Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI SYIRKAH DALAM LEMBAGA

KEUANGAN SYARIAH

Makalah disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah : Fiqih Mu‟amalah

Dosen Pengampu : Imam Mustofa, S.H.I., M.S.I

Disusun oleh :

Dela MulyaSari 1502100169

Kelas A
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
2016
A. PENDAHULUAN

Makalah ini membahas tentang implementasi syirkah dalam lembaga


keuangan syariah. Yang dibahas oleh makalah ini yaitu suatu bentuk kerja sama
yang menerapkan bercampurnya suatu modal dengan modal lainnya.
Dengan adanya kerja sama antara pemilik modal dengan modal lainnya maka
akan memudahkan kita untuk membuka usaha dan mendapatkan hasil yang
lebih menguntungkan. Hal ini merupakan salah satu bentuk saling
menolong,atau sama saja dengan berinvestasi. Dengan bekerja sama
bercampurnya suatu modal dengan modal lainnya maka usaha yang akan
dilaksanakan dapat berjalan lancar.

2
A. DEFINISI
Syirkah secara etimologi didefinisikan sebagai berikut :
‫ ٌعرفوبأ نها اجتما ع فً استحقا ق أو تصر ف‬،‫ا لشر كة مشتقة من اال ثترا ك الذ ي هو اال جتما ع‬

“Syirkah merupakan kata yang berasal dari kata „isytirak‟ yang berarti
perkongsian, diartikan demikian, karena syirkah merupakan perkongsian dalam
hak untuk menjalankan modal.1
Menurut defenisi syariah, syirkah adalah transaksi antara dua orang atau lebih
yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha finanssial dengan tujuan mencari
keuntungan (Taqiyyudin,1996).2
Syirkah menurut bahasa berarti al-ikhtilath yang artinya campur atau
percampuran. Demikian dinyatakan oleh Taqiyuddin, maksudnya percampuran di
sini ialah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga
tidak mungkin untuk dibedakan.3
Menurut istilah, yang dimaksud dengan syirkah, para Fuqaha berbeda
pendapat sebagai berikut.
1. Menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud dengan syirkah ialah :
‫عقد بٌن المتشار كٌن فى ر أس المال والربح‬

“ Akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal) dan keuntungan”.

2. Menurut Muhammad al-Syarbini al-Khatib, yang dimaksud dengan syirkah


ialah :
‫ثبوت الحق الثنٌن فأكثر على جهة الشٌوع‬
“ Ketetapan hak pada sesuatu untuk dua orang atau lebih dengan cara yang
masyhur (diketahui)”.

1
Imam Mustofa sebagaimana dikutip oleh Ibnu Jibrin,”Fiqih Muamalah”,(Jakarta:Raja Grafindo
Persada,2016),ha 127
2
Deny Setiawan,”Kerja sama atau syirkah dalam ekonomi islam,”dalam jurnal ekonomi
Vol.2,No.3,September 2013,(1-8)h.2
3
Hendi Suhendi sebagaimana dikutip oleh Sri Edi Swasono,”Fiqh Muamalah”,(Jakarta:Rajawali
Pers,2011),ha 125

3
3. Menurut Syihab al-Din al-Qayubi wa Umaira, yang dimaksud dengan syirkah
ialah:
‫ثبوت الحق الثنٌن فأكثر‬
“Penetapan hak pada sesuatu bagi dua orang atau lebih”.

4. Menurut Imam Taqiyuddin Abi Bakr Ibn Muhammad al-Husaini, yang


dimaksud dengan syirkah ialah:
‫عبارة عن ثبوت الحق فى الشٌئ الواحدلشخصٌن فصاعداعلى جهةالشٌوع‬
“Ibarat penetapan suatu hak pada sesuatu yang satu untuk dua orang atau lebih
dengann cara yang telah diketahui”.

5. Menurut Hasbi Ash-Shiddieqie, bahwa yang dimaksud dengan syirkah ialah:


‫عفدبٌن شخصٌن فأكثرعل التعا ون فى عمل اكتسابى واقتسام ارباحه‬

“Akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk ta‟wun dalam bekerja
pada suatu usaha dan membagi keuntungannya”.

6. Idris Ahmad menyebutkan syirkah sama dengan syarikat dagang yaitu dua
orang atau lebih sama-sama berjanji akan bekerja sama dalam dagang,
dengan meenyerahkan modal masing-masing di mana keuntungan dan
kerugiannya diperhitungkan menurut besar kecilnya modal masing-masing.4

Syirkah dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) pada pasal 20


didefinisikan sebagai berikut:5
“Adanya kerja sama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan,
keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang
berserikat”.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa syirkah adalah
persekutuan atau perkongsian dua pihak ata lebih dalam menjalankan sebuah

4
Hendi Suhendi sebagaimana dikutip oleh Idris Ahtllad,Ibid.,hlm.127
5
Imam Mustofa,”Fiqih Muamalah”,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2016),hlm.128

4
usaha, baik dalam bidang perdagangan ata jasa di mana modal bisa dari semua
pihak yang bersekutu atau dari sebagian mereka.
Pekerjaan untuk menjalankan modal juga dapat dilakukan oleh semua pihak
yang terlibat dalam perkongsian atau sebagian mereka, sementara risiko
ditanggung bersama. Keuntungan dari usaha tersebut dibagi bersama secara
proposional dan sesuai dengan kesepakatan.6
Hukum dalam melakukan perkongsian atau berniaga boleh dengan tidak
adanya pengkhianatan dari salah satu pihak. Hal ini bahwa di dalamnya terdapat
unsur tolong menolong, karena Allah selalu menolong hamba-Nya, selama
hamba-Nya tersebut menolong saudaranya.
 Hendaknya orang yang akan berkongsi dalam perniagaan memilih
hartanya yang halal untuk diinvestasikan dan menjauhkan hartanya yang
haram atau yang bercampur dengan harta yang haram.
 Seorang muslim boleh bekerja sama dengan orang kafir, dengan syarat
orang kafir tersebut tidak mengambil kebijakan dan bertindak sendiri,
akan tetapi selalu di bawah pengawasan orang muslim tersebut. Hal ini
agar orang kafir tersebut tidak berinteraksi dengan harta riba atau hal-hal
lain yang diharamkan.7

B. Implementasi Syirkah dalam Lembaga Keuangan Syariah


Implementasi Syirkah dalam lembaga keuangan syariah harus memenuhi
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Proyek atau kegiatan usaha yang akan dikerjakan feasible dan tidak
bertentangan dengan syariah.
2. Pihak-pihak yang turut dalam kerja sama memasukkan dana
musyarakah, dengan ketentuan:
a. Dapat berupa uang tunai atau aset likuid.
b. Dana yang tertimbun bukan milik perorangan, tetapi menjadi dana
usaha.8

6
Imam Mustofa,”Fiqih Muamalah”...,h.128
7
Saleh Al-Fauzan,”Fiqih Sehari-hari”,(Jakarta:Gema Insani Press,2005),h.465
8
Imam Mustofa sebagaimana dikutip oleh Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal,”Fiqih
Muamalah”...,h.146

5
Musyarakah atau syirkah dalam konteks perbankan merupakan akad kerja
sama pembiayaan antara bank syariah (Islamic Banking) atau beberapa
keuangan secara bersama-sama, dan nasabah untuk mengelola suatu kegiatan
usaha. Masing-masing memasukkan penyertaan dana sesuai porsi yang
disepakati.
Pengelolaan kegiatan usaha, dipercaya kepada nasabah. Selaku pengelola,
nasabah wajib menyampaikanlaporan berkala mengenai perkembangan usaha
kepada bank-bank sebagai pemilik dana. Disamping itu, pemilik dan itu
melakukan intervensi kebijakan usaha.
Pembiayaan syirkah dalam dunia perbankan syariah antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Pembiayaan dalam modal kerja; dapat dialokasikan untuk perusahaan
yang bergerak dalam bidang kontruksi, industri, perdagangan, dan jasa.
2. Pembiayaan investasi; dapat dialokasikan untuk perusahaan yang
bergerak dalam industri.
3. Pembiayaan secara indikasi; baik untuk kepentingan modal kerja maupun
investasi.9
 Pembiayaan Syirkah
a. Pada setiap permohonan pembiayaan musyarakah baru, bank per
ketentuan internal diwajibkan untuk menerangkan esensi dari
pembiayaan musyarakah serta kondisi penerapannya.
b. Bank wajib meminta nasabah untuk mengisi formulir permohonan
pembiayaan musyarakah
c. Dalam memproses permohonan pembiayaan musyarakah, bank wajib
melakukan analisis:
1) Kelengkapan adminitrasi yang disyaratkan
2) Aspek hukum
3) Aspek personal dan aspek usaha.
d. Bank menyampaikan tanggapan atas permohonan dimaksud sebagai
tanda adanya tahapan penawaran dan penerimaan.

9
Imam Mustofa sebagaimana dikutip oleh Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal,”Fiqih
Muamalah”...,h.146

6
e. Pada waktu pendatanganan akad antara para nasabah dan bank pada
kontrak akad wajib diinformasikan tanggal dan tempat melakukan
akad,dll.
f. Bank dan para pihak wajib menyetor dana sebesar nominal tertulis.
g. Dengan asumsi bank adalah sebagai sleeping partner, maka bank wajib
melakukan pengawasan atas pengelolaan usaha dimaksud.10
SKEMA SYIRKAH (1)

BANK DANA 50% DANA 50% NASABAH


MUAMALAT INVESTOR
(2)
(4)
intervensi
BISNIS
kebijakan usaha (3)
PROPERTI
nasabah
yang mengelola
POKOK+ BAGI HASIL

Keterangan skema:
1. Bank (sebagai pemilik dana) dan Nasabah bekerja sama sebuah bisnis
properti;
2. Masing-masing menyertakan modal 50% : 50%
3. Nasabah dipercayakan untuk mengelola bisnis tersebut;
4. Bank dapat melakukan intervensi kebijakan bisnis tersebut
5. Resiko proyek bisnis ditanggung bersama;
6. Keuntungan dari proyek tersebut dibagi bersama dengan porsi 50% :
50%.
Contoh kasus akad musyarakah (syirkah)
Tuan Doni mengajak Bank Muamalat untuk membiayai proyek usaha pertokoan
dengan data-data sebagai berikut:
Nilai proyek Rp. 100.000.000,-
Porsi bank Rp. 400.000.000,-

10
Ascarya,Akad&Produk Bank Syariah(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2011),h.234-236

7
Porsi tuan Doni Rp. 600.000.000,-
Nisbah bagi hasil Tuan X 60%
Bank 40%
Biaya administrasi ditanggung oleh nasabah Rp. 500.000,-
Periode 1 Tahun
Pelunasan Angsuran / bulan

Jurnal yang di gunakan untuk mencatat transakasi diatas adalah adalah:


a. Pada saat bank menyetor dana pada Tuan X sebesar Rp400.000.000,-
D: Pembiayaan musyarakah Rp. 400.000.000
K: Rekening nasabah Rp. 400.000.000
b. Biaya administrasi Rp. 500.000,- ditanggung oleh nasabah
D: Rekening nasabah Rp. 500.000
K: Pendapatan pembiayaan musyarakah Rp. 500.000
c. Pengumuman pendapatan sebesar Rp. 10.000.000,-
Hak yang diperoleh oleh bank 40% x Rp. 100.000.000 = Rp.40.000.000
D: Pendapatan bagi hasil yang masih akan diterima Rp. 40.000.000
K: Pendapatan bagi hasil pembiayaan musyarakah Rp. 40.000.000
d. Pembayaran angsuran pada bulan ke 12 ( Rp. 400.000.000 : 12 )
D: Rekening nasabah Rp. 33.333.333
K: Pembiayaan musyarakah Rp. 33.333.333
e. Usaha mengalami kerugian akibat salah satu usahanya terbakar sebesar
Rp.25.000.000
Hak bank 40% x Rp. 25.000.000 = Rp. 10.000.000
D: Kerugian pembiayaan musyarakah Rp. 10.000.000
K: Pembiayaan musyarakah Rp. 10.000.0000
f. Pengakukan keuntungan dan kerugian pembiayaan musyarakah
D: kas Rp. 430.000.000
D: Rugi pembiayaan musyarakah Rp. 10.000.000
K: Laba pembiayaan musyarakah Rp. 40.000.000
K: pembiayaan musyarakah Rp. 400.000.000
g. Pembayaran bagi hasil pembiayaan musyarakah
D: Rekening nasabah Rp. 40.000.000
K: Pendapatan bagi hasil pembiayaan musyarakah Rp. 40.000.000

8
h. Berakhirnya akad musyarakah
D: Kas Rp. 400.000.000
K: Pembiayaan musyarakah Rp. 400.000.00011

Fatwa DSN No.08/DSN-MUI/IV/2000 menetapkan mengenai tentang


pembiayaan Musyarakah
1. Ijab dan qabul harus dinyatakan dalam akad dengan memperhatikan hal-
hal berikut.
a. Penawaran dan permintaan harus secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak (akad).
b. Penerimaan dan penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
2. Pihak-pihak yang berakad harus cakap hukum dan memperhatikan hal-
hal berikut.
a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.
b. Setiap mitra menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra
melaksanakan kerja sebagai wakil.
c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam
proses bisnis normal.
d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk
mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang
untuk melakukan aktivitas musyarakah dengan memperhatikan
kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan
yang disengaja.
e. Seorang mitra tidak diizinkan mencairkan atau menginvestasikan
dana untuk kepentingannya sendiri.
3. Objek akad (modal, kerja, keuntungan, dan kerugian);
a. Modal

11
Partini,”Implementasi Pembiayaan Musyarakah Terhadap Akutansi Perbankan Syariah Pada PT.
Bank Muamalat”,Skripsi(Surakarta,Juli 2009),h.67-68

9
1) Modal dapat berupa uang tunai atau aset bisnis. Jika modal berbentuk
aset, terlebih dulu harus dinilai dengan tunai dan disepakati oleh semua
pihak.
2) Modal tidak boleh dipinjamkan atau dihadiahkan kepada pihak lain
kecuali atas dasar kesepakatan.
3) Pada prinsipnya tidak ada jaminan. Namun untuk menghindari terjadinya
penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.
b. Kerja
1) Partisipasi dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah;
akan tetapi kesamaan porsi kerja bukan merupakan syarat. Seorang
mitra boleh melakukan pekerjaan lebih dari mitra yang lain, dan dalam
hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.
2) Setiap mitra melaksanakan pekerjaan atas nama pribadi dan wakil dari
mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi harus dijelaskan
dalam kontrak.12
c. Keuntungan
1) Keuntungan harus dikuantifikasikan dengan jelas untuk menghindari
perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau perhentian
musyarakah.
2) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara propossional atas dasar
keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan
bagi seorang mitra.
3) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi
jumlah tertentu, kelebihan atas presentase itu diberikan kepadanya.
4) Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad.
d. Kerugian.
Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut
saham masing-masing dalam modal.13

C. Implementasi Syirkah Pada Koperasi


Syirkah Inpoktan (Induk Kelompok Tani) yang akan dibangun lebih dekat
dengan syirkah mudhorobah. Syirkah ini mensyaratkan pihak yang bersyirkah

12
Mardani,Fiqh Ekonomi Syariah:Fiqh Muamalah,(Jakarta:Prenada Media Group,2012),h.239-231
13
Ibid.,h.231

10
terdiri dari pihak pemodal dan pengelola yang berakad untuk berusaha bersama
guna memperoleh keuntungan. Pemodal adalah pihak yang hanya berkontribusi
finansial terhadap usaha sedangkan pengelola adalah pihak yang berkontribusi
tenaga/kerja (manajemen dan keahlian) juga dapat berkontribusi finansial.
Jika ada keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian hanya
ditanggung oleh pemodal. Namun demikian, pengelola turut menanggung rugi
jika kerugian itu karena kesengajaan atau karena melanggar syarat-syarat yang
ditetapkan oleh pemodal.
Selanjutnya setelah dibentuk, syirkah ini dapat didaftarkan badan hukum
sebagai koperasi syariah. Untuk kelengkapan organisasi, informasi mengenai
syirkah dapat dituangkan dalam bentuk Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) lembaga AD/ART menjelaskan tentang organisasi/syirkah,
anggota-anggotanya, bentuknya dan lain-lain.14
AD/ART menjadi syarat yang mengikat dalam akad selama syarat-syarat
tersebut tidak melanggar hukum syari‟. AD/ART Koperasi biasanya sudah
ditetapkan dari Dinas Koperasi dan UMKM. Maka poin yang tidak bertentangan
syariat diambil selebihnya tidak digunakan.

a. Memastikan Hak dan Kewajiban


Hak dan kewajiban pengelola secara umum telah jelas, guna memberikan
pedoman diantara kedua belah pihak maka dibuatlah rincian hak dan kewajiban.
Hak dan kewajiban itu dituangkan dalam dokumen akad syirkah inpoktan yang
mengikat kedua belah pihak. Hal ini menjadi penting untuk membedah akad
syirkah sebelum disepakati.
b. Menentukan Para Pemodal
Para pemodal dalam syirkah inpoktan adalah para anggota inpoktan.
c. Memilih Pengelola Koperasi
Pengelola memiliki tanggung jawab untuk mengelola modal dalam suatu
usaha produktif sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang diharapkan.
Oleh karena itu, pengelola haruslah seorang yang memiliki beberapa criteria
dasar antara lain amanah dan mampu. Amanah artinya seseorang tersebut

14
Sri Dewi Anggadini,”Implementasi Syirkah Pada Koperasi”,dalam jurnal Riset Akutansi
Vol.6,No.1,April 2014(95-109)h.106-108

11
dapat dipercaya/tidak khianat sedangkan mampu artinya dapat melaksanakan
tugas/kerja sebagai pengelola.
Ada pula kriteria afdholiyah lainnya misalnya berpengalaman sukses dalam
mengelola usaha syirkah, memiliki jaringan yang luas dan sebagainya. Pengelola
minimal 3 orang yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara (syarat bagi
badan hukum koperasi). Secara praktis kandidat pertama adalah para pengurus
inti inpoktan. Para perwakilan dalam forum pendirian koperasi dapat memberikan
penilaian terhadap para pengurus inti. Bila diantara mereka ada yang tidak
sanggup maka dapat digantikan dengan yang lainnya.15
Setelah perencanaan usaha itu telah ada maka selanjutnya adalah
pengumpulan sumberdaya dan saatnya untuk mengikatkan diri pada akad
syirkah berupa syirkah mudhorobah. Agar semakin mantap syirkah yang
dibangun didaftarkan sebagai lembaga ekonomi rakyat berbadan hukum
koperasi. Membuat akta notaris pendirian koperasi kepada pejabat notaris
kemudian dilanjutkan dengan pengajuan badan hukum kepada dinas koperasi
dan UMKM.

D. Mengakhiri Syirkah
Syirkah akan berakhir apabila terjadi hal-hal berikut.
1. Salah satu pihak yang membatalkannya meskipun tanpa persetujuan
pihak yang lainnya sebab syirkah adalah akad yang terjadi atas dasar rela
sama rela dari kedua belah pihak yang tidak ada kemestian untuk
dilaksanakan apabila salah satu pihak tidak menginginkannya lagi. Hal ini
menunjukan pencabutan kerelaan syirkah oleh salah satu pihak.
2. Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk bertasharruf (keahlian
mengola harta), baik karena gila maupun karena alasan lainnya.
3. Salah satu pihak meninggal dunia, tetapi apabila anggota syirkah lebih
dari dua orang, yang batal hanyalah yang meninggal saja. Syirkah
berjalan terus pada anggota-anggota yang masih hidup. Apabila ahli
waris anggota yang meninggal menghendaki turut serta dalam syirkah
tersebut, maka dilakukan perjanjian baru bagi ahli waris yang
bersangkutan.

15
Ibid,.ha.106-108

12
4. Salah satu pihak ditaruh dibawah pengampuan, baik karena boros yang
terjadi pada waktu perjanjian syirkah tengah berjalan maupun sebab yang
lainnya.16
5. Salah satu pihak jatuh bangkrut yang berakibat tidak berkuasa lagi atas
harta yang menjadi saham syirkah. Pendapat ini dikemukakan oleh
mazhab Maliki, Syafi‟i, dan Hanbali. Hanafi berpendapat bahwa keadaan
bangkrut itu tidak membatalkan perjanjian yang dilakukan oleh yang
bersangkutan.17
6. Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama
syirkah. Bila modal tersebut lenyap sebelum terjadi percampuran harta
hingga tidak dapat dipisah-pisahkan lagi, yang menanggung risiko adalah
para pemilikannya sendiri. Apabila harta lenyap setelah terjadi
percampuran yang tidak bisa dipisah-pisahkan lagi, menjadi risiko
bersama. Kerusakan yang terjadi setelah dibelanjakan, menjadi risiko
bersama. Apabila masih ada sisa harta, syirkah masih dapat berlangsung
dengan kekayaan yang masih ada.18
7. Salah Satu pihak murtad (keluar dari agama islam) dan melarikan diri ke
negeri yang berperang dengan negeri muslim; karena orang seperti ini
dianggap sebagai telah wafat.19

16
Hendi Suhendi,”Fiqh Muamalah”...,h.134
17
Ibid,.ha.134
18
Hendi Suhendi sebagaimana dikutip oleh Ahmad Azhar Basyir,”Fiqh Muamalah”,(Jakarta:Raja
Grafindo Persada,2011),ha.134
19
Nasroen Haroen sebagaimana dikutip oleh ??,”Fiqh Muamalah”,(Jakarta:Gaya Media
Pratama,2007),h.177

13
B. PENUTUP
Implementasi syirkah dalam lembaga keuangan syariah dapat disimpulkan
bahwa Implementasi menurut bahasa adalah penerapan, sedangkan syirkah
yaitu akad antara dua pihak yang saling bekerja sama dalam hal pemodalan agar
mendapatkan keuntungan. Jadi Implementasi Syirkah dalam lembaga keuangan
syariah adalah penerapan bercampurnya suatu modal dengan modal lainnya
dengan saling bekerja sama agar mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Dalam akad syirkah ,kerja sama dalam suatu modal harus mempunyai
kesepakatan terlebih dahulu agar pada akhirnya tidak menimbulkan masalah.
Kesepakatan seperti keuntungannnya harus dibagi rata, jika mengalami kerugian
ditanggung oleh pemodal itu sendiri. Tetapi pengelola turut menananggung rugi,
hal ini sudah melanggar syarat-syarat yang sudah ditentukan.
Hukum perkongsian diperbolehkan untuk melakukan kerja sama dalam
berniaga, tetapi dengan syarat tanpa adanya pengkhianatan dari salah satu atau
kedua pihak. Dengan demikian di dalamnya terdapat tolong menolong. Dalam
perkongsian Syirkah memiliki prinsip yang menggunakan prinsip kemitraan, yakni
keja sama antara pihak-pihak yang bersangkutan untuk mencapai keuntungan
bersama.

14
C. DAFTAR PUSTAKA

Imam Mustofa,Fiqih Muamalah,Jakarta:Raja Grafindo Persada,2016.

Deny Setiawan,”Kerja sama atau syirkah dalam ekonomi islam,”dalam jurnal


ekonomi, (Pekanbaru: Universitas Riau, Volume 2, No.3, September 2013).

Hendi Suhendi,Fiqh Muamalah,Jakarta:Rajawali Pers,2011.

Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, Bandung:Pustaka Setia,2001.

Sri Dewi Anggadini,”Implementasi Syirkah Pada Koperasi”,dalam jurnal Riset


Akutansi,(Bandung: Universitas Komputer Indonesia, Volume 6, No.1, April 2014)

Saleh Al-fauzan,Fiqih Sehari-hari,Jakarta:Gema Insani Press,2005.

Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah,Jakarta:Gaya Media Pratama,2007.

Partini,Implementasi Pembiayaan Musyarakah Terhadap Akutansi Perbankan


Syariah Pada PT. Bank Muamalat,Skripsi,Surakarta,Juli 2009.

Ascarya,Akad&Produk Bank Syariah,Jakarta:Raja Grafindo Persada,2011.

Mardani,Fiqh Ekonomi Syariah:Fiqh Muamalah,Jakarta:Prenada Media


Group,2012

15

Anda mungkin juga menyukai