Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PENDEKATAN PENDIDIKAN

(PENDEKATAN KEBUTUHAN SOSIAL)

OLEH :

KELOMPOK IV

NAMA : A. FARID AL HUSAIN


SAHIR ALIMUDDIN
NURWINDA SARI
AYU ANDIRA
KELAS : 4A

PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan
dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Makassar, April 2019

Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Pengertian Pendekatan Kebutuhan Sosial ............................................................. 2
B. Target UNESCO dalam Pendekatan Kebutuhan Sosial........................................ 3
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 6
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakekatnya pendekatan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan
menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi, seperti (peristiwa,
keadaan, suasana), dan sebagainya. Pendekatan bukanlah masalah kira-kira, manipulasi
atau teoritis tanpa fakta atau data yang kongkrit. Dan persiapan pendekatan harus
dinilai. Pendekatan sangat menentukan keberhasilan dari suatu program. Dalam bidang
apapun pendekatan merupakan unsur penting dan strategis yang memberikan arah
dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dikehendaki.
Dalam bidang pendidikan misalnya, Pendekatan merupakan salah satu faktor
kunci efektifitas keterlaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan bagi setiap jenjang dan jenis pendidikan pada tingkat
nasional maupun loka. Sehingga Pendekatan merupakan unsur terpenting yang harus
dilakukan sebelum memulai suatu kegiatan pendidikan.
Suatu kegiatan pasti didasari dengan sebuah rencana. Begitu pula dalam dunia
pendidikan. Dengan adanya Pendekatan, akan diketahui bagaimana proses pendidikan
akan dilangsungkan, sehingga tujuan pendidikan akan tercapai. Dalam makalah ini,
kami akan membahas tentang definisi Pendekatan pendidikan dan sejarah
berkembangnya Pendekatan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian pendekatan kebutuhan sosial ?
2. Target UNESCO dalam pendekatan kebutuhan sosial ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Kebutuhan Sosial


Pendekatan social demand adalah pendekatan dalam perencananan pendidikaan
yang didasarkan atas tuntutan atau kebutuhan sosial akan pendidikan. Pengertian
kebutuhan atau tuntutan sosial itu berwayuh arti dan menyesatkan. Masyarakat yang
manakah yang dijadikan ukuran? Lagi pula kebutuhan manakah yang dimaksudkan,
sekarang atau masa yang akan datang? Dan masa yang akan datang itu kapan?.
Biasanya pengertian kebutuhan sosial itu menunjuk kepada kebutuhan yang brsifat
populer. Kebutuhan itu terasa apabila terjadi jurang antara penyediaan dan kebutuhan.
Memang kebutuhan itu dapat dipengaruhi oleh pemerintah, memang lebih mudah
menaikkan kebutuhan daripada menurunkan kebutuhan masyarakat akan pendidikan.
Mengukur kebutuhan sosial akan pendidikan itu sangat sulit, bahkaan kadang-kadang
tidak mungkin, kecuali kalau ada wajib belajar dan data demografi
(Vembriarto,1985:47).
Menurut Vembriarto (1985:47) ada tiga kritik, terutama dikemukakan oleh ahli-
ahli ekonomi terhadap pendekatan social demand yaitu :
a. Pendekatan itu mengabaikan masalah alokasi sumber-sumber dalam skala
nasional, dan secara implisit tidak mempersoalkan berapa besar sumber yang
diperuntukkan bagi pendidikan, karena beranggapan bahwa penggunaan sumber-
sumber bagi pendidikan itulah yang terbaik bagi pembangunan bangsa sebagai
keseluruhan
b. Pendekatan itu mengabaikan ciri dan pola kebutuhan manpower yang diperlukan
di sektor kehiduan ekonomi, dengan demikian akan cenderung menghasilkan
tamatan yang sebenarnya kurang diperlukan, dan justru akan kekurangan jenis
tamatan yang sebenarnya sangat dibutuhkan
c. Pendekatan itu cenderung terlalu menjawab tuntutan saja sehingga mengabaikan
pertimbangan pembiayaan, dan pemerataan sumber-sumber itu menjadi
sedemikian kecilnya, akibatnya ialah turunya kualiatas dan evektivitas pendidikan,
yang mana berarti pemborosan.
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan kebutuhan sosial oleh
para ahli disebut pendekatan yang bersifat tradisional, karena fokus atau tujuan yang
hendak dicapai dalam pendekatan kebutuhan sosial ini lebih menekankan pada:(a)
tercapainya pemenuhan kebutuhan atau tuntutan seluruh individu terhadap layanan
pendidikan dasar; (b) pemberian layanan pembelajaran untuk membebaskan populasi
usia sekolah dari tuna aksara (buta huruf); (c) pemberian layanan pendidikan untuk
membebaskan rakyat dari rasa ketakutan dari penjajahan, dari kebodohan,dan dari
kemiskinan. Oleh karena itu pendekatan kebutuhan sosial ini biasanya dilaksanakan
pada Negara-negara yang baru meraih kemerdekaan dari penjajahan,dengan kendisi
masyarakat pribumi yang terbelakang pendidikanya dan kondisi sosial ekonomiannya.
Jika pendekatan ini dipergunakan, maka tugas para perencana pendidikan harus
memperkirakan kebutuhan pada masa yang akan datang dengan menganalisa (Udin &
Makmur, 2005:235):
a. Pertumbuhan penduduk
b. partisipasi dalam pendidikan(yakni dengan menghitung prosentase penduduk yang
bersekolah )
c. arus murid dari kelas satu kekelas yang lebih tinggi dan darin satu tingkat ketingkat
pendidikan yang lebih tinggi
d. pilihan atu keinginan masyarakat dari individu tentang jenis-jenis pendidikan.
Mengukur social demand sangat sukar dan sering tidak mungkin, kecuali
kewajiban belajar ada bersama-sama dengan data demografi yang baik tentang
kelompok usia yang relevan (biasanya terdapat pada negara-negara berkembang dan
tidak di semua negara yang sedang berkembang). Untuk mendapatkan ukuran yang
agak baik tentang demand rupanya memerlukan pengumpulan atau pencatatan dari
rumah ke rumah dalam beberapa hal.
1. Pendekatan kebutuhan sosial
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan kebutuhan sosial, oleh
para ahli disebut pendekatan yang bersifat tradisional, karena fokus atau tujuan yang
hendak dicapai dalam pendekatan kebutuhan sosial ini lebih menekankan pada: (1)
tercapainya pemenuhan kebutuhan atau tuntutan seluruh individu terhadap layanan
pendidikan dasar; (2) pemberian layanan pembelajaran untuk membebaskan populasi
usia sekolah dari tuna aksara (buta huruf); dan (3) pemberian layanan pendidikan untuk
membebaskan rakyat dari rasa ketakutan dari penjajahan, dari kebodohan dan dari
kemiskinan. Oleh karena itu pendekatan kebutuhan sosial ini biasanya
dilaksanakan pada negara-negara yang baru meraih kemerdekaan dari penjajahan,
dengan kondisi masyarakat pribumi yang terbelakang pendidikannya dan kondisi
sosial ekonominya.
Apabila pendekatan kebutuhan sosial ini dipakai, maka ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan atau diperhatikan oleh penyusun perencanaan dalam
merancang perencanaan pendidikan, antara lain: (1) melakukan analisis tentang
pertumbuhan penduduknya; (2) melakukan analisis tentang tingkat partisipasi warga
masyarakatnya dalam pelaksanaan pendidikan, misalnya melakukan analisis
persentase penduduk yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan, yang dapat
memberikan kontribusi dalam peningkatan layanan pendidikan di setiap satuan
pendidikan; (3) melakukan analisis tentang dinamika atau gerak (mobilitas) peserta
didik dari sekolah tingkat dasar sampai perguruan tinggi, misalnya kenaikan kelas,
kelulusan, dan dropout; (4) melakukan analisis tentang minat atau keinginan warga
masyarakat tentang jenis layanan pendidikan di sekolah; (5) melakukan analisis
tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dibutuhkan, dan dapat difungsikan
secara maksimal dalam proses layanan pendidikan; dan (6) melakukan analisis tentang
keterkaitan antara output satuan pendidikan dengan tuntutan masyarakat atau
kebutuhan sosial di masyarakat (Sa’ud, S. dan Makmun A,S. 2007; Usman, H. 2008).
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan pendekatan kebutuhan
sosial dalam perencanaan pendidikan. Diantara sisi positif pendekatan ini antara lain:
(1) pendekatan ini lebih cocok untuk diterapkan pada masyarakat atau negara yang
baru merdeka dengan kondisi kebutuhan sosial, khususnya layanan pendidikan masih
sangat rendah atau masih banyak yang buta huruf; dan (2) pendekatan ini akan lebih
cepat dalam memberikan pemerataan layanan pendidikan dasar yang dibutuhkan pada
warga masyarakat, karena keterbelakangan di bidang pendidikan akibat penjajahan,
sehingga layanan pendidikan yang diberikan langsung bersentuhan dengan kebutuhan
sosial yang mendasar yang dirasakan oleh masyarakat. Sedangkan sisi kelemahan
pendekatan kebutuhan sosial ini antara lain: (1) pendekatan ini cederung hanya untuk
menjawab persoalan yang dibutuhkan masyarakat pada saat itu, yaitu pemenuhan
kebutuhan atau tuntutan layanan pendidikan dasar sebesar-besanya, sehingga
mengabaikan pertimbangan efisiensi pembiayaan pendidikan; (2) pendekatan ini lebih
menekankan pada aspek kuantitas (jumlah yang terlayani sebanyak-banyaknya),
sehingga kurang memperhatikan kualitas dan efektivitas pendidikan, oleh karena itu
pendekatan ini terkesan lebih boros; (3) pendekatan ini mengabaikan ciri-ciri dan pola
kebutuhan man power yang diperlukan di sektor kehidupan ekonomi, dengan demikian
hasil atau output pendidikan cenderung kurang bisa memenuhi tuntutan kebutuhan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini; dan (4) pendekatan ini lebih
menekankan pada aspek pemerataan pendidikan (dimensi kuantitatif) dan kurang
mementingkan aspek kualitatif. Disamping itu pendekatan ini kurang memberikan
jawaban yang komprehensif dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan, karena lebih
menekankan pada aspek pemenuhan kebutuhan sosial, sementara aspek atau bidang
kehidupan yang lain kurang diperhatikan.
B. Target UNESCO dalam Pendekatan Kebutuhan Sosial
Target regional UNESCO yang ditunjukkan mula-mula merupakan suatu
gambaran yang betul-betul baik tentang pendekatan social demand. Metode yang
dipergunakan pada dasarnya sangat sederhana meskipun sebenarnya bukanlah suatu hal
yang mudah untuk mendapatkan faktor yang pokok dan untuk melaksanakannya.
Langkah pertama mengumpulakn perkiraan-perkiraan terbaik yang dapat diperoleh
tentang jumlah anak-anak dengan umurnya di setiap negara yang ada dalam suatu
region dan berapa diantaranya yang sudah bersekolah di sekolah dasar., sekolah
menengah, dan peguruan tinggi. Dengan cara ini dapat diperoleh rata-rata anak yang
aktif bersekolah di saat itu. Langkah berikutnya mengadakan proyeksi populasi anak
untuk setiap umur dampai dengan tahun 1980-an. Langkah ketiga memilih beberapa
target rata-rata anak yang bersekolah untuk tahun 1980, umpamanya, dan tahun-tahun
diantaranya dan menyesuaikan dengan proyeksi populasi, untuk menentukan target
enrollment.
Langkah ketiga ini merupakan langkah yang paling membutuhkan daya upaya
dan kemampuan berfikir, karena ia memerlukan kebijaksanaan atau menggunakan
banyak faktor, seperti pendidikan yang bagaimana yang sebenarnya dibutuhkan oleh
masyarakat, bagaimana membiayainya, apakah faktor ekonomi dapat membantunya,
berapa tenaga terdidik yang dibutuhkan dan berapa lapangan kerja tersedia, berapa
bantuan luar negeri, yag dapat diperoleh dan sebagainya. Beberapa asumsi perlu
ditetapkan sebagai usaha melengkapi beberapa data/fakta yang sukar diperoleh. Salah
satu asumsi yang paling penting adalah bahwa demand terhadap pendidikan akan terus
meningkat lebih cepat daripada supply-nya. Yang lain adalah bahwaunit cost
pendidikan akan tetap sama (Timan, 2004:16).
Menurut Arifin (2010), ada beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan
pendekatan ini dalam perencanaan pendidikan. Di antara sisi positif pendekatan ini
antara lain:
a. pendekatan ini lebih cocok untuk diterapkan pada masyarakat atau Negara yang baru
merdeka dengan kondisi kebutuhan sosial, khususnya layanan pendidikan masih
sangat rendah atau masih sangat banyak yang buta huruf
b. pendekatan ini akan lebih cepat dalam memberikan pemerataan layanan pendidikan
dasar yang dibutuhkan pada warga masyarakat, karana keterbelakangan dibidang
pendidikan akibat penjajahan, ssehingga layanan pendidikan yang diberikan
langsung bersentuhan dengan kebutuhan sosial yang mendasar yang dirasakan oleh
masyarakat.
Sedangkan sisi kelemahan pendekatan kebutuhan sosial,ini antara lain:
a. pendekatan ini cenderung hanya untuk menjawab persoalan yang dibutuhkan
masyarakat pada saat itu, yaitu pemenuhan kebutuhan atau tuntutan layanan
pendidikan dasar sebesar-besarnya, sehingga mengabaikan pertimbangan efisiensi
pembiayaan pendidikan
b. pendekatan ini lebih menekankan pada kuantitas sehingga kurang memperhatikan
kualitas dan efektifitas pendidikan, oleh karena itu pendekatan ini terkesan lebih
boros
c. pendekatan ini mengabaikan ciri-ciri dan pola kebutuhan man power yang
diperlukan di sektor kehidupan ekonomi, dengan demikian hasil atau
outputpendidikan cenderung kurang bisa memenuhi tuntutan kebutuhan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi terkini
d. pendekatan ini lebih menekankan pada aspek pemerataan pendidikan (dimensi
kuantitatif) dan kurang mementingkan aspek kualitatif. Disamping itu pendekatan
ini kurang memberikan jawaban yang komprehensif dalam upaya pencapaian tujuan
pendidikan, karena lebih menekankan pada aspek pemenuhan kebutuhan sosial,
sementara aspek atau bidang kehidupan yang lain kurang diperhatikan
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Didalam pendidikan terdapat suatu perencanaan pendidikan yang berfungsi
sebagai pedoman pelaksanaan dan pengawasan bagi pelaku rencana (perencana).
Perencanaan merupakan instrumen penting dalam suatu kegiatan. Didalam
perencanaan pendidikan terdapat pendekatan perencanaan pendidikan. Pendekatan
perencanaan pendidikan terdiri dari: pendekatan kebutuhan sosial yaitu pendekatan
tentang tuntutan masyarakat akan pemerataan pendidikan dan pendekatan kebutuhan
ketenagakerjaan yaitu pendekatan yang berkaitkan dengan pengembangan tenaga
manusia melalui pendidikan, guna memenuhi tuntutan kebutuhan sektor perekonomian
DAFTAR PUSTAKA

http://sitiparwati20.blogspot.com/2016/03/makalah-pendekatan-perencanaan.html
https://fuadmje.wordpress.com/2011/11/06/pendekatan-perencanaan-pendidikan/
https://gadogadozaman.blogspot.com/2016/02/pendekatan-perencanaan-pendidikan.html
https://www.google.com/search?safe=strict&rlz=1C1CHZL_enID841ID841&ei=2bKkXKW0LIvYvATHs
oTAAQ&q=latar+belakang+pendekatan+kebutuhan+sosial+&oq=latar+belakang+pendekatan+kebutu
han+sosial+&gs_l=psy-ab.3...1654078.1666745..1666934...5.0..0.281.3193.0j22j1......0....1..gws-
wiz.......0i71j35i39j0i22i30j35i304i39j0i13i30j0i7i30j33i10.IY9nFEy3tfQ

Anda mungkin juga menyukai