Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat merupakan salah satu

target utama pembangunan kesehatan yang harus dicapai pada tahun 2019.

Salah satu upaya prioritas pembangunan nasional yang tercantum di dalam

sasaran pokok RPJM tahun 2015-2019 adalah penurunan prevalensi balita

pendek atau Stunting (Kemenkes RI, 2018).


Stunting (pendek) merupakan salah satu bentuk gizi kurang yang bersifat

kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya yang ditandai dengan

indikator tinggi badan menurut umur (TNP2K, 2017). Sedangkan menurut

Kemenkes yaitu apabila skor Z kurang dari -2SD/ standar deviasi (stunted) dan

kurang dari -3SD (severely stunted) (TNP2K, 2017). Balita yang mengalami

stunting akan memiliki resiko lebih terjadinya penurunan kemampuan

intelektual, produktivitas, dan peningkatan resiko penyakit degeneratif di masa

mendatang Balita yang mengalami stunting akan mengalami kemampuan

kognitif yang berkurang, perkembangan fisik yang terhambat, mengurangi

produktifitas dan meningkatkan resiko penyakit degenerative (Antonio &

Weise, 2012).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, prevalensi balita stunting atau pendek

pada tahun 2013 terdiri dari 18% balita sangat pendek dan 19,2% balita

pendek. Sedangkan pada tahun 2018 kejadian balita stunting ini masih tetap

berada di bawah target dengan prevalensi sebesar 11,5% sangat pendek dan

19,3% balita pendek. Prevalensi balita stunting di Jawa Tengah pada tahun

1
2

2013 dan tahun 2018 masih berada diatas angka 30,8%. Berdasarkan data dari

Dinas Kesehatan kabupaten Magelang pada tahun 2017 tentang hasil

Pemantauan Status Gizi (PSG), didapatkan bahwa prevalensi balita stunting

sebesar 10,53% sangat pendek dan 21,98% pendek. Hal ini menunjukkan

bahwa stunting masih menjadi suatu masalah kesehatan gizi dan masih

melebihi batasan yang ditetapkanWHO yaitu 20% (Kemenkes RI, 2019).


Stunting disebabkan karena praktek pengasuhan yang kurang baik, masih

terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan Ante Natal Care (pelayanan

kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan

pembelajaran dini yang berkualitas, masih kurangnya akses rumah

tangga/keluarga ke makanan bergizi serta kurangnya akses ke air bersih dan

sanitasi (TNPK, 2017). Asupan Zink merupakan faktor resiko terjadinya

stunting pada anak usia 1-3 tahun. Menurut Sundari dan Nuryanto (2016) anak

yang memiliki asupan Zink rendah memiliki resiko 1,29x untuk terjadi

stunting. Menurut Pertiwi et.al., (2016) suplementasi Zink efektif dalam

meningkatkan tinggi badan dan skor Z TB/U balita stunting.

Zink adalah zat gizi yang berperan penting pada pertumbuhan sel,

pembelahan sel serta dapat meningkatkan nafsu makan (Adriani, 2014). Zink

merupakan mikromineral esensial sebagai kofaktor lebih dari 100 metaloenzim

yang berperan penting dalam regenerasi sel, metabolisme, pertumbuhan, dan

perbaikan jaringan tubuh (Almatsier, 2009). Defisiensi Zink diduga sebagai

komponen zat gizi utama yang berperan dalam proses penghambatan

pertumbuhan (Adriani, 2014). Menurut Dewi & Nindya (2017) bahwa asupan

Zink terdapat hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting. Defisiensi


3

Zink juga dapat menurunkan imunitas sehingga dapat meningkatkan resiko

terkena penyakit infeksi, sehingga memicu meningkatnya kebutuhan energi dan

Zink dan dapat menghambat pertumbuhan tulang (Prendergast & Humphrey,

2014)

Kebutuhan Zink pada balita menurut Angka Kecukupan Gizi yang

dianjurkan adalah 10mg/ hari. Suplemen Zink yang dapat diberikan pada anak

adalah 5-10mg/hari (Adriani, 2014). Program pemberian Zink yang dilakukan

Pemerintah dosis Zink yang diberikan adalah 1,25ml/hari pada BB kurang dari

5 kg, diatas 5 kg 2,5ml/hari, selama 3 bulan dengan setiap ml mengandung

Zink Sulphate Mono Hydrat 56mg yang berisi 20 mg Zink elemental.

Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2017) menyebutkan bahwa pemberian

suplemen Zink 20 mg dua kali dalam seminggu selama tiga bulan dapat

mempengaruhi perubahan skor Z TB/U. Dalam penelitian ini didapati 38,9%

anak yang semula berstatus gizi stunting menjadi normal setelah pemberian

suplementasi Zink, dalam uji paired t test menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan tinggi badan dan skor Z TB/U sebelum dan sesudah pemberian

suplementasi Zink dengan nilai secara berurutan ρ value=0,001 dan ρ

value=0,004, dengan peningkatan tinggi badan rata-rata 2,8 cm dan skor Z

TB/U rata-rata 0,2 SD. Di sisi lain, hasil penelitian tersebut menunjukkan

perbedaan dengan hasil penelitian yang dilakukan Taneja et.al di India yang

menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh suplementasi Zink terhadap

pertumbuhan anak (Taneja, 2010). Pada penelitian Kusudaryati et.al. (2017)

bahwa pemberian Zink 2 kali dalam seminggu selama tiga bulan hasil analisis
4

regresi mempengaruhi perubahan skor Z TB/U sebesar 23,2%. Terdapat juga

penelitian dari Indriasari (2012) yang menyimpulkan bahwa suplementasi Zink

tidak terdapat perbedaan yang bemakna dimana perubahan TB selama

penelitian masih sesuai dengan arah grafik pertumbuhan menurut WHO. Hal

ini disebabkan karena subjek penelitian tidak terdapat balita stunting,

pemberian zink lebih tampak dalam aspek pertumbuhan apabila diberikan pada

anak yang kurus dan pendek ( Dijkhuizen, 2001 dalam Indriasari, 2012).

Selain Zink program penanganan gizi yang dilakukan pemerintah

adalah pemberian PMT berupa biskuit dalam 1 kemasan (4 keping) terdapat

kandungan protein sebesar 1 gram yang diberikan 2-3 bungkus perhari setara

dengan 3 gram protein. Protein mempunyai fungsi untuk membentuk jaringan

baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Balita usia 12-36

bulan membutuhkan protein per hari sebesar 25 gram (Depkes RI, 2005 dalam

Adriani, 2012). Menurut Sundari (2016) ada hubungan yang positif antara

asupan protein dengan indeks z-score TB/U (kejadian tunting). Menurut Sari

(2016) prevalensi stunting pada kelompok asupan protein rendah, lebih besar

1,87 kali daripada kelompok asupan protein cukup. Telur merupakan contoh

protein lengkap yang mempunyai kandungan 8 asam amino esensial secara

signifikan mampu meningkatkan pertumbuhan anak (Kementan, 2010 &

Lannotti, 2017). Telur merupakan bahan makanan yang kaya akan protein

serta mudah didapat dan bisa menggantikan PMT biskuit jika program

pemerintah berhenti, sehingga balita bisa memanfaatkan telur sebagai makanan

pilihan untuk meningkatkan tinggi badan. Kandungan protein telur per


5

100gram ketika direbus adalah 12,20 gram (DKBM). Nilai kandungan protein

telur dalam 1 butir telur besar adalah 6 gram (www.eggs.ca). Telur

diperbolehkan dikonsumsi oleh balita setiap hari. Hasil akhir dari pencernaan

protein berupa asam amino segera diabsorbsi dalam waktu 15 menit setelah

makan (Adriani & Wijatmadi, 2012).

Menurut Grober (2013) rekomendasi dosis Zink untuk pencegahan dan

terapi untuk anak usia 1-3 tahun adalah 5-10mg/hari. Pada fase 3 tahun

pertama kehidupan merupakan fase yang penting ditandai dengan pertumbuhan

dan perkembangan yang cepat, kebutuhan nutrisi seimbang sangat penting

dibutuhkan dalam fase ini (Haschke, 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan di lima Puskesmas di Kabupaten

Magelang pada tahun 2018, Puskesmas Grabag 1 Kabupaten Magelang

memliki prevalensi balita stunting yang paling tinggi yaitu 39,6% yang terdiri

dari 20,4% balita sangat pendek dan 29,2% balita pendek dengan angka

kejadian 258 balita dari 651 balita yang didata, dari 258 balita jumlah balita

usia 12-36 bulan berjumlah 109 balita. Prevalensi stunting 4 Puskesmas

lainnya yaitu 26,3% di wilayah Puskesmas Secang 1, 33,4% di wilayah

Puskesmas Ngablak, 35,4% di wilayah Puskesmas Muntilan 1 dan 27,3% di

wilayah Puskesmas Grabag 2. Dari 18 Desa di wilayah Puskesmas Grabag 1

Kabupaten Magelang proporsi paling tinggi untuk balita stunting terdapat di

Desa Kartoharjo sejumlah 68 balita stunting, kemudian yang kedua adalah di

Desa Banyusari dengan jumlah 27 balita stunting. Oleh karena itu dari latar

belakang tersebut penulis ingin meneliti tentang “Pengaruh Pemberian


6

Suplementasi Zink dan Telur terhadap Peningkatan Tinggi Badan Balita

Stunting Usia 12-36 bulan di Puskesmas Grabag 1 Kabupaten Magelang”.


B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diketahui bahwa stunting merupakan permasalahan

kesehatan nasional. Di Kabupaten Magelang berdasarkan PSG prevalensi

balita stunting masih berada diatas 32%, sedangkan di wilayah Puskesmas

Grabag 1 Kabupaten Magelang prevalensi balita stunting sebanyak 39,6%.

Disini peneliti ingin meneliti tentang pengaruh pemberian Zink dengan dosis

10 mg selama 4 kali dalam seminggu dalam jangka waktu 4 minggu

diberikan dengan zat gizi protein yang terdapat dalam telur, adakah pengaruh

pemberian Zink dan telur dalam rentang waktu yang lebih pendek yaitu

selama 4 minggu perlakuan dengan peningkatan tinggi badan balita stunting.

Maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: ‘Adakah pengaruh

pemberian suplementasi Zink dan telur terhadap peningkatan tinggi badan

pada balita stunting usia 12-36 bulan di Puskesmas Grabag 1 Kabupaten

Magelang?’
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang adakah pengaruh pemberian suplementasi

Zink dan telur terhadap peningkatan tinggi badan pada balita stunting

usia 12-36 bulan di Puskesmas Grabag 1 Kabupaten Magelang.


2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan tinggi badan balita stunting usia 12-36 bulan

di Puskesmas Grabag 1 Kabupaten Magelang sebelum dan sesudah

diberikan suplementasi Zink dan telur pada kelompok perlakuan


7

b. Untuk mendeskripsikan tinggi badan balita stunting usia 12-36 bulan

di Puskesmas Grabag 1 Kabupaten Magelang sebelum dan sesudah

diberikan suplementasi Zink pada kelompok kontrol


c. Untuk menganalisa pengaruh pemberian suplementasi Zink dan telur

pada kelompok perlakuan terhadap peningkatan tinggi badan balita

stunting usia 12-36 bulan di Puskesmas Grabag 1 Kabupaten

Magelang
d. Untuk menganalisa pengaruh pemberian suplementasi Zink pada

kelompok kontrol terhadap peningkatan tinggi badan balita stunting

usia 12-36 bulan di Puskesmas Grabag 1 Kabupaten Magelang


e. Untuk menganalisa perbedaan perubahaan tinggi badan antara balita

stunting usia 12-36 bulan yang diberikan Zink dengan yang diberikan

suplementasi Zink dan telur

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Dapat memberikan manfaat untuk pertumbuhan sel dan membentuk

jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh.


2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat khususnya kader dapat mendapatkan informasi tentang
stunting dan dapat ikut serta mencegah secara dini kejadian stunting.
3. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan evaluasi atau masukan bagi Puskesmas Grabag 1

Kabupaten Magelang untuk mengetahui pengaruh pemberian Zink dan

telur terhadap peningkatan TB balita stunting.


4. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah bahan kepustakaan Poltekkes Kemenkes Semarang mengenai

pengaruh pemberian Zink dan telur terhadap peningkatan TB balita

stunting di Puskesmas Grabag 1 Kabupaten Magelang.


5. Bagi Peneliti Selanjutnya
8

Dapat dijadikan referensi untuk dilakukan penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan peningkatan TB balita stunting di Puskesmas Grabag 1

Kabupaten Magelang.
2. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lingkup Keilmuan
Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu Kesehatan

Anak.
2. Lingkup Sasaran
Sasaran dari penelitian ini adalah balita stunting usia 12-36 bulan
3. Lingkup Lokasi
Penelitian dilaksanakan di Desa Kartoharjo dan Desa Banyusari wilayah

kerja Puskesmas Grabag 1 Kabupaten Magelang.


4. Lingkup Waktu
Pelaksanaan penelitian dilakukan bulan Februari – Maret tahun 2019.
3. Keaslian Penelitian
Menurut sepengetahuan peneliti, penelitian mengenai “Pengaruh

pemberian suplementasi Zink dan telur terhadap peningkatan tinggi badan

pada balita stunting di Puskesmas Grabag 1” belum pernah diteliti

sebelumnya. Penelitian sejenis mengenai “Pengaruh pemberian suplementasi

Zink dan telur terhadap peningkatan tinggi badan balita stunting di Puskesmas

Grabag 1” adalah sebagai berikut:

Lanjutan Tabel 1.1

Judul Variabel Metodologi penelitian Hasil


Efektifitas Pengaruh: Jenis penelitian: desain Suplementasi
suplementasi Suplementasi eksperimen randomized Zink efektif
Zink dalam Zink pretest posttest design. dalam
peningkatan Terpengaruh: Populasi: balita meningkatkan
tinggi badan dan Peningkatan stunting usia 36-60 tinggi badan dan
skor Z TB/U pada tinggi badan bulan skor Z
balita Stunting dan skor Z Sampel : 18 balita TB/U balita
(Pertiwi, TB/U pada Stunting usia 36-60 Stunting.
Kusudaryati & balita bulan
Prananingrum Stunting Teknik sampling
2016). Randomize

Eggs in Early Pengaruh: Jenis Penelitian: Generalized


9

Lanjutan Tabel 1.1

Judul Variabel Metodologi penelitian Hasil


Complementary Eggs in Early Randomized Control linear regression
Feeding and Child Complementa Trial modeling showed
Growth: ry Feeding Populasi: Children age 6 the egg
Randomized Terpengaruh: to 9 months in Cotopaxi intervention
Controlled Trial Child Growth province, Ecuador increased length-
(Lannotti et.al, Sample: for-age z score
2017) intervention=83, no by 0.63 (95%
intervention/control=80 confidence
interval [CI],
0.38–0.88) and
weight-for-age z
score by 0.61
(95% CI, 0.45–
0.77)

Konsumsi Pengaruh: Jenis penelitian Ada hubungan


Vitamin D dan Konsumsi Penelitian observasional antara konsumsi
Zink dengan Vit.D dan analitik dengan zink dengan
Kejadian Zink pendekatan cross kejadian stunting
Stunting pada Terpengaruh: sectional pada anak
Anak Sekolah Kejadian Populasi: Anak SD N sekolah SD
SD Negeri 77 stunting anak 77 Padang Serai Negeri 77 Padang
Padang Serai SD N 77 Sample: 80 anak Serai Kota
Kota Bengkulu Padang Serai Teknik pengumpulan Bengkulu namun
(Putri, data: wawancara tidak ada
Simanjutak & hubungan antara
Wahyu, 2018) konsumsi vitamin
D dengan
kejadian stunting
pada anak
sekolah SD
Negeri 77 Padang
Serai Kota
Bengkulu

Pengaruh Pengaruh : Jenis penelitian: Suplementasi


suplementasi Suplementa- Eksperimen dengan Zink pada anak
Zink terhadap si Zink rancangan tes awal tes stunted
perubahan indeks Terpengaruh: akhir kelompok kontrol berpengaruh
TB/U anak Perubahan Populasi: anak usia 24- terhadap
stunted usia 24- indeks TB/U 36 bulan yang diperoleh perubahan skor
36 bulan anak stunted melalui PAUD Z TB/U,
(Kusudaryati, usia 24-36 Sampel:36 anak stunted
Muis & Widajanti bulan dibagi menjadi 2
,2017) kelompok
Teknik Sampling:
Sampel acak
10

Lanjutan Tabel 1.1

Judul Variabel Metodologi penelitian Hasil

Pengaruh Pengaruh : Jenis penelitian: Insidens diare


Suplementasi Suplementasi eksperimental dengan pada kelompok
Seng Terhadap seng double-blind, perlakuan 34%,
Insidens Diare Terpengaruh: randomized controlled risiko relatif 1,32
dan Tumbuh Insidens diare trial (95% IK=0,89-
Kembang Anak dan tumbuh Populasi: 1,95), sedang
pada Usia 24- 33 kembang anak beberapa kelompok pada kontrol
Bulan (Indriasari pada usia 24- PAUD di Kelurahan 22%. Rerata
& JC Susanto, 36 bulan Tandang kadar seng serum
2012) Sampel:Seratus anak pada kelompok
usia 24-33 bulan secara perlakuan dan
random kontrol rendah
Teknik sampling:
Randomisasi subyek
dengan metode blok
randomisasi. Subyek
dipilih dengan
menggunakan metode
consecutive sampling

Pengaruh Pengaruh: Jenis penelitian: Pemberian


Pemberian Pemberian eksperimental semu suplementasi
Suplementasi Zink Suplementasi dengan menggunakan Zink dapat
dan Telur Zink dan Telur pre post study design meningkatkan TB
Terhadap Terpengaruh: with kontrol group sebesar 90,9%
Peningkatan Peningkatan Populasi : Balita stunting dg
Tinggi Badan Tinggi Badan Balita stunting usia 12- rerata selisih 1,33
Balita Stunting di Balita 36 bulan Puskesmas dengan p value
Puskesmas Stunting Grabag 1 Magelang =0,001
(Rahayu, 2019) Sampel: sedangkan
30 Balita stunting pemberian
Teknik sampling: suplementasi
Quota sampling Zink dan telur
Instrumen : meningkatkan TB
1.Lembar observasi sebesa 90,9%
2.Lembar monitoring rerata selisih 1,09
3.Microtoise dengan p value=
0,001
Tidak ada
perbedaan
pengaruh selisih
rata-rata tinggi
badan antara
kelompok
perlakuan dan
kontrol dengan p
11

Lanjutan Tabel 1.1

Judul Variabel Metodologi penelitian Hasil


value= 0,411

Analisis:

Pada penelitian ini perbedaan dengan jurnal Efektifitas suplementasi

Zink dalam peningkatan tinggi badan dan skor Z TB/U pada balita stunting,

adalah terletak pada judul, variabel dan metodologi penelitian. Pada bagian

judul, judul yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengaruh

suplementasi Zink dan terlur terhadap perubahan tinggi badan balita stunting.

Pada bagian variabel terdapat perbedaan variabel pengaruh dan terpengaruh.

Variabel pengaruh dalam penelitian ini adalah suplementasi Zink dan telur,

sedangkan variabel terpengaruhnya adalah perubahan tinggi badan balita

stunting. Dalam metodologi penelitian perbedaan terletak pada jenis

penelitian, populasi, sampel, teknik samping dan instrument penelitian.

Perbedaan dengan jurnal penelitian Konsumsi Vitamin D dan Zink

dengan Kejadian Stunting pada Anak Sekolah SD Negeri 77 Padang Serai

Kota Bengkulu, Eggs in Early Complementary Feeding and Child

Growth:Randomized Controlled Trial juga terletak pada judul, variabel dan

metodologi penelitian pada jurnal ini menunjukkan bahwa konsumsi Zink

terdapat hubungan dengan kejadian stunting serta konsumsi telur secara dini

dapat meningkatkan Z score TB/U.


12

Perbedaan dengan jurnal Pengaruh suplementasi Zink terhadap

perubahan indeks TB/U anak stunted usia 24-36 bulan adalah terletak pada

judul, variabel dan metodeologi penelitian. Metodologi penelitian ini

mempunyai perbedaan ytang terletak pada jenis penelitian menggunakan

eksperimen pretest and posttest with control group, populasi adalah seluruh

balita stunting usia 12-36 bulan di wilayah Puskesmas Grabag 1 Kabupaten

Magelang, sampel berjumlah 15 kelompok perlakuan dan 15 kelompok

kontrol, teknik sampling menggunakan rumus teknik quota sampling, serta

instrument penelitian berupa lembar observasi dan microtoise.

Perbedaan dengan jurnal ‘Pengaruh Suplementasi Seng Terhadap

Insidens Diare dan Tumbuh Kembang Anak pada Usia 24- 33 Bulan adalah

terletak pada judul, variabel dan metodeologi penelitian.

Anda mungkin juga menyukai