Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kawasan Puri Anjasmoro Kelurahan Tawang Kecamatan Semarang Utara
merupakan wilayah pemukiman. Di Wilayah ini merupakan daerah yang
bertopografi rendah serta berbatasan langsung dengan kali Siangker dan Kali
Ronggo Lawe.
Selain itu banjir yang terjadi di wilayah Semarang disebabkan juga karena
kurang berfungsinya drainase, sedimentasi yang tinggi dan belum maksimalnya
pengendalian banjir dengan menggunakan pompanisasi. Hal ini akan berdampak
negatif terhadap mayoritas masyarakat yang terletak didaerah tersebut. Apabila tidak
dilakukan tindakan untuk mengatasi masalah banjir akan membawa dampak lebih
buruk lagi. Keadaan seperti ini tidak bisa dibiarkanberlarut–larut, sehingga
memerlukan penanganan yang serius dari Pemerintah dan masyarakat pada
umumnya untuk berpartisipasi dalam persoalan ini, untuk itu perlu ada langkah-
langkah kongkrit baik secara teknis maupun non teknis.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari pembuatan tugas ini adalah untuk pengembangan saluran
drainase dan sistem polder pada Kawasan Puri Anjasmoro Kelurahan
Tawang Kecamatan Semarang Utara yang akan mengalir menuju Kali
Siangker.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari perencanaan saluran drainase Kawasan Puri Anjasmoro
Kelurahan Tawang Kecamatan Semarang Utara ini adalah memberikan
alternatif pengembangan saluran agar dapat mengalirkan debit banjir
rencana, sehingga dapat memperlancar jalannya aliran saluran drainase dan
membebaskan genangan banjir akibat rob pada kawasan tersebut.

1
1.3 Lokasi Perencanaan
Kawasan Puri Anjasmoro Kelurahan Tawang Kecamatan Semarang Utara, Kota
Semarang, adapun batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Jalan Lingkar Utara
b. Kali Siangker
c. Kali Ronggo Lawe
1.4 Identifikasi dan PembatasanMasalah
1.4.1 Identifikasi masalah
Masalah yang timbul pada daerah Kawasan Puri Anjasmoro Kelurahan
Tawang Kecamatan Semarang Utara diidentifikasi sebagai berikut :
a. Timbulnya banjir akibat kapasitas saluran existing tidak mampu
menampung air buangan. Hal ini berkaitan dengan beban aliran yang harus
dialirkan melebihi beban aliran pada perencanaan sebelumnya.
b. Timbulnya sedimentasi pada dasar saluran mengurangi kapasitas saluran
dan menaikkan muka air saluran.
c. Adanya tumpukan sampah pada saluran akibat kurang sadarnya
masyarakat dalam menjaga kebersihan saluran dapat mengganggu aliran
air sehingga pada saat terjadi hujan, air pada saluran yang ada meluap.
d. Semakin berkurangnya daerah resapan air hujan yang disebabkan oleh
pertumbuhan kota dan perkembangan industry tanpa memperhatikan
konservasi dan keseimbangan tata guna lahan dalam proses infiltrasi,
sehingga presipitasi yang terjadi akan langsung menjadi aliran permukaan
yang menambah beban aliran pada saluran–saluran daerah hilir.
1.4.2 Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan Tugas ini permasalahan dibatasi pada :
a. Analisis dimensi saluran drainase
b. Penggunaan saluran dan fasilitas pompa

2
BAB II

ANALISIS DATA HIDROLOGI

Analisis hidologi diperlukan untuk mengetahui karakteristik hidrologi dan


menentukan besarnya debit banjir rencana suatu perencanaan bangunan air pada daerah
Perencanaan Sub Sistem Drainase Kali Siangker, Kota Semarang. Data untuk penentuan
debit banjir rencana pada Tugas Besar ini adalah data curah hujan.

Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan debit rencana adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Daerah Tangkapan beserta luasnya;


2. Menentukan Curah Hujan Maksimum dengan Metode Thiesen;
3. Menentukan Metode Distribusi;
4. Memastikan ketepatan dalam pemilihan distribusi dengan plotting data pada kertas
probabilitas dan uji Smirnov-Kolmogorov;
5. Menentukan Curah Hujan Periode Ulang Tertentu;
6. Menghitung Debit Banjir Rencana metode rasional.
2.1 Penentuan Daerah Tangkapan
Konsep penggambaran daerah sub sistem drainase berkaitan dengan peta. Dalam
menentukan luasan ini menggunakan program Autocad. Dalam pembuatan Daerah
Tangkapan ditinjau dari peta kontur sehingga perlu memperhatikan kontur.
Dari gambar Autocad didapat Luas Daerah Tangkapan Stasiun 1 adalah 0,84 km2,
Stasiun 2 adalah 1,1 km2 dan Stasiun 3 adalah 0,76 km2
2.2 Analisis Curah Hujan Maksimum dengan Metode Thiesen

Data maksimum tahunan yaitu tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang
berpengaruh pada analisis selanjutnya. Data seperti ini dikenal dengan data maksimum
( maximum annualseries ). Jumlah data akan sama dengan panjang data yang tersedia.

3
Tabel 2.1 Perhitungan Curah Hujan dengan Metode Thiesen

C.HUJAN C.HUJAN
CURAH HUJAN MAKSIMUM HARIAN HARIAN
TAHUN TANGGAL RATA2 DAS RATA2 MAKS
STA1 STA2 STA3 (mm) (mm)
0.311111 0.407407 0.281481
22 Januari 179 122 17.1 110.21
2000 22 Januari 179 122 17.1 110.21 110.21
11-Feb 4 1.6 167.8 49.13
20 Februari 96 91.7 0 67.23
2001 1 Juni 39 96 27.8 59.07 67.23
31 Januari 1 0 156 44.22
1-Apr 98 21.2 0 39.13
2002 4 Februari 45 67.5 67.5 60.50 60.50
31 Maret 39 36 94.4 53.37
16 Februari 106 99.4 35 83.33
2003 16 Februari 106 99.4 35 83.33 83.33
15 Februari 11 0.4 97.7 31.09
13 Januari 85 0 87 50.93
2004 6 November. 62 78.1 1 51.39 51.39
13 Januari 85 0 87 50.93

2.3 Perhitungan Dispersi


Dari perhitungan curah hujan maksimum tahunan perlu ditentukan kemungkinan
terulangnya curah hujan maksimum harian guna menentukan debit banjir rencana.
Untuk menentukan curah hujan yang akan dipakai dalam menghitung besarnya debit
banjir rencana berdasarkan analisa distribusi curah hujan awalnya dengan pengukuran
dispersi dilanjutkan dengan pengukuran dispersi dengan logaritma dan pengujian
kecocokan sebaran.
Pada pengukuran dispersi tidak semua nilai dari suatu variabel hidrologi terletak atau
sama dengai nilai rata-ratanya akan tetapi ada nilai yang lebih besar atau lebih kecil
daripada nilai rata-ratanya. Besarnya derajat dari sebaran nilai disekitar nilai rata-
ratanya disebut dengan variasi atau dispersi suatu data sembarang variabel hidrologi.
Beberapa macam cara untuk mengukur dispersi diantaranya adalah :

4
a. Standar Deviasi ( Sd )
Perhitungan standar deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
1
1
Sd = [𝑛−1 Σ ( Xi – Xrt )2] 2

b. Koefisien kemencengan ( Cs )
Perhitungan koefisien kemencengan ( coeffisien of skewness )digunakan rumus
sebagai berikut :
𝑛
Cs = (𝑛−1)(𝑛−2)𝑆𝑑 ∑𝑛𝑖=1 [ Xi – Xrt ]3

c. Koefisien Kurtosis ( Ck ) digunakan rumus sebagai berikut :


Ck = n2∑𝑛𝑖=1 ( Xi – Xrt )4
( n-1 ) (n-2) ( n-3 ) Sd4
d. Koefisien Variasi ( Cv )
Perhitungan koefisien variasi ( Cv ) digunakan rumus sebagai berikut :
𝑆𝑑
Cv = 𝑋𝑟𝑡

Tabel 2.2 Perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan Normal

Rh rencana
Tahun mm Xi-Xrt (Xi-Xrt)2 (Xi-Xrt)3 (Xi-Xrt)4
Xrt
2000 110.21 35.68 1272.82 45409.85 1620068.87
2001 67.23 -7.30 53.34 -389.56 2845.13
2002 60.50 -14.03 196.82 -2761.28 38738.98
2003 83.33 8.80 77.38 680.68 5987.67
2004 51.39 -23.14 535.48 -12391.25 286739.01
Jumlah 372.65 35.68 1272.82 45409.85 1620068.87
Xrt 74.53

Standart Deviasi S= 23,11


Koef. Skewness CS= 1,03
Peng. Kortosis CK= 0,57
Koef. Variasi CV= 0,31

5
Tabel 2.3 Perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan Log

LogXi- (LogXi- (LogXi-


Tahun LogXi (LogXi-LogXrt)3
LogXrt LogXrt)2 LogXrt)4

2000 2.042 0.1855756 0.0344383 0.0063909 0.0011860


2001 1.828 -0.0290925 0.0008464 -0.0000246 0.0000007
2002 1.782 -0.0748739 0.0056061 -0.0004198 0.0000314
2003 1.921 0.0641509 0.0041153 0.0002640 0.0000169
2004 1.711 -0.1457601 0.0212460 -0.0030968 0.0004514
Jumlah 9.283 0.1855756 0.0344383 0.0063909 0.0011860
Log Xrt 1.86

Standart Deviasi S= 0,13


Koef. Skewness CS= 0,61
Peng. Kortosis CK= -0,32
Koef. Variasi CV= 0,07

2.4 Pemilihan Metode Distribusi


Setelah diketahui nilai variabel-variabel dari perhitungan diatas dapat ditentukan
metode distribusi mana yang dapat dipakai. Pemilihan jenis sebaran atau metode
distribusi harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Tabel 2.4 Persyaratan Pemilihan Metode Distribusi

Jenis Distribusi Syarat Perhitungan Kesimpulan


Data Curah
Hujan

Normal Cs ≈ 0 1,03 Tidak Memenuhi

6
Ck ≈ 3 0,57 Tidak Memenuhi

Log Normal Cs = 3 Cv + Cv2 1,03 Tidak Memenuhi

= 0,31

Cv ≈ 0,06 0,31 Tidak Memenuhi

Gumbel Cs = 1,14 1,03 Tidak Memenuhi

Ck = 5,4 0,57 Tidak Memenuhi

Log Pearson Tipe III Cs ≠ 0 1,03 Memenuhi

Cv ≈ 0,3 0,31 Memenuhi

Dari tabel 2.4 ditinjau persyaratan parameter statistik yang mendekati adalah metode
Distribusi Normal untuk memastikan ketepatan dalam pemilihan distribusi tersebut
perlu dilakukan perbandingan hasil perhitungan statistik dengan plotting data pada
kertas probabilitas dan uji Smirnov-Kolmogorov.

2.5 Plotting Data


Plotting Data pada kertas probabilitas dilakukan dengan cara mengurutkan data dari
besar ke kecil atau sebaliknya. Kemudian data yang telah dirangking di plotting pada
kertas probabilitas. Dalam kertas probabilitas symbol titik merupakan nilai Rmax
terhadap P(Xm), sedang garis lurus merupakan symbol untuk curah hujan dengan
periode ulang tertentu. Dari gambar pada kertas probabilitas dicari jarak
penyimpangan setiap titik data terhadap kurva teoritis. Jarak penyimpangan terbesar
merupakan nilai △ maks.Untuk mengetahui ketepatan distribusi probabilitas data
hidrologi dapat menggunakan cara data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang
sudah didesain khusus atau menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi
distribusi.

Persamaan Weibull :

𝑚
𝑃= 𝑥 100 (%)
𝑛+1

7
m = nomor urut ( peringkat ) data setelah diurutkan dari besar ke kecil,

n = banyaknya data atau jumlahkejadian ( event ).

Tabel 2.5 Perhitungan Probabilitas

P(x) =
m Xi %
m/(n+1)
1 153 0.167 17
2 113 0.333 33
3 85 0.500 50
4 101 0.667 67
5 83 0.833 83

2.6 Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan menggunakan Metode Log-Pearson Tipe
III

Hubungan k dengan periode ulang dan nilai Cs = 1,03 ( tabel log pearson III )

Periode Ulang
Kemencengan
(Cs)
5

1,03 0.754

Y=log Xrt + (k.S log X)

Xt = R24= 10Y

Tabel 2.6 Perhitungan curah hujan rencana berdasarkan Metode Log Pearson Tipe III

Periode S log X log X Cs K Y Xt


10 0.13 1,86 1,03 0,754 1,958 90,782

Sehingga dapat diketahui curah hujan pada periode ulang 5 tahun adalah 90,782 mm.

8
2.7 Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman hujan yang terjadi pada suatu kurun
waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Hujan dalam intensitas yang besar
umumnya terjadi dalam waktu yang pendek. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda,
tergantung lama hujan dan frekuensi kejadiannya. Analisa intensitas hujan dapat
didekati dengan Kurva Intensitas Durasi Frekuensi ( IDF ), dimana intensitas hujan
sebagai ordinat dan durasi hujan sebagai absis. Durasi hujan yang digunakan dapat
ditetapkan, misalnya 5, 10, 15, ..., 120 menit atau lebih. Apabila yang tersedia adalah
data hujan harian, analisa IDF dapat ditempuh dengan cara empiris menggunakan
metode Mononobe.

Rumus :
𝑅24 24 2/3
I= [ ]
24 𝑡
Dimana :
I = intensitas hujan ( mm/jam )
R24 = hujan maksimum dalam 24 jam ( mm )
t = durasi hujan ( jam )

Tabel 2.7 Perhitungan Intensitas

Durasi I
menit Jam mm/jam
5 0.083 158.850
10 0.167 100.533
15 0.250 76.929
20 0.333 63.625
45 0.750 37.255
60 1.000 30.813
120 2.000 19.501
180 3.000 14.922
240 4.000 12.342
300 5.000 10.651

9
Sehingga didapat grafik Intensitas Hujan adalah sebagai berikut :

Intensitas Hujan Periode 5 Tahun


180.000
160.000
Intensitas Hujan (mm/jam)

140.000
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
0.000
0 50 100 150 200 250 300 350
Durasi (menit)

Gambar 2.1 Kurva Intensitas Hujan Periode Ulang 5 Tahun

2.8 Perhitungan Masa Hujan


Kurva masa hujan untuk periode ulang 5 tahun dapat dihitung dengan rumus:
R= I .t
Tabel 2.8 Perhitungan Masa Hujan

Durasi I R=I.t
menit Jam mm/jam mm
5 0.083 158.850 13.238
10 0.167 100.533 16.755
15 0.250 76.929 19.232
20 0.333 63.625 21.208
45 0.750 37.255 27.941
60 1.000 30.813 30.813
120 2.000 19.501 39.001
180 3.000 14.922 44.766
240 4.000 12.342 49.366
300 5.000 10.651 53.257

10
Sehingga didapat Kurva Massa Hujan adalah sebagai berikut :

Massa Hujan Periode 5 Tahun


60

50

40
R (mm)

30

20

10

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
t (jam)

Gambar 2.2 Kurva Masa Hujan Periode Ulang 10 Tahun

11
BAB III

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE UTAMA

3.1Perhitungan waktu konsentrasi


Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
Besarnya waktu konsentrasi (tc) dapat dihitung dengan rumus :
L
td =
60 x V
tc = to + td
dimana :
td = waktu yang diperlukan untuk mengalir sepanjang saluran yang direncanakan (dari
hulu sampai hilir).
to =waktu yang diperlukan untuk mengalir dari titik terjauh dalam daerah tangkapan
sampai bagian hulu saluran yang direncanakan.
tc = waktu yang diperlukan untuk emngalir dari titik terjauh dalam daerah tangkapan
sampai ke bagian hilir saluran yang direncanakan (waktu konsentrasi).
Tabel 3.1 Perhitungan nilai tc pada Sungai Ronggo Lawe
to Vs td tc
No Saluran L (m) (menit) (m/s) (menit) (menit)
1 5A-5B 212.4 8.0000 0.6 5.9000 13.9000
2 5B-5 215.6 13.9000 0.6 5.9889 19.8889
3 5C-5D 256.7 8.0000 0.6 7.1306 15.1306
4 5D-5 92.4 15.1306 0.6 2.5667 17.6972
5 5-6B 35 17.6972 0.6 0.9722 18.6694

Contoh perhitungan baris no. 1 (saluran 5A-5B):


Diketahui untuk to saluran tersier 8 menit dengan asumsi awal V1= 0.6 m/detik
L (panjang saluran) = 212,4 m
L 212,4
td = = = 5,900 menit
60 x V 60 x 0.6
tc = to + td = 8 + 5,9000 = 13,900 menit

12
3.2 Perhitungan Kemiringan Slope
Besarnya nilai Slope dapat dihitung dengan rumus :

elevasi hulu−elevasi hilir


Slope =
L

Tabel 3.2 Perhitungan Nilai Slope

Elevasi Elevasi
hulu hilir Panjang
No Saluran (m) (m) (m) Slope
1 5A-5B 1.25 0.97 212.4 0.00132
2 5B-5 0.97 0.86 215.6 0.00051
3 5C-5D 1.25 0.87 256.7 0.00148
4 5D-5 0.87 0.86 92.4 0.00011
5 5-6B 0.86 0.85 35 0.00029

3.3. Pencanaan Saluran Drainase Utama


Bentuk saluran yang digunakan pada perencanaan ini adalah saluran trapesium.
Tinggi jagaan tergantung pada besarnya debit banjir yang lewat, klasifikasi saluran
(primer, sekunder, tersier) dan daerah yang dilalui apakah memerlukan tingkat
keamanan yang tinggi, sedang, atau rendah. Untuk daerah pemukiman nilai tinggi
jagaan sebesar 30 cm.
Flow-cart perhitungan debit banjir rencana dan dimensi saluran untuk slope max atau
slope min

13
dimana :
Q = debit banjir rencana (m3/detik)
n = koefisien kekasaran dari Manning
R = radius hidrolik (m)
S = kemiringan dasar saluran
F = luas tampang basah (m2)
C = koefisien pengaliran
Cs = koefisien penyimpanan
V = kecepatan aliran (m/detik)
B = lebar saluran (m)
H = tinggi saluran (m)
m = kemiringan dinding saluran

14
Tabel 3.3 Perhitungan Debit
tc I Q
No Saluran tc (jam) C Cs A (ha)
(menit) (mm/jam) (m3/s)
1 5A-5B 13.9000 0.2317 135.942 0.57 1 1.01 0.218
2 5B-5 19.8889 0.3315 107.059 0.57 1 2.76 0.468
3 5C-5D 15.1306 0.2522 128.468 0.57 1 1.7 0.346
4 5D-5 17.6972 0.2950 115.725 0.57 1 2.12 0.389
5 5-6B 18.6694 0.3112 111.672 0.57 1 4.88 0.864

Contoh perhitungan baris 1 (saluran 5A-5B):


Diketahui data :
Koefisien kekasaran (n) =0.04
Lebar saluran (B) = 1,5H m
Kemiringan dinding (m) = 2
tc = 13,900 menit = 0,2317 jam
Perhitungan intensitas hujan
R24 24 147.911 24
I= ( )(2/3) = ( )(2/3)= 135,942 mm/jam
24 tc 24 0.2317
Perhitungan debit
Q = 0.00278. C. Cs. I. A
= 0.00278 x 0.57 x 1 x 135,942 x 1,01
= 0,218 m3/detik

Tabel 3.4 Pendimensian saluran


No Saluran Vs Q F H B n P R Smin So
1 5A-5B 0.6 0.218 0.363 0.322 0.483 0.04 1.922 0.189 0.005 0.00132
2 5B-5 0.6 0.468 0.780 0.472 0.708 0.04 2.820 0.277 0.003 0.00051
3 5C-5D 0.6 0.346 0.577 0.406 0.609 0.04 2.424 0.238 0.004 0.00148
4 5D-5 0.6 0.389 0.648 0.430 0.645 0.04 2.570 0.252 0.004 0.00011
5 5-6B 0.6 0.864 1.439 0.641 0.962 0.04 3.830 0.376 0.002 0.00029

Direncanakan menggunakan penampang trapesium, maka :


F = (B+mH) H
= (2.4H+2H)H
= 4.4H2
Q
F=
𝑉𝑠

15
0,218
=
0.6
= 0,363
H = √(0,363/4,4)
= 0,322
P = B + 2H √(1 + 𝑚2 )

= 2,4H + 2H √(1 + 22 )
= 5,972H = 1,922
F 0,363
R= = = 0,189
P 1,922
1
Q= (R)(2/3)S(1/2) F
n
1
0,218= (0,189)(2/3)Smin(1/2)0,363
0.04
Smin = 0,005
Karena Smin > So maka pendimensian saluran yang direncanakan dapat digunakan.

3.4 Perhitungan Muka air pada saluran drainase utama

Perhitungan muka air pada saluran drainase utama disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut.

Tabel 3.5 Perhitungan Muka air Saluran Drainase Utama

El. El. El. El. El. El.


Muka Muka Tinggi Muka Muka Dasar Dasar
No Saluran H Tanah Tanah Jagaan Air Air Saluran Saluran
Hulu Hilir (W=m) Hulu Hilir Hulu Hilir
(m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 5A-5B 0.97 0.3 0.67 0.63 0.348
0.3 1.25 0.95
2 5B-5 0.86 0.4 0.46 0.10 -0.012
0.5 0.97 0.57
3 5C-5D 0.87 0.4 0.47 0.44 0.064
0.4 1.25 0.85
4 5D-5 0.86 0.4 0.46 0.04 0.030
0.4 0.87 0.47
5 5-6B 0.85 0.5 0.35 -0.28 -0.291
0.6 0.86 0.36

16
Keterangan :

- Elevasi Muka Air Hulu :Elevasi Muka Tanah Hulu – Tinggi Jagaan (w)
- Elevasi Muka Air Hilir :Elevasi Muka Tanah Hilir – Tinggi Jagaan (w)
- Elevasi Dasar Saluran Hulu : Elevasi Muka Air Hulu – Tinggi Saluran (H)
- Elevasi Dasar Saluran Hilir : Elevasi Muka Air Hilir – Tinggi Saluran (H)

17
BAB IV

PERENCANAAN DRAINASE SISTEM POLDER

Komponen drainase sistem polder terdiri dari pintu air, kolam retensi, dan stasiun
pompa. Pintu air berfungsi untuk mengisolasi atau memproteksi daerah tangkapan (
catchment area ) sistem polder terhadap masuknya air banjir dari luar. Station pompa
berfungsi mengendalikan muka air didalam daerah tangkapan sistem polder pada saat
terjadi banjir atau hujan lokal. Station pompa digunakan untuk menyalurkan debit banjir
akibat hujan lokal keluar daerah tangkapan sistem polder. Berhubung debit banjir yang
masuk lebih besar dari pada debit atau kapasitas pompa banjir, maka diperlukan kolam
retensi untuk menampung kelebihan debit banjir tersebut. Besarnya volume tampungan
kolam retensi tergantung pada luas kolam dan beda tinggi muka air maksimum dan
minimum dikolam, sehingga kedudukan muka air dikolam retensi harus dijaga selalu
minimum.

4.1 Perhitungan Volume Tampungan


Volume tampungan terdiri dari 3 ( tiga ) komponen, yaitu :
1. Volume tampungan dikolam retensi ( Vk )
2. Volume genangan yang diijinkan terjadi ( Vg ) = 0
3. Volume tampungan disaluran drainase ( Vs ) dimana biasanya diabaikan ( lebih
aman ) = 0

Perhitungan Volume Tampungan dihitung berdasarkan hidrograf banjir yang masuk


ke pompa dan kolam retensi.
Dimana:
Qmax = debit banjir maksimum
Debit Saluran 9D - 9 = 8,374 m3/detik
Debit Saluran 9B - 9 = 4,737 m3/detik
Qmax = 8,374 + 4,737 = 13,111 m3/detik

18
tc = 66,1611 me nit = 66,1611 x 60 = 3969,66 detik = 3970 detik
R = 90,782 mm
I = 47,611 mm/jam[
𝑅 90,782 𝑚𝑚
Sehingga durasi hujan = = = 1,91 𝑗𝑎𝑚 = 6876 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐼 47,611 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚

Q maks = 13,111
m3/detik

3970 2906 3970

Gambar 4.1 Kurva Kapasitas Pompa Dan Volume Tampungan

Vt =CxRxA
= 0,57 x 90,782 x 10-3 x 157,02 x 104
= 81251,1609 m3
Vt = A . H
Dimana : A = Luas kolam ( m2 )
H = Beda tinggi antara muka air maksimum dan minimum (m)
Vt
At=
H
81251,1609
= = 54095,314 m2 ≈ 5,41 Ha
(−0,09−(−1,592))

19
4.2 Perhitungan Kapasitas Pompa
Tabel 4.1 Perhitungan Vt Kumulatif

T
No. T(kumulatif) Qt Vtkmulatif
(detik)
1 600 600 1.981511335 594.4534005
2 600 1200 3.96302267 2377.813602
3 600 1800 5.944534005 5350.080605
4 600 2400 7.92604534 9511.254408
5 600 3000 9.907556675 14861.33501
6 600 3600 11.88906801 21400.32242
7 370 3970 13.111 26025.335
8 600 4570 13.111 33891.935
9 600 5170 13.111 41758.535
10 600 5770 13.111 49625.135
11 600 6370 13.111 57491.735
12 506 6876 13.111 64125.901
13 600 7476 11.12948866 71398.0476
14 600 8076 9.14797733 77481.2874
15 600 8676 7.166465995 82375.6204
16 600 9276 5.18495466 86081.04659
17 600 9876 3.203443325 88597.56599
18 600 10476 1.22193199 89925.17858
19 370 10846 0 90151.236

Hubungan Vt dan T
100000
90000
80000
70000
ΔV Hubungan
60000
V Vt dan T
50000
40000
30000
20000
10000
0
0 5000 T 10000 15000

Grafik 4.1 Hubungan Vt dan T

20
Tabel 4.2 Perhitungan ΔV

Qp Vp Vt ΔV
1.981511 594.4534 594.4534 0
3.963023 2377.814 2377.814 0
5.944534 5350.081 5350.081 0
7.926045 9511.254 9511.254 0
9.59 14385 14861.34 476.335
9.59 20139 21400.32 1261.322
9.59 23687.3 26025.34 2338.035
9.59 29441.3 33891.94 4450.635
9.59 35195.3 41758.54 6563.235
9.59 40949.3 49625.14 8675.835
9.59 46703.3 57491.74 10788.44
9.59 51555.84 64125.9 12570.06
9.59 55309.8 71398.05 16088.25
9.147977 64391.2 77481.29 13090.09
7.166466 70275.5 82375.62 12100.12
5.184955 74991 86081.05 11090.05
3.203443 81507.2 88597.57 7090.366
1.221932 86533.1 89925.18 3392.079
0 90151.24 90151.24 0

Perhitungan Debit Pompa didapat dari :

𝑉 90151,236−14861,33501
Qp = = = 9,59 m3/detik
𝑡 10846−3000
9,59
Perhitungan Jumlah Pompa = = 9,59 ~ 10 buah
1
Menggunakan diameter 20 inchi(50 cm) dan pada ketentuan untuk pipa ukuran 25
cm digunakan dengan Q sebesar 1 m3/s
Jumlah pompa = 10 buah
Perhitungan Luas Kolam Retensi (Asumsi kedalaman kolam 1 m)
V =Axh
16088,2 m3/s = A x 1
A = 16088,2/1
A = 16088,2 m2 = 1,609 ha
Jadi digunakan luas kolam etensi sebesar 1,609 ha

21
4.3 Perhitungan Lebar Pintu
Aliran dipintu air dalam kondisi kritis, maka memakai rumus :

Qmak = m. b. hkr. ( 2. g. △hk)0,5

Keterangan :
m = Koefisien Debit (tergantung bentuk ambang)
b = lebar pintu air (m)
hkr = kedalaman air kritis di bagian hilir (0,667H)
△hkr = beda tinggi kritis (0,333H)

Perhitungan :
Dimensi pintu air dihitung berdasarkan debit banjir maksimum
Qmak = 13,111m3/detik ( lihat sub bab 3.4 )

m = 1 (untuk ambang bulat)


H = Selisih muka air maksimum dan muka air minimum = 1,502 m
△h = 0,15 H = 0,2253 m
hkr = 0,667 x 1,502 = 1,002 m
△hkr = 0,333 x 1,502 = 0,5 m

Qmak = m. b. hkr. ( 2. g. △hk)0,5


13,111 = 1 x b x 1,002( 2 x 9,81 x 0,5)0,5
b = 3,98 m ~ 4 m
Perhitungan Kecepatan di aliran pintu :
𝑄 13,111
Vp = = = 2.088 m/s
𝐴 4 𝑥 1,502

4.4 Perhitungan Daya Pompa

𝑄 𝑥 𝐻𝑝 𝑥 𝛶
P=
𝜇

Keterangan :

P = Daya Pompa

22
Hp = Head Pompa (m)
𝛾 = berat jenis air (1000 kg/m3)
Q = debit aliran (m3/s)
𝜇 = efisiensi pompa

Gambar 4.2 Sketsa Rumah Pompa

Hp = Hstatis + ƩHf

Hstatis =Elevasi muka air sungai - Elevasi dasar saluran


= (-0,09+2) – (-1,592)
= 1,91 – (-1,592)
= 3,502 m

Mencari kecepatan pada pipa dengan D = 0,500 m


𝑄𝑝
V = (Perhitungan V untuk 1 pipa)
𝐴
1
=1
×3,14×0,52
4

23
= 5,09 m/s
Mencari f untuk mengetahui Hf dengan cara trial error dengan mencari data Re
pada pipa PVC dengan D = 0,500 m

vxD k 0,000024
Re = =
ϑ 𝐷 0,420
5,09 x 0,5
= = 5,71 x 10-5
1,139x10−6

= 2,234 x106

Gambar 4.3 Diagram Moody

Dengan diagram moody didapatkan f = 0,0160

24
Hf3

Hf2

Hf1

Gambar 4.4 Sketsa Pipa Pompa

Hf1 akibat gesekan :

L v2
Hf1 = f x x
D 2g

5,502 5,09^2
= 0,0160 x x
0,5 2x9,81

= 0,218 m

Hf2 akibat belokan :

v2
Hf2 = k x
2g

25
5,092
= 0,98 x
2x9,81

= 1,294 m

Hf3 akibat gesekan :

L v2
Hf3 = f x x
D 2g

3,75 5,092
= 0,0160 x x
0,5 2x9,81

= 0,0158 m

Hf4 akibat belokan :

v2
Hf4 = k x
2g

5,092
= 0,98 x
2x9,81

= 1,294 m

Hf5 akibat gesekan :

L v2
Hf5 = f x x
D 2g

0,5 5,092
= 0,0160 x x
0,5 2x9,81

= 0,0211 m

Hf6 akibat pipa yang keluar ke reservoir :

v2
Hf6 = k x
2g

5,092
= 0,98 x
2x9,81

= 1,294 m

26
ƩHf = Hf1 + Hf2 + Hf3 + Hf4 + Hf5 + Hf6

= 0,218 + 1,294 + 0,0158 + 1,294 + 0,0211 + 1,294

= 4,1369 m

Hp = Hstatis + ƩHf

Hp = 3,502 + 4,1369

= 7,639 m

𝜇 = 0,78

Menghitung Daya pompa (1 pompa)

𝑄 𝑥 𝐻𝑝 𝑥 𝛶
P=
𝜇

1 𝑥 7,639 𝑥 1000
P= = 9793,589 kg.m / s
0,78

Daya pompa untuk debit Q = 9,59 adalah 9793,589 x 10 = 97935,897 kg.m/s

27
BAB V

ANALISIS FLOOD ROUTING

5.1 Flood Routing

A. Data Inflow Waduk

Tabel 5.1 Data Inflow Waduk

T (jam) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Q (m3/s) 8 127 284 371 314 264 198 147 94 60 37 20 10

B. Data Tampungan Waduk

Tabel 5.2 Data Tampungan Waduk

Ew (m) 90.00 90.50 91.00 91.50 92.00 92.50 93.00 93.50 94.00 94.50
Vw (x104 m3) 5007 5124 5254 5378 5578 5728 5837 5994 6097 6277
Contoh perhitungan jam ke 0-I :

 △t = 1 jam = 3600 detik


 Inflow Waduk (I) jam ke -0 = 8 m3/s
 Inflow Waduk (I) jam ke -1 = 127 m3/s
8+127
 Inflow rata-rata waduk (IR) = =67,5 m3/s
2

 Volume Inflow (VI) = IR.△t = 67,5 x 3600 = 24,3.104m3


 Elevasi muka air jam ke-0 = 90 m
 Elevasi muka air jam ke-1 = 90,15 m (asumsi awal)
 Outflow waduk (0) = Bx Cd x (△h)1,5
 Dimana B = Lebar spillway (35 m)
Cd= koefisien debit (2,5)
△h= tinggi air diatas spillway

Outflow waduk (0) jam ke- 0 = Bx Cd x (△h)1,5

= 35 x 2,5 x (0)1,5
=0

28
Outflow waduk (0) jam ke- 1 = Bx Cd x (△h)1,5
= 35 x 2,5 x (0,15)1,5
= 5,084m3/s
0+5,084
Outflow rata-rata waduk (OR) = = 2,542 m3/s
2

 Volume Outflow = OR x △t
= 2,542 x 3600
= 0,9152 m3
 Tampungan △s = Volume Inflow – Volume Outflow
= 24,3.104- 0,9152
= 23,385.104m3
 Tampungan awal jam ke-0 (El. Muka air 90 m ) = 5007. 104m3
Tampungan awaljam ke- 1(El.muka air 90,15 m)

 Untuk Tampungan Total = Tampungan awal + △s


=5007.104+23,385.104
= 5030,385.104 m3
 Menghitung Elevasi Muka air waduk (Ew)
5124−5030,385
Ew = 90,5-( 𝑥(90,5 − 90))
5124−5007

= 90,100

29
Grafik Daya Tampung Waduk
95
94.5 y = 0.0035x + 72.519
R² = 0.9974
94
93.5
93
Elevasi (m)

92.5
92
91.5
91
90.5
90
89.5
5000 5200 5400 5600 5800 6000 6200 6400
Volume.104( m3)

Gambar 5.1 Grafik Daya Tampung Waduk

30
Tabel 5.3 Perhitungan Outflow Waduk

Inflow Waduk Inflow rata-rata Volume Inflow Elevasi Muka Air Asumsi Outflow Waduk Outflow rata-rata Volume Outflow Tampungan Waduk Tampungan Total Elevasi Muka Air Waduk
∆t
Jam ke-T I IR VI Ewas O OR Vo ∆s Sw Ew
(detik) (m3/s) (m3/s) (x104 m3) (m) (m3/s) (m3/s) (x104 m3) (x104 m3) (x104 m3) (m)
2 3 4 5 6=3*5 7 8 9 10=3*9 11=6-10 12 13
0 8 90 0.00 5007 90
3600 67.5 24.3 2.542 0.915 23.385
1 127 90.15 5.08 5030.385 90.100
3600 205.5 73.98 18.010 6.483 67.497
2 284 90.5 30.94 5097.882 90.388
3600 327.5 117.9 46.188 16.628 101.272
3 371 90.79 61.44 5199.154 90.778
3600 342.5 123.3 86.799 31.248 92.052
4 314 91.18 112.16 5291.206 91.149
3600 289 104.04 129.329 46.558 57.482
5 264 91.41 146.50 5348.688 91.381
3600 231 83.16 155.237 55.885 27.275
6 198 91.52 163.97 5375.963 91.292
3600 172.5 62.1 163.973 59.030 3.070
7 147 91.52 163.97 5379.032 91.303
3600 120.5 43.38 159.961 57.586 -14.206
8 94 91.47 155.95 5364.826 91.447
3600 77 27.72 147.363 53.051 -25.331
9 60 91.36 138.78 5339.495 91.344
3600 48.5 17.46 129.799 46.727 -29.267
10 37 91.24 120.82 5310.228 91.226
3600 28.5 10.26 112.267 40.416 -30.156
11 20 91.12 103.71 5280.072 91.104
3600 15 5.4 95.607 34.418 -29.018
12 10 91 87.50 5251.053 90.988

31
C.Hubungan Inflow-Outflow
Vol. Vol. Hubungan Inflow - Outflow
Jam ke-
Inflow Outflow
140
0 8 0
1 24.3 0.91 120
2 73.98 6.48
100
3 117.9 16.63

Q (m^3/s)
4 123.3 31.25 80
5 104.04 46.56 Inflow
60
6 83.16 55.89 Outflow
7 62.1 59.03 40

8 43.38 57.59 20
9 27.72 53.05
0
10 17.46 46.73
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
11 10.26 40.42
t (jam)
12 5.4 34.42

Gambar 5.2 Hubungan Inflow-Waduk

32
5.2 Analisis Kolam Banjir

A. Data Inflow

T (jam) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Q (m3/s) 8 127 284 371 314 264 198 147 94 60 37 20 10

Ek (m) 20 20.5 21 21.5 22 22.5 23 23.5


4 3
Vk (x10 m ) 0.54 2.7 8.8 16 23 30,1 37,1 44,1

B. Volume Total Kolam


Penentuan Volume Kolam Total didasarkan pada Qinflow Kolam = Qoutfolw
Kolam dan QOutflow Kolam

Gambar 5.3 Grafik Hubungan antara Ek dengan Vk

Grafik Hubungan Ek dan Vk


24
23.5 y = 0.076x+20

23
22.5
22
h (m)

Grafik Hubungan Ek dan Vk


21.5
21 Linear (Grafik Hubungan Ek
dan Vk)
20.5
20
19.5
0 10 20 30 40 50
V( x 10000) m3

33
Tabel 5.4 Analisis Kolam Banjir

∆t Q1 Q2 Qik Qata Vik Vik V kolam kumulatif Elevasi


Jam ke-T
(detik) (m3/s) (m3/s) (x104 m3) (m) (m3/s) (m3/s) (x10^4 m3) (m)
2 3 4 5 6=5-4 7=(6+6)/2 8=7*3 9=8/(10^4) 10=10+9
0 0.00 0 0 0 20.000
3600 0.000 0.000 0.000
1 5.08 5.083 0.00 0.000 20.000
3600 0.000 0.000 0.000
2 30.94 30.936 0.00 0.000 20.000
3600 0.000 0.000 0.000
3 61.44 61.440 0.00 0.000 20.000
3600 0.000 0.000 0.000
4 112.16 112.158 0.00 0.000 20.000
3600 8.550 30779.452 3.078
5 146.50 129.400 17.10 3.078 20.234
3600 25.837 93011.594 9.301
6 163.97 129.400 34.57 12.379 20.941
3600 34.573 124464.285 12.446
7 163.97 129.400 34.57 24.826 21.887
3600 30.561 110021.287 11.002
8 155.95 129.400 26.55 35.828 22.723
3600 17.963 64667.123 6.467
9 138.78 129.400 9.38 42.294 23.214
3600 4.688 16877.979 1.688
10 120.82 120.820 0.00 43.982 23.343
3600 0.000 0.000 0.000
11 103.71 103.713 0.00 43.982 23.343
3600 0.000 0.000 0.000
12 87.50 87.500 0.00 43.982 23.343

Dari tabel diatas didapat elevasi kolam sebesar 23,343 m , sehingga :


Elevasi kolam < Elevasi titik 2 + H1-2
+23,343 < +20,00 + 3,5
+23,343 < +23,5 (OK)
Volume Total Kolam = 43,982 m3

34
Hubungan Inflow dan Outflow Kolam
180
160
140
120
Q (m3/s)

100
80 Outflow Kolam
60 Inflow Kolam
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
t (jam)

Gambar 5.4 Hubungan Inflow dan Outflow Kolam

C. Penentuan Dimensi Kolam

Volume efektif kolam adalah elevasi muka air kolam rendah +20m sampai dengan
elevasi muka air tinggi kolam +23,5 m yaitu = 43,982 x 105 m3 . Maka dimensi kolamnya :
Volume = Luas x tinggi Asumsi kolam berbentuk persegi
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚
Luas = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
43,982 x 100000
Luas = (23,50−20,0)

Luas = 1256628.571 m2

Panjang = 1121 m
Lebar = 1121 m

35
5.3 Normalisasi Alur dan Floodway
 Menentukan Kemiringan Dasar Saluran
∆ℎ
𝐼=
𝑙
Keterangan: I = kemiringan dasar saluran
∆h = beda tinggi (m)
l = panjang saluran (m)

A . Alur Sungai 1-2


Q1 = Outflow rata-rata max
= 163,973 m3/s
Elevasi titik 1 (Ea.1) = +44,0407
Elevasi titik 2 (Ea.2) = + 20,08
Panjang alur sungai = 21,74 km
44,0407−20,08
Kemiringan alur sungai = 21740

=0,00110
B . Alur Sungai 2-3
Q2 = 129,40 m3/s
Elevasi titik 2 (Ea.2) = +20,08
Elevasi titik 3 (Ea.3) = + 10,074
Panjang alur sungai = 11,18km
20,08−10,074
Kemiringan alur sungai = 11180

=0,000835 m3
C . Alur Sungai 3-4
Q3 = 40% Q2
= 40%129,40
= 51,760m3/s
Elevasi titik 3 (Ea.3) = +10,074
Elevasi titik 4 (Ea.4) = - 2,37
Panjang alur sungai = 14,01km
10,074−(−2,37)
Kemiringan alur sungai = 14010

=0,00094m3

36
D. Alur Sungai 3-5
Q4 = Q2-Q3
= 129,40-51,760
= 77,640 m3/s
Elevasi titik 3 (Ea.3) = +10,074
Elevasi titik 5 (Ea.5) = - 1,48
Panjang alur sungai =97,4km
10,074−(−1,48)
Kemiringan alur sungai = 97400

=0,000125 m3

37
BAB VI

DESAIN SALURAN

6.1 Desain Penampang Alur Sungai

Bentuk penampang alur sungai ditentukan berbentuk trapesium dengan m =1, maka ;
𝐴 = (𝑏 + 𝑚ℎ)ℎ
𝑃 = 𝑏 + 2ℎ√1 + 𝑚2
𝐴
𝑅= 𝑃

Dimana : A = Luas penampang sungai (m2)


P = Keliling basah penampang (m)
R = Jari-jari hidrolis (m)
b = Lebar Alur Sungai (m)
h = Tinggi Muka Air (m)
m = Kemiringan talud (m=1)
Untuk menghitung besarnya debit kapasitas pengaliran menggunakan rumus Manning,
sebagai berikut ;
2 1
1
Qkap = × 𝑅3 × 𝐼2 × 𝐴
𝑛

Dimana, Qkap = Debit kapasitas pengaliran alur sungai (m3/s)


n = Koefisien manning (diambil 0,03)
Perhitungan Qkap (Debit Kapasitas Pengaliran) alur sungai diperoleh dengan metode Trial
and Error.
A. Alur Sungai 1-2
Q banjir = 163,97𝑚3 /𝑠
Kemiringan alur sungai = 0,00110
Koefisien manning(n) =0,03

Dikarenakan bentuk penampang trapezium dengan m=1 m & W=1m perhitungan B


pengaliran alur sungai 1-2 diperoleh dengan menggunakan metode trial & error,
dengan asumsi H=3,5m

38
2 1
1
Qkap = × 𝑅3 × 𝐼2 × 𝐴
𝑛
1 (𝑏+1.3,5)3,5 2 1
163,97= ×( )3 × 0,001102 × (𝑏 + 1.3,5)3,5
0.03 𝑏+2.3,5√1+12

B = 13,1~14 m
Kemudian dilakukan checking untuk mendapat nilai H saluran
H= 3,416 m

1 m
3,416 m

14 m

Gambar 6.1 Sketsa Penampang Alur Sungai 1-2

B. Alur Sungai 2-3


Q banjir = 129,40 𝑚3 /𝑠
Kemiringan alur sungai = 0,000835
Koefisien manning(n) =0,03

Dikarenakan bentuk penampang trapezium dengan m=1 m & W=1m perhitungan


Qkap pengaliran alur sungai 2-3 diperoleh dengan menggunakan metode trial &
error.dengan asumsi H=4m
2 1
1
Qkap = × 𝑅3 × 𝐼2 × 𝐴
𝑛
(𝑏+1.4)4 2 1
1
129,40 = ×( 2
)3 × 0,0008352 × (𝑏 + 1.4)4
0.03 𝑏+2.4√1+1

B = 12.89 ~13 m
Kemudian dilakukan checking untuk mendapat nilai H saluran
H= 3,983 m

39
1m

3,983 m

13 m

Gambar 6.2 Sketsa Penampang Alur Sungai 2-3

C. Alur Sungai 3-4


Q banjir = 51,760 𝑚3 /𝑠
Kemiringan alur sungai = 0,00094
Koefisien manning(n) =0,07 (saluran alam)

Dikarenakan bentuk penampang berbentuk persegi panjang dengan talud tegak


(dengan turap) perhitungan Qkap pengaliran alur sungai 3-4 diperoleh dengan
menggunakan metode trial & error dengan asumsi H=3 m.
2 1
1
Qkap = × 𝑅3 × 𝐼2 × 𝐴
𝑛
(𝑏+1.3)3 2 1
1
51,760 = ×( 2
)3 × 0,000942 × (𝑏 + 1.3)3
0.07 𝑏+2.3√1+1

B = 22,20 ~ 23 m
Kemudian dilakukan checking untuk mendapat nilai H saluran
H= 2,923 m

1m

2,923 m

21 m
Gambar 6.3 Sketsa Penampang Alur Sungai 3-4

40
D. Alur Sungai 3-5
Q banjir = 77,640 𝑚3 /𝑠
Kemiringan alur sungai = 0,000125
Koefisien manning(n) =0,02 (saluran tanah)

Dikarenakan bentuk penampang berbentuk persegi panjang dengan talud tegak


(dengan turap) perhitungan Qkap pengaliran alur sungai 3-4 diperoleh dengan
menggunakan metode trial & error dengan asumsi H=3 m.
2 1
1
Qkap = × 𝑅3 × 𝐼2 × 𝐴
𝑛
1 (𝑏+1.3,2)3,2 2 1
77,640 = ×( 2
)3 × 0,0011252 × (𝑏 + 1.3,2)3,2
0.02 𝑏+2.3,2√1+1

B = 25,52~ 26 m
Kemudian dilakukan checking untuk mendapat nilai H saluran
H = 2,928 m

1m

2,928 m

26 m
Gambar 6.4 Sketsa Penampang Alur Sungai 3-5

41
2.1 Perhitungan Backwater
Dari perhitungan sebelumnya diperoleh data :
 Q3-5 = 77,640 m3/s
 H3-5 = 2,928 m
 Elevasi di titik 5 = -1,48 m
 Elevasi HWL pasang surut air laut = +2,61 m
 Elevasi muka air di hilir = Elevasi HWL pasang surut air laut
= +2,61m
 Elevasi datum = elevasi dasar saluran di titik 5 = -1,48 m
Maka tinggi muka air di titik 5 = HWL-elevasi di titik 5
= 2,61-(-1,48)
= 4,09 m

Maka terjadi backwater sebesar = 4,09 – 2,928 = 1,162 m

42
2.2 Analisa Backwater
Aliran 3-5, Q= 77,640 H = 2,928 m, I= 0,000125,

Tabel 6.1 Perhitungan Backwater


H Q A P R V V^2/2g E ΔE SF Sfrata-rata dX X
m m^3/s m^2 m m (m/s) (m) (m) m m
2 3 4=2*B 5=B+2*2 6=4/5 7=3/4 8=7^2/(2*9,81) 9=8+2 10 11=(0,02^2)*(7^2)/(5^(4/3) 12=(11+11)/2 13=10/12 14
4.090 77.640 106.340 34.180 3.111 0.730 0.02717 4.117 0.000047 0
0.127 0.000049 2580.657
3.961 77.640 102.983 33.922 3.036 0.754 0.02897 3.990 0.000052 2580.657
0.127 0.000054 2334.881
3.832 77.640 99.626 33.664 2.959 0.779 0.03095 3.863 0.000057 4915.538
0.127 0.000060 2104.488
3.703 77.640 96.269 33.405 2.882 0.806 0.03315 3.736 0.000063 7020.025
0.127 0.000067 1889.066
3.574 77.640 92.912 33.147 2.803 0.836 0.03559 3.609 0.000071 8909.091
0.126 0.000075 1688.195
3.444 77.640 89.556 32.889 2.723 0.867 0.03831 3.483 0.000079 10597.29
0.126 0.000084 1501.445
3.315 77.640 86.199 32.631 2.642 0.901 0.04135 3.357 0.000089 12098.73
0.126 0.000095 1328.376
3.186 77.640 82.842 32.372 2.559 0.937 0.04477 3.231 0.000100 13427.11
0.125 0.000107 1168.538
3.057 77.640 79.485 32.114 2.475 0.977 0.04863 3.106 0.000114 14595.65
0.125 0.000119 1043.777
2.928 77.640 76.128 31.856 2.390 1.020 0.05301 2.981 0.000125 15639.42

Maka terjadi backwater sepanjang 15639,42 meter

43
Grafik Backwater
4.5

3.5

3 Elevasi Dasar
Saluran
2.5
Tinggi Muka Air
H (m)

1.5

0.5

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000 15000 16000 17000
X (m)

Gambar 6.5 Grafik Backwater

44
BAB VII

BANGUNAN PENGATUR DEBIT

A. Desain Bangunan Pengatur Debit

 Tinggi Ambang
Agar debit kecil pada alur sungai 2-3 (Q2) sebesar 10,48 m3/s atau lebih kecil
semuanya mengalir ke alur lama, maka dibuat bangunan pembagi banjir di titik 3
setinggi :

Tabel 7.1. Penampang Saluran 3-5

B (m) H (m) n A (m2) P (m) R (m) I Q


26 2.928 0.02 76.128 31.856 2.390 0.000126 76.372

Tabel 7.2. Lengkung Debit (Hubungan antara Q dan h)


B h (m) n A P R I Q
26 0 0.02 0 26 0 0.000126 0.000
26 0.2 0.02 5.2 26.4 0.197 0.000126 0.988
26 0.4 0.02 10.4 26.8 0.388 0.000126 3.105
26 0.6 0.02 15.6 27.2 0.574 0.000126 6.044
26 0.8 0.02 20.8 27.6 0.754 0.000126 9.668
26 1 0.02 26 28 0.929 0.000126 13.889
26 1.2 0.02 31.2 28.4 1.099 0.000126 18.644
26 1.4 0.02 36.4 28.8 1.264 0.000126 23.882
26 1.6 0.02 41.6 29.2 1.425 0.000126 29.561
26 1.8 0.02 46.8 29.6 1.581 0.000126 35.648
26 2 0.02 52 30 1.733 0.000126 42.113
26 2.2 0.02 57.2 30.4 1.882 0.000126 48.929
26 2.4 0.02 62.4 30.8 2.026 0.000126 56.074
26 2.6 0.02 67.6 31.2 2.167 0.000126 63.528
26 2.8 0.02 72.8 31.6 2.304 0.000126 71.272
26 2.928 0.02 76.128 31.856 2.390 0.000126 76.372

45
Gambar 7.1 Grafik Lengkung Debit (Hubungan antara Q dan h)

Grafik Hubungan Q dan H


3.5

2.5

2
H (m)

1.5

0.5

0
0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000
Q (m3/s)

1 − hambang 13,889 − 10,48


=
1 − 0,8 13,889 − 9,668
1 − hambang
= 0,808
0,2
1 – hambang = 0,162
hambang = 0,838 m

46
 Lebar Ambang (berdasarkan Q3-4)
Tabel 7.3 Penampang Saluran 3-4
B (m) H (m) n A (m2) P (m) R (m) I Q
23.000 2.923 0.07 67.229 28.846 2.331 0.00094 51.761

Tinggi air diatas ambang = h3-4 – x = 2,923 – 0,838 = 2,085 m


Debit saluran 3-4 = 51,761 m3/s
Maka digunakan rumus :
Q = Cd . B . Hi3/2

Dimana : Q = debit (m3/s)


Cd = koef debit (0,78) jenis ambang
B = lebar ambang (m)
Hi = tinggi air diatas ambang (m)

Q = Cd . B . Hi3/2
51,761 = 0,78x B x 2,0853/2
B = 15,265 m

Sehingga telah kita peroleh dimensi dari ambang (bangunan pengatur banjir) dititik 3 ,
yaitu :
Tinggi ambang : 0,45 m = 0,5 m
Lebar ambang : 15,624 m = 16 m

47

Anda mungkin juga menyukai