PENDAHULUAN
1
1.3 Lokasi Perencanaan
Kawasan Puri Anjasmoro Kelurahan Tawang Kecamatan Semarang Utara, Kota
Semarang, adapun batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Jalan Lingkar Utara
b. Kali Siangker
c. Kali Ronggo Lawe
1.4 Identifikasi dan PembatasanMasalah
1.4.1 Identifikasi masalah
Masalah yang timbul pada daerah Kawasan Puri Anjasmoro Kelurahan
Tawang Kecamatan Semarang Utara diidentifikasi sebagai berikut :
a. Timbulnya banjir akibat kapasitas saluran existing tidak mampu
menampung air buangan. Hal ini berkaitan dengan beban aliran yang harus
dialirkan melebihi beban aliran pada perencanaan sebelumnya.
b. Timbulnya sedimentasi pada dasar saluran mengurangi kapasitas saluran
dan menaikkan muka air saluran.
c. Adanya tumpukan sampah pada saluran akibat kurang sadarnya
masyarakat dalam menjaga kebersihan saluran dapat mengganggu aliran
air sehingga pada saat terjadi hujan, air pada saluran yang ada meluap.
d. Semakin berkurangnya daerah resapan air hujan yang disebabkan oleh
pertumbuhan kota dan perkembangan industry tanpa memperhatikan
konservasi dan keseimbangan tata guna lahan dalam proses infiltrasi,
sehingga presipitasi yang terjadi akan langsung menjadi aliran permukaan
yang menambah beban aliran pada saluran–saluran daerah hilir.
1.4.2 Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan Tugas ini permasalahan dibatasi pada :
a. Analisis dimensi saluran drainase
b. Penggunaan saluran dan fasilitas pompa
2
BAB II
Data maksimum tahunan yaitu tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang
berpengaruh pada analisis selanjutnya. Data seperti ini dikenal dengan data maksimum
( maximum annualseries ). Jumlah data akan sama dengan panjang data yang tersedia.
3
Tabel 2.1 Perhitungan Curah Hujan dengan Metode Thiesen
C.HUJAN C.HUJAN
CURAH HUJAN MAKSIMUM HARIAN HARIAN
TAHUN TANGGAL RATA2 DAS RATA2 MAKS
STA1 STA2 STA3 (mm) (mm)
0.311111 0.407407 0.281481
22 Januari 179 122 17.1 110.21
2000 22 Januari 179 122 17.1 110.21 110.21
11-Feb 4 1.6 167.8 49.13
20 Februari 96 91.7 0 67.23
2001 1 Juni 39 96 27.8 59.07 67.23
31 Januari 1 0 156 44.22
1-Apr 98 21.2 0 39.13
2002 4 Februari 45 67.5 67.5 60.50 60.50
31 Maret 39 36 94.4 53.37
16 Februari 106 99.4 35 83.33
2003 16 Februari 106 99.4 35 83.33 83.33
15 Februari 11 0.4 97.7 31.09
13 Januari 85 0 87 50.93
2004 6 November. 62 78.1 1 51.39 51.39
13 Januari 85 0 87 50.93
4
a. Standar Deviasi ( Sd )
Perhitungan standar deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
1
1
Sd = [𝑛−1 Σ ( Xi – Xrt )2] 2
b. Koefisien kemencengan ( Cs )
Perhitungan koefisien kemencengan ( coeffisien of skewness )digunakan rumus
sebagai berikut :
𝑛
Cs = (𝑛−1)(𝑛−2)𝑆𝑑 ∑𝑛𝑖=1 [ Xi – Xrt ]3
Rh rencana
Tahun mm Xi-Xrt (Xi-Xrt)2 (Xi-Xrt)3 (Xi-Xrt)4
Xrt
2000 110.21 35.68 1272.82 45409.85 1620068.87
2001 67.23 -7.30 53.34 -389.56 2845.13
2002 60.50 -14.03 196.82 -2761.28 38738.98
2003 83.33 8.80 77.38 680.68 5987.67
2004 51.39 -23.14 535.48 -12391.25 286739.01
Jumlah 372.65 35.68 1272.82 45409.85 1620068.87
Xrt 74.53
5
Tabel 2.3 Perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan Log
6
Ck ≈ 3 0,57 Tidak Memenuhi
= 0,31
Dari tabel 2.4 ditinjau persyaratan parameter statistik yang mendekati adalah metode
Distribusi Normal untuk memastikan ketepatan dalam pemilihan distribusi tersebut
perlu dilakukan perbandingan hasil perhitungan statistik dengan plotting data pada
kertas probabilitas dan uji Smirnov-Kolmogorov.
Persamaan Weibull :
𝑚
𝑃= 𝑥 100 (%)
𝑛+1
7
m = nomor urut ( peringkat ) data setelah diurutkan dari besar ke kecil,
P(x) =
m Xi %
m/(n+1)
1 153 0.167 17
2 113 0.333 33
3 85 0.500 50
4 101 0.667 67
5 83 0.833 83
2.6 Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan menggunakan Metode Log-Pearson Tipe
III
Hubungan k dengan periode ulang dan nilai Cs = 1,03 ( tabel log pearson III )
Periode Ulang
Kemencengan
(Cs)
5
1,03 0.754
Xt = R24= 10Y
Tabel 2.6 Perhitungan curah hujan rencana berdasarkan Metode Log Pearson Tipe III
Sehingga dapat diketahui curah hujan pada periode ulang 5 tahun adalah 90,782 mm.
8
2.7 Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman hujan yang terjadi pada suatu kurun
waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Hujan dalam intensitas yang besar
umumnya terjadi dalam waktu yang pendek. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda,
tergantung lama hujan dan frekuensi kejadiannya. Analisa intensitas hujan dapat
didekati dengan Kurva Intensitas Durasi Frekuensi ( IDF ), dimana intensitas hujan
sebagai ordinat dan durasi hujan sebagai absis. Durasi hujan yang digunakan dapat
ditetapkan, misalnya 5, 10, 15, ..., 120 menit atau lebih. Apabila yang tersedia adalah
data hujan harian, analisa IDF dapat ditempuh dengan cara empiris menggunakan
metode Mononobe.
Rumus :
𝑅24 24 2/3
I= [ ]
24 𝑡
Dimana :
I = intensitas hujan ( mm/jam )
R24 = hujan maksimum dalam 24 jam ( mm )
t = durasi hujan ( jam )
Durasi I
menit Jam mm/jam
5 0.083 158.850
10 0.167 100.533
15 0.250 76.929
20 0.333 63.625
45 0.750 37.255
60 1.000 30.813
120 2.000 19.501
180 3.000 14.922
240 4.000 12.342
300 5.000 10.651
9
Sehingga didapat grafik Intensitas Hujan adalah sebagai berikut :
140.000
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
0.000
0 50 100 150 200 250 300 350
Durasi (menit)
Durasi I R=I.t
menit Jam mm/jam mm
5 0.083 158.850 13.238
10 0.167 100.533 16.755
15 0.250 76.929 19.232
20 0.333 63.625 21.208
45 0.750 37.255 27.941
60 1.000 30.813 30.813
120 2.000 19.501 39.001
180 3.000 14.922 44.766
240 4.000 12.342 49.366
300 5.000 10.651 53.257
10
Sehingga didapat Kurva Massa Hujan adalah sebagai berikut :
50
40
R (mm)
30
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
t (jam)
11
BAB III
12
3.2 Perhitungan Kemiringan Slope
Besarnya nilai Slope dapat dihitung dengan rumus :
Elevasi Elevasi
hulu hilir Panjang
No Saluran (m) (m) (m) Slope
1 5A-5B 1.25 0.97 212.4 0.00132
2 5B-5 0.97 0.86 215.6 0.00051
3 5C-5D 1.25 0.87 256.7 0.00148
4 5D-5 0.87 0.86 92.4 0.00011
5 5-6B 0.86 0.85 35 0.00029
13
dimana :
Q = debit banjir rencana (m3/detik)
n = koefisien kekasaran dari Manning
R = radius hidrolik (m)
S = kemiringan dasar saluran
F = luas tampang basah (m2)
C = koefisien pengaliran
Cs = koefisien penyimpanan
V = kecepatan aliran (m/detik)
B = lebar saluran (m)
H = tinggi saluran (m)
m = kemiringan dinding saluran
14
Tabel 3.3 Perhitungan Debit
tc I Q
No Saluran tc (jam) C Cs A (ha)
(menit) (mm/jam) (m3/s)
1 5A-5B 13.9000 0.2317 135.942 0.57 1 1.01 0.218
2 5B-5 19.8889 0.3315 107.059 0.57 1 2.76 0.468
3 5C-5D 15.1306 0.2522 128.468 0.57 1 1.7 0.346
4 5D-5 17.6972 0.2950 115.725 0.57 1 2.12 0.389
5 5-6B 18.6694 0.3112 111.672 0.57 1 4.88 0.864
15
0,218
=
0.6
= 0,363
H = √(0,363/4,4)
= 0,322
P = B + 2H √(1 + 𝑚2 )
= 2,4H + 2H √(1 + 22 )
= 5,972H = 1,922
F 0,363
R= = = 0,189
P 1,922
1
Q= (R)(2/3)S(1/2) F
n
1
0,218= (0,189)(2/3)Smin(1/2)0,363
0.04
Smin = 0,005
Karena Smin > So maka pendimensian saluran yang direncanakan dapat digunakan.
Perhitungan muka air pada saluran drainase utama disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut.
16
Keterangan :
- Elevasi Muka Air Hulu :Elevasi Muka Tanah Hulu – Tinggi Jagaan (w)
- Elevasi Muka Air Hilir :Elevasi Muka Tanah Hilir – Tinggi Jagaan (w)
- Elevasi Dasar Saluran Hulu : Elevasi Muka Air Hulu – Tinggi Saluran (H)
- Elevasi Dasar Saluran Hilir : Elevasi Muka Air Hilir – Tinggi Saluran (H)
17
BAB IV
Komponen drainase sistem polder terdiri dari pintu air, kolam retensi, dan stasiun
pompa. Pintu air berfungsi untuk mengisolasi atau memproteksi daerah tangkapan (
catchment area ) sistem polder terhadap masuknya air banjir dari luar. Station pompa
berfungsi mengendalikan muka air didalam daerah tangkapan sistem polder pada saat
terjadi banjir atau hujan lokal. Station pompa digunakan untuk menyalurkan debit banjir
akibat hujan lokal keluar daerah tangkapan sistem polder. Berhubung debit banjir yang
masuk lebih besar dari pada debit atau kapasitas pompa banjir, maka diperlukan kolam
retensi untuk menampung kelebihan debit banjir tersebut. Besarnya volume tampungan
kolam retensi tergantung pada luas kolam dan beda tinggi muka air maksimum dan
minimum dikolam, sehingga kedudukan muka air dikolam retensi harus dijaga selalu
minimum.
18
tc = 66,1611 me nit = 66,1611 x 60 = 3969,66 detik = 3970 detik
R = 90,782 mm
I = 47,611 mm/jam[
𝑅 90,782 𝑚𝑚
Sehingga durasi hujan = = = 1,91 𝑗𝑎𝑚 = 6876 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐼 47,611 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
Q maks = 13,111
m3/detik
Vt =CxRxA
= 0,57 x 90,782 x 10-3 x 157,02 x 104
= 81251,1609 m3
Vt = A . H
Dimana : A = Luas kolam ( m2 )
H = Beda tinggi antara muka air maksimum dan minimum (m)
Vt
At=
H
81251,1609
= = 54095,314 m2 ≈ 5,41 Ha
(−0,09−(−1,592))
19
4.2 Perhitungan Kapasitas Pompa
Tabel 4.1 Perhitungan Vt Kumulatif
T
No. T(kumulatif) Qt Vtkmulatif
(detik)
1 600 600 1.981511335 594.4534005
2 600 1200 3.96302267 2377.813602
3 600 1800 5.944534005 5350.080605
4 600 2400 7.92604534 9511.254408
5 600 3000 9.907556675 14861.33501
6 600 3600 11.88906801 21400.32242
7 370 3970 13.111 26025.335
8 600 4570 13.111 33891.935
9 600 5170 13.111 41758.535
10 600 5770 13.111 49625.135
11 600 6370 13.111 57491.735
12 506 6876 13.111 64125.901
13 600 7476 11.12948866 71398.0476
14 600 8076 9.14797733 77481.2874
15 600 8676 7.166465995 82375.6204
16 600 9276 5.18495466 86081.04659
17 600 9876 3.203443325 88597.56599
18 600 10476 1.22193199 89925.17858
19 370 10846 0 90151.236
Hubungan Vt dan T
100000
90000
80000
70000
ΔV Hubungan
60000
V Vt dan T
50000
40000
30000
20000
10000
0
0 5000 T 10000 15000
20
Tabel 4.2 Perhitungan ΔV
Qp Vp Vt ΔV
1.981511 594.4534 594.4534 0
3.963023 2377.814 2377.814 0
5.944534 5350.081 5350.081 0
7.926045 9511.254 9511.254 0
9.59 14385 14861.34 476.335
9.59 20139 21400.32 1261.322
9.59 23687.3 26025.34 2338.035
9.59 29441.3 33891.94 4450.635
9.59 35195.3 41758.54 6563.235
9.59 40949.3 49625.14 8675.835
9.59 46703.3 57491.74 10788.44
9.59 51555.84 64125.9 12570.06
9.59 55309.8 71398.05 16088.25
9.147977 64391.2 77481.29 13090.09
7.166466 70275.5 82375.62 12100.12
5.184955 74991 86081.05 11090.05
3.203443 81507.2 88597.57 7090.366
1.221932 86533.1 89925.18 3392.079
0 90151.24 90151.24 0
𝑉 90151,236−14861,33501
Qp = = = 9,59 m3/detik
𝑡 10846−3000
9,59
Perhitungan Jumlah Pompa = = 9,59 ~ 10 buah
1
Menggunakan diameter 20 inchi(50 cm) dan pada ketentuan untuk pipa ukuran 25
cm digunakan dengan Q sebesar 1 m3/s
Jumlah pompa = 10 buah
Perhitungan Luas Kolam Retensi (Asumsi kedalaman kolam 1 m)
V =Axh
16088,2 m3/s = A x 1
A = 16088,2/1
A = 16088,2 m2 = 1,609 ha
Jadi digunakan luas kolam etensi sebesar 1,609 ha
21
4.3 Perhitungan Lebar Pintu
Aliran dipintu air dalam kondisi kritis, maka memakai rumus :
Keterangan :
m = Koefisien Debit (tergantung bentuk ambang)
b = lebar pintu air (m)
hkr = kedalaman air kritis di bagian hilir (0,667H)
△hkr = beda tinggi kritis (0,333H)
Perhitungan :
Dimensi pintu air dihitung berdasarkan debit banjir maksimum
Qmak = 13,111m3/detik ( lihat sub bab 3.4 )
𝑄 𝑥 𝐻𝑝 𝑥 𝛶
P=
𝜇
Keterangan :
P = Daya Pompa
22
Hp = Head Pompa (m)
𝛾 = berat jenis air (1000 kg/m3)
Q = debit aliran (m3/s)
𝜇 = efisiensi pompa
Hp = Hstatis + ƩHf
23
= 5,09 m/s
Mencari f untuk mengetahui Hf dengan cara trial error dengan mencari data Re
pada pipa PVC dengan D = 0,500 m
vxD k 0,000024
Re = =
ϑ 𝐷 0,420
5,09 x 0,5
= = 5,71 x 10-5
1,139x10−6
= 2,234 x106
24
Hf3
Hf2
Hf1
L v2
Hf1 = f x x
D 2g
5,502 5,09^2
= 0,0160 x x
0,5 2x9,81
= 0,218 m
v2
Hf2 = k x
2g
25
5,092
= 0,98 x
2x9,81
= 1,294 m
L v2
Hf3 = f x x
D 2g
3,75 5,092
= 0,0160 x x
0,5 2x9,81
= 0,0158 m
v2
Hf4 = k x
2g
5,092
= 0,98 x
2x9,81
= 1,294 m
L v2
Hf5 = f x x
D 2g
0,5 5,092
= 0,0160 x x
0,5 2x9,81
= 0,0211 m
v2
Hf6 = k x
2g
5,092
= 0,98 x
2x9,81
= 1,294 m
26
ƩHf = Hf1 + Hf2 + Hf3 + Hf4 + Hf5 + Hf6
= 4,1369 m
Hp = Hstatis + ƩHf
Hp = 3,502 + 4,1369
= 7,639 m
𝜇 = 0,78
𝑄 𝑥 𝐻𝑝 𝑥 𝛶
P=
𝜇
1 𝑥 7,639 𝑥 1000
P= = 9793,589 kg.m / s
0,78
27
BAB V
T (jam) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Q (m3/s) 8 127 284 371 314 264 198 147 94 60 37 20 10
Ew (m) 90.00 90.50 91.00 91.50 92.00 92.50 93.00 93.50 94.00 94.50
Vw (x104 m3) 5007 5124 5254 5378 5578 5728 5837 5994 6097 6277
Contoh perhitungan jam ke 0-I :
= 35 x 2,5 x (0)1,5
=0
28
Outflow waduk (0) jam ke- 1 = Bx Cd x (△h)1,5
= 35 x 2,5 x (0,15)1,5
= 5,084m3/s
0+5,084
Outflow rata-rata waduk (OR) = = 2,542 m3/s
2
Volume Outflow = OR x △t
= 2,542 x 3600
= 0,9152 m3
Tampungan △s = Volume Inflow – Volume Outflow
= 24,3.104- 0,9152
= 23,385.104m3
Tampungan awal jam ke-0 (El. Muka air 90 m ) = 5007. 104m3
Tampungan awaljam ke- 1(El.muka air 90,15 m)
= 90,100
29
Grafik Daya Tampung Waduk
95
94.5 y = 0.0035x + 72.519
R² = 0.9974
94
93.5
93
Elevasi (m)
92.5
92
91.5
91
90.5
90
89.5
5000 5200 5400 5600 5800 6000 6200 6400
Volume.104( m3)
30
Tabel 5.3 Perhitungan Outflow Waduk
Inflow Waduk Inflow rata-rata Volume Inflow Elevasi Muka Air Asumsi Outflow Waduk Outflow rata-rata Volume Outflow Tampungan Waduk Tampungan Total Elevasi Muka Air Waduk
∆t
Jam ke-T I IR VI Ewas O OR Vo ∆s Sw Ew
(detik) (m3/s) (m3/s) (x104 m3) (m) (m3/s) (m3/s) (x104 m3) (x104 m3) (x104 m3) (m)
2 3 4 5 6=3*5 7 8 9 10=3*9 11=6-10 12 13
0 8 90 0.00 5007 90
3600 67.5 24.3 2.542 0.915 23.385
1 127 90.15 5.08 5030.385 90.100
3600 205.5 73.98 18.010 6.483 67.497
2 284 90.5 30.94 5097.882 90.388
3600 327.5 117.9 46.188 16.628 101.272
3 371 90.79 61.44 5199.154 90.778
3600 342.5 123.3 86.799 31.248 92.052
4 314 91.18 112.16 5291.206 91.149
3600 289 104.04 129.329 46.558 57.482
5 264 91.41 146.50 5348.688 91.381
3600 231 83.16 155.237 55.885 27.275
6 198 91.52 163.97 5375.963 91.292
3600 172.5 62.1 163.973 59.030 3.070
7 147 91.52 163.97 5379.032 91.303
3600 120.5 43.38 159.961 57.586 -14.206
8 94 91.47 155.95 5364.826 91.447
3600 77 27.72 147.363 53.051 -25.331
9 60 91.36 138.78 5339.495 91.344
3600 48.5 17.46 129.799 46.727 -29.267
10 37 91.24 120.82 5310.228 91.226
3600 28.5 10.26 112.267 40.416 -30.156
11 20 91.12 103.71 5280.072 91.104
3600 15 5.4 95.607 34.418 -29.018
12 10 91 87.50 5251.053 90.988
31
C.Hubungan Inflow-Outflow
Vol. Vol. Hubungan Inflow - Outflow
Jam ke-
Inflow Outflow
140
0 8 0
1 24.3 0.91 120
2 73.98 6.48
100
3 117.9 16.63
Q (m^3/s)
4 123.3 31.25 80
5 104.04 46.56 Inflow
60
6 83.16 55.89 Outflow
7 62.1 59.03 40
8 43.38 57.59 20
9 27.72 53.05
0
10 17.46 46.73
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
11 10.26 40.42
t (jam)
12 5.4 34.42
32
5.2 Analisis Kolam Banjir
A. Data Inflow
T (jam) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Q (m3/s) 8 127 284 371 314 264 198 147 94 60 37 20 10
23
22.5
22
h (m)
33
Tabel 5.4 Analisis Kolam Banjir
34
Hubungan Inflow dan Outflow Kolam
180
160
140
120
Q (m3/s)
100
80 Outflow Kolam
60 Inflow Kolam
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
t (jam)
Volume efektif kolam adalah elevasi muka air kolam rendah +20m sampai dengan
elevasi muka air tinggi kolam +23,5 m yaitu = 43,982 x 105 m3 . Maka dimensi kolamnya :
Volume = Luas x tinggi Asumsi kolam berbentuk persegi
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚
Luas = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
43,982 x 100000
Luas = (23,50−20,0)
Luas = 1256628.571 m2
Panjang = 1121 m
Lebar = 1121 m
35
5.3 Normalisasi Alur dan Floodway
Menentukan Kemiringan Dasar Saluran
∆ℎ
𝐼=
𝑙
Keterangan: I = kemiringan dasar saluran
∆h = beda tinggi (m)
l = panjang saluran (m)
=0,00110
B . Alur Sungai 2-3
Q2 = 129,40 m3/s
Elevasi titik 2 (Ea.2) = +20,08
Elevasi titik 3 (Ea.3) = + 10,074
Panjang alur sungai = 11,18km
20,08−10,074
Kemiringan alur sungai = 11180
=0,000835 m3
C . Alur Sungai 3-4
Q3 = 40% Q2
= 40%129,40
= 51,760m3/s
Elevasi titik 3 (Ea.3) = +10,074
Elevasi titik 4 (Ea.4) = - 2,37
Panjang alur sungai = 14,01km
10,074−(−2,37)
Kemiringan alur sungai = 14010
=0,00094m3
36
D. Alur Sungai 3-5
Q4 = Q2-Q3
= 129,40-51,760
= 77,640 m3/s
Elevasi titik 3 (Ea.3) = +10,074
Elevasi titik 5 (Ea.5) = - 1,48
Panjang alur sungai =97,4km
10,074−(−1,48)
Kemiringan alur sungai = 97400
=0,000125 m3
37
BAB VI
DESAIN SALURAN
Bentuk penampang alur sungai ditentukan berbentuk trapesium dengan m =1, maka ;
𝐴 = (𝑏 + 𝑚ℎ)ℎ
𝑃 = 𝑏 + 2ℎ√1 + 𝑚2
𝐴
𝑅= 𝑃
38
2 1
1
Qkap = × 𝑅3 × 𝐼2 × 𝐴
𝑛
1 (𝑏+1.3,5)3,5 2 1
163,97= ×( )3 × 0,001102 × (𝑏 + 1.3,5)3,5
0.03 𝑏+2.3,5√1+12
B = 13,1~14 m
Kemudian dilakukan checking untuk mendapat nilai H saluran
H= 3,416 m
1 m
3,416 m
14 m
B = 12.89 ~13 m
Kemudian dilakukan checking untuk mendapat nilai H saluran
H= 3,983 m
39
1m
3,983 m
13 m
B = 22,20 ~ 23 m
Kemudian dilakukan checking untuk mendapat nilai H saluran
H= 2,923 m
1m
2,923 m
21 m
Gambar 6.3 Sketsa Penampang Alur Sungai 3-4
40
D. Alur Sungai 3-5
Q banjir = 77,640 𝑚3 /𝑠
Kemiringan alur sungai = 0,000125
Koefisien manning(n) =0,02 (saluran tanah)
B = 25,52~ 26 m
Kemudian dilakukan checking untuk mendapat nilai H saluran
H = 2,928 m
1m
2,928 m
26 m
Gambar 6.4 Sketsa Penampang Alur Sungai 3-5
41
2.1 Perhitungan Backwater
Dari perhitungan sebelumnya diperoleh data :
Q3-5 = 77,640 m3/s
H3-5 = 2,928 m
Elevasi di titik 5 = -1,48 m
Elevasi HWL pasang surut air laut = +2,61 m
Elevasi muka air di hilir = Elevasi HWL pasang surut air laut
= +2,61m
Elevasi datum = elevasi dasar saluran di titik 5 = -1,48 m
Maka tinggi muka air di titik 5 = HWL-elevasi di titik 5
= 2,61-(-1,48)
= 4,09 m
42
2.2 Analisa Backwater
Aliran 3-5, Q= 77,640 H = 2,928 m, I= 0,000125,
43
Grafik Backwater
4.5
3.5
3 Elevasi Dasar
Saluran
2.5
Tinggi Muka Air
H (m)
1.5
0.5
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000 15000 16000 17000
X (m)
44
BAB VII
Tinggi Ambang
Agar debit kecil pada alur sungai 2-3 (Q2) sebesar 10,48 m3/s atau lebih kecil
semuanya mengalir ke alur lama, maka dibuat bangunan pembagi banjir di titik 3
setinggi :
45
Gambar 7.1 Grafik Lengkung Debit (Hubungan antara Q dan h)
2.5
2
H (m)
1.5
0.5
0
0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000
Q (m3/s)
46
Lebar Ambang (berdasarkan Q3-4)
Tabel 7.3 Penampang Saluran 3-4
B (m) H (m) n A (m2) P (m) R (m) I Q
23.000 2.923 0.07 67.229 28.846 2.331 0.00094 51.761
Q = Cd . B . Hi3/2
51,761 = 0,78x B x 2,0853/2
B = 15,265 m
Sehingga telah kita peroleh dimensi dari ambang (bangunan pengatur banjir) dititik 3 ,
yaitu :
Tinggi ambang : 0,45 m = 0,5 m
Lebar ambang : 15,624 m = 16 m
47