ANAK ANAK
A. Anamnesa
- Awal anamnesa seupa dengan anamnesa yang lain berupa identitas
penderita, tetapi pertanyaan pertanyaan berikutnya dilakukan dengan lebih
terinci dan terarah, sebagai berikut :
- Identitas penderita : nama, alamat, umur, perkawinan, anak, pekerjaan,
keadaan social ekonomi
- Termasuk dalam bagian ini adalah anamnesa mengenai factor risiko sakit
yaitu usia sangat lanjut (> 70 tahun ), dan lain lain
- Anamnesa tentang obat, baik sebelum sakit ini atau yang diminum dirumah,
baik yang berasal dari resep dokter atau yang dibeli bebas
- Penilaian system : bagian ini berbeda dengan anamnesa penderita
golongan umur lain, karena tidak berdasarkan model medsik
- Untuk mendapatkan jawaban yang baik, seringkali diperlukan alo
anamnesa dari orang/ keluarga yang merawat sehari hari : anamnesa
tentang kebiasaan yang merugikan kesehatan, anamnesa tetang berbagai
gangguan yang terdapat : menelan, masalah gigi, gigi palsu, gangguan
komunikasi/ bicara
- Kepribadian perasaan hati, kesadararan dan afek ( aloanamnesa)
B. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital
- Pemeriksaan tekanan darah harus dilaksanakan dalam keadaan tidur,
duduk dan berdiri, masing masing dengan selang 1-2 menit, untuk melihat
kemungkinan terdaptnya hipotensi ortostatik
- Pemeriksaan fisik untuk menilai sisten, pemeriksaan organ dan system ini
perlu disesuaikan dengan tingkat kemempuan pemeriksa/ dokter
- Pada pelaksanaan dilakukan pemeriksaan fisik dengan urutan seperti pada
anamnesa penilaian system, yaitu : pemeriksaan syaraf kepala, pemeriksaa
panca indera, saluran nafas atas, gigimulut
- Pemeriksaan dada, paru paru, jantung, dan seterusny sampai pada
pemeriksaan ekstermitas, reflek reflex, kulit integument
C. Pemeriksaan Tambahan
- Pemeriksaan tambahan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi
penderita, tingkat keahlian pemeriksa
- Pemeriksaan rutin pada usia lanjut : foto thoraks, EKG, laboratorium darah/
urin/ feses rutin , gula darah, lipid, fungsi hati, fungsi ginjal, fungsi tiroid,
kadar serum B6, B12
D. Pemeriksaan Fungsi
- Pelaksanaan assesmen fungsi fisik dan psikis penderita dapat dibagi
beberapa jenis :
- Aktivitas hidup sehari hari (AHS dasar )
- Kemampuan mental kognitif
3. SAKIT TERMINAL
1. Aspek keperawatan
Perawat dapat berbagi penderitaan pasien menjelang ajal dan mengintervensi
dengan melakukan assesmen yang tepat sebagai berikut :
a. Assesmen tingkat pemahaman pasien dan atau keluarga
Closed awareness : pasien dan atau keluarga percaya bahwa pasien akan
segera sembuh.
mutual pretense : keluarga mengetahui kondisi terminal pasien dan tidak
membicarakannya lagi. Kadang kadang keluarga menghindari percakapan
tentang kematian demi menghindarkan dari tekanan.
Open awarence : keluarga telah mngetahui tentang proses kematian dan
tidak merasa keberatan untuk memperbincangkannya walaupun terasa sulit
dan sakit. Kesadaran ini membuat keluarga mendapat kesempatan untuk
menyelesaikan masalah masalah, bahkan dapat berpartisipasi dalam
merencanakan pemakaman. Pada tahapan ini, perawat atau dokter dapat
menyampaikan isu yang sensitive bagi keluarga seperti autopsy atau
donasi organ.
b. Assesmen factor fisik pasien
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal, pasien dihadapkan pada berbagai
masalah menurunnya fisik, perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang
terjadi pada pasien terminal meliputi :
1. Pernapasan ( breath ):apakah teratur atau tidak, ada sura tambahan atau
tidak, sesak nafas atau tidak, ada batuk atau tidak, jika ada produktif atau
tidak, ada sputum atau tidak, warna nya apa, bau, dan jenisnya
2. Kardiovaskuler ( blood ) : bagaimana iram jantung, regular atau tidak, adakah
akral dingin atau tidak ada, pucat atau tidak, bagaiman pulsasinya,apakah
ada perdarahan atau tidak, berapa tensi dan MAP dalam mmHg
3. Persyarafan ( brain ): berapa GCS nya , apakah ada tanda tanda TIK,
4. Perkemihan ( bladder ) : bagaimana area perkemihannya, bersih atau tidak,
berapa jumlah cairan masuk cc/hari, bagaiman cara buang air kecil, apakah
spontan atau bantuan, bagaimana produksi urin, jumlah cc/jam
5. Pencernaan ( bowel) : bagaimana napsu makan,bagaimana porsi
makan,minum brp cc/ hari,apakah mulut bersih, apakah ada mula muntah,
buang air besar berapa kali sehari
6. Musculoskeletal: bagaimana pergerakan sendi, bagaiman warna kulit,adakah
odem, adakah dekubitus,apakah ada lukanya,apakah ada kontraktur, apakah
ada fraktur atau tidak, apakah ada jalur infuse atau tidak
c. Assesmen tingkat nyeri pasien
Lakukan assesmen nyeri pasien, bila nyeri sangat mengganggu maka segera
lakukan manajemen nyeri yang memadai.
Intervensi keperawatan :
1. Intervensi medis
Ketika pasien mengalami cedera berat atau sakit yang serius maka beberapa
inteversi medisdapat memperpanjang hidup pasien , sebagai berikut :
a. Tindakan resusitasi jatung paru dan otak
Pemberian bantuan hidup dasar dan lanjut kepada pasien yang
mengalami henti nafas atau henti jantung. RJPO diindikasikan untuk
pasien yang tidak bernafasdan tidakmenunjukkan tanda tanda sirkulasi
dan tanpa instruksi DNR di rekam medisnya.
b. Pemakaian alat ventilasi mekanik(ventilator )
Pemakaian ventilator ditujukan untuk keadaan tertentu karena penyakit
yang berpotensi atau menyebabkan gagal nafas.
c. Pemberian nutrisi
1. Feeding tube , seringkali pasien sakit terminal tidak bisa
mendapatkan makanan lewat mulut langsung, sehingga perlu dilakukan
pemasangan feeding tube untuk memenuhi nutrisi tersebut.
2. Parenteral nutrisi, adalah upaya untuk mengirim nutrisi secara
langsung ke dalam pembuluh darah, yang berguna untuk menjaga
kebutuhan nutrisi pasien.
d. Tindakan dialysis
Tindakan dialysis diberikan pada apsien terminal yang mengalami
penurunan fungsi ginjal baik yang akut maupun yang kronik gengan LFG
< 15 ml/menit. Pada keadaan ini fugsi ginjal sudah sangat menurun
sehngga terjadi akumulasi toksin dalam tubuh yang disebut sebagai
uremia.
e. Pemberian antibiotik
Pasien terminal memilikiresiko infeksi berat 5-10 kali lebih tinggi
dibandingkan pasien lainnya. Infeksi berat inipaling sering ditemukan
pada saluran pernapasan, saluran kemih, peredaran darah
A. Prinsip level 1:
• Beritahukan kepada pasien bahwa nyeri kronik adalah masalah yang rumit dan
kompleks. Tatalaksana sering mencakup manajemen stress, latihan fisik, terapi
relaksasi, dan sebagainya
• Jadwalkan control pasien secara rutin, jangan biarkan penjadwalan untuk control
dipengaruhi oleh peningkatan level nyeri pasien.
• Atasi keengganan pasien untuk bergerak karena takut nyeri. iv. Manajemen
psikososial (atasi depresi, kecemasan, ketakutan pasien)
• Terapi simptomatik:
D. Nyeri otot
• lakukan skrining terhadap patologi medis yang serius, faktor psikososial yang
dapat menghambat pemulihan
• berikan program latihan secara bertahap, dimulai dari latihan dasar / awal
dan ditingkatkan secara bertahap.
• Rehabilitasi fisik:
− mekanik
- Stress / depresi
- Teknik relaksasi
- Perilaku kognitif
- Ketergantungan obat
- Manajemen amarah
• terapi obat:
− antidepressant
E. Nyeri inflamasi
• penyebab yang sering: tumor / kista yang menimbulkan kompresi pada struktur
yang sensitif dengan nyeri, dislokasi, fraktur.
ii. Skor DIRE: digunakan untuk menilai kesesuaian aplikasi terapi opioid jangka
panjang untuk nyeri kronik non-kanker.9
iii. Intervensi: injeksi spinal, blok saraf, stimulator spinal, infus intratekal, injeksi
intra-sendi, injeksi epidural
ii. Indikasi: pasien nyeri kronik yang gagal terapi konservatif / manajemen level 1.
iii. Biasanya rujukan dilakukan setelah 4-8 minggu tidak ada perbaikan dengan
manajemen level 1.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) ,lahir normal dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam ,tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin
B. Mekanisme Persalinan
1. Turunnya Kepala
Putaran paksi dalam ialah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar kedepan kebawah
symphysis. Presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun –
ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar kedepan kebawah symphysis.
Putaran paksi dalam merupakan suatu usaha untuk menyampaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir, kghususnya bidang tengah dan pitu bawah panggul.
Putaran paksi dalam ini bersamaan dengan majunya kepala dan tidak sebelum
kepala sampai kehodge III.
5. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai dari dars panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi dari kepala hal ini disebabkan sumbu jalan lahir pada pintu
bawah panggul mengarah kedepan dan atas. Pada kepala bekerja dua kekuatan,
yang satu mendesak kebawah dan tahanan dasar panggul yang menolak keatas.
Dimana suboccipito menjadi pusat pemutaran ( hypomochlion ) maka lahirlah
berturut – turut UUB, dahi, hidung mulut dan dagu dengan gerakan extensi.
6. Putaran Paksi Luar
Gerakan yang terakhir adalah gerakan paqksi luar yang sebenarnya disebabkan
karena ukuran bahu ( diameter bisacromial ) menempatkan diri dalam diameter
anterior posterior dari pintu bawah panggul.
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai bawah symphysis dan arahkan
bahu kebawah untuk melahirkan bahu depan. Setelah itu diarahkan keatas agar
bahu belakang dapat lahir.
Indikasi :
Persiapan :
4. Transmisi airbone
a. Penempatan : tempatkan pasien diruang terpisah yang mempunyai tekanan
negative, pertukaran udara 6 – 12 x/ jam dan pengeluaran udara terfiltrasi
sebelum udara mengalir ke ruang atau tempat lain di rumah sakit. Usahakan
pintu ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan,
tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba yang sama,
jangan dicampur dengan infeksi lain ( kohorting ) dengan jarak > 1 meter.
Konsultasikan dengan petugas PPIRS sebelum menempatkan pasien bila
tidak ada ruang isolosi dan kohorting tidak memungkinkan.
b. Transport pasien : batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau
diperlukan . Bila perlu untuk pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah
untuk cegah menyebarnya droplet nuclei.
c. APD petugas : masker respiratori N95/ kategori N pada efisiensi 95 % saat
masuk ruang pasien atau suspek TB baru. Bila tidak ada maka
minimalgunakan masker bedah/ prosedur, sarung tangan, dan gaun. Bila
melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol.
d. Cuci tangan