Anda di halaman 1dari 19

Isu Terkini Manajemen Kesehatan

Tugas 2 Metode Delpecg dan Fishbone

Oleh : Kelompok 1

Ria Yuniati 25010113140242 Fitri Khoiriyah P. 25010113140248

Tabita Kartikawati 2501011313024 Devi Eka Meirinda 25010113140249

Stefanny Chillvia A. 25010113140244 Della Zulfa Rifda 25010113140250

Kusuma Dara Z. 25010113140245 Adha Triyanto 25010113140274

Desi Putri Utami 25010113130246 Bintar Wahyu I. 25010115183021

Laksnita Kumara S. 25010113130247

KELAS D – 2013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
Bahasan 1

“Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode Delbecq”

A. PENDAHULUAN

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala


penyakit yang disebabkan oleh HIV(Human Immunodeficiency Virus) yang
merusak daya kekebalan tubuh manusia.Virus HIV ditemukan dalam cairan
tubuh terutama pada darah, cairan sperma,cairan vagina dan air susu ibu. Virus
tersebut merusak kekebalan tubuh manusiadan mengakibatkan turunnya atau
hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudahterjangkit penyakit
infeksi.(Nursalam, 2007)
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus
HIV/AIDS yang cukup tinggi.Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan pada tahun
2007 sekitar 2190 kasus dan telah terjadipeningkatan kasus pada tahun 2010
dengan jumlah kasus AIDS yangdilaporkan sebanyak 4158 kasus (Kemenkes RI,
2010)
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama
laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi
pada bayi dan anak, 90% terjadi dari Ibu pengidap HIV. Tingkat prevalensi HIV
dari waktu ke waktu semakin meningkat adalah masalah kesehatan masyarakat
yang berdampak luas.(Jayanti, 2008)
Maka dari itu perlu adanya perhatian pemerintah mengenai masalah
kesehatan, khususnya dalam kasus infeksi HIV yang semakin meningkat dari
tahun ke tahunnya. Peningkatan prevalensi HIV terjadi disebabkan karena
masalah stigma masih menjadi masalah serius dalam upaya pencegahan HIV.
Kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS, persepsi terhadap perilaku ODHA,
pandangan bahwa AIDS merupakan penyakit yang mengancam merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya stigma sehingga menciptakan
hambatan utama dalam pencegahan infeksi dan pengobatan yang memadai.
B. MASALAH KESEHATAN DI KOTA SEMARANG
1. Diare
Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) merupakan keadaan
abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen. Terdapat beberapa
pendapat tentang definisi penyakit diare. Menurut Ikatan Dokter Anak
Indonesia, diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal.
Menurut WHO, diare adalah berak cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam dan
lebih menitik beratkan pada konsistensi tinja dari pada menghitung frekuensi
berak. Ibu-ibu biasanya sudah tahu kapan anaknya menderita diare, mereka
biasanya mengatakan bahwa berak anaknya encer atau cair. Menurut
Direktur Jenderal PPM dan PLP, diare adalah penyakit dengan buang air
besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih
sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari)
(Sinthamurniwaty, 2006).

Berdasarkan data profil kesehatan tahun 2014 penderita diare dari tahun
2010 – 2014 terus meningkat namun pada tahun 2014 mengalami penurunan.
Tahun 2014 kasus diare menurut golongan umur banyak ditemukan pada
golongan umur >5 tahun sebanyak 24.899 kasus (65 %) dan terendah pada
kelompok umur < 1 tahun sejumlah 3.780 kasus (10 %).
Diketahui kasus Diare di Kota Semarang tahun 2014 pada perempuan
lebih banyak dibandingkan pada laki - laki. Angka kematian (CFR) dihitung
berdasarkan jumlah penderita yang meninggal akibat penyakit diare yang
berobat di Rumah Sakit sebesar 0,68 per 1000 penduduk (26/38.134) dan
berdasarkan data yang masuk dapat diketahui dari tahun 2005–2012 tidak
ada laporan mengenai penderita diare yang meninggal di Puskesmas, berarti
penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak
ada yang meninggal.Cakupan pelayanan penderita diare tahun 2013 sebesar
42% menurun dibandingkan tahun 2012 namun pada tahun 2014 meningkat
57% serta kualitas tata laksana penderita diare pada tahun 2014 sudah 100%.

2. Gizi Buruk
Menurut Depkes RI (2008), gizi buruk adalah suatu keadaaan kurang gizi
tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) < -3 standar deviasi WHO-NCHS dan atau ditemukan tanda-
tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor.
Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil
pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang
tercermin dalam hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu.
Menurut laporan puskesmas pada tahun 2014 di Kota Semarang
menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup sebanyak 26.992 bayi dan jumlah
Balita yang ada (S) sebesar 104.351 anak. Untuk kasus bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2014 yaitu sebanyak 277 bayi
(1,0%) yang terdiri dari 102 bayi laki-laki dan 175 bayi perempuan.
Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari
seluruh balita yang ada yaitu sejumlah 83.958 balita (80,5%) dengan rincian
jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 67.895 anak (80,9%) dan
Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 1.257 anak (1,5%).
Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah
adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi
oleh pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan
kejadian penyakit. Diketahui pada tahun 2014 kasus gizi buruk ditemukan
sebanyak 33 kasus, mengalami penurunan dari tahun lalu yang berjumlah 32
kasus.Semua balita gizi buruk mendapat perawatan (100%) yang meliputi
pemeriksaan gizi buruk secara komprehensif.

3. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru
meradang.Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi
kurang.Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa
bekerja.Karena inilah selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
pneumonia bisa meniggal.Penyakit ini merupakan masalah kesehatan di
dunia karena angka kematiannya yang termasuk tinggi di negara maju dan
negara berkembang seperti Indonesia. (Misnadiarly, 2008)
Dari data Profil Kesehatan tahun 2014, jumlah penderita pneumonia usia
<1 th mengalami peningkatan 58 kasus dari 1306 menjadi 1364, jumlah
penderita pneumonia usia 1-4 th sebanyak 2880 menurun sebanyak 240
kasus dibanding tahun 2013, penderita pneumonia berat usia < 1 tahun
sebanyak 12 balita menurun sebanyak 49 dari tahun sebelumnya dan jumlah
pneumonia berat umur 1-4 tahun sebanyak 39 kasus balita. Menurut jenis
kelamin kasus Pneumonia Balita di Kota Semarang tahun 2014 tampak
bahwa kasus pneumonia balita pada perempuan lebih sedikit dibandingkan
dengan kasus pneumonia balita pada laki – laki.

IR pneumonia pada tahun 2014 dinyatakan meningkat, peningkatan ini


berarti jumlah penderita pneumonia dan pneumonia berat yang ditemukan
semakin meningkat, hal ini dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat
untuk mau membawa balitanya berobat ke Puskesmas dan juga peran aktif
petugas Puskesmas serta kader kesehatan di masyarakat dalam rangka
menemukan penderita pneumonia balita di masyarakat. Cakupan penemuan
penderita pneumonia dan pneumonia berat yang berobat ke Puskesmas di
tahun 2014 sebesar 57% mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yaitu sebesar 26% pada tahun 2013. Angka kematian (CFR)
akibat pneumonia dan pneumonia berat di Kota Semarang berdasarkan data
dari RS tahun 2012 sebesar 0.40% (19/4649), sedangkan di Puskesmas tidak
ada kasus pnemonia maupun pneumonia berat yang meninggal (CFR 0%).

4. HIV/ AIDS
HIV merupakan singkatan dari 'Human Immunodeficiency Virus'. HIV
adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini
menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh,
sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Dengan kata lain,
kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan)
sistem imun. (WHO)
AIDS adalah singkatan dari 'Acquired Immunodeficiency Syndrome /
Acquired Immune Deficiency Syndrome' yang menggambarkan berbagai
gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam
tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa
infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.Sebelum memasuki fase
AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV
positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada
layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan survei
Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

Grafik Tren Kumulatif Kasus HIV Kota Semarang 1995 – 2014

Berdasarkan grafik di atas kasus HIV mengalami peningkatan


dibandingkan dengan tahun 2013. Jumlah penemuan kasus pada tahun 2014
yaitu sebesar 453 kasus (5,3%). Data diatas merupakan data kasus HIV yang
ditemukan di Kota Semarang dari laporan klinik VCT, sehingga bukan
hanya warga Kota Semarang namun juga luar wilayah Kota Semarang.
Sedangkan data untuk kasus HIV tahun 2014 untuk Kota Semarang saja
sebanyak 142 orang, dengan kondisi 40 orang sudah pada stadium AIDS.
Selama tahun 1995 – 2014 kasus HIV lebih banyak diderita oleh laki-laki
yaitu sebesar 54% dibandingkan dengan perempuan. Namun demikian antara
laki-laki dan perempuan yang terinfeksi HIV perbandingannya adalah 63%
dan 37%. Artinya bahwa kasus HIV juga sudah banyak menyerang kaum
perempuan, terutama ibu-ibu rumah tangga sehingga perlu perhatian khusus
karena ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan kepada anaknya.
Selama tahun 2010 – 2014 kelompok umur 25-49 tahun paling besar
terinfeksi HIV dengan total sebanyak 1.447 kasus dan yang terendah adalah
kelompok umur 5 – 14 tahun. Dapat diketahui pada tahun 2014 jumlah kasus
AIDS di Kota Semarang yaitu sebanyak 40 kasus, menurun dibandingkan
tahun 2013 sebesar 75 kasus, dan meninggal sebanyak 5 orang. Dapat
diketahui jumlah kematian akibat AIDS pada tahun 2014 mengalami
penurunan yaitu 5 orang, dibanding tahun 2013.

C. METODE DELBECQ

Dalam pelaksanaan kegiatan organisasi kita tidak terlepas dari pentingnya


sebuah perencanaan. Salah satu aspek perencanaan sebagai langkah yang pertama
adalah menentukan prioritas masalah (problem priority). Seringkali kita menemukan
banyak masalah berdasarkan data yang didapat di lapangan, tetapi kita terbentur pada
masalah keterbatasan ketersediaan sumber daya, keterbatasan biaya, dan keterbatasan
waktu. Sehingga mengharuskan kita untuk berpikir menentuan masalah mana yang
akan kita selesaikan terlebih dahulu. Salah satu metode untuk menentukan prioritas
adalah metode Delebcq atau bisa disebut juga Nominal Group Technique (NGT).
Nominal Grup Technique merupakan suatu metode terstruktur yang
digunakan untuk menggali lebih dalam kontribusi setiap peserta. (Tague, 2004)
NGT merupakan proses pencarian solusi sebuah masalah yang meliputi proses
identifikasi, pencarian solusi umum, dan penetapan keputusan. (Delbecq dan Vande
Ven, 1971)
NGT adalah salah satu quality tools yang bermanfaat dalam mengambil
keputusan terbaik. Dalam quality management, metode ini dapat digunakan untuk
berbagai hal, mulai dari mencari solusi permasalahan, hingga memilih ide
pengembangan produk baru. Sehingga, nantinya prioritas masalah inilah yang akan
ditindaklanjuti dengan rencana intervensi.
Keuntungan menggunakan metode Delbecq:
1. Banyak ide yang dihasilkan.
Setiap peserta yang mengikuti diberi kesempatan untuk menuliskan idenya dalam
kertas. Hal itu membuat ide yang dihasilkan akan semakin banyak daripada
peserta mengemukakan secara langsung.
2. Berguna untuk mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi solusi dan menetapkan
prioritas.
5 rangkaian metode ini bermanfaat untuk mengidentifikasi semua masalah yang
ada. Setiap peserta akan menyampaikan setiap masalah yang mereka hadapi
dalam secarik kertas. Berdasdarkan hasil tersebut dapat dilakukan identifikasi
masalah yang ada. Selanjutnya peserta dapat diintruksikan untuk menulis solusi
yang mungkin dapat dilakukan untuk masalah yang ada sesuai dengan
pendapatnya sendiri. Lau menetapkan suatu prioritas melalui kesepakatan
bersama. Prioritas yang dihasilkan akan dapat mencerminkan apa yang benar
terjadi dalam masyarakat.
3. Mendorong semua orang untuk berkontribusi dan mencegah orang dari
mendominasi diskusi.
Setiap peserta diberikan porsi yang sama, sehingga tidak ada pihak ynag
mendominasi dalam kegiatan ini.
4. Menganggap setiap peserta adalah sama.
5. Melibatkan setiap anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan.
6. Setiap orang yang berbeda menunjukkan berbagai perspektif dan prioritas yang
berbeda.
Setiap peserta yang terlibat mempunyai latar belakang yang berbeda beda, baik
dari segi pendidikan, ekonomi maupun sosial dan budaya. Perbedaan latar
belakang membuat pola pikir dan presepsi setiap orang berbeda. Hal inilah yang
akan dapat memperkaya maslah yang muncul maupun solusi yang ditawarkan.
7. Melibatkan setiap peserta untuk menulis setiap gagasan yang mereka miliki.
8. Membutuhkan hanya satu fasilitator terampil.
Dalam metode ini hanya membutuhkan satu orang yang memipin diskusi
sekaligus memberikan instruksi. Fasilitator bertanggungjawab atas
keberlangsungan kegiatan.
Kekurangan meggunakan metode Delbecq:
1. Mengasumsikan setiap peserta bisa membaca dan menulis.
Asumsi setiap peserta bisa membaca dan menulis bukanlah suatu keputusan yang
tepat. Setiap orang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, apalagi
jika Delbecq dilakukan di masyarakat desa.
2. Anggota kelompok harus membuat diri mereka tersedia untuk waktu yang
diperlukan. Delbecq dengan mekanisme yang sudah ditentukan membutuhkan
waktu yang relatif lama.
3. Ide-ide dapat sakit informasi atau tidak praktis
Setiap peserta harus mempunyai ide yang realistis dengan kondisi disekitar
mereka. Terkadang muncul berbagai ide yang bagus tapi tidak realistis untuk
diterapkan dilingkungan mereka.
4. Tidak semua peserta akan menerima apa yang menjadi kesepakatan dalam metode
Delbecq.

Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007) menjelaskan bahwa langkah-langkah


dalam melakukan Delbecq sebagai berikut:
1. Nominal Group Activity (Silent Generation of Ideas in writing)
Peserta diminta untuk menuliskan masalah pada from dengan tanpa suara. Masalah
boleh ditulis sebanyak-banyaknya.
2. Recorded Round Robin Procedur (Round Robin Listing Of Ideas On Flip Chart)
Ketua atau moderator akan menuliskan semua ide dari form pada sebuah flip chart
(tanpa formnya dikumpulkan). Setiap peserta diminta untuk menyampaikan atau
membacakan ide yang telah ditulis pada form NGT, untuk ditulis pada kertas flip
chart. Sebaiknya setiap peserta menyampaikan satu ide saja dulu, agar
memberikan kesempatan pada peserta yang lain. Bagi peserta yang mendapat
kesempatan menyampaikan ide, tetapi ide yang ingin disampaikan sudah
disampaikan oleh peserta lain maka peserta tersebut dapat menyatakan “PAS”,
kemudian lanjutkan dengan peserta berikutnya.
3. Diskusi (Serial Discussion Of Ideas)
Tahap ini merupakan kesempatan bagi peserta untuk mendiskusikan ide-ide yang
telah ditulis pada kertas flip chart.
4. Voting Priority
5. Diskusi Hasil (Discussion of Vote)
Mendiskusikan hasil prioritas yang telah dilakukan untuk mendapatkan komentar,
masukan untuk mencapai kesepakatan bersama. Apabila urutan prioritas sudah
disepakati, maka proses Delbecq selesai dan hasil kesepakatan tersebut menjadi
keputusan final.
6. Silent Re-rank and Rate of Priorities.
Tahap ini digunakan apabila hasil pada tahap 5 masih belum mendapatkan
kesepakatan. Urutan prioritas tahap ini adalah final.
D. PEMBOBOTAN MASALAH KESEHATAN DI KOTA SEMARANG
MENGGUNAKAN METODE DELBECQ
Kriteria
Masalah Berakibat Berkaitan Total
Penye- Mengurangi Kecenderungan
kesehatan penderitaan dengan Nilai
baran penghasilan meningkat
yang lama lingkungan
Pneumonia 6 8 8 7 8 37
Diare 7 6 7 7 8 35
Gizi Buruk 6 7 7 7 7 34
AIDS 8 9 8 8 6 39

Berdasarkan pembobotan masalah kesehatan di kota semarang yaitu dengan


menggunakan metode delbecq dapat disimpulkan bahwa kasus HIV/AIDS
merupakan masalah kesehatan yang mendapatkan bobot tertinggi bila dibandingkan
dengan Pneumonia, Diare dan Gizi buruk . Ada 4 kriteria pembobotan dalam menilai
masalah kesehatan yaitu:

a. Penyebaran
b. Berakibat penderitaan yang lama
c. Mengurangi penghasilan
d. Kecenderungan meningkat
e. Berkaitan dengan lingkungan

Hampir semua kriteria diatas yang mendapatkan peringkat satu adalah kasus
HIV/AIDS. Penyebaran HIV/AIDS yang begitu cepat disetiap tahunnya
menyebabkan banyak pasien HIV/AIDS bertambah. Penyakit ini juga mengakibat
penderitaan yang lama pada penderita bahkan sampai seumur hidup, sehingga
dapat mengurangi penghasilan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli obat ARV
pun juga tidaklah murah. Pada dasarnya penyakit ini juga dapat berkaitan dengan
lingkungan. Sehingga dapat dikatakan lingkungan sangat berpengaruh dalam
penyebaran kasus HIV/AIDS.

BAHASAN 2
“Penentuan Akar Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone”

Fishbone diagram atau diagram tulang ikan disebut demikian karena bentuknya
seperti kerangka ikan. Diagram ini sering juga disebut diagram sebab akibat atau
diagram Ishikawa sesuai nama penemunya, yaitu Prof. Kaoru Ishikawa dari
Universitas Tokyo pada tahun 1943. Pembuatan diagram ini bertujuan untuk mencari
faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab dari suatu masalah. Dengan diketahui
hubungan antara sebab dan akibat dari suatu masalah, maka tindakan pemecahan
masalah akan mudah dilakukan.

Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek
atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah
akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, misalnya berdasarkan teori
H. L. Blum (Perilaku, Lingkungan, Yankes, Genetik). Setiap kategori mempunyai
sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming. Diagram tulang ikan
dapat digunakan antara lain untuk:
a. Membuat pengelompokan penyebab masalah
Diagram tulang ikan dapat digunakan untuk membantu membuat
pengelompokan berbagai kemungkinan penyebab masalah atau untuk
menemukan akar penyebab masalah dari suatu masalah dengan cara yang
sistematis dan logis.
b. Mengembangkan kreativitas berpikir
Penggunaan diagram tulang ikan dalam menentukan penyebab masalah dapat
mengembangkan kreativitas berpikir secara sistematis kepada kelompok
pemecah masalah dalam menemukan atau mencari penyebab atau akar
penyebab masalah sehingga memudahkan pencarian solusi pemecahan
masalahnya.
c. Petunjuk pengumpulan data
Diagram tulang ikan dapat pula digunakan sebagai petunjuk atau dasar dalam
pengumpulan data untuk pembuktian hubungan antara penyebab masalah atau
akar penyebab masalah dengan masalah. (Pohan, 2006)

Diagram Fishbone

Gonta ganti Tidak setia terhdap


pasangan. pasangan.

Penderita tidak
mengetahui Penggunaan jarum suntik
gejala atau jarum tindik secara
HIV/AIDS bersamaan.
Banyak
Pengar
Pendidikan Tidak Pendapatan profesi PSK
Tidak peduli uh
rendah menggunakan keluarga
mengenai teman
pengaman saat
dekat. Jenis
berhubungan pekerjaan
Ekonomi
Sikap rendah Sosial
Pengetah
Prakte
Lingkunga
perilaku n TINGGINYA
KEJADIAN

HIV/AIDS

Genetik Pelayanankesehatan

Penularan Kurangnya Tenaga Tempat


kongenital (dari klinik VCT Kesehatan layanan
ibu hamil ke tidak kesehatan
anaknya) profesional tidak

Kurang Proses
Langkah-Langkah Pembuatan Fishbone
sosialisasi dari transfusi
tenaga darah yang
tidak sesuai
1. Menyepakati pernyataan masalah
Sepakati sebuah pernyataan masalah. Pernyataan masalah ini diinterpretasikan
sebagai “effect” atau secara visual dalam fishbone seperti “kepala ikan”.
Contoh : masalah mengenai tingginya HIV/AIDS.
2. Mengidentifikasi kategori-kategori
 Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”.
Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab
ini diinterpretasikan sebagai “cause” atau secara visual dalam fishbone
seperti “tulang ikan”
 Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa
sehingga masuk akal dengan situasi. Jumlah kategori biasanya sekitar 4
– 6 kategori, misalnya menggunakan teori H. L. Blum (Perilaku,
Lingkungan, Yankes, Genetik)
3. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming
 Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui
sesi brainstorming.
 Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab
tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di
bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan.
 Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang”
kecil keluar dari garis diagonal.
 Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang”
lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horisontal tadi.
 Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut
berhubungan dengan beberapa kategori.
Sebagai contoh :
Pada penyebab utama faktor lingkungan dapat disebabkan oleh
ekonomi yang rendah, dan masalah sosial. Pada ekonomi rendah dapat
pula disebabkan oleh pendapatan keluarga yang rendah. Sedangkan
untuk masalah sosial dapat disebabkan oleh pengaruh teman dekat
yang dapat menyebabkan pergaulan bebas dan dapat menyebabkan
terkena HIV, serta jenis pekerjaan yang dimana masih banyak
masyarakat yang berprofesi sebagai PSK.
Pada penyebab utama faktor perilaku dapat disebabkan oleh
pengetahuan yang rendah, sikap yang kurang baik dan praktik secara
langsung yang dapat menyebabkan risiko terhadap HIV/AIDS.
Pengetahuan yang rendah dikarenakan oleh pendidikan yang rendah
sehingga masih banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai
penyakit HIV/AIDS mulai dari cara penularannya, gejala-
gejalanya,pencegahan dan juga cara pengobatannya. Dengan adanya
sikap tidak peduli terhadap bahaya HIV karena penderita itu sendiri
pun tidak mengetahui gejala-gejala dari HIV/AIDS dan juga sikap
tidak setia terhadap pasangan dapat menyebabkan timbulnya sikap
bergonta ganti pasangan sehingga menimbulkan risiko terhadap
HIV/AIDS.

Pada penyebab utama pelayanan kesehatan disebabkan oleh


kurrangnya klinik VCT, tempat layanan kesehatan yang tidak
terjangkau dan tenaga kesehatan yang tidak profesional. Tenaga
kesehatan yang tidak profeional ini disebabkan dari p roses transfusi
darah yang tidak sesuai prosedur dan kurangnya sosialisasi dari tenaga
kesehatan.
Pada penyebab utama genetik disebabkan oleh penularan
kongingetal, yaitu dari ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS melahirkan
seorang anak sehingga anak yang dilahirkan tersebut akan berisiko terkena
HIV/AIDS pula.

Diagram tulang ikan dapat dipakai secara tersendiri dalam


mencari pemecahan masalah, akan tetapi biasanya diagram ini
digunakan bersama-sama dengan alat statistik lainnya. Sebaiknya saat
menentukan pilihan faktor-faktor penyebab apa yang kemungkinan
besar merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap masalah
sedapat mungkin dilakukan pengujian melalui alat-alat statistik
lainnya (Kuswadi, 2004).

Kelebihan/ Kekurangan Diagram Fishbone


Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang
terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang
mungkin menjadi penyebab masalah tersebut. Sedang Kekurangan Fishbone diagram
adalah:
 Diagram dibuat terlalu rumit atau terlalu sederhana sehingga sering sulit
mengidentifikasi masalah.
 Untuk diagram dengan tipe klasifikasi proses produksi sering sebab yang
sejenis tampak berulang-ulang dan variasi dari kemungkinan sebab sulit
digambarkan.
 biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin
yang terdaftar pada diagram tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Delbecq A. L. and VandeVen A. H, (1971). A Group Process Model for Problem


Identification and Program Planning. Journal Of Applied Behavioral Science
VII (July/August, 1971), 466 -91
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2014. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun
2014.
Jayanti, Evi. 2008. Deskripsi Dan Faktor Yang Bepengaruh Terhadap Status HIV
Pada Pengguna Klinik-klinik Layanan Tes HIV di DKI Jakarta dan Bali.
Skripsi. Jakarta: FKM UI.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan
HIV/AIDS di Indonesia sd 30 Juni 2010.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak Balita,
Orang Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer
Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta:
Salemba Medika Jakarta.
Depkes RI. 2008. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB-Gizi Buruk. Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat: Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Kuswadi, dan Erna Mutiara. 2004. Delapan Langkah dan Tujuh Alat Statistik untuk
Peningkatan Mutu Berbasis Komputer. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Poerwanto,Hendra.2012.DiagramFishbone.[online].(https://sites.google.com/site/kelo
lakualitas/Diagram-Fishbone)

Pohan, Imbalo S. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian


dan Penerapan. Jakarta: EGC

Sinthamurniwaty. 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Balita


(Studi Kasus di Kabupaten Semarang).Magister Epidemiologi Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. (Online)
(http://core.ac.uk/download/pdf/11715367.pdf) Diunduh pada 15 September
2015.

Supriyanto dan Damayanti, 2006. Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya: Airlangga


University Press
Tague, Nancy R. 2004. The Quality Toolbox, Second Edition. ASQ Quality Press

Anda mungkin juga menyukai