Anda di halaman 1dari 24

BAB VIII

DESAIN
DRAINASE PERKOTAAN

8.1 Saluran Drainase Umum


8.1.1 Drainase Terbuka
8.1.2 Drainase Tertutup
8.2 Drainase Jalan Raya
Suatu jalan direncanakan mempunyai kapasitas mengalirkan
aliran air hujan yang jatuh pada badan jalan sampai pada tempat
pembuangan sistem drainase, dimana sistem ini dapat membantu
mengurangi resiko genangan. Pada tempat-tempat tertentu pada batu
tepi dibuat lubang-lubang masuk ke saluran drainase yang tersedia di
sisi jalan, dan bila tidak dilengkapi dengan batu tepi maka air hujan
akan langsung masuk ke saluran drainase pada sisi jalan melewati
bahu jalan.
Adapun tujuan dari pembuatan suatu drainase jalan raya
diantaranya adalah seperti yang diuraikan di bawah ini :
1. Mencegah terjadinya genangan yang dapat mengganggu aktifitas
transportasi dan kondisi jalan itu sendiri.
2. Mencegah kerusakan pada perkerasan rigid dan mencegah
timbulnya gelombang pada perkerasaan fleksibel.
3. Mencegah berkurangnya kekuatan bahan-bahan penutup.
4. Menjaga kadar air tanah pada badan/pondasi jalan agar mencapai
umur rencana yang diharapkan.
5. Mengurangi perubahan volume tanah dasar.
6. Mencegah terjadinya erosi tanah.
7. Mencegah kelongsoran lereng.
8. Menambah keindahan tata kota.
Untuk mendimensi saluran drainase pada jalan raya, diambil
jalan lurus sepanjang 1 Km, lebar b meter dan kemiringan memanjang
i. Saluran dapat dibuat pada satu atau dua sisi kiri-kanan jalan yang
disesuaikan dengan perencanaan. Saluran berupa saluran terbuka
berbentuk persegi panjang atau trapesium, sedangkan pada jalan raya
dalam kota umumnya selokan ditutup dengan plat beton yang
sekaligus berfungsi sebagai trotoar. Untuk jalan masuk air hujan ke
dalam saluran dibuat lubang inlet pada tepi jalan dengan jarak antara
5-10 m. Pada keadaan tertentu, misalnya saja pada jalan raya di tepi
bukit dapat dibuat gorong-gorong melintang di bawah bahu jalan.

Gambar 8.1 Jalan Raya Dalam Kota

Gambar 8.2 Jalan Raya Luar Kota

Contoh 8.1
Jalan dengan potongan melintang seperti pada gambar di bawah ini
memiliki panjang 200 m, koefisien limpasan C1 jalan = 0,7; C2 parkir
= 0,9; C3 bahu jalan = 0,4 dan intensitas hujan rencana 190 mm/jam

Bahu jalan Jalan Areal


Parkir 200 M

2 12 2 50
a. Hitung besarnya debit limpasan jalan !
b. Hitung besarnya dimensi saluran, bila kemiringan saluran sama
dengan kemiringan jalan yaitu 0,003; saluran dengan konstruksi
pasangan batu kali dengan nilai koefisisen kekasaran n = 0,02.
Bentuk saluran segi empat dengan tinggi saluran 1,2 kali lebar
saluran !
Penyelesaian
a. Menghitung debit limpasan jalan
A1 luas area (jalan) = 12 x 200 = 2.400 m2
A2 luas area (parkir) = 50 x 200 = 10.000 m2
A3 luas area (bahu jalan) = 4 x 200 = 800 m2
Total luas = 13.200 m2
Crata-rata = (0,7 x 2.400 + 10.000 x 0,9 + 800 x 0,4)/13.200
Crata-rata = 0,83
Besar debit limpasan = 0,83 x 190/3600 x 103 x 13.200
Besar debit limpasan = 0,578 m3/detik
b. Menghitung dimensi saluran
V = 1/n (R2/3) x √S
Q =VxA
A= Q = Q
V 1/n (R2/3) x √S
= 0,578
1/0,02 x R2/3 x √0,003
= 0,578
50 x 0,0547 x R2/3
R = 1,2B x B = 0,3529 B
2,4B + B
Maka diperoleh B = 0,27 m dan H = 0,38 m

8.3 Drainase Lapangan Terbang


Tujuan dibuatnya drainase pada lapangan terbang adalah
untuk mempertahankan daya dukung tanah dengan menguranginya
masuk air, menjaga agar landasan pacu (run way) dan bahu landasan
pacu (shoulder) tidak digenangi air yang dapat membahayakan
penerbangan, dan Menjaga seluruh daerah lapangan terbang termasuk
terminal building agar tidak tergenang air.
Dalam suatu perencanaan dan perancangan drainase lapangan
terbang, perlu diperhatikan hal-hal berikut di bawah ini :
1. Saluran drainase harus berada di bawah muka tanah dan tidak
memotong landasan pacu, agar pada saat perawatan tidak
mengganggu.
2. Tanah di bawah runway, taxiway dan apron harus mempunyai
daya dukung yang cukup kuatterhadap beban pesawat terbang
yang lalu di atasnya.
3. Air dari luar wilayah landasan terbang tidak boleh membebani
sistem drainase lapangan udara. Genangan air akibat air hujan dan
tebal salju maksimum 10 cm di atas runway dan harus segera
dapat dikeringkan.
4. Kemiringan runway kecil sekali yaitu maksimum 1 % ke arah
memanjang dan 1,5 % ke arah melintang, denagn kemiringan
shoulder ke arah melintang maksimum 2,5 – 5 %.
5. Sistem drainase lapangan terbang harus baik. Tidak diperkenankan
ada selokan terbuka, kecuali selokan keliling lapangan terbang
(interception ditch) yang menampung air yang akan memasuki
lapangan terbang dari daerah sekelilingnya.
6. Saluran drainase lapangan terbang didesain dengan intensitas
hujan 1 kali dalam 5 tahun terlampaui. Yang berarti dalam waktu 5
tahun boleh terjadi banjir 1 kali atau banjir dengan periode ulang 5
tahun.

Gambar 8.3 Sistem Drainase di Kawasan Sekitar Bandara


Adapun dasar perhitungan drainase lapangan terbang terbagi
menjadi 3 bagian utama, yaitu :
1. Perhitungan debit air hujan rencana
Q = A.α.β.it(=T)
Dimana :
Q = debit air hujan yang dibuang
A = luas daerah
α = koefisien pengaliran
β = koefisien penyebaran hujan
it = curah hujan rata-rata selama T
T = waktu/lamanya pengaliran
2. Koefisien Pengaliran α
Penentuan nilai koefisien pengaliran disesuaikan dengan jenis
permukaan yang akan dilalui, dan besarnya adalah seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 8.1.
3. Koefisien Penyebaran β
Untuk koreksi pengaruh hujan yang tidak merata faktor keadaan
setempat juga mempengaruhi, misalnya untuk daerah kecil β = 1.
Nilai β untuk suatu daerah luasan tertentu belum ada, maka dapat
digunakan tabel perkiraan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8.2.

Tabel 8.1 Koefisien Pengaliran


No. Keadaan Tempat Α
1 Atap 0,75-0,95
2 Perkerasan aspal 0,80-0,95
3 Perkerasan beton 0,70-0,90
4 Perkerasan batu pecah 0,35-0,70
5 Tanah padat 0,40-0,55
6 Tanah padat dengan rumput 0,30-0,55
7 Tanah 0,15-0,40
8 Tanah dengan rumput 0,10-0,30
9 Tanah campur pasir 0,10-0,20
10 Tanah campur pasir & lumpur 0,00-0,10
11 Taman 0,05-0,25
12 Kebun 0,00-0,20
Tabel 8.2 Koefisien Penyebaran
D. (km) V. BREIN EROPA
0,1 1,000 0,95
0,2 1,000 0,93
0,3 1,000 0,91
0,4 1,000 0,90
0,5 1,000 0,89
1,0 1,000 0,84
2,0 1,000 0,68
4,0 1,000 0,65
5,0 0,995 0,60
10,0 0,960 0,50
15,0 0,955 0,39
20,0 0,920 0,29
25,0 0,875 0,21
30,0 0,820 -
50,0 0,500 -

Perlu diingat bahwa prinsip perhitungan disini, tidak semua air


hujan diperhitungkan.

8.4 Drainase Jalan Kereta Api


Jalan kereta api yang baik harus terlindung dari bahaya
genangan air dan erosi balast akibat air hujan, untuk menjaga badan
jalan agar tetap stabil sehingga mempunyai daya dukung yang cukup
kuat. Karena itu pada jalan kereta api harus dibuat konstruksi sebagai
berikut :
1. Sejajar denagn jalan kereta api dibuat saluran drainase pada kiri
dan kanan badan jalan.
2. Pada balast atau alas jalan bagian bawah diberi konstruksi drain
batu kosong melintang jalan, dengan jarak 6 meter diselang-seling
kiri dan kanan, untuk mengeringkan dengan segera air hujan yang
meresap.
3. Talud pada jalan kereta api di atas timbunan harus pula dilindungi
terhadap erosi dengan membuat konstruksi drain terbuka, batu
kosong yang dilapis ijuk untuk menjaga butir-butir tanah tidak ikut
larut terbawa air hujan. Konstruksi ini berfungsi untuk
memperkuat talud.
4. Pada arah memanjang kemiringan selokan juga harus diperhatikan,
minimal 2 % dan maksimal 10 %. Jika kemiringan lebih besar dari
10 % harus dibuat konstruksi bertangga agar air hujan tidak
menimbulkan erosi.

Gambar 8.4 Drainase Jalan Kereta Api

8.5 Drainase Lapangan Olah Raga


Sistem drainase untuk lapangan olah raga bertujuan untuk
mengeringkan lapangan agar tidak terjadi genangan air bila terjadi
hujan, karena bila timbul genangan air maka akan mengganggu dan
membahayakan pemakai lapangan. Oleh karena itu diusahakan agar
air dapat cepat meresap ke dalam tanah secara infiltrasi.
Stadion olah raga atau stadion utama umumnya digunakan
untuk kepentingan olah raga sepak bola dan atletik. Lapangan sepak
bola terletak di tengah yang juga digunakan untuk perlombaan atletik,
dikelilingi oleh jalur lari (running track). Lapangan sepak bola berupa
lapangan rumput, sedangkan jalur lari berupa tanah campuran dengan
syarat-syarat tertentu. Guna mencegah air dari luar masuk ke stadion,
maka di sekeliling stadion harus dibuat selokan terbuka di luar
stadion, sedangkan di dalam stadion pada tepi lapangan dibuat
selokan keliling untuk mendrain air hujan ke luar stadion.
Pada perencanaan sistem drainase lapangan olah raga perlu
diperhatikan hal-hal berikut di bawah ini :
1. Konstruksi sistem drainase diusahakan agar dapat mengeringkan
dengan cepat, namun tidak mengganggu pertumbuhan rumput.
2. Daerah yang akan ditangani cukup luas dan tidak memungkinkan
untuk dibuat suatu lobang masukan (inlet).
3. Daya resap tanah harus baik sehingga infiltrasi dapat berlangsung
dengan baik dan tidak terjadi genangan-genangan air.
4. Tanah tidak boleh tererosi, limpasan (run off) dan kemiringan
lapangan kecil dengan i ≤ 0,007.
5. Pada sekeliling lapangan sepak bola yang berbatasan dengan jalur
lari dibuat collector drain berupa pipa berlubang untuk
menampung air yang meresap ke dalam tanah pada daerah
tersebut.
6. Pembebanan air dari luar direduksi dengan membuat saluran di
sekeliling lapangan.
Infiltrasi tanah yang umumnya dijumpai di alam berkisar
pada kecepatan 430 s.d 860 mm/hari, sedang persentasi pori di sekitar
berkisar antara 10 s.d 50 % dengan daya resap 43 s.d 430 mm/hari.
Namun hasil penelitian di laboratorium umumnya berbeda dengan
keadaan di alam karena tanah yang tidak homogen, terdapat retak
bekas akar dan sebagainya. Selain itu daya resap air juga dipengaruhi
oleh adanya lapisan kedap air, muka air tanah yang terletak dekat
dengan muka tanah, dan keadaan tanah, diantaranya kadar pori tanah,
besar butiran dan jenis tanah.
Adapun rumus pendekatan yang digunakan dalam
perhitungan adalah sebagai berikut :

Hujan

V Vsinα
H
S I

½L
L L
t = S/Vsinα
sinα = H/S = H/(¼L2 + H2)0,5
q = I/t
I = 1/m.H.P = 1/m.(H/V).q
Dimana :
I = Volume air tanah pada bagian yang diarsir
V = Kecepatan infiltrasi
1/m = faktor koreksi, karena air yang masuk hanya dari bagian yang
diarsir dan besarnya 4/5.

Contoh 8.2
Suatu lapangan olah raga mempunyai luas 6 Ha dengan dimensi 200 x
300 m2. Mempunyai persentasi pori p = 3, kecepatan V = 650
mm/hari. Untuk mengeringkan lapangan tersebut digunakan 20 pipa
dengan kedalaman H = 1,95 m dan kemiringan i = 0,004. Hitunglah :
a. Kemampuan tanah untuk mendrain !
b. Kemampuan sistem untuk mendrain !
c. Diameter pipa yang digunakan !
Penyelesaian
a. q = 30 %.650 mm/hari = 195 mm/hari = 195/8,64 lt/det/ha
= 22,6 lt/det/ha
Q(6 Ha) = 6.22,6 = 135,6 liter/detik
Kemampuan untuk mendrain adalah 22,6 lt/det/ha
Sinα = 1,95/(1,952 + 52)0,5 = 0,36
S = 5,37 m
t = 5,37/(0,65.0,36) = 22,8 hari
I 1,95 = 4/5(1,95/0,65)195 = 468 mm
Kemampuan sistem untuk mendrain
q = 468/22,8 = 20,5 mm/hari = 20,5/8,64 = 2,37 (I/det/ha)
Q(6 Ha) = 6.2,37 = 14,24 I/det
Jumlah pipa = 20 buah
Kapasitas pengeringan tiap pipa adalah 14,24/20 = 0,71 lt/det,
i = 0,004, n = 0,1
Diameter pipa Q = V.A = 1/n x (0,004)0,5 x (0,25D)(2/3)
0,71= (1/0,1) x (0,004)0,5 x (0,25D)(2/3)
D = dapat dihitung
Penampang melintang lapangan olah raga :

- Rumput
- Lapisan
penutup
Lapangan - Pasir urug
Sepak Bola
- Pasir murni

Kerikil

Lapisan penutup : campuran antara pasir urug dan pupuk kandang


(2 s.d 4) : 1.
Pasir urug = 50 % pasir (sand), 25 % lumpur (silt), 25 % lempung
(clay).
Kerikil atas : ø 2 – 10 mm.
Kerikil bawah : ø 10 – 20 mm.

Gambar pola aliran air dan drainase di seputar lapangan :

Saluran Pengumpul

Air hujan sebagian besar meresap masuk ke saluran drainase


bawah permukaan dan sebagian ke saluran drainase permukaan
Kemiringan i = 0,007

5 - Campuran khusus

2 - Ijuk

5 - Sistel (bubuk batu bata)

ø 3 - 10
20-25 Batu koral
ø 10 - 30
Gradasi campuran khusus
Diameter 5 mm = 100 %

20-26% Diameter 4 mm = 75 %

47-52% Diameter 0,05 mm = 20 %

15-20% Diameter 0,02 mm

4-6%

Campuran khusus terdiri dari :


1. Pecahan genting halus diameter kurang dari 5 mm
2. Pasir urug
3. Kapur
Manfaat dari pecahan genting halus disini adalah untuk
memperbaiki daya resap dan membuat tanah menjadi kasat,
sedangkan fungsi dari penggunaan kapur adalah untuk
menstabilkan campuran dan mengikat lempung agar tidak menjadi
lunak karena kekurangan air namun jangan pula terlalu banyak
karena akan terlalu keras.

8.6 Drainase Monumen


Monumen yang paling dikenal di Indonesia adalah
Monumen Nasional (Monas) yang terletak di Jakarta dan
direncanakan pada tahun 1960an pada massa pemerintahan presiden
pertama Republik Indonesia Ir. Sukarno.
Sistem drainase air hujan pada monumen nasional ini
memerlukan perhitungan yang sangat teliti, mengingat air buanagan
dari silang Monas tersebut akan dialirkan ke Kali Krukut yang hanya
dapat menampung kapasitas debit air 7,7m3/det, sedangkan
diperkirakan air yang dibuang dari silang Monas mencapai ±12
m3/det, dan belum termasuk dari daerah lainnya.
Untuk analisa perhitungan keadaan hujan dan pengaliran
didasarkan atas penelitian Dr. Ir. Haspers antara tahun 1950-1953,
begitu pula dengan grafik-grafik dan daftar yang digunakan
merupakan hasil penyelidikan Dr.Ir.Haspers. Sebagai perbandingan
dipakai kriteria perencanaan dan pelaksanaan Rioolering Yogyakarta
dan Bandung. Untuk menghitung jumlah air hujan dipergunakan
lengkung intensitas hujan dari Haspers dengan mengambil 2
anggapan sebagai berikut :
Anggapan I
1. Hujan dengan durasi 5 menit dibiarkan 5x/tahun meluap.
2. Hujan dengan durasi 20 menit dibiarkan 2x/tahun meluap.
3. Hujan dengan durasi 30 menit dibiarkan 1x/tahun meluap.
4. Hujan dengan durasi 60 menit dibiarkan 1x/2 tahun meluap.
Rumus yang digunakan :
Qmaks = A x α x β x qt=T
Dimana :
Qmaks = debit pembuangan maksimum
A = luas daerah yang akan dikeringkan
α = angka aliran (limpasan)
β = angka penyebaran hujan
t = lama hujan
T = lama pengaliran
qt = intensitas hujan
T dan t disamakan dengan ‘Banjir aanxweltijd’ Haspers untuk kota.
Miring tanah rata-rata ke arah Kali Krukut I = 0,002; panjang selokan
terbesar L = 1200 m. Dari nomogram diperoleh T = 0,7 jam atau 42
menit. Untuk kota diambil T setengahnya yaitu ±25 menit, yang
berarti sama dengan kecepatan rata-rata dalam selokan sebesar 0,7
m/detik. Mengingat waktu yang dibutuhkan agar air dapat mencapai
selokan, maka dapat diambil t = T = 30 menit. Berdasarkan daftar
besar α dengan 50% impervious surface dan T = ½ jam ialah α =
0,593. Menurut nomogram dengan 0 < 1 km 2, β dapat disamakan
dengan 1. Dari grafik lengkung hujan Jakarta, denagn t = T = 30
menit diperoleh qt = T = 25 m3/det/km2 atau 250 l/det/ha.
Maka besar Qmaks = 85 x 0,593 x 1 x 250 l/det
= 12500 l/det
= 12,5 m3/det
Dari hasil ini dapat dihitung debit air yang dapat diterima selokan
yang sedang direncanakan dan telah ada sebelumnya. Jika kekuatan
mendrainasi selokan-selokan yang telah direncanakan dan
dilaksanakan dihitung dengan rumus-rumus :
Q = F x v ; v = C √RI ; R = F ; c = 100 √R
N 0,35 + √R
Maka terdapat jumlah kapasitas mendrainasi sebagai berikut :
Selokan-selokan akhir (muara) :
2 x 280 l/det = 560 l/det
2 x 392 l/det = 784 l/det
1 x 275 l/det = 275 l/det
1619 l/det
2 x 360 l/det = 720 l/det
2 x 437 l/det = 874 l/det
1 x 289 l/det = 289 l/det
1883 l/det
Jumlah : (1619 + 1883) l/det = 3502 l/det = 3,5 m3/det
Dengan demikian masih harus ada tambahan :
12,5 m3/det – 3,5 m3/det = 9 m3/det
Kesimpulan : Anggapan I terlalu mewah

Anggapan II
1. Hujan dengan durasi 10 menit dibiarkan meluap 20 x 1 tahun.
2. Hujan dengan durasi 30 menit dibiarkan meluap 10 x 1 tahun.
3. Hujan dengan durasi 60 menit dibiarkan meluap 5 x 1 tahun.
Dari grafik lengkung intensitas hujan menurut anggapan II ini
terdapat qt = T = ½ jam = 130 l/det/ha
Qmaks = 85 x 0,593 x 1 x 130 l/det = 6,5 m3/det
Dengan anggapan II ini masih harus ada penambahan selokan-selokan
dengan kapasitas 6,5 m3/det – 3,5 m3/det = 3 m3/det.
Pembuangan air hujan dari daerah silang Monas ini akhirnya harus
diterima oleh Kali Krukut yang berkapasitas 7,7 m 3/det. Jadi
anggapan II ini lebih sesuai.
Kopel Monas merencanakan membuat semacam waduk tampung,
yang berkapasitas aliran 6,5 m3/det – 3,5 m3/det = 3m3/det.
Dimensi tiap jalur waduk :
R = 3,3 ; I = 2 ‰ ; c = 84
KOKER 60 cm v = 0,69 m/det ; Q = 621 l/det

150 cm

Kekuatan 6 jalur termasuk 2 jalur untuk Parade Ground adalah 6x


0,621 m3/det = 3,726 m3/det.
Kekuatan mendrainasi tersebut dengan aman dapat menampung 3
m3/det dari perhitungan di atas.
Untuk mengalirkan air buangan dari daerah silang Monas ke Kali
Krukut ini perlu dibuatkan kokers dengan jumlah kapasitas aliran 6,5
m3/det dengan perincian 3,5 m 3/det sepanjang Jl. Budi Kemuliaan,
dan 3 m3/det ke ujung Jl. Majapahit. Guna mencapai keadaan yang
ideal yaitu anggapan I dengan kapasitas pembuangan 12,5 m 3/det,
direncanakan membuat 2 buah base channels. Base channels itu
terletak di sepanjang Jl. Merdeka Selatan dan Merdeka Barat. Jumlah
kekuatan mendrainasi 2 buah channels ini adalah 12,5 m3/det – 3,5
m3/det – 3,7 m3/det = 5,3 m3/det.
Merdeka Selatan :
150 cm R=6 V = 0,87 m/det
C = 91 Q = 2,6 m3/det
200 cm I = 1,5 ‰

Merdeka Barat :
150 cm R = 7,5 V = 0,56 m/det
C = 90 Q = 2,5 m3/det
300 cm I = 0,5 ‰

Jumlah kekuatan mengalirkan :


(2,5 + 2,6) m3/det = 5,1 m3/det
Base channels ini dapat dilaksanakan tanpa perlu menunggu
normalisasi/perbaikan Kali Krukut. Jika Kali Krukut diupgrade, maka
kekuatan mendrainasinya harus ditingkatkan menjadi Q ≥ 12,5
m3/det.

8.7 Drainase Polder


Polder adalah suatu daerah yang dikelilingi oleh tanggul
atau tanah tinggi untuk mencegah terjadinya banjir dan agar
pengaturan air didalamnya dapat dikuasai tanpa pengaruh keadaan di
luarnya. Adapun tipe-tipe polder yang ada di lapangan adalah sebagai
berikut :
1. Polder yang diperoleh dengan cara reklamasi suatu rawa, air payau
dan tanah-tanah basah.
2. Polder akibat pembendungan/penanggulan di daerah muara
sungai.
3. Polder yang diperoleh dengan cara reklamasi yaitu mengendapkan
sedimen, misalnya pada suatu daerah pantai.
4. Polder yang terbentuk akibat proses subsudence perlahan-lahan
dari muka tanah semula menjadi tanah rendah di bawah muka air
laut rata-rata.
5. Polder yang dilindungi tanggul memanjang searah sungai.

Contoh :
Situasi daerah seperti pada gambar di bawah mempunyai keadaan
tanah yang jelek (ber-rawa), mentah dan pada kedalaman 2 m terdapat
pirit (cat clay) yang bersifat asam.
Air Tinggi

Air Tinggi

Air Tinggi
Laut
Daerah tersebut akan digunakan untuk pertanian dan sebagian
pemukiman penduduk. Maka dibuat sistem polder dengan membuat
tanggul di sekelilingnya agar terisolasi dari lingkungan air yang
tinggi.
Polder dilengkapi dengan instalasi pompa untuk
mengeluarkan air dari daerah ke luar. Yang harus dipertimbangkan
adalah adanya pemberatan oleh hujan setempat, karena umumnya
kapasitas pompa kurang mencukupi. Karena itu maka daerah polder
dilengkapi dengan kolam, selokan-selokan cabang, selokan induk dan
lainnya. Air yang menggenanggi daerah tersebut didrain masuk ke
selokan-selokan cabang kemudian ke selokan induk dan ditampung
lebih dulu di kolam yang dibuat pada sisi dalam dari tanggul,
selanjutnya air dari kolam dipompa ke luar daerah polder.
Pada suatu saat dapat terjadi bahwa air di sekeliling polder
menurun, sehingga tinggi muka air di kolam lebih tinggi dari muka
air di luar. Maka sistem polder ditambah dengan konstruksi duiker
atau gorong-gorong beton yang dapat dibuka dan ditutup untuk
membantu pompa mengeluarkan air dari kolam ke luar daerah polder.
Perhitungan
1. Menyusun garis lengkung hujan (intensitas) untuk menghitung
drainase polder kota.
Dari alat pengukur hujan otomatik diambil data hujan pada waktu 5’,
10’, 15’, 20’ hingga beberapa jam sampai 1 hari atau beberapa hari.
Namun yang terpenting adalah dalam menit. Namun biasanya data-
data hujan semacam ini langka terutama yang terkumpul hingga
puluhan tahun agar dapat disusun berdasarkan metode Gumbel, yaitu
hujan-hujan yang kemungkinan besar sama atau sepadan (kala ulang)
menurut lamanya. Karena itu biasanya secara praktis lengkung dibuat
menurut cara drainase kota.
Contoh :
No 5’ 10’ 15’ 20’ 1 hari 2 hari 3 hari
1 12½ mm 23 mm 30 mm 31 mm 79 mm 87 mm 105 mm
2 14 mm 25 mm - - - - -
3 15 mm - - - 90 mm 101 mm -

Hasil ini kemudian diplot pada sebaran Gumbel


5’ X=a+bY
1 hari X = 105 + 28,4 Y
2 hari X = 113,6 + 28,3 Y
6 hari X = 166,2 + 31,5 Y

Periode ulang 2 tahun Y = 0,3665


Periode ulang 5 tahun Y = 1,4999
Didapat hujan ekstrim P (X2,X5) untuk periode ulang tertentu

2. Menentukan garis lengkung hujan drainase kota


Dari alat ukur hujan otomatik didapat grafik hubungan antara
tinggi hujan dan waktu, misalnya dari pengukuran hujan selama satu
tahun pada suatu hari tertentu terjadi hujan maksimum seperti grafik
di bawah ini :

Dari grafik di atas dapat dihitung intensitas hujan yang terjadi :


5 menit = 5mm i = 0 mm/menit
5 menit = 2 mm i = 0,4 mm/menit
4 menit = 6 mm i = 1,5 mm/menit
2 menit = 1,5 mm i = 0,75 mm/menit
3 menit = 7,5 mm i = 2,5 mm/menit
Untuk menggambarkan lengkung hujan tersebut di atas, maka
intensitas (i) diurutkan dari besar ke kecil. Kemudian gambarkan
hubungan antara tinggi hujan komulatif dan waktu komulatifnya.

No. Lama hujan Waktu Komulatif Tinggi Hujan Tinggi Hujan


(menit) (menit) (mm) Komulatif (mm)
1 3 3 7,5 7,5
2 4 7 6 13,5
3 5 12 5 18,5
4 2 14 1,5 20
5 5 19 2 22

Grafik 8.1 Lengkung Hujan


Untuk menentukan hujan dengan periode ulang tertentu, diperlukan
lengkung hujan dengan jumlah pengamatan tahunan yang sama
dengan periode ulang yang dikehendaki, yaitu untuk lengkung hujan
dengan periode ulang 5 tahun diperlukan lengkung-lengkung hujan
selama 5 tahun, demikian juga untuk lengkung hujan dengan periode
ulang lain. Dari sini diambil lengkung yang meliputinya. Grafik 8.2
berikut menunjukkan lengkung hujan dengan beberapa periode ulang
tertentu.
Grafik 8.2 Lengkung yang Meliputi Beberapa Tahun
(Periode Ulang 5 Tahun)
Untuk jangka waktu yang pendek-pendek akan didapat lengkung
yang lebih baik bila disusun dari data-data pengukur tipe Fuess.
Dicari ekstrim bulanan, dari bulanan dicari ekstrim tahunan dan dari
tahunan ini ditetapkan periode ulang.

Rumus-rumus yang digunakan

Q5’ = A x α x β x it = T
Q10’ = A x α x β x it = T
Q60’ = A x α x β x it = T
Q10jam = A x α x β x it = T

t = T = L/V

T = L/V
Tidak ada base flow (drain kota)

Contoh 8.3
A. Perhitungan dan penggambaran imbangan air selama 3 jam

3 Pompa 5 Duiker
Saluran Induk

Waduk
100 x 200 m
1000 m Saluran alam

1500 m
l = 1500 m
i = 0,0003
Dari tabel didapat T1 = 1,6 jam
Karena untuk pemukiman ambil T = ½ T1
= ½ x 1,6 = 0,8 jam
Lengkung hujan setempat yang terlampaui 5x/1 tahun, didekati
dengan lengkung curah hujan Jakarta yang terlampaui 5x tiap tahun.
Untuk T = 0,8 jam didapat dari tabel q = 13 m3/det/km2
α = 0,518
β = 0,983
A = 1,5 km2
Q0,8 jam = A x α x β x qt = T
= 1,5 x 0,518 x 0,983 x 13 = 9,93 m3/det
Untuk T = 1 jam didapat dari tabel q = 11,4 m3/det/km2
α = 0,540
β = 0,983
A = 1,5 km2
Q1 jam = A x α x β x qt = T
= 1,5 x 0,54 x 0,983 x 11,4 = 9,08 m3/det
Untuk T = 2 jam didapat dari tabel q = 6,8 m3/det/km2
α = 0,587
β = 0,985
A = 1,5 km2
Q2 jam = A x α x β x qt = T
= 1,5 x 0,587 x 0,985 x 6,8 = 5,89 m3/det

Untuk T = 2 jam 10 menit didapat dari tabel :


q = 6,5 m3/det/km2
α = 0,591
β = 0,985
A = 1,5 km2
Q2 jam 10 menit = A x α x β x qt = T
= 1,5 x 0,591 x 0,985 x 6,5 = 5,676 m3/det
Untuk T = 2 jam 20 menit didapat dari tabel :
q = 6,2 m3/det/km2
α = 0,594
β = 0,985
A = 1,5 km2
Q2 jam 20 menit = A x α x β x qt = T
= 1,5 x 0,594 x 0,985 x 6,2 = 5,441 m3/det
Untuk T = 2 jam 30 menit didapat dari tabel :
q = 5,9 m3/det/km2
α = 0,597
β = 0,985
A = 1,5 km2
Q2 jam 30 menit = A x α x β x qt = T
= 1,5 x 0,597 x 0,985 x 5,9 = 5,204 m3/det
Untuk T = 3 jam didapat dari tabel q = 5,2 m3/det/km2
α = 0,604
β = 0,985
A = 1,5 km2
Q2 jam = A x α x β x qt = T
= 1,5 x 0,604 x 0,985 x 5,2 = 4,640 m3/det

T (menit) qt α β Q (m3/det)
48 13 0,518 0,983 9,930
60 11,4 0,540 0,983 9,080
120 6,8 0,587 0,985 5,890
130 6,5 0,591 0,985 5,676
140 6,2 0,594 0,985 5,441
150 5,9 0,597 0,985 5,204
180 5,2 0,604 0,985 4,640

Perhitungan Volume V = Q x T
I = 0 + 9,93 x 4,8 x 60 = 14299,2 m3
2
II = I + 9,93+ 9,08 x 12 x 60 = 21142,8 m3
2
III = II + 9,08+ 5,89 x 60 x 60 = 48088,8 m3
2
IV = III + 5,89 + 5,676 x 10 x 60 = 51558,6 m3
2
V = IV + 5,676 + 5,441 x 10 x 60 = 54893,7 m3
2
VI = V + 5,441 + 5,204 x 10 x 60 = 58087,2 m3
2
VII = VI + 5,204 + 4,640 x 30 x 60 = 66946,8 m3
2
Kapasitas pompa untuk 1 unit (3 buah pompa)
Q1 jam = 3 x 1 x 60 x 60 = 10.800 m3
Q2 jam = 3 x 1 x 2 x 60 x 60 = 21.600 m3
Q3 jam = 3 x 1 x 3 x 60 x 60 = 32.400 m3
Pada jam 2 s.d 2.30 air luar drop sampai pada kedudukan ± 1,2 m

Cek tinggi muka air di dalam :


a. Pada T = 2 jam
h2 jam = 48088,8 – 21600 = 1,324 m
200 x 100
Jadi duiker bisa dikerjakan, pintu duiker dibuka.
Duiker :
Ø = 1,0 m
L = 15 m Dari tabel didapat QD = 0,55 m3/det (1 buah)
Δh1 = 0,124
Kapasitas 5 buah duiker selama 10 menit :
VD = 5 x 0,55 x 10 x 60 = 1650 m3
b. Pada T = 2 jam 10 menit
Kapasitas pompa = 3 x 1 x 130 x 60 = 23400 m3
h2 jam 10 menit = 51558 – 23400 - 1650 = 1,325 m
100 x 200
Duiker masih bisa dikerjakan.
Duiker :
Ø = 1,0 m
L = 15 m Dari tabel didapat QD = 0,56 m3/det (1 buah)
Δh2 = 0,125
Kapasitas 5 buah duiker selama 10 menit :
VD = 5 x 0,56 x 10 x 60 = 1680 m3
c. Pada T = 2 jam 20 menit
Kapasitas pompa = 3 x 1 x 140 x 60 = 25200 m3
h2 jam 20 menit = 54899,7 – 25200 – 1650 - 1680 = 1,318 m
100 x 200
Duiker :
Ø = 1,0 m
L = 15 m Dari tabel didapat QD = 0,54 m3/det (1 buah)
Δh3 = 0,118
Kapasitas 5 buah duiker selama 10 menit :
VD = 5 x 0,54 x 10 x 60 = 1620 m3
d. Pada T = 2 jam 30 menit
Kapasitas pompa = 3 x 1 x 150 x 60 = 27000 m3
h2 jam 30 menit = 58087,2 – 27000 - 1620 = 1,47 m
100 x 200
Kedudukan air luar semakin naik, maka pintu duiker ditutup duiker
tidak bekerja.
Imbangan air selama 3 jam
B. Perhitungan dimensi saluran
Supaya ekonomis maka saluran dibagi menjadi 3 bagian perhitungan,
yaitu :
L = 1500 m
L = 1000 m
L = 500 m
1. Saluran ruas pertama L = 1500 m dan i = 0,0003
Dari tabel didapat T1 = 1,6 jam
ambil T = ½ T1
= ½ x 1,6 = 0,8 jam
q = 13 m3/det/km2
α = 0,518
β = 0,983
A = 1,5 km2
Q0,8 = 1,5 x x 0,518 x 0,983 x 13 = 9,93 m3/det
Diambil V = 0,4 m/det
H = 1,5 m
Q = V.A = V.B.H
= 0,4.B.1,5
B = 9,93 = 16,55 m
0,4.1,5

Dimensi saluran :
Ambil B = 16,75 m
H = 1,5 m

1,50 m

16,75 m
2. Saluran ruas kedua L = 1000 m dan i = 0,0003
Dari tabel didapat T1 = 1,1 jam
ambil T = ½ T1
= ½ x 1,1 = 0,55 jam
q = 16,8 m3/det/km2
α = 0,472
β = 0,986
A = 1 km2
Q0,55 = 1 x 0,472 x 0,986 x 16,8 = 7,818 m3/det
Diambil V = 0,4 m/det
H = 1,5 m
Q = V.A = V.B.H
7,818 = 0,4.B.1,5
B = 7,818 = 13,03 m
0,4.1,5
Dimensi saluran :
Ambil B = 13,10 m
H = 1,5 m

1,50 m

13,10 m
3. Saluran ruas ketiga L = 500 m dan i = 0,0003
Dari tabel didapat T1 = 0,65 jam
ambil T = ½ T1
= ½ x 0,65 = 0,325 jam = 19,5 menit
q = 22,5 m3/det/km2
α = 0,385
β = 0,984
A = 0,5 km2
Q0,65 = 0,5 x 0,385 x 0,984 x 22,5 = 4,262 m3/det
Diambil V = 0,4 m/det
H = 1,5 m
Q = V.A = V.B.H
= 0,4.B.1,5
B = 4,262 = 7,1 m
0,4.1,5
Dimensi saluran :
Ambil B = 7,10 m
H = 1,5 m
1,50 m

7,10 m

Anda mungkin juga menyukai