Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kualitas hidup sering diartikan sebagai komponen

kebahagiaan dan kepuasan terhadap kehidupan. Akan tetapi

pengertian kualitas hidup tersebut sering kali bermakna berbeda

pada setiap orang karena mempunyai banyak sekali faktor yang

mempengaruhi seperti keuangan, keamanan, atau kesehatan. Untuk

itulah digunakan sebuah istilah kualitas hidup terkait kesehatan

dalam bidang kesehatan (Fayers and Machin, 2007).

Pengertian kualitas hidup terkait kesehatan juga sangat

bervariasi antar banyak peneliti. Dalam definisi WHO, sehat bukan

hanya terbebas dari penyakit, akan tetapi juga berarti sehat secara

fisik, mental, maupun sosial. Seseorang yang sehat akan

mempunyai kualitas hidup yang baik, begitu juga kualitas hidup yang

baik tentu saja akan menunjang kesehatan (Harmini, 2006).

Pakar ilmu sosial mendefinisikan kesejahteraan sosial

sebagai tinggi rendahnya tingkat hidup pada suatu masyarakat. Oleh

karenanya kemudian diciptakan suatu metode untuk dapat

mengetahui indikator kesejahteraan sosial, diantaranya adalah

indeks kualitas hidup secara fisik atau PQLI (Physical Quality of Life

Index) yang diperkenalkan oleh D.M. Morris (1979), kemudian indeks

kemajuan sosial (The Index of Social Progress) yang diciptakan oleh


Richard Estes (1985) dan yang terbaru adalah indeks pembangunan

manusia (Human Development Index) yang dikembangkan oleh

United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990.

(Midgley, 2005:20). Model terakhir inilah yang menjadi populer di

berbagai negara termasuk di Indonesia sebagai suatu tools untuk

mengukur pembangunan manusia.

Berdasarkan survei yang di lakukan oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa Tahun 2010, Negara dengan kualitas hidup paling

tinggi didunia ditempati oleh Australia, dengan rata-rata pendapatan

rumah tangga US$ 28,884 tidak hanya itu, Australia juga sangat baik

dalam kesehatan, keterlibatan masyarakat dan perumahan. disusul

Swedia (US$ 26,242), Swedia memiliki pendidikan yang baik dimana

87% dari orang dewasa usia 25 sampai 64 telah mendapatkan

setara dengan gelar sekolah tinggi dan juga berperigkat tinggi dalam

semua kategori lingkungan dan 95% dari populasi puas dengan

kualitas air yang di miliki Swedia, Kanada (US$ 28,194) orang

kanada hanya bekerja 1702 jam per tahun dan 72 % penduduk

bekerja dengan pekerjaan yang memilki gaji, Norwegia (US$ 31,459)

warga Norwegia memiliki ikatan komunitas yang kuat dan

keselamatan hidup yang tinggi. 93% populasinya percaya waktunya

dapat diandalkan sesuai kebutuhan, Swiss (US$ 30,060) negara ini

memiliki harapan hidup tinggi pada umur 83 tahun dan 95% dari

populasi mengaku puas dengan kualitas air yang ada di negara ini.

2
Berdasarkan survei tersebut, Indonesia berada di peringkat

ke 108 dari 169 negara yang disurvei dan Indonesia masuk daftar

43 negara berkategori "menengah." Dibandingkan dengan sejumlah

negara tetangga di Asia Tenggara, Indonesia memang berada di

bawah Singapura di peringkat 27 atau masuk kategori sangat tinggi

dan Malaysia urutan 57 dengan kategori tinggi. Namun, Indonesia

masih lebih unggul dari Vietnam (113), Laos (122) dan Myanmar

(132). Adapun beberapa keberhasilana yang di capai indonesia yaitu

sebagai berikut :

1. Tingkat kemiskinan ekstrim, yaitu proporsi penduduk yang

hidup dengan pendapatan per kapita di bawah US$1 per

hari, telah menurun dari 20,6 % pada 1990 menjadi 5,9 %

pada 2008.

2. Hasil survei pada 2009 menyebutkan tingkat melek huruf

penduduk di Indonesia mencapai 99,47 %.

3. Terkait kesetaraan jender terlihat peningkatan rasio melek

huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-

24 tahun yang mencapai 99,85. Selain itu, kontribusi

perempuan di sektor pekerjaan nonpertanian hingga kursi di

parlemen mengalami peningkatan.

4. Angka kematian bayi menurun cukup signifikan dari 68 anak

pada 1991 menjadi 34 anak per 1.000 kelahiran pada 2007

3
5. Pada periode yang sama angka kematian ibu melahirkan

menurun dari 390 menjadi 228 per 100 ribu kelahiran.

6. Angka terkena malaria per 1.000 penduduk menurun dari

4,68 pada 1990 menjadi 1,85 pada tahun 2009.

7. Akses rumah tangga terhadap air minum layak dan sanitasi

meningkat pesat, misalnya untuk air minum layak dari 37,73

persen pada 1993 menjadi 47,71% pada 2009. (Vivanews,

2010).

Menurut Ricki M Mulia dalam bukunya Kesehatan

Lingkungan (2005) bahwa keadaan Lingkungan dapat

mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek

kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirang sang oleh

faktor-faktor lingkungan.

Sebagian besar penduduk Indonesia bertempat tinggal di

daerah pedesaan. Pada umumnya masih berada pada tingkat

kesejahteraan dan kualitas hidup yang rendah. Diperkirakan

Penduduk Indonesia yang berda di Bawah Garis kemiskinan

berjumlah 27 juta jiwa. Dan sebagian besar diantaranya berada di

daerah pedesaan. Hal ini menyiratkan bahwa masyarakat pedesaan

patut lebih mendapat perhatian dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup.

4
Kemiskinan merupakan masalah yang tampak dalam

berbagai fenomena kehidupan. Emil Salim (1980) mengemukakan

ciri kaum miskin adalah penduduk yang kurang cukup memperoleh

kebutuhan pokok seperti perumahan, fasilitas kesehatan,pendidikan,

angkutan serta kesejahteraan social lainnya.

Gejala umum masyarakat di pedesaan menunjukkan

indikasi bahwa tradisi dan latar belakang social kultural serta tingkat

pendidikan yang rendah menjadi kendala terhadap sikap

keterbukaan dalam menerima informasi dan inovasi dalam bidang

kesehatan perumahan.

Dapat di pahami bahwa pada umumnya penduduk desa

(terutama orang dewasa) tidak memiliki pendidikan formal yang

tinggi. Hal ini mengakibatkan kurangnya pemahaman dan pengertian

mereka pada hal-hal yang dianggap baru tentang pemeliharaan dan

pelaksanaan pembangunan rumah sehat. Begitu halnya dengan

Desa Teemoane Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi yang

memiliki jumlah penduduk sebanyak 581 jiwa (179 Kepala Keluarga)

dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 81 KK pada Tahun 2013.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, secara umum

kondisi sanitasi lingkungan di Desa Teemoane Kecamatan Tomia

Kabupaten Wakatobi masih sangat minim, hal ini dibuktikan dengan

mayoritas masyarakat tidak memiliki SPAL kebanyakan masyarakat

membuang air limbah di pekarangan rumah, terjadinya kepadatan

5
hunian di masing-masing rumah, dan masyarakat yang memiliki

jamban hanya 18 KK serta kebiasaan masyarakat membuang

sampah di lahan kosong, kondisi ini membuang sampah di lahan

terbuka akan menjadi sarang bagi vektor pembawa penyakit seperti

lalat dan nyamuk. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi kesehatan

masyarakat dalam hal peningkatan kualitas hidup masyarakat di

Desa Teemoane Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi.

Berdasarkan uraian diatas, sehubungan dengan masih

tingginya angka kemiskinan yang memiliki hubungan erat dengan

peningkatan kualitas hidup masyarakat di Desa Teemoane

Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi, maka penulis tertarik

mengangkat permasalahan ini dalam sebuah penelitian dengan

judul ‘’ Hubungan Kesehatan Lingkungan dengan Peningkatan

Kualitas Hidup Masyarakat di Desa Teemoane Kecamatan Tomia

Kabupaten Wakatobi’’.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis

mencoba merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu ‘’

Bagaimana Hubungan Kesehatan Lingkungan dengan Peningkatan

Kualitas Hidup Masyarakat di Desa Teemoane kecamatan Tomia

Kabupaten Wakatobi ?’’.

6
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Kesehatan Lingkungan

dengan peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat di Desa

Teemoane Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Hubungan penyediaan air bersih

dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat di Desa

Teemoane Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi

2. Untuk mengetahui Hubungan Saluran Pembuangan Air

Limbah dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat

di Desa Teemoane Kecamatan Tomia Kabupaten

Wakatobi

3. Untuk mengetahui Hubungan Rumah Sehat dengan

peningkatan kualitas hidup masyarakat di Desa

Teemoane Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi

4. Untuk mengetahui Hubungan pembuangan Sampah

dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat di Desa

Teemoane Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi

5. Untuk mengetahui Hubungan vektor dengan

peningkatan kualitas hidup masyarakat di Desa

Teemoane Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi.

7
1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat bagi penulis

Menambah wawasan dan pengalaman langsung dalam

pelaksanaan penelitian serta menambah pengetahuan

dalam melaksanakan penelitian dilapangan selain itu

sebagai sarana untuk berbagi informasi kepada sesama

mahasiswa, maupun instansi terkait lainya.

1.4.2. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk melengkapi

kepustakaan dari penelitian sebelumnya

1.4.3. Manfaat Institusi

Sebagai masukan bagi instansi terkait dalam peningkatan

kualitas hidup masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai