya kehamilan, jenis dan lamanya partus, jenis
pertolongan persalinan, berat badan lahir, keadaan bayi lahir
awal, awal timbulnya pernafasan, tangisan pertama dan
tindakan khusus.
3) Riwayat neonatal
Skor APGAR (warna, sianosis, pucat, ikhterik), mucus yang
berlebihan paralisis, konvulsi, demam, kelainan congenital,
kesulitan menghisap, kesulitan pemberian makan atau ASI.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak
bermasa/tumor, tidak terdapat perdarahan pada umbilicus, usus
melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, pada auskultasi
terdengan hiperperistaltik
b. Genetalia
Pada bayi laki-laki dengan fistula urinaria didapatkan mekonium
pada urin, dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital
ditemukan mekonium pada vagina.
c. Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah,. Thermometer yang
dimasukan kedalam anus tertahan oleh jaringan, tanpa mekonium
dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina.
(FKUI, Ilmu Kesehatan Anak:1985).
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
b. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan
untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari
sfingternya.
c. Pemeriksaan fisik rectum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan
menggunakan selang atau jari.
d. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice)
dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum
yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung
kantong rectal.
3.2 Diagnosa
Diagnosa preoperasi:
1.Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, muntal
2.Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan prosedur perawatan.
3.Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan mual, muntah,
anoreksia
4.Gangguan Pola Eliminasi BAB berhubungan dengan aganglion
Diagnose post operasi :
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma
sekunder dari kolostomi.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan kolostomi.
3. Resiko infeksi berhubungan masuknya mikroorganisme sekunder
terhadap luka kolostomi.
3.3 Intervensi
Diagnosa preoperasi:
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, muntah.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
Kriteria Hasil :
Output urin 1-2 ml/kg/jam
Capillary refill 3-5 detik
Turgor kulit baik
Membrane mukosa lembab
Intervensi :
1) Monitor intake – output cairan
R/ Dapat mengidentifikasi status cairan klien
2) Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV
R/ Mencegah dehidrasi
3) Pantau TTV
R/ Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya
lubang atau saluran anus (Wong, D. L, 2003). Etiologi secara pasti atresia
ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan kelainan bawaan anus
disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari
tonjolan embriogenik. Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12
minggu atau 3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik
didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang
terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
4. Berkaitan dengan sindrom down.
5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat
mampu mendiagnosis secara dini mengenai penyakit hernia pada anak,
sehingga kita mampu memberikan asuhan keperawatan yang maksimal
terhadap anak tersebut.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.