Anda di halaman 1dari 21

TUGAS GEOMETRIK JALAN

PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Oleh Kelompok 2
Nama Kelompok :
I Made Wisakananda Pradipta (1204105051)
I Putu Bayu Adiyasa AS (1204105052)
A.A. Gede Surya Lesmana (1204105053)
Ni Putu Ratih Theresena (1204105054)

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
BAB II
PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

2.1 PENGERTIAN
Perencanaan geometrik adalah bagian dari perencanaan jalan dimana
geometrik atau dimensi nyata jalan beserta bagian-bagiannya disesuaikan dengan
tuntutan serta sifat-sifat lalu lintas. Melalui perencanaan geometrik ini perencana
berusaha menciptakan sesuatu hubungan yang baik antara waktu dan ruang
sehubungan dengan kendaraan yang bersangkutan, sehingga dapat menghasilkan
efisiensi keamanan serta kenyamanan yang paling optimal dalam pertimbangan
ekonomi yang paling layak.Perencanaan geometrik pada umumnya menyangkut
aspek perencanaan jalan seperti lebar, tikungan, landai, jarak pandang dan juga
kombinasi dari bagian-bagian tersebut. Perencanaan geometrik ini berhubungan erat
dengan arus lalu lintas, sedangkan perencanaan konstruksi jalan lebih bersangkut
paut dengan beban lalu lintas tersebut.
Dilihat dari sudut tahapan pembangunan, perencanaan geometrik
merupakan fase lanjutan dari over all plan yang selanjutnya diikuti oleh fase
pembangunan. Sedangkan tujuan akhirnya adalah menyediakan jalan standar
tertinggi dan sesuai dengan fungsinya.

2.2 KENDARAAN RENCANA


Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi (termasuk radius putarnya)
dipilih sebagai acuan dalam perencanaan geometrik jalan raya. Pengelompokan jenis
kendaraan rencana yang relevan dengan penggunaannya, dibedakan menurut
sumber & implementasinya sebagai berikut:
a. Geometrik Jalan Antar Kota
Pengelompokan kendaraan rencana untuk perencanaan geometrik jalan
antar kota adalah sebagai berikut:
 Kendaraan kecil : mobil penumpang
 Kendaraan sedang : truk 2 as tandem, bus 2 as
 Kendaraan besar : truk semi trailer
Dimensi masing-masing jenis kendaraan rencana tersebut, dijelaskan pada tabel 1.1.

Kategori Dimensi Kendaraan (cm) Tonjolan Radius Putar Radius


Kendaraan (cm) (cm) Tonjolan
Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Maks. Min.
Rencana (cm)
Kecil 130 210 580 90 150 420 730 780
Sedang 410 260 1210 210 240 740 1280 1410
Besar 410 260 2100 120 90 290 1400 1370
Tabel 1.1 Dimensi Kendaraan Rencana Untuk Jalan Antar Kota
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997
b. Geometrik Jalan Perkotaan
Pengelompokan kendaraan rencana untuk perencanaan geometrik jalan
perkotaan adalah sebagai berikut:
 Kendaraan kecil : mobil penumpang
 Kendaraan sedang : unit tunggal truk/bus
 Kendaraan besar : truk semi trailer
Dimensi masing-masing jenis kendaraan rencana tersebut, dijelaskan pada table 1.2.
Tabel 2.1 Dimensi Kendaraan Rencana Untuk Jalan Perkotaan (meter)
RADIUS PUTAR MIN
TINGGI

JARAK GANDAR
DEPAN TERGANTUNG

BELAKANG TERGANTUNG
PANJANG TOTAL

LEBAR TOTAL

JENIS
KENDARAAN

Kendaraan 4.7 1.7 2.0 0.8 2.7 1.2 6


penumpang
Truk/Bus 12.0 2.5 4.5 1.5 6.5 4.0 12
tanpa
gandengam
Kombinasi 16.5 2.5 4.0 1.3 4.0 2.2 1.2
(depan)
9.0
(belakang)
Sumber : Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan (1992)
c. Pengelompokan Jenis Kendaraan Menurut Karakteristik Kendaraan
Berdasar jenis kendaraan yang dilayani jalan raya, Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 1993 mengelompokan jenis kendaraan dengan sistem kelas
kendaraan sebagai berikut:
 Kendaraan kelas I, yaitu kendaraan berukuran lebar ≤ 2.50 meter, panjang
≤ 18 meter dan muatan sumbu terberat (MST) > 10 ton.
 Kendaraan kelas II, yaitu kendaraan berukuran lebar ≤ 2.50 meter,
panjang ≤ 18 meter dan muatan sumbu terberat (MST) ≤ 10 ton.
 Kendaraan kelas IIIA, yaitu kendaraan berukuran lebar ≤ 2.50 meter,
panjang ≤ 18 meter dan muatan sumbu terberat (MST) ≤ 8 ton.
 Kendaraan kelas IIIB, yaitu kendaraan berukuran lebar ≤ 2.50 meter,
panjang ≤ 12 meter dan muatan sumbu terberat (MST) ≤ 8 ton.
 Kendaraan kelas IIIC, yaitu kendaraan berukuran lebar ≤ 2.10 meter,
panjang ≤ 9 meter dan muatan sumbu terberat (MST) ≤ 8 ton.

d. Pengelompokan Jenis Kendaraan Menurut Indonesian Highway Capacity


Manual (IHCM) 1997,
Berkaitan dengan tingkat pelayanan jalan (ruas jalan, simpang dan
bundaran), IHCM 1997 mengelompokan jenis kendaraan sebagai berikut:
 Kendaraan ringan (light vehicle : LV)
 Kendaraan berat (heavy vehicle : HV)
 Sepeda motor (motor cycle : MC)

2.3 KECEPATAN
Kecepatan adalah besaran yang menunjukan jarak yang ditempuh kendaraan
dibagi waktu tempuh .Biasanya dinyatakan dalam km/jam. Kecepatan ini
menggambarkan nilai gerak dari kendaraan . Perencanaan jalan yang baik tentu saja
haruslah berdasarkan kecepatan yang dipilih dari keyakinan bahwa kecepatan
tersebut sesuai dengan kondisi dan fungsi jalan yang diharapkan.

2.4 MACAM MACAM KECEPATAN


Berbagai macam jenis kecepatan yaitu :
a) Kecepatan bintik (Spot Speed) adalah kecepatan sesaat kendaraan pada
titik/lokasi jalan
b) Kecepatan rata-rata ruang (Space Mean Speed) adalah kecepatan rata-rata
kendaraan disepanjang jalan yang diamati
3.6nd
Us = i

åt i
n=1
dengan :
Us = kecepatan rata – rata ruang (km/jam)
t = waktu perjalanan (detik)
d = jarak (meter)
n = banyaknya kendaraan yang diamati
c) Kecepatan rata-rata waktu (Time Mean Speed) adalah kecepatan rata-rata
yang menggambarkan kecepatan rata-rata dari seluruh kendaraan yang melewati
satu titik pengamatan pada waktu tertentu
i

åU i

Ut = n=1
n

dengan :
Ut = kecepatan rata – rata waktu (km/jam)
U = kecepatan kendaraan (km/jam)
n = jumlah kendaraan
d) Kecepatan rata-rata perjalanan (Average Travel Speed) dan kecepatan jalan.
Waktu perjalanan adalah total waktu tempuh kendaraan untuk suatu segmen
jalan yang ditentukan. Waktu jalan adalah total waktu ketika kendaraan dalam
keadaan bergerak (berjalan) untuk menempuh suatu segmen jalan tertentu.
50 percentile speed adalah kecepatan dimana 50% kendaraan berjalan lebih
cepat dan 50% kendaraan berjalan lebih lambat. 85 percentile speed adalah
kecepatan kritis kendaraan dimana kendaraan yang melewati batas ini dianggap
berada di luar batas aman. 15 percentile speed adalah batas kecepatan minimum
suatu kendaraan dimana kendaraan yang berjalan dengan kecepatan lebih
rendah dari ini cenderung menjadi hambatan pada arus lalu lintas dan dapat
menyebabkan kecelakaan.

2.5 KECEPATAN RENCANA


Kecepatan rencana adalah kecepatan maksimum yang diizinkan di sepanjang
bagian tertentu pada jalan raya tersebut, jika kondisi yang beragam tersebut
menguntungkan dan terjaga oleh keistimewaan perencanaan jalan, dalam arti tidak
menimbulkan bahaya, inilah yang digunakan untuk perencanaan geometrik. Suatu
kecepatan rencana haruslah sesuai dengan tipe jalan dan sifat lapangan. Kecepatan
rencana merupakan faktor utama untuk menentukan elemen-elemen geometrik
jalan raya.
Dipandang dari segi mengemudi, kecepatan rencana dinyatakan sebagai
kecepatan yang memungkinkan seorang pengemudi berketrampilan sedang dapat
mengemudi dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca cerah, lalu lintas lengang
tanpa pengaruh lain yang serius.

2.4.1 KECEPATAN RENCANA LALU LINTAS


Kecepatan yang digunakan oleh pengemudi tergantung dari :
 Pengemudi dan kendaraan yang bersangkutan
 Sifat fisik jalan
 Cuaca
 Adanya gangguan dari kendaraan lain.
Kecepatan rencana adalah kecepatan untuk menentukan elemen-elemen
geometrik jalan raya, seperti jari–jari lengkung, super elevasi dan jarak pandang
langsung yang bersangkutan dengannya. Penampang seperti lebar jalan atau
jumlah jalur mempengaruhi kecepatan. Oleh karena itu penampang dan
kecepatan rencana harus direncanakan secara bersama. Dipandang dari segi
pengemudi, kecepatan rencana dinyatakan sebagai kecepatan yang
memungkinkan seorang pengemudi untuk mengemudikan kendaraan dengan
aman dan nyaman dalam kondisi keadaan cerah, lalu lintas lengang dan tanpa
pengaruh lain yang serius.
KELAS 1 1 dan 2 3 3 dan 4 4 dan 5 5
KECEPATAN 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Dipandang dari kondisi lingkungan pada umumnya peran jalan raya dan
karakteristik fisik kendaraan yang menggunakan jalan raya, kecepatan rencana
maksimum 80 km/jam adalah layak bagi jalan raya tanpa pengawasan jalan
masuk. Kecepatan rencana minimum 30km/jam merupakan volume lalu lintas
rencana rendah. Kecepatan rencana 80–30 km/jam cocok untuk jalan kelas 1–5,
untuk kondisi kelas 5 cocok untuk lalu lintas yang cukup rendah dan kondisi
medan curam.

2.6 VOLUME LALU LINTAS


Sebagai pengukur jumlah dari arus lalu lintas digunakan “Volume” Volume
lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan melintasi satu titik pengamatan dalam
satuan waktu (hari,jam,menit)
Volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar perkerasan jalan yang lebih
lebar,sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan. Sebaliknya jalan yang terlalu
lebar untuk volume lalu lintas rendah cenderung membahayakan, karena
pengemudi cenderung mengemudikan kendaraannya pada kecepatan yang lebih
tinggi sedangkan kondisi jalan belum tentu memungkinkan. Dan disamping itu
mengakibatkan peningkatan biaya pembangunan jalan yang jelas tidak pada
tempatnya.
Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan dengan
penentuan jumlah dan lebar lajuar adalah :
1. Lalu lintas Harian Rata – Rata
2. Volume Jam Perencanaan
3. Kapasitas
1. Lalu lintas harian rata – rata
Lalu lintas harian rata –rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satu
hari. Dari cara memperoleh data tersebut dikenal 2 jenis Lalu lintas Harian Rata-
rata Tahunan (LHRT) dan Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR).
LHRT adalah jumlah llalu lintas kendarann rata-rata yang melewati satu jalur jalan
selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun penuh.
LHRT= Jumlah lalu lintas dalam 1 tahun
365
LHRT dinyatakan dalam SMP/hari/2 arah,atau kendaraan /hari/2 arah umtuk 2
jalur 2 arah, SMP/hari/1 arah atau kendaraan/hari/1 arah untuk jalan berlajur
banyak dengan median.

2. Lalu lintas harian rata-rata (LHR)


Untuk dapat menghitung LHRT haruslah tersedia data jumlah kendaraan yang
terus menerus selama 1 tahun penuh. Mengingat akan biaya yang diperlukan
dan membandingkan dengan ketelitian nyang dicapai serta tahk semua tempat
di Indonesia mempunyai data volume lalu lintas selama 1 tahun, maka
untuk kondisi tersebut dapat pula dipergunakan satuan “Lalu lintas Harian Rata-
rata “ (LHR)
LHR adalah hasil bagi jumlah kendaran yang diperoleh

LHR = jumlah lalu lintas selama pengamatan


Lamanya Pengamatan
Data LHR ini cukup teliti jika:
1. Pengamatan dilakukan pada interval interval waktu yang cukup
menggambarkan flukyuasi arus lalu lintas selama 1 tahun
2. Hasil LHR yang dipergunakan adalah harga rata-rata dari perhitungan LHR
beberapa kali.
LHR atau LHRT untuk perencanaan jalan baru diperoleh dari analisa dat
yang diperoleh dari survey asal dan tujuan serta vilume lalu lintas
disekitar jalan tersebut.

3. Volume jam perencanaan (VJP)


LHR dan LHRT adalah volume lalu lintas dalam satu hari,merupakan
volume harian ,sehingga nilai LHR dan LHRT itu tak dapat memberikan
gambaran perubahan – perubahan yang terjadi pada berbagai jam dalam
hari ,yang nilainya dapat bervariasi antara 0-100 % LHR.Oleh karena itsu tak
dapat langsung dipergunakan dalm perencanaan geometric.
Arus lalu lintas bervariasi dari jam ke jam berikutnya dalam satu hari ,maka
sangat cocoklah jika volume lalu lintas dalam 1 jam dipergunakan untuk
perencanaan dinamakan “Volume Jam Perencanaan (VJP)”
Vo;ume 1 jam yang dapat dipergunakan sebagai VJP haruslah sedemikian
rupa sehingga:
1. Volume tersebut tidak boleh terlalu sering terdapat pada distribusi arus
lalul lintas setiap jam untuk periode satu tahun.
2. Apabila terdapat volume arus lalu lintas per jam yang melebihi jam
perencanaan, maka kelebihan tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang
terlalu besar.
3. Volume tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang sangat besar,
sehingga akan mengakibatkan jalan akan menjadi lenggang dan biayanya
pun mahal.

2.7 TINGKAT PELAYANAN JALAN


Lebar dan jumlah lajur yang dibutuhkan tidak dapat direncanakan dengan baik
walaupun VJP/LHR telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh karena tingkat
kenyaman dan keamanan yang akan diberikan oleh jalan rencana belum ditentukan .
Lebar lajur yang dibutuhkan akan lebih lebar jika pelayanan dari jalan yang
diharapkan lebih tinggi.Kebebasan bergerak yang dirasakan oleh pengemudi akan
lebih baik pada jalan –jalan dengan kebebasan samping yang memadai, tetapi hal
tersebut tentu saja menutut daerah manfaat jalan yang lebih lebar pula.
Lebar suatu keadaan volume lalu lintas yang rendah ,pengemudi akan merasa
lebih nyaman mengendarai kendaraan dibandingkan jika dia berada pada daerah
tersebut dengan volume lalu lintas yang lebih besar. kenyamanan akan berkurang
sebanding dengan bertambahnya volume lalu lintas .dengan perkataan lain rasa
nyaman dan volume arus lalu lintas tersebut berbanding terbalik. Tetapi kenyamanan
dari kondisi arus lalu lintas yang ada tak cukup hanya digambarkan dengan volume
lalu lintas tanpa disertai data kapasitas jalan ,dan kecepatan pada jalan tersebut.
Sebagai contoh I, jalan dengan kapasitas jalan 2000 kendaraan / jam mempunyai
volume 1000 kendaraan /jam .Pengemudi akan mearasakn lebih nyaman
mengendarai kendaraan pada jalan pertama dibandingkan dengan jalan kedua .Atau,
tingkat pelayanan jalan pertama lebih baik dari jalan kedua.
Jika V/C jalan I = 1000/2000 = 0,5
V/C jalan II = 1000/1500 = 0,67
V/C jalan I < V/C j alan II
Berarti tingkat pelayanan jalan I lebih baik dari jalan II.

Highway Capasity Manual membagi tingkat kenyamanan/pelayanan jalan atas 6


keadaan sbb:
Tingkat pelayanan (tergantung – arus)

1. Tinkat pelayanan A dengan ciri-ciri:


 Arus lalu luintas bebas tanpa hambatan
 Volume dan kepadatan lalu lintas rendah
 kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi

2. Tingkat pelayanan B
 Arus lalu lontas stabil
 Kecepatan mulai dipengaruhi oleah keadaan lalu lintas, tatapi tetap dapat
dipilih sesuai kehendak pengemudi

3. Tingkat pelayanan C
 Arus lalu lintas masih stabil
 Kecepatan perjalanan dan kebebasan bergerak sudah dipengaruhi oleh
beasarnya volume lalu lintas sehingga pengemudi tidak dapat lagi memilih
kecepatan yang diinginkannya.

4. Tingkat pelayanan D,
Arus lalu lintas sudah mulai tidak stabil
Perubahan volume lalu lintas sangat mempengaruhi besarnya kecepatan
perjalanan.

5. Tingkat pelayanan E,
 Arus lalu lintas sudah tidak stabil
 Volume kirs-kira sama dengan kapasitas
 Sering terjadi kemacetan

6. Tingkat pelayanan F,
 Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah
 Sering kali terjadii kemacetan
 lalu lintas rendah.
Batasan –batasan nilai dari setiap tingkat pelayanan jalan dipengaruhi oleh fungsi
jalan dan dimana jalan tersebut berada . Jalan Tol yang berada diluar kota tentu saja
dikehendaki dapat melayani kendaraan dengan keacepatan tinggi dan memberikan
ruang bebas bergerak selama umur rencana jalan terswbut.Jalan kolrktor sekunder
yang berada di dalam kota dapat saja direncanakan untuk tingkat pelayanan E pada
akhir umur rencana dan dengan kecepatan yang lebih rendah daripada jalan antar
kota.
Gambar 2.7.1 Tingkat Pelayanan

2.8 JARAK PANDANGAN


Keamanan dan kenyamanan pengemudi kendaraan untuk dapat melihat
dengan jelas dan menyadari situasinya pada saat mengemudi, sangat tergantung
pada jarak yang dapat dilihat dari tempat kedudukannya.Panajang jalan didepan
kendaraan yang masih dapat dilhat dengan jelas diukur dari titik kedudukan
pengemudi,disebut Jarak pandangan.
Jarak padangan berguna untuk :
1. Menghindari terjadinya tabrakan yang dapat membahayakan kendaraan dan
manusia akibat adanya benda yamg berukuran yang sangat besar ,kendaraan yang
sedang berhenti ,pejalan kakai,atau hewan-hewan pada lajur jalannya .
2. Memberi kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain yang bergerak
dengan kecepatan lebih rendah denagn mempergunakan lajur sebelahnya.
3. Menambah efisiensi jalan tersebut, sehingga volume pelayanan dapat dicapai
maksimal.
4. Sebagai pedoman bagi pengatur lalu lintas dalam menempatkan rambu
rambu lalu lintas yang diperlukan pada setiap segmen jalan
Dilihat dari kegunaannya jarak pandangan dapat dibedakan atas:
1. Jarak pandangan henti : jarak pandangan yang dibutuhkan untuk
menghentikan kendaraannya.
2. Jarak pandangan menyiap : jarak pandangan yang dibutuhkan untuk dapat
menyiap kendaraan lain yang berada pada lajur jalannya dengan menggunakan
lajur untuk arah yanh berlawanan.

2.8.1 JARAK PANDANG HENTI


Jarak pandangan henti adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk dapat
menghentikan kendaraannya, Guna memberikan keamanan pada pengemudi
kendaraan , maka pada setiap panjang jalan haruslah dipenuhi paling sedikit jarak
pandangan sepanjang jarak pandangan henti meinimum.
Jarak pandangan henti minimum adalah jarak pengemudi untuk
menhentikan kendaraan yang bergerak setelah melihat adanya rintangan pada lajur
jalannya .Rintangan itu dilihata dari tempat duduk pengemudi dan setelah menyadari
adanya rintangan ,pengemudi mengambil keputusan untuk berhenti.
Jarak pandangan henti minimum merupakan jarak yang ditempuh pengemudi
selama menyadari adanya rintangan sampai menginjak rem, ditambah jarak untuk
mengerem.Waktu yang dibutuhkan untuk pengemudi dari saat dia menyadari adanya
rintanagan dampai dia mengambil keputusan disebut waktu PIEV (Perception-
Identification-Emotion-Volition). Jadi waktu PIEV adalah waktu yang dibutuhakan
untuk proses deteksi. Pengenalan dan pengambilan keputusan. Besarnya waktu ini
dipengaruhi oleh kondisi jalan, mental pengemudi,kebiasaan, keadaan
cuaca,penerangan,dan kondisi fisik pengemudi, Untuk perencanaan AASHTO 1990
mengambil wktu PIEV sebesar 1,5 detik.
Setelah pengemudi mengambil keputusan untuk menginjak rem, maka
pengemudi membutuhkan waktu sampai dai menginjak pedal rem.Rata rata
pengemudi membutuhkan waktu 0,5 sampai 1 detik. Sehingga total waktu yang
dibutuhkan daria saat dia melihat rintangan sampai menginjak pedal rem,disebut
sebagai waktu reaksi adalah 2,5 detik.
Gambar 2.8.1.1 Jarak Pandang Henti

Besarnya jarak PIEV dapat ditentukan dengan rumus:


dp = 0,278vt

dengan:
dp = jarak PIEV (meter)
V = kecepatan rencana (km/jam)
t = waktu PIEV (detik)
Dalam penentuan jarak mengerem, gesekan antara rem dan tromolnya atau gaya
mekanisme rem dianggap cukup besar. Untuk daerah datar, jarak mengerem dapat
ditentukan dengan rumus :
v2
dr =
254 fn

dengan :
dr = jarak mengerem (meter)
V = kecepatan awal (km/jam)
fn = koefisien gesekan normal antara ban dengan permukaan gesekan
Untuk daerah-daerah dengan kelandaian tertentu digunakan rumus :
v2
dr =
254( fn   )

dimana :
l = besarnya landai jalan, tanda (-) untuk penurunan, sedangkan tanda (+)
untuk pendakian
Jadi rumus untuk jarak pandang henti adalah :
D = dp  dr

Gabungan dari rumus di atas adalah :


2
 v   v 
D= t    / 2 gf
 3,6   3,6 

Dimana :
D = jarak pandang henti minimum (m)
V = kecepatan rencana
t = waktu tanggap (detik) = 2,5 detik
g = percepatan grafitasi = 9,81 m / detik2
f = koefisien gesekan membujur = 0,3 – 0,4
Jarak pandang henti juga merupakan hal yang menonjol untuk keamanan dan
kenyamanan pengemudi. Meskipun sebaiknya panjangnya diambil lebih besar, jarak
pandang di setiap titik sepanjang jalan raya sekurang–kurangnya harus memenuhi
jarak yang diperlukan oleh rata–rata pengemudi atau kendaraan untuk berhenti.
Jarak pandangan henti minimum untuk kecepatan tertentu dapat dilihat pada
tabel berikut :

Kecepatan Rencana (km/jam) 80 60 50 40 30 20


Jarak Pandang Henti Minimum (m) 120 75 55 40 25 15
2.8 JARAK PANDANGAN MENYIAP
Jarak pandang menyiap adalah panjang bagian suatu jalan yang diperlukan oleh
pengemudi suatu kendaraan untuk melakukan gerakan menyiap kendaraan lain yang
lebih lambat dan aman. Faktor – faktor yang mempengaruhi :
- Kecepatan kendaraan yang bersangkutan
 Kebebasan
 Reaksi
 Kecepatan pengemudi
 Besar kecepatan maksimum kendaraan
JARAK PANDANGAN MENYIAP untuk jalan 2 lajur 2 arah
Pada umumnya untuk jalan 2 lajur 2 arah kendaraan dengan kecepatan tinggi
sering mendahului kendaraan lain dengan kecepatan yang lebih rendah sehingga
pengemudi tetap dapat mempertahankan kecepatan sesuai dengan yang
diinginkannya. Gerakan menyiap dilakukan dengan mengambil lajur jalan yang
diperuntukan untuk kendaraan dari arah yang berlawanan .jarak yang dibutuhkan
pengemudi sehingga dapat melakukan gerakan menyiap dengan aman dan dapat
melihat kendaraan dari arah depan dengan bebas dinamakan jarak pandangan
menyiap.
Jarak pandangan menyiap standar dihitung berdasarkan atas panjang jalan
yang diperlukan untuk dapat melakukan gerakan menyiap suatu kenaraan dengan
sempurna dan aman berdasarkan asumsi yang diambil. Apabila dalam suatu
kesempatan dapat menyiap dua kendaraan sekaligus ,tidaklah merupakan dasar
dari peencanaan suatu jarak pandangan menyiap total.

Jarak menyiap pandangan menyiap standar pada jalan dua lajur 2 arah
dihitung berdasarkan beberapa asumsi terhadap sifat arus lalu lintas Yaitu:
1. Kendaraan yang akan disiap harus mempunyai kecepatan yang tetap.
2. Sebelum melakukan gerakan menyiap, kendaraan harus mengurangi
kecepatannya dan mengikuti kendaraan yang akan disiap dengan kecepatan
yang sama.
3. Apabila kendaraan sudah berada pada lajur untuk menyiap, maka pengemudi
harus mempunyai waktu untuk menentukan apakah gerakan menyiap dapat
diteruskan atau tidak.
4. Kecepatan kendaraan yang menyiap perbedaan sekitar 15 km/jam dengan
kecepatan kendaraan yang disiap pada waktu melakukan gerakan menyiap.
5. Pada saat kendaraan yang menyiap telah berada kembali pada lajur jalannya,
maka harus tersedia cukup jarak dengan kendaraan yang bergerak dari arah
yang berlawanan.
6. kendaraan yang bergerak dari arah yang berlawanan mempunyai kecepatan
yang sama dengan kendaraan yang menyiap.

Gbr. Proses gerakan menyiap pada jalan 2 lajur 2 arah


TAHAP PERTAMA
d1 1/3 d2

TAHAP KEDUA

d1 1/3d2 2/3d2 d3 d4

d2

d
Besar atau panjangnya jarak pandang menyiap dapat dihitung berdasarkan
rumus berikut :
D = d1  d 2  d 3  d 4
Dimana :
D = jarak pandang menyiap (m)
d1 = jarak pandang PIEV (Percepatan, Intellection, Emotion, Volition ) =
0,278 t1 (V - m + (at1/2))
d2 = jarak yang ditempuh dalam penyiapan = 0,276 V t2
d3 = jarak bebas = (30 – 100)m
d4 = jarak yang ditempuh dari arah lawan = 2/3 d2
Catatan :
V = kecepatan rata–rata kendaraan menyiap
t1 = waktu PIEV
m = perbedaan kecepatan kendaraan yang disiap dan menyiap = 15 km/
jam
t2 = waktu kendaraan menyiap berjalan dijalan kanan
Jarak pandangan menyiap secara umum dibagi 2 :
 Jarak menyiap total : D = d1 + d2 + d3 + d4
 Jarak menyiap minimum : Dm = d2 + d3 + d4
Pembagian jarak pandang menyiap di atas secara tabelaris dilihat sebagai
berikut :
Kecepatan Rencana (km/jam) 80 60 50 40 30 20
Jarak pandang menyiap 550 350 250 150 150 100
Jarak pandang minimum yang 350 250 200 150 100 70
diperlukan

DISKUSI

Pertanyaan 1
Nama : Tusan
Nim : 1204105086
 Misal ada masalah jalan penghubung antar kota sempit dan sekitarnya
pemukiman penduduk, bagaimana solusinya?
Jawaban :
 Jalan harus diperlebar dengan menggunakan lahan dari rumah mas.
Dilakukan pembebasan lahan.
Dosen :
 Harus buat jalan baru, memakai system satu arah dengan jalan terdekat
agar kelancaran bisa dipertahankan.

Pertanyaan 2
Nama : Gunggus Kresna
Nim : 1204105067
 Batas kecepatan tiap jalan siapa yang menentukan?
Jawaban :
 Perencana jalan menentukan dengan tipe jalan serta polisi
Dosen :
 Dishub berhak menentukan batas-batas kecepatan. Sedangkan di tol,
pemilik tol yang memberi batas untuk keselamatan pengguna jalan tol.

Pertanyaan 3
Nama : Agus Putra
Nim : 1204105050
 Bagaimana cara menyesuaikan kecepatan rencana dengan tipe jalan?
 Kenapa jarak pandang menyiap digunakan pada jalan 2 arah tanpa
median?
Jawaban :
 Tergantung dengan tipe jalannya seperti apa yang akan dibuat baru
menyesuaikan kecepatan rencana.
 Karena jarak pandang menyiap standar pada 2 lajur 2 arah dihitung
berdasarkan beberapa asumsi terhadap sifat arus lalu lintasnya. Dimana
pada umumnya untuk jalan 2 lajur 2 arah kendaraan dengan kecepatan
tinggi sering mendahului kendaraan lain dengan kecepatan rendah
sehingga pengemudi tetap dapat mempertahankan kecepatan sesuai
dengan yang diinginkannya.
Dosen :
 Menentukan kecepatan jalan yang ditentukan oleh tipe jalan, apakah datar
atau berbukit. Dalam merencanakan suatu jalan, harus direncanakan
sepenuhnya

Pertanyaan 4
Nama : Sumekar
Nim : 1204105083
 Apa yang dimaksud radius putar?
 Apakah sepeda motor tidak termasuk kendaraan rencana?
Jawaban :
 Radius putar adalah jarak dari titik tengah/sumbu kendaraan terhadap titik
terjauhnya ketika kendaraan berbelok.
Dosen :
 Kenapa jalan dibuat sesuai ketentuan karena untuk menentukan lajur
jalan.
Panjang kendaraan untuk menentukan tempat parker.
Tinggi kendaraan untuk mengukur ketinggian maksimum underpass, dan
plang jalan.
Contoh yang baik untuk radius putar itu seperti U turn di underpass.

Pertanyaan 5
Nama :
Nim : 1204105095
 Berapa perencanaan jalan yang baik ? apa kriteria/faktor yang dipakai agar
nanti dalam perencanaan berjalan stabil.
Jawaban :
 Menurut kami dengan perbandingan 0,5 jalan sudah berjalan dengan baik.
Dosen :
 Perbandingan batasnya 0,7 lebih sedikit saja akan menimbulkan
kemacetan.

DAFTAR PUSTAKA

Sukiman, Silvia. 1999.Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung: NOVA.

Anda mungkin juga menyukai