DISUSUN OLEH :
JIHAN ESA SIREGAR (1804015010)
SHAFA SALSABILA RAMADHINA (1804025199)
KARINA WAN AZIZAH (1804015203)
KELAS : 2A
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya pada
akhirnya bisa menyelesaikan makalah kegagalan respon imuntepat pada waktunya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingannya sehingga Makalah kegagalan respon imunini dapat disusun
dengan baik.
Semoga Makalah kegagalan respon imun yang telah kami susun ini turut memperkaya
khazanah ilmu biologi serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami juga
menyadari bahwa Makalah kegagalan respon imunini juga masih memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca
sekalian demi penyusunan Makalah kegagalan respon imundengan tema serupa yang lebih
baik lagi
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian autoimun
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud imunodefisiensi
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud reaksi hipersensitivitas
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
senyawa normal dj tubuh berubah,misalnya,oleh virus, obat, sinar
matahari, atau radiasi.bahan senyawayang berubah mungkin
kelihatannya asing bagi sistem kekebalan tubuh. Misalnya, virus bisa
menulari dan demikian mengubah sel di badan.sel yang ditulari oleh
virus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.
senyawa asing yang menyerupai senyawa bahan alami mungkin
memasuki badan. Sistem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati
dapat menjadikan senyawa badan mirip seperti bahan asing sebagai
sasaran. Misalnya,bakteri penyebab sakit kerongkongan mempunyai
beberapa antigen yang mirip dengan sel jantung manusia. Jarang terjadi,
sistem kekebalan tubuh dapat menyerang jantung orang sesudah sakit
kerongkongan (reaksi ini bagian dari rheumatik)
Respon imun baik non spesifik maupun spesifik pada umumnya berfungsi
protektif,tetapi ada kalanya menimbulkan efek buruk dan terjadi penyakit yang
disebut penyakit hipersensivitas.
Hipersensivitas adalah suatu reaksi imun patologik,terjadi akibat respon imun yang
berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.
Imunodefisiensi primer
Hingga tahun 2010, sebanyak lebih dari 130 jenis kelainan imunodefisiensi
primer telah ditemukan. Berbagai kelainan tersebut dapat mempengaruhi
perkembangan dan/atau fungsi sistem imun serta dapat diwariskan kepada
keturunannya. Umumnya gejala imunodefisiensi primer dapat terdeteksi sejak kecil.
Namun, gejala muncul dapat berbeda-beda antara satu pasien dengan pasien lainnya
sebagai dampat dari pengaruh genetik dan lingkungan.[3]Beberapa contoh penyakit
yang tergolong ke dalam imunodefisiensi primer adalah[1]:
Kelainan / Kerusakan
Penyakit Dampak klinis
yang disebabkan
6
Rentan terhadap
infeksi virus, fungi,
Defisiensi imunitas
Penurunan jumlah sel dan bakteri karena
kombinasi (Severe
T, sel B, sel NK, kecacatan
Combined
dan/atau antibodi pada sistem
Immunodeficiency/SCID)
kekebalan
seluler dan humoral.
Penurunan atau
Kegagalan maturasi sel
Agammaglobulinemia sama sekali tidak
B di sumsum tulang
terkait kromosom-X ada produksi sel B
belakang
dan antibodi
Rentan terhadap
Ketidaksempurnaan
infeksi virus dan
perkembangan organ
Sindrom DiGeorge fungi karena
timus dan kegagalan
kegagalan sistem
maturasi sel T
imunitas humoral
Mutasi pada
gen WAS menyebabkan
kerja protein WASP
kurang fungsional
Rentan terhadap
yang mengganggu
Sindrom Wiskott- ekzema atopik dan
fungsi sitoskeleton
Aldrich infeksi yang mudah
aktin dalam
kambuh
perkembangan sel
darah dan
pembentukan sinapsis
imunologi
7
sering terjadinya
infeksi berulang.
Imunodefisiensi sekunder
Imunodefisiensi sekunder umumnya didapatkan pada usia lanjut dan
merupakan dampak dari penyakit lain yang diderita atau efek obat-obatan. Contohnya
adalah penderita kegananasan (kanker) yang
mendapatkan radioterapi atau kemoterapi dapat menderita imunodefisiensi karena
sel-sel imun ikut dirusak oleh perlakuan tersebut. Selain itu, cacat pada sistem
kekebalan seluler juga dapat disebabkan oleh malagizi (kekurangan protein).
Beberapa kondisi lain yang dapat menimbulkan imunodefisiensi sekunder
adalah keganasan (leukemia, limfoma), gagal ginjal akut, infeksi HIV, sarkodosis,
splenektomi, dan infeksi virus.
Alergi merupakan salah satu respon sistem imun yang disebut reaksi
hipersensitif. Pada individu yang rentan , reaksi tersebutv secara khas terjadi setelah
kontak yang kedua dengan antigen spesifik. Kontak yang pertama kali merupakan
kejadian yang diperlukan untuk menginduksi sanitasi terhadap allergen tersebut.
Reaksi hipersensitif merupakan salah satu respon system imun yang berbahaya
karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan maupun penyakit yang serius. Oleh
Coobs dan Gell reaksi hipersensitif dikelompokkan menjadi empat kelas.
Hipersensitivitas tipe II
Tipe ini melibatkan pengikatan antibody (IgG atau IgM) ke antigen
permukaan sel atau molekul matriks ekstraseluler. Antibody yang ditujukan
ke antigen permukaan sel dapat mengaktifkan komplemen untuk
menghancurkan sel tersebut.
Obat-obat sepeerti penisilin , fenasetin san kinidin sapat melekat pada protein
8
permukaan sel darah merah dan mengawali pembentukan antibody. Antibody
autoimun ini ini kemudian dapat bergabung dengan peermukaan ssel yang
mengakibatkan hemolisis.
9
Autoimun secara teori berkembang sewaktu tolernsi terhadap self
antigen belum terbentuk atau sewaktu toleransi terhadap sel antigen
hilang. Kebanyyakan dari kesalahan tersebut kemungkinan karena
factor genetic. Kegagalan dalam mendapatkan toleransi disebabkan
sebagai berikut: kegagalan clononal detection dari sel autoreaktif
(kegagalan dari sel Tpusat), kegagalan anergi klononal (kegaglan dari
sel T perifer). Pelepasan antigen, pemisahan dimana toleransi bbelum
berkembang, perubahan dari self anti gen dimana tidak diknal sebagai
antigen sendiri. Tiruan molekul antarra antigen dari lingkungan dan
self antigen. Penyimpangan ekspresi MHC , rangsangan super antigen
dari klonal anergi autoreaktif rangsangan sel B poliklonat.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaya, karnen garna. 2002. Imunologi dasar edisi ke-5. Jakarta: FKUI.
12