Tata Kelola
Tata Kelola
TINJAUAN PUSTAKA
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Gawat darurat adalah keadaan klinis
pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan
masyarkat. Tugasnya adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan
serta melaksanakan upaya rujukan. Rumah sakit umum perlu mempunyai fungsi
mempunyai fungsi:
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
medik dasar.
Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari
ketua staf medis fungsional (SMF) atau yang mewakili SMF yang ada di rumah sakit.
Komite medik berada dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama
penyelenggaraan komite medik di rumah sakit. Menurut Permenkes ini, komite medik
merupakan perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical
governance) agar staf medis dirumah sakit terjaga profesionalismenya dengan cara
dilakukan secara bersama oleh kepala/ direktur rumah sakit dan komite medik.
komite medik dengan mengerahkan semua sumber daya agar profesionalisme para
medis dengan masyarakat. Di satu pihak, profesi medis sepakat untuk memproteksi
masyarakat dengan melakukan penapisan (kredensial) terhadap staf medis yang akan
menjalankan praktik dalam masyarakat. Hanya staf medis yang baik (kredibel)
sajalah yang diperkenankan melakukan pelayanan pada masyarakat, hal ini dilakukan
secara eksklusif, dan tidak boleh ada pihak lain yang melakukan hal tersebut. Dengan
hak istimewa tersebut para staf medis dapat memperoleh manfaat ekonomis dan
prestise profesi. Namun demikian, bila ada staf medis yang melakukan pelanggaran
standar profesi maka dapat dilakukan tindakan disiplin profesi. Tindakan disiplin ini
dan subkomite. Dalam keadaan keterbatasan sumber daya, susunan organisasi komite
medik sekurang-kurangnya terdiri dari ketua dan sekretaris tanpa subkomite atau
ketua dan sekretaris merangkap ketua dan anggota subkomite. Ketua komite medik
ditetapkan oleh kepala/direktur rumah sakit dengan memperhatikan masukan dari staf
medis yang bekerja di rumah sakit. Sekretaris komite medik dan ketua subkomite
komite medik dengan memperhatikan masukan dari staf medis yang bekerja di rumah
sakit. Kepala/direktur rumah sakit menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya
yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi komite medik. Komite medik
staf medis yang melakukan pelayanan medis di rumah sakit sesuai dengan
- Terjaganya reputasi dan kredibilitas para staf medis dan institusi rumah sakit
(clinical privilege).
- Memastikan kualitas asuhan medis yang diberikan oleh staf medis melalui
- Melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat
sakit.
staf medis yang bekerja di rumah sakit. Peran tersebut meliputi rekomendasi
etika profesi, serta menegakkan disiplin profesi. Untuk itu kepala/direktur rumah
Peran komite medik di dalam konteks tata kelola pelayanan medis dijabarkan
dalam tugas dan fungsi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
sakit yaitu :
berikut :
berlaku.
berkelanjutan.
3. Melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis komite medik yang
membutuhkan.
4. Melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis
privilege)
tertentu
Dengan demkian komite medik melaksanakan tugasnya melalui tiga hal utama
yaitu:
2. Memelihara kompetensi dan perilaku para staf medis yang telah memperoleh izin
development).
medis bukanlah menjadi tugas komite medik, tetapi menjadi tugas kepala/direktur
rumah sakit dalam mengelola rumah sakit. Dalam menjalankan tugas, komite medik
dibantu oleh panitia Credential, Panitia Audit Medik, Panitia Pengendalian infeksi
Nosokomial, Panitia Farmasi dan Terapi, Panitia Etik Rumah Sakit dan lainnya.
medik, yang ditetapkan oleh direktur atas usul komite medik. Panitia ini akan
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa komite medik merupakan organisasi para dokter
Karena belum lengkapnya standar dari berbagai pelayanan medik dan belum
dibakukannya tata tertib pelayanan, rumah sakit dihadapkan kepada berbagai masalah
medik dapat membentuk panitia adhoc. Panitia ini dibentuk dengan surat keputusan
Clinical governance atau tata kelola klinis merupakan upaya perbaikan mutu
pelayanan klinis di rumah sakit. Tata kelola klinis adalah suatu sistem yang menjamin
dengan standar yang tinggi dengan menciptakan lingkungan di mana pelayanan prima
akan berkembang (Scally & Donaldson, 1998). Tata kelola klinis dalam sejarahnya
merupakan salah satu perwujudan dari aspek mutu yang dideskripsikan WHO
Unsur-unsur tata kelola klinis terdiri dari 7 pilar yaitu (Trivedi et al., 2008):
kepuasan pasien, workshop dan konferensi, konsultasi dengan grup pasien, studi
kasus.
2. Audit klinik
Audit klinik adalah mengukur apa yang dikerjakan dibandingkan dengan standar
audit klinik meliputi identifikasi dan definisi obyek, membuat standar atau
adalah untuk efek positif pada mutu pelayanan dan efektifitas pelayanan pada
pasien.
3. Efektifitas klinik
didasarkan pada efektifitas klinis dan efektifitas biaya, didukung oleh bukti
diberikan kepada pasien didasarkan pada bukti dan akan memberikan hasil yang
positif.
penataan klinis. Manajemen risiko klinik mempunyai tiga komponen utama yaitu
identifikasi risiko, analisa risiko dan pengawasan risiko. Belajar dari kesalahan
haruslah menempatkan orang yang benar pada tempat yang benar dan pada
waktu yang benar. Keputusan pengelolaan sumber daya manusia didasarkan pada
kompetensi. Rencana strategic dan sumber daya keuangan. Manajemen yang baik
profesi berkelanjutan.
staf, baik klinis maupun nonklinis. Ada tiga tingkatan untuk pendidikan dan
pelatihan dalam tat kelola klinis : tingkat organisasi, tingkat direktorat atau tim,
Untuk menerapkan tata kelola klinis dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit
memerlukan kerja sama antara klinisi dan manajer. Keduanya bertanggung jawab
Tata kelola klinis tidak dapat dilakukan hanya dengan mengerjakan apa yang
penilaian kinerja pelayanan klinis yang telah diberikan selama ini dengan standar
Informasi dan umpan balik dari pasien digunakan untuk dasar dalam mengukur
pelayanan.
Mengelola dan menggunakan secara efektif informasi dan data untuk mendukung
keputusan yang terkait dengan kebijakan dan proses pelayanan klinis. Informasi
dan data yang digunakan harus valid, up to date dan mudah dipahami.
Semua staf dapat berpartisipasi baik secara individu maupun kelompok untuk
memberikan pelayanan terbaik. Untuk mencapai hal ini maka diperlukan adanya
Kemampuan untuk mengukur mutu dari pelayanan yang dilakukan adalah hal
penting dalam implementasi tata kelola klinis, misalnya mengukur waktu tunggu,
jumlah test yang harus diulang, dan indikator strategis seperti jumlah inovasi,
praktek klinis yang baik dan harus dijadikan bagian dari budaya organisasi. Agar
efektif, tata kelola klinis harus diintegrasikan ke dalam budaya organisasi, praktek
dan rencana bisnis tidak hanya sebagai proyek atau program yang terpisah.
Pelayanan klinis merupakan core business dari rumah sakit yang perlu
kerangka organisasi dalam NHS yang bertanggung jawab untuk terus meningkatkan
kualitas layanan dan menjaga standar tinggi perawatan dengan menciptakan suatu
lingkungan dimana perawatan klinis yang unggul dapat berkembang. Hal ini ternyata
klinis dirumah sakit dan menjamin keselamatan pasien, yang diharapkan menjadi
kerangka kerja dalam meningkatan mutu pelayanan klinis di rumah sakit. Adapun
tujuan akhir diterapkannya good clinical governance adalah untuk menjaga agar
yang tinggi serta dilakukan pada lingkungan kerja yang memiliki tingkat
governance atau tata kelola yang baik menurut Daniri (2005). Kelima prinsip tersebut
kewajaran. Namun dalam Permendagri No. 61 tahun 2007, prinsip yang dituntut
untuk dilaksanakan hanya empat prinsip yang pertama. Secara lebih rinci prinsip-
prinsip dasar dalam tata kelola yang baik adalah sebagai berikut :
sebagai perlakuan yang adil dan setara didalam memenuhi hak-hak stakeholder
yang baik dan pola interaksi di antara pemangku kepentingan yaitu dokter dan
kualitas pelayanan medis sesuai standar yang telah ditetapkan secara nasional.
(sistem) upaya menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan secara sistematis dan
Tata laksana
Kredensial
- Penyusunan daftar kewenangan klinis
- Pemeriksaan kompetensi, kesehatan fisik dan mental, perilaku, etika
dan profesi
- Evaluasi data pendidikan professional berkelanjutan
- Wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis
- Penilaian kewenangan klinis
- Pelaporan hasil penilaian kredensial
- Proses rekredensial
- Rekomendasi kewenangan klinis
Mutu
Pelayanan
Gambar 2.1. Kerangka teori Clinical Governance dalam tata kelola pelayanan
medis (Trivedi et al. 2008, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite
Medik Di Rumah Sakit).
melaluitata laksana kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan
pelayanan medis di rumah sakit, tata laksana penjagaan mutu profesi staf medis dan
tata laksana pemeliharaan disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis. Peran