Anda di halaman 1dari 11

Efektifitas RESOLE Sebagai Media Berbasis Pembelajaran Dalam Upaya

Deradikalisasi Generesi Z dan Implementasi Islam Watsaniyah

Siti Ghoyatul Muna1, Moh. Banal Majda2

Prodi Tadris Matematika, Jurusan Tarbiyah IAIN Kudus, Kota Kudus


ghoyatulmua67@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dan efektifitas RESOLE sebagai
media berbasis pembelajaran dalam upaya deradikalisasi generasi Z dan implementasi ajaran Islam
sebagai ajaran penengah dari ajaran lain, yakni agama yang menyeimbangkan antara hubungan
manusia dengan pencipta maupun sesama. Penelitian ini dilakukan di MA Riyadlotut Thalabah
Sedan dengan cara mengobservasi berbagai pelaksanaaan RESOLE (Religion Social Education)
sebagai media berbasis pembelajaran dalam upaya deradikalisasi generasi Z. Untuk menggali
informasi lebih dalam dilakukan wawancara (deepth interview) terhadap narasumber terpilih yaitu
waka kesiswaan dan guru PSA/RESOLE (pendidikan sosial keagamaan), serta responden yang
terdiri dari siswa-siswi MA Riyadlotut Thalabah. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
pedoman wawancara mendalam (guide interview). Selain wawancara mendalam data kualitatif
dikumpulkan melalui dokumentasi dan studi dokumen.

Kata kunci: Resole, Deradikalisasi, Generasi Z, Islam Watsaniyah


ABSTRACT
This research aims to analyze the influence and effectiveness of learning-based media as
RESOLE in an effort deradikalisasi generation Z and the implementation of Islamic teachings as
the teachings of the man in the middle of the other teachings, that is, a religion that balancing
between human relations with the creator as well as fellow. This research was conducted in MA
Riyadlotut Thalabah Sedan with the way she was observing RESOLE (Religion Social Education)
as a media-based learning in an effort deradikalisasi generation z. to dig deeper into the
information performed interview (deepth interview) against the speaker-elect, namely student and
teacher of waka PSA/RESOLE (socio-religious education), as well as respondents who comprise
students MA Riyadlotut Thalabah. Research instrument used is the in-depth interview guidelines
(guide interview). In addition to the in-depth interviews the qualitative data gathered through
documentation and study of the document.

Keywords: Resole, Deradikalisasi, Generation Z, Islam Watsaniyah

PENDAHULUAN
Di era milenial sekarang radikalisme banyak melanda generasi muda
terutama generasi Z atau generasi yang lahir generasi yang lahir pada tahun 1995-
20121 biasa disebut iGeneration atau generasi net karena mereka lahir di era
digital setelah adanya teknologi dan internet. Dimana generasi z relative banyak di
usia remaja yang masih duduk dibangku sekolah maupun bangku perkuliahan.
Generasi ini rentan terkena paham radikal karena sifatnya yang labil dan masih
mencari jati diri. Adapun orang yang mempunyai paham radikal memiliki
semangat besar dalam mempelajari agama tetapi memiliki pemahaman yang
sempit, karena radikalisme merupkan suatu pemahaman terhadap agama yang
menganggap bahwa keyakinan yang diyakininya benar sedang yang berbeda
salah.2 Paham radikalisme muncul ketika seseorang memiliki pemahaman agama
yang sempit atau pemaknaan yang persial terhadap Islam salah satunya tentang
konsep jihad. Pada dasarnya semua agama memiliki kecenderungan untuk
melakukan truth claim atau mengklaim sebagai yang paling benar karena agama
merupkan nilai kepercayaan yang harus dipegang teguh oleh para pemeluknya.
Radikalisme lebih mengedepankan pemahaman literal terhadap teks dan
cenderung mudah menggunakan kekerasan dalam memaksakan pemahaman
mereka. Semangat berlebihan tanpa diiringi pemahaman agama yang memadahi
akan memunculkan klaim kebenaran tunggal untuk menghindari pemahaman lain
yang bersebrangan. Pandangan yang berbeda atau bersebrangan harus
dihancurkan dan dianggap sesat. Selanjutnya agama dijadikan dalih terhadap
pemahaman literal mereka sehingga tanpa disadari apa yang mereka perjuangkan
adalah ideologi mereka bukan Islam itu sendiri.
Hal tersebut tidak sesuai aka sejalan dengan ajaran Islam yang universal
dan seimbang atau disebut sebagai al-wasathiyyah yaitu sebuah sikap pertengahan
dimana dalam berinteraksi dan berperilaku didasari sikap tawazun (seimbang)
ketika dalam menyikapi dua keadaan yang berbeda dibandingkan dan dianalisis,
Sehingga dapat ditemukan sikap yang sesuai dengan kondisi tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip ajaran agama dan tradisi masyarakat. Menurut Yusuf

1
Merari, Leonard, 2014. Generasi Y, Generasi Z dan Bonus Demografi. Magister managemen
fakultas ekonomi.Jakarta
2
Nuhrison M. Nuh, Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Faham/ Gerakan Islam Radikal di
Indonesi (HARMONI Jurnal Multikultural & Multireligius, Vol VIII Juli-September 2009), 36.
Qardhawi (1995), bahwa di antara karakteristik ajaran Islam adalah al-
washatiyyah (moderat) atau tawazun (keseimbangan), yakni keseimbangan di
antara dua jalan atau dua arah yang saling berhadapan atau bertentangan. Prinsip
keseimbangan ini sejalan dengan fitrah penciptaan manusia dan alam yang
harmonis dan serasi.3

Di Indonesia sekarang ini kasus radikalisme semakin banyak ditemukan


baik dalam skala sempit maupun sekala luas baik dari kalangan bawah sampai
kalangan elit, hal ini menjadi bumerang bagi persatuan umat Islam khususnya dan
masyarakat Indonesia umumnya. Jika paham radikal semakin meluas maka
persatuan Indonesia akan terpecah belah, kelompok radikal ingin menjadikan
Indonesia menjadi Negara khilafah, untuk mewujudkan itu kelompok radikal
menyebarkan pahamnya pada generasi bangsa untuk menanamkan paham mereka
dan mengaplikasikan paham tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Generasi muda khususnya generasi Z merupakan sasaran utama


radikalisme dimana generasi tersebut mahir akan teknologi informasi dan aplikasi
komputer dimana mereka dapat mengakses berbagai informasi secara mudah dan
cepat. Selain itu mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan semua kalangan
menggunakan media sosial seperti facebook, instagram, twitter dan lain
sebagainya.4 Adapun Penyebaran paham radikalisme dikalangan remaja banyak
memanfaatkan teknologi digital melalui media sosial sehingga generasi Z
merupakan target yang mudah dijangkau. Melarang generasi Z untuk tidak
berinteraksi dengan teknologi bukan merupakan langkah yang bijak dalam rangka
menyelamatkan mereka dari paham radikalisme karena akan menjadikannya
gaptek atau gagap teknologi, tetapi dibutuhkan pengawasan dan penanaman nilai-
nilai agama yang benar. Salah satu upaya untuk menanamkan pemahaman nilai-
nilai agama yang benar adalah melalui RESOLE.

3
www.republika.id
4
Sigh, Anjali, 2014. Challenges and Issues of Generation Z. Assistant Professor,Faculty of
Commerce and Humanities,ManavRachna International University,Faridabad(HR).
RESOLE merupakan singkatan dari Religion Social Education yang berarti
pendidikan sosial keagamaan yang memprioritaskan hubungan sosial terhadap
sesama manusia dalam bingkai kegiatan keagamaan. RESOLE sudah diterapkan di
MA Riyadlotut Thalabah sejak siswa duduk di kelas X, XI dan XII. RESOLE atau
pendidikan sosial keagamaan adalah segala bentuk kegiatan yang terencana dan
terstruktur dalam usaha untuk menanamkan dan menginternalisasikan nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan sosial di masyarakat dimana tahap pelaksanaannya
dapat dilakukan oleh perseorangan atau kelompok. Kegiatan sosial keagamaan
dapat berbentuk latihan keagamaan yang akan menumbuhkan sikap positif pada
siswa sehingga dapat mewarnai sikap dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
Implementasi ajaran agama yang benar melalui kegiatan sosial keagamaan dapat
membentuk sikap, tindakan dan perilaku individu sesuai dengan ajaran Islam.
Kegiatan sosial keagamaan merupakan usaha yang dilaksanakan secara kontinyu
(terus-menerus) yang berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan misalnya
ceramah keagamaan, peringatan hari-hari besar Islam, shalat berjama’ah, shalat
sunat rawatib, tadarus Al Qur’an, pengajian rutin secara bergilir di rumah siswa
dan lain-lain. RESOLE atau pendidikan sosial kegamaan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas keimanan dan pemahaman serta penghayatan para siswa
terhadap ajaran Islam, melalui berbagai pengamalan atau aktivitas-aktivitas
keagamaan di sekolah maupun di luar sekolah sehingga para siswa dapat
menampakkan akhlak yang mulia di dalam masyarakat.
RESOLE diharapkan dapat berpengaruh terhadap character building
sebagai upaya preventif radikalisme dan punkisme dengan menanamkan sikap
religius yang difokuskan pada interaksi sosial dimasyarakat sehingga dapat
menumbuhkan sikap toleransi antar sesama. Selain itu RESOLE juga diharapkan
mampu membendung atau mencegah fenomena radikalisme atau deradikalisasi di
kalangan remaja khususnya Generasi Z di MA Riyadlotut Thalabah.

PEMBAHASAN

RESOLE Sebagai Media Berbasis Pembelajaran


RESOLE merupakan singkatan dari Religion Social Education yang
berarti pendidikan keagamaan yang memprioritaskan hubungan sosial terhadap
sesama manusia dalam bingkai kegiatan keagamaan. Kegiatan RESOLE
diterapkan pada kelas X, XI, XII terbagi menjadi tiga kegiatan pembelajaran dua
kegiatan diadakan di dalam kelas dan satu diluar kelas. Adapun RESOLE yang
diadakan di dalam kelas meliputi dua pembelajaran, pertama kegiatan
pembelajaran rutin yang berbasis kurikulum lokal yang dilaksanakan dua jam
sekali setiap minggu yang pandu oleh guru PSA/ RESOLE dimana menggunakan
buku panduan yang disebut tanwirut thalabah yaitu sebuah buku pembelaran yang
berisi tentang kegiatan sosial keagamaan yang meliputi nilai-nilai keagamaan
misalnya ceramah keagamaan, peringatan hari-hari besar Islam, shalat berjama’ah,
shalat sunat rawatib, tadarus Al Qur’an, dan lain sebagainya selain proses
pembelajaran dari guru ke siswa juga diadakan praktik materi langsung di dalam
kelas dimana ada seorang siswa yang berperan serta. Misalnya memperingati
Maulid Nabi maka ada siswa yang berperan sebagai MC, Pendakwah, pemimpin
albarzanji, pemimpin tahlil dan do’a. Hal tersebut diharapkan dapat
menginternalisasikan nilai-nilai keagamaan karena mereka sebagai pelaku
kegiatan seperti seorang siswa menjadi pendakwah maka ia akan teringat
perkataan ia sendiri mengenai akhlak baik dan buruk, semua siswa akan mendapat
giliran yang sama tanpa terkecuali.

Kedua gerakan mengaji serentak sebelum dimulai pembelajaran dimana


semua siswa diwajibkan mengaji jus 30 dan surat penting dalam Al-Qur’an seperti
Ysin, Al-mulk, Al-Waqi’ah yang dipandu oleh audio atau sound system dari
kantor hal ini bertujuan untuk melapangkan pikiran sebelum menerima ilmu selain
itu jika siswa terbiasa mengaji maka ia akan terbawa dalam kehidupan sehari-hari
sehingga akkan selalu ingat pada Allah dan membentengi diri dari perilaku yang
tidak disukai oleh Allah. Ketiga adalah kegiatan yang dilakukan diluar kelas yaitu
pengajian rutin secara bergilir di rumah siswa hal ini dilakukan dengan tujuan
mempersiapkan para siswa untuk terjun dalam masyarakat selain itu akan
mempererat tali silaturahim antar teman sehingga muncul sifat toleransi antar
sesama, adapun kegiatan tersebut diterapkan pada kelas XII saja karena dianggap
memiliki usia yang matang dan siap terjun ke masyarakat. Kegiatan tersebut
secara kontinyu (terus-menerus)

Pengaruh RESOLE Terhadap Upaya Pencegahan Degradasi Moral Generasi Muda

Adapun pengaruh RESOLE terhadap upaya pencegahan deradikalisasi


generasi z antara lain:
1. Mampu mencegah berkembangnya fenomena radikalisme
Meskipun belum ada siswa yang terlibat langsung radikalisme RESOLE
dapat menjadi pondasi setelah lulus agar siswa tidak terpengaruh dan terhindar
dari radikalisme dengan menamkan rasa toleransi terhadap sesama serta
menghargai pendapat orang lain. Sebagaimana yang diugkapkan narasumber
sebagai berikut:
“Meskipun belum ada siswa yang terlibat langsung kegiatan radikalisme
RESOLE dapat menjadi pegangan atau benteng diri setelah lulus agar
siswa tidak terpengaruh dan terlibat dalam kegiatan radikalisme”5
2. Menekan fenomena punkisme
Fenomena punkisme dikalangan generasi muda di Kecamatan Sedan lebih
banyak dari pada radikalisme karena generasi muda cenderung menginginkan
kebebasan tanpa terikat norma dan aturan yang berlaku mereka hanya
menginginkan kesenangan tanpa harus menanggung resiko. Hal ini terbukti
dengan adanya siswa yang terlibat punkisme sejak duduk dibangku SMP mereka
merasa bahwa menjadi anak punkers keren dan tidak ketinggalan zaman. Setelah
mengikuti kegiatan RESOLE di sekolah, mereka menjadi sadar dan mulai
meninggalkan komunitasnya. Kegiatan RESOLE dapat menjadi upaya preventif
maupun represif bagi siswa yang tidak terlibat dan siswa yang sudah terlibat
melalui penanaman karakter religius sehingga mereka terhindar dari perilaku yang
buruk dan bertentangan dengan norma agama. Sebagaimana yang ungkapkan
responden sebagai berikut:
5
Wawancara dengan narasumber guru RESOLE MA Riyadlotut Thalabah pada tanggal 17 Juli
2017
“RESOLE sangat berpengaruh bagi saya, saya menjadi sadar untuk tidak
terlibat dalam punkisme lagi dulunya saya meninggalkan shalat wajib
sekarang sudah saya perbaiki”6
3. Mencetak generasi yang berakhlakul karimah
Setelah terhindar dari radikalisme dan punkisme maka diharapkan
RESOLE dapat membentuk generasi muda yang berakhlakuk karimah, berguna
bagi masyarakat sekitar tempat tinggalnya sehingga mereka dapat mengamalkan
ilmunya serta membantu untuk mencegah fenomena radikalisme dan punkisme
berkembang dikalangan generasi muda. Sebagaimana yang dituturkan responden
sebagai berikut :
“saya ingin mengajak teman-teman agar tidak terlibat radikalisme atau
punkisme, saya yakin jika mau benar-benar mau mengamalkan RESOLE
InsyaAllah dapat membentuk akhlak yang baik”7

Efektifitas RESOLE Sebagai Upaya Pencegahan Degradasi Moral Generasi


Muda
RESOLE merupakan singkatan dari Religion Social Education yang
berarti pendidikan keagamaan yang memprioritaskan hubungan sosial terhadap
sesama manusia dalam bingkai kegiatan keagamaan. Maka dari itu dibutuhkan
upaya preventif yang dapat berpengaruh dalam menangkal radikalisme dan
punkisme disekolah maupun dilingkungan keluarga dan masyarakat seperti
pebinaan karakter. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang efektif guna
membentuk karakter siswa maupun siswi dimana di dalamnya ditanamkan
pendidikan dengan cara transfer ilmu dari bapak ibu guru kepada murid mengenai
pelajaran umum maupun agama seharusnya sekolah juga dapat menjadi sarana
dalam upaya dalam pencegahan degradasi moral dengan memberikan pendidikan
kegamaan yang dapat diaplikasikan dalam diri sendiri maupun masyarakat.
RESOLE efektif sebagai upaya pencegahan moral generasi Z karena
mampu:
1. Mengakselerasi character building pada siswa

6
Wawancara dengan responden siswa MA Riyadlotut Thalabah pada tanggal 17 Juli 2017
7
Wawancara dengan responden waka kesiswaan MA Riyadlotut Thalabah pada tanggal 17 Juli
2017
Tanggung jawab sekolah tidak hanya sebatas mencetak siswa yang unggul
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi juga dalam pembentukan jati diri,
karakter dan kepribadian. Sekolah bukanlah sekedar transfer of knowledge atau
menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran tetapi harus mampu
membentuk karakter siswa melalui penanaman nilai-nilai etika seperti ahlak atau
budi pekerti dan moral. RESOLE mampu mengakselerasi atau mempercepat
pembentukan karkater siswa diantaranya:
a. Menumbuhkan rasa tanggung jawab
Tanggung jawab adalah perwujudan kesadaran untuk melaksanakan
kewajiban. Tanggung jawab merupakan bentuk kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja. Siswa yang
terbiasa melaksanakan kegiatan RESOLE akan mendorong munculnya sifat ini
sebagai bentuk implementasi rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diemban
dalam pelaksanaan kegiatan seperti menjadi penceramah dalam acara Isra’ mikraj
maka siswa harus bertanggung jawab membuat materi yang berkaitan tentang
perintah shalat lima waktu yang wajib dikerjakan oleh umat muslim dan
menyampaikannya dengan baik pada audien. Sebagaimana yang diungkapkan
responden sebagai berikut:
“Awalnya saya merasa keberatan menjadi penceramah tetapi lama
kelamaan saya tidak merasa keberatan dan menjadi bertanggung jawab
terhadap tugas saya emban”8
b. Membentuk pribadi yang religius
Melalui kegiatan membaca ayat suci, dzikir, tahlil dan al-barzanji maka
didalam hati nurani siswa akan tertanam sikap khauf kepada Allah sehingga
orang tersebut akan merasa selalu diawasi oleh Allah dalam berbagai hal dimana
ia selalu mengingat Allah dimanapun dan kapanpun. Sehingga mereka tidak akan
melakukan hal-hal negatif yang dapat mendatangkan murka dari Allah seperti
pergaulan bebas dan lain sebagainya. sebagaimana yang dituturkan narasumber
sebagai berikut:
“ Dengan berdzikir dan tahlil para siswa akan selalu mengingat Allah
oleh karena itu saya yakin jika siswa selalu ingat kepada Allah pasti

8
Wawancara dengan responden siswa MA Riyadlotut Thalabah pada tanggal 17 Juli 2017
mereka tidak akan berani melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai
dengan norma agama”9
c. Memupuk rasa percaya diri
Dalam pelaksanaan RESOLE siswa maupun siswi di beri amanah untuk
melaksanakan tugas dan maju ke depan kelas jika mereka sudah terbiasa berbicara
didepan khalayak umum maka ketika mereka terjun dimasyarakat tidak minder
selain di kelas para siswa langsung terjun dimasyarakat seperti pada kelas XII
diadakan pengajian dan tahlil rutin dirumah siswa dalam satu kelas setiap satu
minggu sekali pada hari jum’at dimana semua petugasnya merupakan para siswa
maupun siswi sedangkan wali kelas hanya menjadi pendamping yang mengawasi
kegiatan tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan responden sebagai berikut:
“Sebelum saya mengikuti kegiatan RESOLE saya nervous kalau berbicara
didepan umum tetapi setelah mengikuti kegiatan RESOLE saya menjadi
percaya diri didepan umum bahkan didepan masyarakat”10
d. Meningkatkan toleransi antar sesama
RESOLE berperan penting dalam pembentukan moral generasi muda
secara tidak langsung dengan membentuk kepribadian remaja dalam hal
keagamaan dan sosial dengan diwujudkannya sikap toleransi dan ta’awun atau
tolong menolong antar sesama, yang ditanamkan melaui sikap menghargai siswa
yang menjadi petugas dengan mendengarkan dan memberi apresiasi sehingga
mampu mengistropeksi diri dan tidak mudah menyalahkan orang lain
sebagaimana yang diungkapkan narasumber sebagai berikut :
“Kegiatan RESOLE dapat membentuk kepribadian remaja dalam hal
keagamaan dan sosial dengan meningkatkan toleransi antar sesama yang
diwujudkan prilaku mendengarkan dan menghargai siswa yang bertugas
seperti menjadi penceramah maupun tugas lainnya”11
2. Mengintegrasikan antara ilmu dan amal
Dalam ajaran Islam, iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang
utuh, yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Iman diumpamakan
akar dari sebuah pohon yang menompang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan
batang dan dahan pohon itu yang mengeluarkan cabang-cabang ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon iptek yang

9
Wawancara dengan responden siswa MA Riyadlotut Thalabah pada tanggal 17 Juli 2017
10
Wawancara dengan responden siswa MA Riyadlotut Thalabah pada tanggal 17 Juli 2017
11
Wawancara dengan narasumber waka kesiswan MA Riyadlotut Thalabah pada tanggal 20 Juli
2017
dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan takwa, yang akan menghasilkan amal
shaleh, bukan kerusakan alam. Satu pepatah arab yang sangat indah mengatakan,
“Ilmu tanpa iman bagaikan pohon yang tiada berbuah.” Integrasi antara ilmu amal
dapat tercapai melalui RESOLE atau pendidikan sosial keagamaan karena
merupakan kegiatan yang terencana dan terstruktur dalam usaha untuk
menanamkan dan menginternalisasikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan
sosial di masyarakat dimana kegiatan sosial keagamaan dapat berbentuk latihan
keagamaan yang akan menumbuhkan sikap positif pada siswa sehingga dapat
mewarnai sikap dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengimplementasikan nilai-nilai agama dalam masyarakat.
Implementasi ajaran agama yang benar melalui kegiatan sosial keagamaan
dapat membentuk sikap, tindakan dan perilaku individu sesuai dengan ajaran
Islam. Kegiatan sosial keagamaan merupakan usaha yang dilaksanakan secara
kontinyu (terus-menerus) yang berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan
misalnya ceramah keagamaan, peringatan hari-hari besar Islam, shalat berjama’ah,
shalat sunat rawatib, tadarus Al Qur’an, pengajian rutin secara bergilir di rumah
siswa dan lain-lain. RESOLE atau pendidikan sosial kegamaan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas keimanan dan pemahaman serta penghayatan para siswa
terhadap ajaran Islam, dengan melalui berbagai pengamalan atau aktivitas-
aktivitas keagamaan di sekolah maupun di luar sekolah sehingga para siswa dapat
menampakkan akhlak yang mulia di dalam masyarakat.

KESIMPULAN

RESOLE merupakan singkatan dari Religion Social Education yang


berarti pendidikan keagamaan yang memprioritaskan hubungan sosial terhadap
sesama manusia dalam bingkai kegiatan keagamaan Meskipun RESOLE tidak ada
konten mengenai radikalisme dan punkisme tapi RESOLE cukup efektif sebagai
media berbasis pembelajaran dalam upaya deradikaslisasi generasi Z melalui
pembentukan karakter, integrasikan antara ilmu dan amal, dan implementasikan
nilai-nilai agama dalam masyarakat. RESOLE berpengaruh terhadap upaya
pencegahan dengan mencegah fenomena radikalisme dan mengimplementasiakan
Islam watsaniyah serta mencetak generasi muda yang berakhlakul karimah.

Anda mungkin juga menyukai