Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN ANAK 2

DI SUSUN OLEH :

KEPERAWATAN B

KELOMPOK 3

1. AINUN NAIMA MAHARANI. P 70300117070


2. RIZKY 70300117073
3. ERLINDA 70300117075

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang senantiasa
memberikan ilmu serta limpahan nikmat,rahmat, dan hidayahnya sehingga makalah
“Penyakit Kronis” ini bisa terselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad saw, keluarga, para sahabat dan
penegak risalahnya, semoga kita tetap menjadi umatnya sampai akhir masa.
Dalam penyusunan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan
bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan
kekeliruan dalam penulisan paper ini. maka kami berharap adanya masukan dari
berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Samata, 1 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATAPENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi ....................................................................................................
B. Etiologi ......................................................................................................
C. Manifestasi Klinis ......................................................................................
D. Komplikasi ................................................................................................
E. Pemeriksaan Diagnostik ...........................................................................
F. Penatalaksanaan .....................................................................................
G. Pengkajian ................................................................................................
H. Diagnosa keperawatan..............................................................................
I. Rencana keperawatan .............................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan
haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit
yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika
seldarah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan
mengganggupembelahan sel darah normal.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus / tahun dengan angka kematian
mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent
Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120
anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh
leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di
AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin,
1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita
leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal
dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).

B. TUJUAN PENULISAN
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang asuhan keperawatan Leukemia. Manfaat lain dari penulisan
makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak.
.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. DEFENISI
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah
putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan
diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik
pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal
akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan
menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses
neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk
hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut
dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang
berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih
sirkulasinya meninggi.

B. ETIOLOGI
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan
risiko timbulnya penyakit leukemia.
1. Host
a. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA
merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan
puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39
tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK
merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden
leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden
yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan
dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang
9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang
dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak.
Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi
pada anak-anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4
tahun.Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los
Angeles County-University of Southern California (LAC+USC) Medical
Centre melaporkan bahwa penderita leukemia menurut etnis terbanyak
yaitu hispanik (60,9%) yang mencerminkan keseluruhan populasi yang
dilayani oleh LCA + USA Medical Center. Dari pasien non-hispanik yang
umum berikutnya yaitu Asia (23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan
Kaukasia (4,6%).
b. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali
lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat
menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada
penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis
kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom,
anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan
sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat
dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara
kandung penderita naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga dapat terjadi
pada kembar identik. Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran
dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang memiliki
riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75;
CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan
3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan
orang yang tidak menderita leukemia.
2. Agent
a. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada
binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus
sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve
transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti
diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus
tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus
jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel
pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada
propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di
antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali
meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap
sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita
leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian
tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan
bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK sampai 20 kali
lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah
ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing
spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai
insidens 14 kali lebih banyak.
c. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18
Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia
(misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia
nonlimfoblastik akut. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain
case control menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat
meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA (OR=2,26 dan
CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26
kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita
leukemia.
d. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya
leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk
menderita leukemia terutama LMA. Banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa merokok meningkatkan risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di
Iran dengan desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih
dari 10 tahun meningkatkan risiko kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-
10,48) artinya orang yang menderita LMA kemungkinan 3,81 kali
merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang tidak
menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya
hubungan antara LMA dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di
Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat
meningkatkan risiko LMA. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang
yang merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya
merokok.
3. Lingkungan (Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan
dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di
Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok
petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control meneliti
hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga,
petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26% adalah
mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di
pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI
= 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali
bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita
leukemia.

C. PATIFISIOLOGI
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda
dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi
memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap
infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang
termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai
oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom
dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan
seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan
kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih
mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap
menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom
mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah
tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum
tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah
yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ lainnya termasuk
hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,
trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi,
hipermetabolisme.
1. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan
sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah,
letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga
ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri
tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur.
2. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya
terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit
yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan
kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga
menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
3. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang
mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata,
penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu
makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat
malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas.
Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat
desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit
berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang
bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi
dan pemeriksaan sumsum tulang.
1. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan
kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan
penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis
lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan
leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
2. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan
keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia
(blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang
tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti
dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi
merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti.
Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.
Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular
dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis.
Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.
F. PENATALAKSANAAN
1. Kemoterapi
a. Kemoterapi Pada Penderita LLA
1.) Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh
sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.
Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah
sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah
normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan
memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin,
prednison dan asparaginase.
2.) Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi
yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk
mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.
Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
3.) Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada
dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat
kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan
terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem
saraf pusat.
4.) Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi.
Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan
hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak
hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi
sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan
sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai
dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan
SSP.
b. Kemoterapi Pada Penderita LMA
1.) Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan
untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga
tercapai remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih
tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat
dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan
kekambuhan di masa yang akan datang
2.) Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi.
Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus
kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang
sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-
rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun
hanya 10%.
c. Kemoterapi Pada Penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi
terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah
klasifikasi Rai:
1. Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
2. Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
3. Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
4. Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
5. Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3 dengan/
tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi
bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala.
Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak
memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau
kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan
kemoterapi intensif. Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6
tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan
sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan
pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup
kurang dari 2 tahun.
d. Kemoterapi Pada Penderita LGK/LMK
1.) Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu
menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi
pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan
transplantasi sumsum tulang.
2.) Fase Akselerasi
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain
dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi
gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma.
Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan
pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
3. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang
yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak
dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu,
transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah
yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka
keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun
setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang
sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita
yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita
usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
4. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi
darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit
untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
G. MENEJEMEN KONSEP KEPERAWATAN
KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat penyakit
b. Kaji adanya tanda-tanda anemia:
1.) Pucat
2.) Kelemahan
3.) Sesak
4.) Nafas cepat
c. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
1.) Demam
2.) Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
1.) Ptechiae
2.) Purpura
3.) Perdarahan membran mukosa
e. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
1.) Limfadenopati
2.) Hepatomegali
3.) Splenomegali
f. Kaji adanya pembesaran testis
g. Kaji adanya:
1.) Hematuria
2.) Hipertensi
3.) Gagal ginjal
4.) Inflamasi disekitar rectal
5.) Nyeri
2. Analisa Data
1.) Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
a.) Lelah
b.) Letargi
c.) Pusing
d.) Sesak
e.) Nyeri dada
f.) Napas sesak
g.) Priapismus
h.) Hilangnya nafsu makan
i.) Demam
j.) Merasa cepat kenyang
k.) Waktu ycng cukup lama
l.) Nyeri Tulang dan Persendian.
2.) Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
a.) Pembengkakan Kelenjar Lympa
b.) Anemia
c.) Perdarahan
d.) Gusi berdarah
e.) Adanya benjolan tiap lipatan
f.) Ditemukan sel-sel muda
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan
yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat
bertanggung gugat “ (Wong,D.L, 2004: 331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan
leukemia adalah:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh.
b. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan
dengan efek samping agen kemoterapi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis.
d. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan
cepat pada penampilan.
4. Intervensi Keperawatan
No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Resiko infeksi Anak tidak Pemantauan untuk
b.d mengalami tanda vital mendeteksi
menurunnya gejala-gejala kemungkinan
sistem
infeksi infeksi
pertahanan
untuk
tubuh Pemantauan
mendukung
nutrisi
pertahanan
alami tubuh

2. stomatitis yang pasien tidak Inspeksi untuk


berhubungan mengalami mulut setiap mendapatkan
dengan efek mukositis oral hari untuk tindakan yang
samping agen
adanya ulkus segera
kemoterapi.
oral

Berikan untuk

pencucian menuingkatkan
penyembuhan
mulut yang
sering
dengan
cairan salin
normal atau
tanpa larutan
bikarbonat

3. Perubahan pasien Pemantauan untuk


nutrisi kurang mendapat nutrisi memaksimalkan
dari kebutuhan nutrisi yang kualitas intake
tubuh yang
adekuat nutrisi
berhubungan Edukasi diet
mempertahankan
dengan
masukan kalori
anoreksia,
dan protein yang
malaise, mual
adekuat
dan muntah,
efek samping
kemoterapi
dan atau
stomatitis.
4. Nyeri yang tidak Manajemen informasi
berhubungan mengalami nyeri memberikan data
dengan efek nyeri atau nyeri dasar untuk
fisiologis dari
menurun mengevaluasi
leukemia.
sampai tingkat kebutuhan atau
Kerusakan
yang dapat keefektifan
integritas kulit
diterima anak intervensi
berhubungan
dengan Pemberian
untuk
pemberian obat
mengurangi dan
agens
kemoterapi, menghilangkan
radioterapi, rasa nyeri
imobilitas
5. Gangguan pasien atau Dukungan untuk membantu
citra tubuh keluarga pengambilan mengembangkan
berhubungan menunjukkan keputusan penyesuaian
dengan
perilaku koping keinginan anak
alopesia atau
positif
perubahan
cepat pada
penampilan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik
pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal
akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan
menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses
neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk
hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut
dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angka kematian
mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent
Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120
anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh
leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di
AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin,
1997).
DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta.
Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka
Sunar Trenggana, Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu Kesehatan
Anak, FK UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Suriadi & Rita. 2006. Asuhan Keperawatan anak Edisi 2. Jakarta:Sagung Seto

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.


PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai