Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya

seseorang yang lahir dari rahim yang berbeda, manusia yang terlahir sebagai

kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

dibawanya. Keragaman atas keunikan yang dimiliki manusia tersebut menjadi

dasar bagi perlunya optimalisasi potensi personal, sehingga terarah pada jalur

yang benar, normatif, sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat tempat

dirinya berada. Kajian terhadap keunikan manusia mendorong munculnya

pendidikan dalam arti luas yang diarahkan untuk memfasilitasi tumbuh-

kembangnya karakter-karakter unik yang positif secara optimal.

Dalam arti sempit, pendidikan yang diselenggarakan di sekolah

seyogianya menyediakan ruang bagi keunikan individu (siswa) untuk berkembang

optimal sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya diri tidak saja atas

penilaiannya secara subjektif, tapi juga secara objektif berdasarkan perspektif

lingkungan masyarakat sekitarnya. Rasa percaya diri yang positif didorong oleh

kondisi olah rasa penghargaan terhadap diri, baik melalui pandangan personal

maupun pandangan lingkungan terhadap diri individu yang bersangkutan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan

di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan manusia dan keunikan

2. Mengapa manusia unik dan hal apa yang membuat seseorang manusia unik
1.3. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberi pemahaman kepada pembaca

mengenai keunikan manusia dan mengapa manusia sebagai makhluk yang unik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori

1. Perilaku

a. Perilaku Manusia

Semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati

langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo,

2005).

Psikologi memandang perilaku manusia (Human Behavior) sebagai

reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Perilaku

secara luas tertentu tidak hanya dapat ditinjau dalam kaitannya dengan

sikap manusia. Pembahasan perilaku dari teori motivasi, dari sisi teori

belajar, dan dari sudut pandang lain, akan memberikan penekanan yang

berbeda-beda. Namun satu hal selalu dapat disimpulkan, yaitu bahwa

perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksikan.

Begitu banyak faktor-faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu,

saat ini, dan masa datang yang ikut mempengaruhi perilaku manusia.

Disamping berbagai faktor penting seperti hakikat stimulus itu

sendiri, latar belakang pengalaman individu, motivasi, status kepribadian,

dan sebagainya. Memang sikap individu memegang peranan dalam

menentukan begaimanakah perilaku seseorang dilingkungannya. Pada

gilirannya, lingkungan secara timbal balik akan mempengaruhi sikap dan


perilaku. Interaksi antara situasi lingkungan dengan sikap, dengan

berbagai faktor didalamnya maupun diluar diri individu akan membentuk

suatu proses kompleks yang akhirnya menentukan bentuk perilaku

seseorang (Azwar, 2005).

Berbicara tentang perilaku manusia itu selalu unik / khusus.

Artinya tidak sama antar dan inter manusianya, baik dalam hal

kepandaian, bakat, sikap, minat, maupun kepribadian. Manusia berperilaku

atau beraktifitas karena adanya tujuan untuk mencapai suatu tujuan atau

global. Dengan adanya need atau kebutuhan diri seseorang maka akan

muncul motivasi atau penggerak / pendorong, sehingga manusia atau

individu itu beraktifitas / berperilaku, baru tujuan tercapai dan individu

mengalami kepuasan. Siklus melingkar kembali memenuhi kebutuhan

berikutnya atau kebetuhan yang lain dan seterusnya dalam suatu proses

terjadinya perilaku manusia (Widyatun, 1999)

SIKAP Aktivitas/ Perilaku

HAM

Komunikasi
Personality
Motivasi / dorongan
Goal / tujuan

Need/ kebutuhan
Kepuasan/ satisfaction
Sumber : Widyatun, 1999
Gambar 2.1
Teori Lingkungan

Sedangkan menurut Bandura (1977) mengemukakan suatu


formulasi mengenai perilaku, dan sekaligus dapat memberikan informasi
bagaimana peran perilaku itu terhadap lingkungan dan terhadap individu
atau organisme yang bersangkutan. Formulasi Bandura berwujud
B=behavior, E=envinronment, P=person atau organisme. Perilaku
lingkungan dan individu itu sendiri saling berinteraksi satu dengan yang
lain. Ini berarti bahwa perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu
sendiri, dismping itu perilaku juga berpengaruh pada lingkungan,
demikian pula lingkungan, dapat mempengaruhi individu, demikian
sebaliknya (Walgito, 2003).

B (behavior)

E P
(environment)
(person)

Sumber : Walgito, 2003

Gambar 2.2
Formulasi Bandura

b. Jenis perilaku

Sebagaimana diketahui bahwa perilaku / aktifitas yang ada pada

individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai

akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu atau

organisme itu. Perilaku atau aktifitas itu merupakan jawaban atau respon

terhadap stimulus yang mengenainya.


Skinner (1976) membedakan perilaku menjadi (a) perilaku yang

mengalami (innate behavior), (b) perilaku operan (operant behavior).

Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan,

yakni yang berupa reflek-reflek dan insting, sedangkan perilaku operan

yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar (Walgito, 2003).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku ditentukan

oleh 3 faktor, yaitu :

1) Faktor Predisposisi (Presdiposisi Factors)

Faktor presdiposisi mencakup beberapa hal, antara lain pengetahuan

dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan,

sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya.

2) Faktor Pendukung (Enabling Factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan alat, sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan masyarakat.

3) Faktor Penguat (Reinforcing Factors)

Sikap dan perilaku petugas, dukungan suami dan perilaku tokoh

masyarakat.
d. Faktor yang menyebabkan perbedaan individu berperilaku :

1) Persepsi

Persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang

akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, memberi serta

meraba (kerja indra) disekitar kita (Widayatun, 1999).

Michell dalam Walgito (2002) menyatakan bahwa persepsi adalah

suatu proses yang didalamnya mengandung proses seleksi ataupun

sebuah mekanisme pengorganisasian sebagai proses seleksi atau

skreaming berarti, bahwa beberapa informasi akan diproses dan yang

lainnya tidak diproses.

2) Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,

2007).

3) Sikap

Sikap / attitude dapat didefinisikan sebagai “a presdipotion to react in

some mannert an individual or situation“, yang secara bebas dapat

diartikan sebagai suatu rangsang yang timbul dari seseorang atau

situasi (Indrawijaya, 2002).

4) Kepribadian

Menurut Kurt Lewin (1935) dalam hal ini kepribadian adalah fungsi

dari pembawaan sejak lahir dari lingkungan (pengalaman).


5) Belajar

Merupakan suatu proses / pembentukan perubahan tingkah laku yang

mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan, ketrampilan,

kebiasaan, sikap yang semuanya diperoleh, disimpan, dan

dilaksanakan (Afifudin, 1981).

e. Batasan Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan yang diawali dengan adanya

pengetahuan tentang manfaat suatu hal, yang menyebabkan orang tersebut

melaksanakan suatu kegiatan. Selanjutnya sikap yang positif ini akan

mempengaruhi niat untuk ikut dalam suatu kegiatan, dan niat ini akan

menjadi tindakan apabila mendapat dukungan sosial dan tersedianya

fasilitas (Fisbein & Aizen) dalam Indrawijaya (2002). Niat ini akan

menjadi tindakan apabila mendapat dukungan sosial dan tersedianya

fasilitas–fasilitas. Kegiatan yang dilakukan inilah yang disebut Perilaku.

Skinner (1938) seorang ahli dalam Notoatmodjo (2003),

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dilihat dari bentuk respon

terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Perilaku Tertutup

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup (covert). Respon ini belum dapat diamati secara jelas oleh

orang lain.
2) Perilaku Terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau respon yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat

oleh orang lain.

f. Asumsi Determinan Perilaku Manusia

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk

dibatasi karena perilaku merupakan resultansi (akibat) dari berbagai faktor,

baik internal maupun eksternal. Secara lebih terperinci, perilaku manusia

sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti

pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan

sebagainya. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut

dipengaruhi pula oleh faktor lain seperti pengalaman, keyakinan, sarana

fisik, sosio-budaya masyarakat dan sebagainya ( Notoatmodjo, 2003).

2. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

(Notoatmodjo, 2007).

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni :

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

(Notoatmodjo, 2007).
b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan

sebagai berikut:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai peningkatan suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Tingkat ini adalah mengikat kembali

terhadap sesuatu spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari,

oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah.

2) Memahami (Comprehention)

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sesungguhnya.

Aplikasi disini diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode dan prinsip dalam situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu

objek keadaan komponen-komponen tapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.


5) Sistesis (Syntesis)

Menunjukan pada suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan kriteria

yang ditentukan atau menggunakan kriteria yang telah ada.

c. Proses terjadinya pengetahuan menurut Roger (1974) dalam

Notoatmodjo (2003)

1). Awarenes (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2). Interest (merasa tertarik) dimana orang mulai tertarik terhadap

stimulus.

3). Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya.

4). Trial dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

5). Adoption dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan

pengetahuan kesadaran terhadap stimulus.


d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1). Pendidikan bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada

perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu. Makin

tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima

informasi dan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki.

2). Usia semakin cukup umur seseorang, tingkat pengetahuannya akan

lebih matang dalam berfikir dan bertindak.

3). Pengalaman pengalaman merupakan faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan karena dari pengalaman orang lain dapat

dijadikan sebagai acuan untuk dapat meningkatkan pengetahuan.

4). Support sistem lingkungan disekitar kita juga dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan manusia, karena dari lingkungan ini di dapat

pengetahuan serta mengetahui sesuatu yang belum diketahui.

3. Sikap (atitude)

a. Pengertian

Sikap / attitude dapat didefinisikan sebagai “ a presdipotion to

react in some mannert an individual or situation “, yang secara bebas

dapat diartikan sebagai suatu rangsang yang timbul dari seseorang

atau situasi (Indrawijaya, 2002).

b. Tingkatan-tingkatan sikap

1). Menerima (Receiving)

Menerima artinya bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimunus yang diberikan (objek).


2). Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya,mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah

berarti orang menerima ide tersebut.

3). Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap.

4). Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih

dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

5). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung. Menurut Azwar, Azrul (2000:99) “secara langsung dapat

dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden suatu

objek secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-

pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden”.

c. Teori Sikap

1) Belajar melakukan proses asosiasi perlu sikap pengukuran kembali.

2) Teori keseimbangan model keseimbangan dari ras suku.

Kemungkinan dari dua susunan struktur yang tidak seimbang

cenderung menjadi struktur yang seimbang melalui perubahan

dalam satu unsur atau lebih.


3) Teori ketidaksesuaian akan berubah demi mempertahankan

konsistensi dengan perilaku nyata.

4) Teori atribusi orang bersikap dengan mempertimbangkan kondisi dan

efeksi dari psikomotor di dalam kesadaran mereka.


BAB III

PENUTUP

Pada hakekatnya manusia adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, diciptakan
dalam bentuk paling sempurna. Manusia adalah makhluk spiritual yang akan menjalani fase-fase
peristiwa kehidupan baik sebelum lahir, sekarang maupun setelah mati. Spiritual merupakan
aspek non fisik yang mampu memberikan kekuatan manusia untuk lebih dari sekedar hidup.
Jadi manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan sebagaimana juga makhluk-makhluk yang
lain di muka bumi ini dan setiap makhluk yang dijadikan itu memiliki ciri-ciri tertentu yang
membedakan ia dengan makhluk lainnya.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk utama dalam dunia alami, makhluk yang
berkemauan bebas, makhluk yang sadar dan sadar diri, kreatif, idealis, serta makhluk moral. Sifat
hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil ( jadi bukan hanya
gradual ) membedakan manusia dari hewan.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.upy.ac.id/711/2/BAB%20I.pdf

https://www.scribd.com/document/398817519/MAnuSia-ItU-UniQ-Jilid-Ke-2

https://ruslismun2.blogspot.com/2017/05/makalah-pendidikan-karakter-bangsa_24.html

Anda mungkin juga menyukai