PADA TINGKATAN TERTINGGI, suatu negara (dalam hal ini pemerintah republik Indonesia dan

aparatur penyelenggara negara), bagaimana pendapat anda tentang kepemimpinan presiden republik
ini? Apakah yang terkesan lamban dalam mengatasi masalah negara dan cenderung lebih
mementingkan pencitraan dirinya sendiri? Bagaimana juga di lembaga tertinggi negara ini yaitu DPR,
apakah lembaga ini hanya memunculkan opini opini yang merusak rakyat dan mereka tidak bekerja
sesuai dengan fungsinya sebagai wakil rakyat yaitu membuat undang-undang yang menguntungkan
rakyat? Juga aparatur negara yang bertugas dalam menegakkan hukum yang seharusnya menegakkan
hukum tetapi malah terlibat kasus hukum seperti kasus mafia hukum yang melibatkan kepolisian,
kejaksaan, dan pengadilan, kasus Gayus, kasus bibit-chandra, kasus Antasari dan kasus-kasus lainnya.
Bagaimana pendapat anda tentang masalah penegakan hukum? Jika fenomena ini benar, hal ini jelas
tidak sesuai dengan pengalaman pancasila sila pertama hingga sila kelima. Pemerintah jelas tidak
mengamalkan sila kelima pancasila karena pemerataan pembangunan yang masih saja timpang. Para
anggota DPR dan aparat hukum telah meninggalkan sila pertama, kedua, dan keempat pancasila karena
telah melalaikan tugas tugas yang diamanatkan kepada mereka. Dan aparat hukum telah merupakan
pengalaman semua sila-sila pancasila karena keterlibatan mereka dalam kasus hukum dan lambannya
penuntasan suatu perkara seperti kasus Century yang sampai sekarang tidak jelas rimbanya guna
menyikapi tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan
tajam,di beberapa negara telah berupaya untuk melakukan revitalisasi pendidikan, terutama dalam hal
pola hubungan atasan bawahan, yang semula bersifat hierarkis komando menuju ke arah kemitraan
bersama. Pola hubungan atasan bawahan yang bersifat hirarkis komando, seringkali menempatkan
bawahan sebagai objek tanpa daya. Pemaksaan kehendak dan pragmatis merupakan sikap dan perilaku
yang kerap kali mewarnai kepemimpinan comando birokratik hirarkis, yang pada akhirnya hal ini berarti
bat hotel terhadap terbelenggunya sikap inovatif dan kreatif dari setiap bawahan. Dalam melaksanakan
tugas dan kewajiban, berikut cenderung bersikap apriori dan bertindak hanya atas dasar perintah sang
pemimpin Semata. Dengan kondisi demikian, pada akhirnya akan sulit dicapai kinerja yang unggul.

MASALAH KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN, saat ini menunjukkan kompleksitas, baik dari segi
komponen manajemen pendidikan, maupun lingkungan yang mempengaruhi keberlangsungan suatu
pendidikan. bahkan di satu sisi harus memenuhi standar kualitas lulusan, di lain pihak dihadapkan pada
keterbatasan sumber daya. Apakah sumber daya manusia ataupun sumber daya keuangan, sarana dan
prasarana sudah mendukung? semua masalah yang muncul dalam dunia pendidikan terus berkembang
seperti spiral dynamic. Tapi supaya tidak terjadi chaos dituntut kepemimpinan yang mempunyai basic
life untuk memecahkan persoalan. Oleh karena itu keyakinan pengajaran dan pembelajaran dipandang
sebagai sains dan sebagai seni. persoalan yang muncul bisa spontan, bisa berulang-ulang, makanya
diperlukan interaksi yang kreatif dan dinamis antara guru dan siswa.

Di beberapa negara, penyelesaian masalah negara diberikan pada lembaga pendidikan,

walaupun memerlukan waktu yang relatif lama karena bersifat kompleks fundamental dan hirarkis.
Fondasi apa yang perlu ditanamkan dan ditumbuhkan pada anak usia prasekolah, tingkat sekolah dasar,
menengah sampai perguruan tinggi. Kurikulum pendidikan tahun 2013 merupakan salah satu media
katalisator untuk mendukung perbaikan tersebut. Bagaimana kurikulum ini dirancang proporsional
menanamkan atau menumbuhkan sikap perilaku dari ditumbuhkan pada anak usia prasekolah, tingkat
sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. "Jika sikap dan perilaku seorang anak sudah baik,
bakat kemampuan akademik atau kognitif akan lebih mudah tumbuh atau ditanamkan", tetapi "Jika
tingkat akademi atau kognitif seseorang sudah baik akan sulit sikap perilakunya tumbuh atau diperbaiki
(?)".