Anda di halaman 1dari 11

CEDERA MEDULA SPINALIS

OLEH KELOMPOK 15

AINUN NAIMA MAHARANI. P

ERLINDA

RIZKY

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan ini kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang kami beri judul "Cedera Medula Spinalis

Adapun makalah ilmiah biologi tentang " Cedera Medula Spinalis ".ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang "teori Imogene king". ini dapat
diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan
saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Samata, 23 September 2019

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan

seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah L1-2 dan/atau

di bawahnya maka dapat mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensorik serta

kehilangan fungsi defekasi dan berkemih.

Trauma medula spinalis adalah trauma pada tulang belakang yang menyebabkan lesi

di medula spinalis sehingga menimbulkan gangguan neurologik. Gejala-gejala dapat

bervariasi mulai dari nyeri, paralisis sampai terjadinya inkontinensia, dan sangat

bergantung pada lokasi medula spinalis yang mengalami cedera

Trauma medulla spinalis adalah masalah kesehatan mayor yang mempengaruhi

150.000 orang di Amerika Serikat, dengan perkiraan 10.000 trauma baru yang terjadi setiap

tahun. Kejadian ini lebih dominan pada pria usia muda sekitar lebih dari 75% dari seluruh

trauma. Data dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati didapatkan

dalam 5 bulan terakhir terhitung dari Januari sampai Juni 2003 angka kejadian angka

kejadian untuk fraktur adalah berjumlah 165 orang yang di dalamnya termasuk angka

kejadian untuk trauma medulla spinalis yang berjumlah 20 orang (12,5%)(2).

Pada usia 45-an fraktur banyak terjadi pada pria di bandingkan pada wanita karena

olahraga, pekerjaan, dan kecelakaan bermotor.


B. Rumusan Masalah

1. Apa itu cedera medulla spinalis ?

2. Bagaimana anatomi medulla spinalis ?

3. Seperti apa etiologi cedera medulla spinalis ?

C. Tujuan

Memahami apa yang dimaksud cedera medulla spinallis, serta mengetahui anatomi

pada medulla spinalis dan etiologi cedera spinalis.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Cedera Spinalis

Cedera medula spinalis adalah trauma pada tulang belakang yang menyebabkan lesi

medula spinalis sehingga terjadi gangguan neurologik, tergantung letak kerusakan saraf

spinalis dan jaringan saraf yang rusak. Gejala-gejala dapat bervariasi mulai dari nyeri,

paralisis, sampai terjadinya inkontinensia. Kerusakan medula spinalis dapat dijelaskan dari

tingkat “inkomplit” dengan gejala-gejala yang tidak berefek.

Trauma medula spinalis adalah trauma langsung atau tidak langsung pada tulang

belakang yang menyebabkan lesi medula spinalis sehingga menimbulkan gangguan

neurologik, yang dapat berakibat kecacatan menetap atau kematian.1 Tergantung letak

kerusakan saraf spinalis dan jaringan saraf yang rusak, gejala-gejala dapat bervariasi mulai

dari nyeri, paralisis, sampai terjadinya inkontinensia. Kerusakan medula spinalis dapat

dijelaskan dari tingkat inkomplit dimana gejala-gejalanya tidak berefek pada pasien, sampai

kerusakan komplit dimana pasien mengalami kegagalan fungsi total. Kerusakan medula

spinalis tersering oleh penyebab traumatik, disebabkan dislokasi, rotasi, axial loading, dan

hiperfleksi atau hiperekstensi medula spinalis atau kauda ekuina. Kecelakaan kendaraan

bermotor merupakan penyebab tersering dari trauma medula spinalis, sedangkan penyebab

lainnya ialah: jatuh, kecelakaan kerja, kecelakaan olahraga, dan penetrasi oleh tikaman atau

peluru senjata api.

Disamping trauma pada vertebra dan medula spinalis serta penyakit vaskuler,

kerusakan medula spinalis juga dapat disebabkan keadaan non-traumatik seperti kanker,

infeksi, dan penyakit sendi intervertebralis. 5,6 Mekanisme tersering pada cedera medula
spinalis ialah gaya translasional tidak langsung pada vertebra seperti hiperekstensi dan fleksi-

rotasi (paling tidak stabil) mendadak yang mengakibatkan cedera medula spinalis. Cedera

juga dapat diakibatkan oleh kompresi langsung pada medula spinalis. Pada beberapa kasus,

terutama yang berusia muda (<8 tahun), dapat terjadi cedera medula spinalis tanpa kerusakan

tulang atau struktur disekitarnya.

B. Anatomi Medula Spinallis

Medulla spinalis merupakan massa jaringan saraf yang berbentuk silindris

memanjang dan menempati ⅔ atas canalis vertebra yaitu dari batas superior atlas (C1)

sampai batas atas vertebra lumbalis kedua (L2), kemudian medulla spinalis akan berlanjut

menjadi medulla oblongata. Pada waktu bayi lahir, panjang medulla spinalis setinggi ±

Lumbal ketiga (L3). Medulla spinalis dibungkus oleh duramater, arachnoid, dan piamater.

Fungsi sumsum tulang belakang adalah mengadakan komunikasi antara otak dan semua

bagian tubuh dan bergerak refleks.

Untuk terjadinya gerakan refleks dibutuhkan struktur sebagai berikut.

1. Organ sensorik : menerima impuls, misalnya kulit

2. Serabut saraf sensorik : mengantarkan impuls-impuls tersebut menuju sel-sel dalam

ganglion radix pasterior dan selanjutnya menuju substansi kelabu pada karnu

pasterior mendula spinalis.

3. Sumsum tulang belakang, dimana serabut-serabut saraf penghubung

menghantarkan impuls-impuls menuju kornu anterior medula spinalis.

4. sel saraf motorik ; dalam kornu anterior medula spinalis yang menerima dan

mengalihkan impuls tersebut melalui serabut saraf motoric.


5. Organ motorik yang melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls saraf

motoric.

6. Kerusakan pada sumsum tulang belakang khususnya apabila terputus pada daerah

torakal dan lumbal mengakibatkan (pada daerah torakal) paralisis beberapa otot

interkostal, paralisis pada otot abdomen dan otot-otot pada kedua anggota gerak

bawah, serta paralisis sfinker pada uretra dan rectum

C. Patofisiologi Cedera Medulla Spinalis


Trauma pada permukaan medula spinalis dapat memperlihatkan gejala dan tanda
yang segera ataupun dapat timbul kemudian. Trauma mekanik yang terjadi untuk pertama
kalinya sama pentingnya dengan traksi dan kompresi yang terjadi selanjutnya.
Kompresi yang terjadi secara langsung pada bagian-bagian saraf oleh fragmen-fragmen
tulang, ataupun rusaknya ligamen-ligamen pada sistem saraf pusat dan perifer.
Pembuluh darah rusak dan dapat menyebabkan iskemik. Ruptur axon dan sel
membran neuron bisa juga terjadi. Mikrohemoragik terjadi dalam beberapa menit di
substansia grisea dan meluas beberapa jam kemudian sehingga perdarahan masif dapat
terjadi dalam beberapa menit kemudian. Efek trauma terhadap tulang belakang bisa bisa
berupa fraktur-dislokasi, fraktur, dan dislokasi. Frekuensi relatif ketiga jenis tersebut
adalah 3:1:1.
Fraktur tidak mempunyai tempat predileksi, tetapi dislokasi cenderung terjadi
pada tempat-tempat antara bagian yang sangat mobil dan bagian yang terfiksasi, seperti
vertebra C1-2, C5-6 dan T11-12.

Dislokasi bisa ringan dan bersifat sementara atau berat dan menetap. Tanpa
kerusakan yang nyata pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan lesi
yang nyata di medulla spinalis.
Efek trauma yang tidak dapat langsung bersangkutan dengan fraktur dan
dislokasi, tetapi dapat menimbulkan lesi pada medulla spinalis dikenal sebagai trauma tak
langsung. Tergolong dalam trauma tak langsung ini ialah whiplash (lecutan), jatuh
terduduk atau dengan badan berdiri, atau terlempar oleh gaya eksplosi bom. Medula
spinalis dan radiks dapat rusak melalui 4 mekanisme berikut :
1. Kompresi oleh tulang, ligamentum, herniasi diskus intervertebralis dan
hematom. Yang paling berat adalah kerusakan akibat kompresi tulang dan
kompresi oleh korpus vertebra yang mengalami dislokasi tulang dan
kompresi oleh korpus vertebra yang mengalami dislokasi ke posterior dan
trauma hiperekstensi.
2. Regangan jaringan yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pada
jaringan, hal ini biasanya terjadi pada hiperfleksi. Toleransi medulla
spinalis terhadap regangan akan menurun dengan bertambahnya usia.
3. Edema medulla spinalis yang timbul segera setelah trauma menyebabkan
gangguan aliran darah kapiler dan vena.
4. Gangguan sirkulasi akibat kompresi tulang atau arteri spinalis anterior dan
posterior.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cedera medulla spinalis adalah Cedera medula spinalis adalah trauma pada tulang
belakang yang menyebabkan lesi medula spinalis sehingga terjadi gangguan
neurologik, tergantung letak kerusakan saraf spinalis dan jaringan saraf yang rusak.
Gejala-gejala dapat bervariasi mulai dari nyeri, paralisis, sampai terjadinya
inkontinensia. Kerusakan medula spinalis dapat dijelaskan dari tingkat “inkomplit”
dengan gejala-gejala yang tidak berefek pada pasien sampai tingkat “komplit” dimana
pasien mengalami kegagalan fungsi total. Cedera medula spinalis pertama kali tercatat
dalam sejarah sekitar 1700 SM pada papirus Edwin Smith.
Penyebab cedera medula spinalis tersering ialah kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh
(25%), dan cedera yang berhubungan dengan olahraga (10%); selain itu, akibat
kekerasan dan kecelakaan kerja. Cedera medula spinalis akibat trauma diperkirakan
terjadi pada 30-40 per satu juta penduduk per tahun, dan sekitar 8.000-10.000 penderita
setiap tahun; umumnya terjadi pada remaja dan dewasa muda.
Daftar Pustaka

Kelompok Studi Neurotraumatologi. PERDOSSI. Konsensus Trauma Kepala dan Medula


Spinalis. 2006.

Braken MB. Steroid For Acute Spinal Cord Injury (Cochrane Review): Cochrane Library, Issue
3, 2008.

Schreiber D. Spinal Cord Inuries, eMedicine Journal, April, 2002.

Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC; 1999.

Hurlbert RJ. Methylprednisolone for Acute Spinal Cord Injury: An Inappropriate Standard of
Care. J Neurosurg (Spine). 2000;93: 1-7

Anda mungkin juga menyukai