Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN BERAU

DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN


NOMOR: 025 / SK / DIR / V / 2019

TENTANG

PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


Rumah Sakit Umum Daerah Talisayan, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi yang bermutu;
b. bahwa agar pelayanan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Talisayan dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Kepala
Unit Rumah Sakit sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah
Talisayan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam butir a dan b, perlu menetapkan
Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
dengan Keputusan Kepala Unit Rumah Sakit Umum
Daerah Talisayan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun


2009 tertanggal 13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tertanggal 28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32


tahun 1996 tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045 / Menkes / PER / XI / 2006 tertanggal 28 Nopember
2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1165A / MENKES / SK / X / 2004 tertanggal 15
Oktober 2004 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27/ MENKES/ 2007 tentang Pedoman Manajerial PPI di
RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya;
7. Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor
382/ Menkes/ 2007 tentang Pedoman PPI di RS dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya;
8. Keputusan Menteri KesehatanRepublik IndonesiaNomor
436 / Menkes / SK / VI / 1993, tertanggal 3 Juni 1993
tentang berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan
Standar Pelayanan Medis di Rumah Sakit.
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH TALISAYAN TENTANG PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN.

Kedua : Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi seperti


terlampir.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Talisayan
Pada Tanggal 08-05-2019
Direktur RSUD Talisayan

Drg.Nursyamsi
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Lampiran 1 : Keputusan Direktur RSUD Talisayan


Nomor : 025 / SK / DIR / V / 2019
Tanggal : 08 Mei 2019

PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


DI RSUD TALISAYAN

I. PENGERTIAN
A. Pencegahan dan Pengendalian InfeksiRumah Sakit (PPIRS) adalah
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
serta pembinaan dalam upaya menurunkan angka kejadian infeksi
rumah sakit (IRS) pada pasien atau petugas RS dan mengamankan
lingkungan rumah sakit dari resiko transmisi infeksi yang dilaksanakan
melalui manajemen resiko, tata laksana klinik yang baik dan
pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja RS.

B. Infeksi yang terjadi di Rumah Sakit


Hospital associated infection ( HAIs ) adalah infeksi yang terjadi di rumah
sakit, dimana pasien tidak ada tanda gejala dan tidak dalam masa
inkubasi, termasuk infeksi yang didapat di rumah sakit, tetapi muncul
setelah pulang dan juga infeksi yang terjadi pada petugas kesehatan
yang terjadi di rumah sakit.

Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit bila :


1. Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak
dalam masa inkubasi tersebut.
2. Infeksi terjadi 2 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme
yang berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau
mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda.
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Kewaspadaan Standar adalah prinsip kewaspadaan sebagai bagian


manajemen resiko pada pengendalian infeksi RS yang dilaksanakan
secara menyeluruh oleh setiap petugas berdasarkanperhitungan besar
resiko transmisi infeksi yang dihadapi pada setiap pelayanan rawat jalan
maupunrawat inap untuk melindungi pasien,petugas, pengunjung
maupun lingkungan RS. Prinsip kewaspadaan standar meliputi
kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD), peralatan
perawatanpasien, pengendalian lingkungan, pemprosesan peralatan
pasien dan penatalaksanaan linen, kesehatan karyawan, penempatan
pasien, etika batuk, praktik menyuntik yang aman, praktek untuk lumbal
pungsi.

C. Surveilans
Adalah kegiatan pengamatan sistematis aktif dan terus menerus
terhadap timbulnya dan penyebaran Infeksi Rumah Sakit pada suatu
peristiwa yang menyebabkan meningkat atau menurunkan risiko
tersebut.

D. Dekontaminasi
Adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran dari suatu
benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan dilakukan
sebagai langkah pertamabagi pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
atau pengelolaan pencemaran lingkungan, seperti tumpahan
darah/cairan tubuh atau pengelolaan limbah yang tidak dimusnahkan
dengan cara insenerasi atau pembakaran dengan alat insenerator.

E. Sterilisasi
Adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme dari
benda/alat kesehatan termasuk endespora bakteri melalui cara fisika
atau kimia.
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

F. Desinfeksi
Adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua
mikroorganisme dari alat kesehatan kecuali endospora bakteri.

G. Penggunaan antibiotika yang rasional


Adalah bila memenuhi kriteria : tepat indikasi, tepat penderita(tidak ada
kontra indikasi), tepat informasi, tepat jenis obat, tepatdosis dan cara
pemberian (saat pemberian dan lama pemberian) serta waspada
terhadap efek samping obat (ESO).

H. Pengelolaan linen yang aman


Adalah kegiatan yang bertujuan mencegah kontaminasi linen kotor atau
infeksius kepada petugas,pasien dan lingkungan,
meliputiprosespengumpulan,pemilahan, pengangkutan linen
kotor,pemilahan danteknikpencucian sampai dengan pengangkutan dan
distribusi linen bersih.

I. Pengelolaan lingkungan
Merupakan bagian upaya pengendalian infeksi untuk meminimalkan
potensi reservoar tumbuhdan berkembangbiaknya agen patogen di
lingkungan RS sehingga mencegah transmisi kepada pasien, petugas
maupun lingkungan yang lebih luas.

II. KEBIJAKAN
A. Kewaspadaan standar rneliputi kebersihan tangan, penggunaan alat
pelindung diri (APD), peralatan perawatan pasien,pengendalian
lingkungan, pemprosesan peralatan pasiendan penatalaksanaan linen,
kesehatan karyawan, penempatan pasien, etika batuk, praktik menyuntik
yang aman, praktek untuk lumbal punksi. Kewaspadaan standar
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

diterapkan secara menyeluruh di semua areaRS dengan mengukur


semua risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas pelayanan
sesuai Panduan PPIRS.

 Praktik kebersihan tangan di RS merupakan kunci dari upaya PPIRS


yang menggambarkan mutu pelayanan yang berfokus pada
keselamatan pasien, petugas, pengunjung dan lingkungan RS.
Kebersihan tangan dilaksanakan melalui praktik mencuci tangan
menggunakan sabun biasa/antiseptik dan air mengalir, atau handrub
menggunakan larutan antiseptik. Kebersihan tangan wajib
diimplementasikan di RS oleh setiap petugas di RS sesuai panduan
kebersihan tangan yang dikembangkan RS berdasarkan pedoman
lnternasional(WHO).
 Penerapan praktik kebersihan tangan oleh seluruh petugas di RS saat
diruang perawatan pasien berpedoman pada lima saat kebersihan
tangan wajib dilaksanakan (standar WHO) dan enam langkah
prosedur. Petugas melaksanakan cuci tangan dengan sabun dan
air ataudengan handrub.
 Penerapan praktik kebersihan tangan di luar area perawatan pasien
berpedornan pada panduan kebersihan tangan yang dikembangkan
KomitePPI RS.
 KomitePPI RS melakukan monitoring, evaluasi dan memberikan
rekomendasi untuk meningkatkan perilaku kebersihan tangan di RS
secara efektif dan efisien.

B. Alat pelindung diri (APD) ditata perencanaan, penyediaan, penggunaan


dan evaluasinya oleh Komite PPI RS bersama Unit Farmasi dan Sub
Bagian Logistik agar mudah dan dapat cepat diakses saat dibutuhkan,
efektif dan efisien.
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

 APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standar


dengan selalu mengukur potensi risiko spesifik pada setiap aktivitas
pelayanan/tindakan medik sehingga tepat, efektif dan efisien.
 APD habis pakai yang terstandar disediakan melalui Unit Farmasi dan
Sub BagianLogistik.
 Anggota Komite PPI RS melakukan monitoring dan audit ketepatan
penggunaan APD sebagai bahan Panitia PPIRS dalam evaluasi dan
rekomendasi peningkatan efektivitasnya.

C. Surveilans lnfeksi RS (lRS) dilakukan secara sistematik aktif oleh


IPCN (Infection Prevention Control Nurse sebagai perawat pengendali
infeksi purna waktu) dan IPCLN (Infection Prevention and Control Link
Nurse sebagai perawat penghubung pengendali infeksi) untuk
menggambarkan tingkat kejadian berbagai penyakit infeksi target
sesuai Pedoman Surveilans. Target surveilans yaitu : lnfeksi saluran
kemih (ISK) terkait kateterisasi, phlebitis IRS, dan dekubitus, Hospital
Associated Pneumonia (HAP),
 Analisis, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut data infeksi
dilakukanPanitia PPIRS untuk tujuan pengendalian, manajemen
risiko dan kewaspadaan terhadap kejadian luar biasa (KLB).
 Pengendalian angka IRS menggunakan target sasaran sesuai
program PPI. Sasaran angka IRS dievaluasi setiap tahun.
 Kejadian luar biasa IRS ditetapkan oleh Direktur RS berdasarkan
pertimbangan Komite PPIRS padahasil evaluasi epidemiologi
kecenderunganangka IRS melalui surveilans, Kecenderungan
kejadian IRS yang terus meningkat signifikan selama 3 bulan
berturut-turut atau peningkatan signifikan angka kejadian pada suatu
waktu pengamatan tertentu diwaspadai sebagai KLB,
Pencegahandan pengendalian risiko penyebaran kejadian yang
berpotensi menjadi KLB dilakukan segera secara sinergi melalui
kerjasama lintas tim PPI dan Komite PPIRS.
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

 Laporan IRS disampaikan oleh Komite PPI RS kepada Direktur


minimal setiap 3 bulan.

D. Pengendalian resistensi antibiotika dilaksanakan RS melalui Unit


Farmasi.
 Pemilihan terapi antibiotik secara rasional kepada pasiendidasarkan
tujuandan indikasi (profilaksis atau terapi)
 Panduan pengobatan antibiotika merujuk pada Kebijakan Pengelolaan
Perbekalan Farmasi di RS di bawah tanggungjawab Panitia
Farmasi.Peresepan antibiotika mengacupada formularium RS dan
atau mempertimbangkan derajatpenyakit, spektrum
antibiotika,farmakokinetik, farmakodinamik, keamananserta harga
terjangkau.
 Ketepatan pemberian antibiotika agar aman bagi pasien meliputi :
- Tepat indikasi, obat benar-benar dibutuhkan;
- Tepat pemilihan obat dengan perbandingan biaya efektifitas yang
baik;
- Tepat pasien, tidak ada kontra indikasi, efek samping minimal;
- Tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat durasi pemakaian;
- Tepat informasi, kepada pasien dan keluarganya.
- Pasien wajib diberi informasi tentang pengobatan yang
diberikan dan efek samping serta tindakan yang diambil.

E. Sterilisasi alat/ instrumen kesehatan paska pakai di RS dilakukan dengan


2 cara yaitu secara fisika atau kimia, melalui tahapanpencucian(termasuk
perendaman dan pembilasan), pengeringan, pengemasan,
labeling,sterilisasi, penyimpanan, distribusi diikuti dengan pemantauan
dan evaluasi proses hasil sterilisasi yang terpusat di Kamar Operasi RS.
 Pemrosesan alat instrumen paska pakai dipilih berdasarkan kriteria
alat, dilakukan derngan sterilisasi untuk alat kritikal; sterilisasi atau
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

disinfeksi tingkat tinggi (DTT) untuk alat semi kritikal, disinfeksi tingkat
rendah untuk non kritikal.
 Kriteria pemilihan desinfektan didasari telaah secara cermat terkait
kriteria memiliki spektrum luas dengan daya bunuh kuman yang tinggi
dengan toksisitas rendah, waktu disinfeksi singkat, stabil dalam
penyimpanan, tidak merusak bahan dan efisien. Unit kerja yang
bertanggung jawab terhadap penyediaan desinfektan dan antiseptik di
RS sesuai rekomendasi Komite PPI RS adalah Unit Farmasi.
 Unit Kamar Operasi bertanggungjawab menyusun panduan dan
prosedur tetap, mengkoordinasikan,sertamelakukan monitoring dan
evaluasi proses hasil sterilisasi dengan persetujuan KomitePPI
RS.

F. Alat medis sekali pakai (single use) digunakan sesuai dengan


rekomendasi manufaktur-nya. Alat medis sekali pakai dapat digunakan
ulang (re-use)sesuai kebijakan RS.
 Alat medis sekali pakai (single use) dapatdigunakan ulang apabila
dapat diproses secara benar/tepat (rasional) dan hasil sterilisasi
masih efektif danefisien baik secara fisik; fungsi, kualitas serta aman
digunakan bagi pasien.
 Kriteria Alat medis sekali pakai (single use) yang didekontaminasi
atau sterilkan kembali adalah alat medis sekali pakai yang telah
digunakan, tetapi secara fisikdan fungsi masih baik. Alat medis
single use yang di re-use merupakan alat medis yang sangat
dibutuhkan tetapi sulit diperoleh atau sangat mahal harganya. Daftar
Alat medis habis pakai yang di re-use dan berapa kali batas maksimal
re -use ditentukan oleh RS melalui Unit Farmasi.

G. Pengendalian lingkungan RS meliputi penyehatan air, pengendalian


serangga dan binatang pengganggu, penyehatan ruang dan bangunan,
pemantauan hygiene sanitasi makanan, pemantauan penyehatan linen,
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

disinfeksi permukaan - udara,lantai, pengelolaan limbah cair – limbahB3


limbah padat infeksius dan non infeksius dikelola oleh Sanitasi dan
UPSRS dengan pihak ketiga, berkoordinasi dengan Panitia PPI RS,
sehingga aman bagi lingkungan.
 Pengelolaanlimbahinfeksius dipisahkan dandikelola khusus sampai
dengan pemusnahannya sesuai persyaratan Kementerian Lingkungan
Hidup(ditempatkan dalam kantong plastik berwarna kuning), limbah
benda tajam (ditempatkan dalam wadah tahan tusuk, tidak tembus,
basah dan tertutup).
 Pengelolaan limbah noninfeksiusditempatkan dalam kantongplastik
berwarna hitam dan pemusnahannya bekerjasama dengan Dinas
Kebersihan Kota Binjai.
 Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan,
pemilihan bahan desinfektan, cara penyiapan dan penggunaannya
dilaksanakan berdasarkantelaah KomitePPI RS untuk mencapai
efektifitas yang tinggi.
 Pembersihan lingkungan ruang perawatan diutamakan dengan
metode usapseluruh permukaan lingkungan menggunakan bahan
desinfektan yang efektif.
 PelaksanaanPanduan PPI RSdan standar prosedur operasional
tentang pengendalian lingkungan, monitoring dan evaluasinya
dilaksanakan oleh sanitasi kesehatan bersama UPSRS berkoordinasi
dengan Komite PPI.
 Baku mutu berbagai parameter pengendalian lingkungan dievaluasi
periodik dengan pemeriksaan parameter kimia - biologi surveilan
angka dan pola kuman lingkungan berdasarkan standar Kepmenkes
Republik Indonesia No.416/MenKes/Per/IX/1990 tentang persyaratan
Kualitas Air Bersih dan Air Minum, Kepmenkes Republik Indonesia No.
907/MENKES/SK/VII/2002, tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air minum, Kepmenkes Republik IndonesiaNo.
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

l204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan


RS.
 Pengelolaan linen kotor dan bersih secara terpisah untuk mengurangi
risiko infeksi pada pasien, petugas dan lingkungan dilakukan
menyeluruh dan sistematis agar mencegah kontaminasi, dibawah
tanggungjawab Unit Linen dan Laundry berkoordinasi dengan Komite
PPI RS.
 Jenis linendi RS diklasifikasikan menjadi linen bersih, linen steril,
linen kotor infeksius dan linen kotor non infeksius.
 Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas
dilakukan dengan disinfeksi ember
untukpengangkutanlinenkotordankeranjanguntuk pengangkutan
linen bersih, pengepelan/ disinfeksi lantai, implementasi praktik
kebersihan tangan, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai
potensi risiko selama bekerja.

H. Pengelolaan makanan di Unit Gizi dan Dapur memperhatikan standar


sanitasi makanan minuman, alat, lingkungan produksi dan higiene
perorangan penjamah makanan.
 Semua bahan makanan yang disiapkan hingga sampai dengan
disajikan kepada pasien, dikelola pegawai sesuai pedoman dan
standar prosedur pelayanan UnitGizi agar terhindar dari pencemaran
dan penularan infeksi melalui makanan (sesuai persyaratan hygiene
makanan dalamKepmenkes Republik IndonesiaNomor 204/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS, Kepmenkes Republik
Indonesia Nomor 62/Menkes/PER/IV/1998 tentang persyaratan
kesehatan jasa boga.
 Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam
keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya dan
hewan lain serta suhu penyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan
makanan.
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

I. Pendidikan dan pelatihan pencegahan pengendalian infeksi RS


direncanakan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan
oleh Bagian Personalia dan Diklat bekerjasama dengan Komite PPI RS
untuk menjamin setiap petugas yang berada dan bekerja di RS
memahami dan mampu melaksanakan program PPI RS, khususnya
kewaspadaan standar.
 Semua staf/pegawai baru wajib mengikuti program orientasi, termasuk
materi PPI RS.
 Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan
olehSub Bagian Personaliadan Diklat bersama Komite PPIRS sesuai
ketentuan yang berlaku sebagai dasar perencanaan program
selanjutnya.

J. Kesehatan dan keselarnatan kerja (K3) petugas di RS terkait risiko


penularan infeksi karena merawat pasien maupun identifikasi risiko
petugas yang mengidap penyakit menular dilaksanakan oleh Panitia
K3RS berkoordinasi dengan Komite PPI RS.
 Pencegahan penularan infeksi pada dan dari petugas dilakukan
dengan pengendalian administratif untuk petugas yang rentan tertular
infeksi ataupun berisiko menularkan infeksidikoordinasikan oleh K3
bersamaKomitePPI RS berupa penataan penempatan SDM,
pemberian imunisasi,dan sosialisasi PPI berkala khususnya di tempat
risiko tinggi infeksi.
 Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kondisi kesehatan petugas
dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan khusus dan berkala
sesuai faktor risiko di tempat kerja,
 Perencanaan, pengadaan dan pengawasan penggunaan alat
pelindung diri petugas dari risiko infeksi yang berupa alat/bahan tidak
habis pakai dikelola oleh K3 RS berkoordinasi dengan Panitia PPI RS.
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

 K3 RS berkoordinasi dengan Komite PPI RS mengembangkan


panduan dan menyusun standar pelaporan dan penanganan kejadian
kecelakaankerja terkait pajanan infeksi, mensosialisasikan, memonitor
pelaksanaan, serta melakukan evaluasi kasus dan menyusun
rekomendasi tindaklanjutnya.
 Surveilans pada petugas dan pelaporannya dilakukan secara teratur,
berkesinambungan, periodik oleh K3RS berkoordinasi dengan
KomitePPI RS.

K. Setiap renovasi, pemeliharaan, pengembangan maupun pembangunan


gedung di lingkungan RS harus mempertimbangkan keselamatan dari
sisi pencegahandan pengendalian infeksi RS. Desain konstruksi
bangunan diarahkan untuk menjamin tercapainya kondisi kebersihan,
tata udara, pencahayaan dan kebisingan lingkungan yang mengacu
pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/Menkes/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
RumahSakit.
 Desain, penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus
sesuai dengan fungsi, memenuhi persyaratan serta
dikelompokkan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan
penyakit yaitu : Zona dengan risiko rendah,: ruang administrasi,
ruang perkantoran, ruang pertemuan, ruang informasi dan
pendaftaran; Zona dengan risiko sedang : ruang rawat inap,
ruang rawat jalan, Unit Gizi, UPSRS, Zona dengan risiko tinggi :
Unit Gawat Darurat, Unit Kamar Bersalin, Unit Kamar jenazah, Unit
Farmasi; Zona dengan risiko sangat tinggi : Unit Rawat Intensif,
Unit Kamar Operasi, Unit laboratorium.
 Prasarana yang mendukung operasionalnya gedung seperti
sistem perlistrikan, sistem air dan tata udara dijaga untuk dapat
berfungsi sesuai dengan zonasi.
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

 Sistem ventilasi natural (alamiah) didesain dengan


memaksimalkan jendela dan tata ruang, dibantu sistem fan.
 UPSRS berkoordinasi dengan PPIRS menerapkan Panduan
keamanan dan pengurangan dampak risiko dari setiap
pembangunan/perbaikan/renovasi gedung di lingkungan RS.

L. Pendidikan pencegahan dan pengendalian infeksi diberikan untuk setiap


pasien.
 Untuk pasien rawat inap disampaikan oleh perawat saat orientasi
pasien baru masuk meliputi kebersihan tangan, etika batuk dan
ketertiban pembuangan sampah.
 Untuk pasien rawat jalan disampaikan oleh perawat pada Promosi
Kesehatan RS (PKRS) yang dilaksanakan secara teratur
berkesinambungan dalam program Promosi Kesehatan RS bersama
Bagian Humas dan Pemasaran RS.

M. Pendidikan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk pengunjung


dilaksanakan pada Promosi Kesehatan RS, melalui poster, leaflet atau
banner dan berbagai media informasi lain di RS bersama Bagian
Humas dan Pemasaran.

N. Penerapan sistem manajemen informasi dalam pengelolaan PPI RS


ditujukan untuk mengoptimalkan sosialisasi dan implementasi
standar/program monitoring dan evaluasi kinerja, serta penyampaian
feedback hasil surveilans PPI RS, dilakukan bersama Instalasi
Rekam Medis RS.

O. Pelayanan kamar jenazah ditujukan untuk mencegah penularan


infeksi pada petugas kesehatan dan keluarga. Petugas kesehatan
harus menjalankan kewaspadaan standar ketika menangani pasien
yang meninggal akibat penyakit menular. Alat pelindung diri lengkap
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien tersebut


dalam masa penularan. Petugas harus memberikan penjelasan kepada
pihak keluarga tentang penanganan khusus bagi jenazah yang
meninggal akibat dengan penyakit menular.

P. Pengelolaan Darah dan Komponen Pengelolaan darah dan komponen


ditujukan untuk mencegah penularan infeksi pada petugas kesehatan,
pasien dan keluarga. Petugas kesehatan harus menjalankan
kewaspadaan standar ketika menangani darah dan komponennya. Alat
pelindung diri lengkap harus digunakan petugas yang menangani
darah dan komponennya.

Ditetapkan di Talisayan
Pada Tanggal 08 Mei 2019
Direktur RSUD Talisayan

Drg. Nursyamsi

Anda mungkin juga menyukai