PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat merupakan salah satu
target utama pembangunan kesehatan yang harus dicapai pada tahun 2019.
kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya yang ditandai dengan
Kemenkes yaitu apabila skor Z kurang dari -2SD/ standar deviasi (stunted) dan
kurang dari -3SD (severely stunted) (TNP2K, 2017). Balita yang mengalami
Weise, 2012).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, prevalensi balita stunting atau pendek
pada tahun 2013 terdiri dari 18% balita sangat pendek dan 19,2% balita
pendek. Sedangkan pada tahun 2018 kejadian balita stunting ini masih tetap
berada di bawah target dengan prevalensi sebesar 11,5% sangat pendek dan
19,3% balita pendek. Prevalensi balita stunting di Jawa Tengah pada tahun
1
2
2013 dan tahun 2018 masih berada diatas angka 30,8%. Berdasarkan data dari
sebesar 10,53% sangat pendek dan 21,98% pendek. Hal ini menunjukkan
bahwa stunting masih menjadi suatu masalah kesehatan gizi dan masih
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan
stunting pada anak usia 1-3 tahun. Menurut Sundari dan Nuryanto (2016) anak
yang memiliki asupan Zink rendah memiliki resiko 1,29x untuk terjadi
Zink adalah zat gizi yang berperan penting pada pertumbuhan sel,
pembelahan sel serta dapat meningkatkan nafsu makan (Adriani, 2014). Zink
pertumbuhan (Adriani, 2014). Menurut Dewi & Nindya (2017) bahwa asupan
2014)
dianjurkan adalah 10mg/ hari. Suplemen Zink yang dapat diberikan pada anak
Pemerintah dosis Zink yang diberikan adalah 1,25ml/hari pada BB kurang dari
suplemen Zink 20 mg dua kali dalam seminggu selama tiga bulan dapat
anak yang semula berstatus gizi stunting menjadi normal setelah pemberian
perbedaan tinggi badan dan skor Z TB/U sebelum dan sesudah pemberian
TB/U rata-rata 0,2 SD. Di sisi lain, hasil penelitian tersebut menunjukkan
perbedaan dengan hasil penelitian yang dilakukan Taneja et.al di India yang
bahwa pemberian Zink 2 kali dalam seminggu selama tiga bulan hasil analisis
4
penelitian masih sesuai dengan arah grafik pertumbuhan menurut WHO. Hal
pemberian zink lebih tampak dalam aspek pertumbuhan apabila diberikan pada
anak yang kurus dan pendek ( Dijkhuizen, 2001 dalam Indriasari, 2012).
kandungan protein sebesar 1 gram yang diberikan 2-3 bungkus perhari setara
baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Balita usia 12-36
bulan membutuhkan protein per hari sebesar 25 gram (Depkes RI, 2005 dalam
Adriani, 2012). Menurut Sundari (2016) ada hubungan yang positif antara
asupan protein dengan indeks z-score TB/U (kejadian tunting). Menurut Sari
(2016) prevalensi stunting pada kelompok asupan protein rendah, lebih besar
1,87 kali daripada kelompok asupan protein cukup. Telur merupakan contoh
Lannotti, 2017). Telur merupakan bahan makanan yang kaya akan protein
serta mudah didapat dan bisa menggantikan PMT biskuit jika program
100gram ketika direbus adalah 12,20 gram (DKBM). Nilai kandungan protein
diperbolehkan dikonsumsi oleh balita setiap hari. Hasil akhir dari pencernaan
protein berupa asam amino segera diabsorbsi dalam waktu 15 menit setelah
terapi untuk anak usia 1-3 tahun adalah 5-10mg/hari. Pada fase 3 tahun
memliki prevalensi balita stunting yang paling tinggi yaitu 39,6% yang terdiri
dari 20,4% balita sangat pendek dan 29,2% balita pendek dengan angka
kejadian 258 balita dari 651 balita yang didata, dari 258 balita jumlah balita
Desa Banyusari dengan jumlah 27 balita stunting. Oleh karena itu dari latar
Disini peneliti ingin meneliti tentang pengaruh pemberian Zink dengan dosis
diberikan dengan zat gizi protein yang terdapat dalam telur, adakah pengaruh
pemberian Zink dan telur dalam rentang waktu yang lebih pendek yaitu
Magelang?’
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang adakah pengaruh pemberian suplementasi
Zink dan telur terhadap peningkatan tinggi badan pada balita stunting
Magelang
d. Untuk menganalisa pengaruh pemberian suplementasi Zink pada
stunting usia 12-36 bulan yang diberikan Zink dengan yang diberikan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Dapat memberikan manfaat untuk pertumbuhan sel dan membentuk
Kabupaten Magelang.
2. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lingkup Keilmuan
Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu Kesehatan
Anak.
2. Lingkup Sasaran
Sasaran dari penelitian ini adalah balita stunting usia 12-36 bulan
3. Lingkup Lokasi
Penelitian dilaksanakan di Desa Kartoharjo dan Desa Banyusari wilayah
Zink dan telur terhadap peningkatan tinggi badan balita stunting di Puskesmas
Analisis:
Zink dalam peningkatan tinggi badan dan skor Z TB/U pada balita stunting,
adalah terletak pada judul, variabel dan metodologi penelitian. Pada bagian
suplementasi Zink dan terlur terhadap perubahan tinggi badan balita stunting.
Variabel pengaruh dalam penelitian ini adalah suplementasi Zink dan telur,
terdapat hubungan dengan kejadian stunting serta konsumsi telur secara dini
perubahan indeks TB/U anak stunted usia 24-36 bulan adalah terletak pada
eksperimen pretest and posttest with control group, populasi adalah seluruh
Insidens Diare dan Tumbuh Kembang Anak pada Usia 24- 33 Bulan adalah