KOMPRE R.S
TIM BELAJAR KELOMPOK `1
WAWASAN
RUMAH SAKIT
definisi Rumah Sakit
• adalah Institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat
• Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
(UU no 44 th 2009 ttg Rumah Sakit
Pasal 1)
Tugas & Fungsi RS
• Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna (Pasal 4).
• Fungsi (Pasal 5):
1.penyelenggaraan pelayanan pengobatan danpemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
2.pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua
dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
3.penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan; dan
4.penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;
UU no 44 th 2009 ttg Rumah Sakit
Klasifikasi RS berdasar Jenis Pelayanan
• RSUD Bondowoso
• RSUD Situbondo
• RS Bina Sehat
• RSUD Kalisat
• RSUD Balung
• RS PTPN X
• RS DKT
• RSU Kaliwates
RS umum Kelas D
• RS Citra Husada, Jember
• RS Utama Husada, Ambulu
Klasifikasi RS Khusus berdasar fasilitas dan
kemampuan pelayanan:
• RS Khusus Kelas A
• RS Khusus Kelas B
• RS Khusus Kelas C
RS Khusus
• RS Paru Jember (kelas B)
• RS Mata Undaan Surabaya (kelas A)
• RS Jantung Harapan Kita
• RS Khusus Orthopedi Prof dr Soeharso
• RS Kanker Dharmais
• RS Jiwa dr Radjiman Wediodiningrat, Lawang
• RS Khusus Indera, Bali
Rumah Sakit Khusus
Jenis :
1. RS Khusus Ibu & Anak.
2. RS Khusus Jantung.
3. RS Khusus Kanker.
4. RS Khusus Orthopedi.
5. RS Khusus Paru
6. RS Khusus Jiwa.
7. RS Khusus Kusta.
8. RS Khusus Mata.
6
Rumah Sakit Khusus
9. RS Khusus Ketergantungan Obat.
10. RS Khusus Stroke
11. RS Khusus Penyakit Infeksi.
12. RS Khusus Bersalin.
13. RS khusus Gigi & Mulut.
14. RS Khusus Rehabilitasi Medik
15. RS Khusus THT.
16. RS Khusus Bedah
17. RS Khusus Ginjal.
18 RS Khusus Kulit & Kelamin.
Irfan 2008 7
Profil
RSUD. Dr. Saiful Anwar - Malang
Merupakan :
RS milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Rumah Sakit Umum kelas A.
Rumah Sakit Pendidikan.
Rumah sakit rujukan lingkup Jatim
Terdaftar sebagai fasilitas kesehatan kelas III
RS yang terakreditasi Tingkat Paripurna oleh KARS versi
2012
Memberikan pelayanan berupa:
Pelayanan medik umum, spesialis, dan subspesialis
Pelayanan Gawat Darurat 24 jam
Kapasitas tempat tidur mencapai 902 tempat tidur.
Visi RS yaitu “Menjadi Rumah Sakit Kelas Dunia Pilihan
STRUKTUR
ORGANISASI RS
Diatur dalam PP No. 77 Thn 2015 tentang
Pedoman Organisasi RS
INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT
PANITIA FARMASI RS
Panitia Farmasi dan Terapi Menurut Kepmenkes Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi spesialisasi yang ada di rumah sakit
dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan :
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan
obat serta evaluasinya
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
dengan kebutuhan.
Sarana
Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat
menunjang fungsi dan proses Pelayanan Kefarmasian, menjamin
lingkungan kerja yang aman untuk petugas, dan memudahkan sistem
komunikasi Rumah Sakit.
Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di Instalasi
Farmasi, terdiri dari:
1) Ruang Kantor/Administrasi
• Ruang Kantor/Administrasi terdiri dari:
• ruang pimpinan
• ruang staf
• ruang kerja/administrasi tata usaha
• ruang pertemuan
2)Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
a) Kondisi umum untuk ruang penyimpanan:
• Obat jadi
• Obat produksi
• bahan baku Obat
• Alat Kesehatan
b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan:
• Obat termolabil
• bahan laboratorium dan reagensia
• Sediaan Farmasi yang mudah terbakar
• Obat/bahan Obat berbahaya (narkotik/psikotropik
3) Ruang distribusi
• Ruang distribusi harus cukup untuk melayani seluruh
kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai Rumah Sakit. Ruang distribusi terdiri
dari:
1. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan, di mana
ada ruang khusus/terpisah untuk penerimaan resep
dan peracikan.
2. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap, dapat
secara sentralisasi maupun desentralisasi di masing-
masing ruang rawat inap.
4) Ruang konsultasi / konseling Obat
• Ruang konsultasi/konseling Obat harus ada sebagai
sarana untuk Apoteker memberikan konsultasi/ konseling
pada pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan kepatuhan pasien. Ruang konsultasi/konseling harus
jauh dari hiruk pikuk kebisingan lingkungan Rumah Sakit
dan nyaman sehingga pasien maupun konselor dapat
berinteraksi dengan baik. Ruang konsultasi/konseling
dapat berada di Instalasi Farmasi rawat jalan maupun
rawat inap.
5) Ruang Pelayanan Informasi Obat
• Pelayanan Informasi Obat dilakukan di ruang tersendiri
dengan dilengkapi sumber informasi dan teknologi
komunikasi, berupa bahan pustaka dan telepon.
6) Ruang produksi
Persyaratan bangunan untuk ruangan produksi harus memenuhi kriteria:
a) Lokasi
• Lokasi jauh dari pencemaran lingkungan (udara, tanah dan air tanah).
b) Konstruksi
• Terdapat sarana perlindungan terhadap:
• Cuaca
• Banjir
• Rembesan air
• Binatang/ serangga
c) Rancang bangun dan penataan gedung di ruang produksi harus memenuhi kriteria:
1) Disesuaikan dengan alur barang, alur kerja/proses, alur orang/pekerja.
2) Pengendalian lingkungan terhadap:
a) Udara;
b) Permukaan langit-langit, dinding, lantai dan peralatan/sarana lain;
c) Barang masuk;
d) Petugas yang di dalam.
3) Luas ruangan minimal 2 (dua) kali daerah kerja + peralatan, dengan jarak setiap
peralatan minimal 2,5 m.
4) Di luar ruang produksi ada fasilitas untuk lalu lintas petugas dan barang.
Lanjutan.....
d) Pembagian ruangan
1).Ruang terpisah antara Obat jadi dan bahan baku;
2).Ruang terpisah untuk setiap proses produksi;
3).Ruang terpisah untuk produksi Obat luar dan Obat dalam;
4).Gudang terpisah untuk produksi antibiotik (bila ada);
5). Tersedia saringan udara, efisiensi minimal 98%;
6). Permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu harus:
a). Kedapair;
b). Tidak terdapat sambungan;
c). Tidak merupakan media pertumbuhan
untuk mikroba;
d).Mudah dibersihkan dan tahan terhadap
bahan
pembersih/ desinfektan.
MODEL SISTEM PENGENDALIAN IFRS
Pengendalian Persediaan
Utk memperkecil total investasi pada persediaan & dapat menyediakan produk yg
benar untuk memenuhi permintaan pasien
Bagi Pegawai
• Lebih Aman, terukur dan terarah
• Apabila memenuhi standar pelayanan Reward
Peningkatan motivasi kerja
Bagi RS
- Pengakuan Mutu
- Peningkatan Nilai Jual /bargaining position
Penyelenggaraan akreditasi
• Akreditasi terdiri dari akreditasi nasional dan akreditasi
internasional.
• Setiap RS wajib mengikuti akreditasi nasional
• RS yang mengikuti akreditasi Internasional harus
sudah mendapatkan akreditasi nasional.
• Setiap RS baru yang telah mendapatkan izin operasional
dan beroperasi sekurangnya 2 tahun wajib
mengajukan permohonan akreditasi
Pmk no. 12 thn 2012 Pasal 3
Akreditasi Rumah Sakit versi 2007
Tahapan Pelaksanaan Akreditasi RS terdiri dari 3 tahap:
Tahap I : Akreditasi 5 (lima) pelayanan disebut akreditasi
tingkat dasar. Meliputi: Administrasi Manajemen,
Pelayanan Medik, Gawat Darurat, Keperawatan, dan
Rekam Medik.
Tahap II : Akreditasi 12 (dua belas) pelayanan disebut
akreditasi tingkat lanjut. Meliputi: 5 pelayanan (tahap I)
ditambah 7 pelayanan yaitu: Kamar Operasi,
Laboratorium, Radiologi, Farmasi, K-3, Pengendalian
Infeksi, Perinatal Resiko Tinggi.
Tahap III : Akreditasi lengkap meliputi 16 pelayanan.
Meliputi: 12 pelayanan tahap II ditambah 4 pelayanan
yaitu: Pelayanan Rehabilitasi Medik, Pelayanan Gizi,
Pelayanan Intensif dan Pelayanan Darah.
berdasarkan akreditasi 2007, setiap
pelayanan terdiri dari beberapa standar.
Standar tsb meliputi :
1. Falsafah dan tujuan
2. Administrasi dan pengelolaan
3. Staff dan pimpinan
4. Fasilitas dan peralatan
5. Kebijakan dan prosedur
6. Pengembangan staf dan program pendidikan
7. Evaluasi dan pengendalian mutu
Hasil Akreditasi versi 2007
• Penetapan keputusan status akreditasi dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pelayanan Medis atas
rekomendasi lembaga independen yang melaksanakan
survei akreditasi rumah sakit (KARS).
• Hasil status akreditasi RS terdiri dari:
• Tidak Terakreditasi (gagal)
• Akreditasi Bersyarat
• Akreditasi Penuh
• Akreditasi Istimewa
- 5 Pelayanan Dasar
- 7 Pelayanan Penunjang
- 4 Pelayanan Pelengkap
Hasil status akreditasi RS versi 2007
1.Tidak Terakreditasi
Total Skor : < 65%
Skor Masing-2 Pelayanan : –
Masa Berlaku : –
Keterangan : Setelah 6 bulan boleh dilakukan survei ulang
2.Akreditasi Bersyarat
Total Skor : 65% s.d < 75%
Skor Masing-2 Pelayanan : Minimal 60%
Masa Berlaku : 1 Tahun
Keterangan : Setelah 1 tahun dilakukan survei ulang, bila lulus berlaku
sertifikat ditambah 2 tahun.
3.Akreditasi Penuh
Total Skor : Minimal 75%
Skor Masing-2 Pelayanan : Minimal 60%
Masa Berlaku : 3 Tahun
4.Akreditasi Istimewa
Total Skor : 65% s.d < 75%
Skor Masing-2 Pelayanan : Minimal 60%
Masa Berlaku : 5 Tahun
Keterangan : 3 kali berturut-turut akreditasi penuh
Perbedaan akreditasi
AKREDITASI VERSI 2012
• Berbeda dengan instrumen akreditasi versi 2007 yang
menggunakan skoring 0 sampai dengan 5, pada instrumen
versi 2012 ini skoring yang digunakan adalah 0, 5 dan 10.
Rumah sakit mendapat
skor = 10 bila 80 % standar telah dipenuhi,
skor = 5 bila 20 – 79 % standar terpenuhi dan
skor = 0 bila pemenuhan standar kurang dari 20 %.
• Pada survei akreditasi versi 2012 ini, pemenuhan standar tidak
hanya dilihat dari kelengkapan dokumen, tetapi juga
implementasi dari standar akreditasi yang akan dinilai
dengan menggunakan metodologi telusur.
• Bagi rumah sakit yang baru pertama kali survei dengan
menggunakan standar akreditasi versi 2012 maka 4 (empat)
bulan sebelum survei dilakukan, rumah sakit harus sudah
melaksanakan standar. Dan bagi rumah sakit yang akreditasi
ulang maka 1 (satu)sebelum survei, rumah sakit harus
sudah melaksanakan standar.
Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012
Dokter
Anggota Perwakilan
APT Perawat
Spesialisasi, + +
minimal 3 org
- Menerbitkan kebijakan ttg obat, pemilihan penggunaan,
serta evaluasi
- Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan
Tujuan dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan
dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan
kebutuhan.
• Komposisi Formularium :
- Halaman judul
- Daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi
- Daftar Isi
- Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat
- Produk obat yang diterima untuk digunakan
- Lampiran
• Sistem yg dipakai : Berkelanjutan
Formularium digunakan oleh staf medis; KFT mengevaluasi &
menentukan pilihan produk obat yg ad di pasaran,
(mempertimbangkan kesejahteraan px)
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/Sk/X/2004
Tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit
KOMPOSISI FORMULARIUM RSSA
- Halaman Judul
- Sambutan, Kata Pengantar
- Kebijakan Direktur RSSA
- Ketentuan / Prosedur terkait penggunaan obat
- Daftar Isi
- Bagian I
- Bagian II (Khusus untuk pasien JKN formularium
pendamping)
- Lampiran
Kriteria pemilihan Obat untuk masuk
Formularium Rumah Sakit
a. mengutamakan penggunaan Obat generik;
b. memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita;
c. mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
d. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
e. praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
g. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
dengan harga yang terjangkau
- Faktor Obat
ESO
Farmakokinetik, rute pemberian, dll
- Faktor Biaya
Dibandingkan dg kompetitornya (efektivitas, durasi Tx, biaya
penyediaan) berhubungan dg LOS & pembiayaan.
Tahapan proses penyusunan
Formularium Rumah Sakit:
a. membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf Medik
Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar
pelayanan medik;
b. mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi;
c. membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi
(TFT), jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar;
d. mengembalikan rancangan hasil pembahasan Tim Farmasi dan
Terapi (TFT), dikembalikan ke masing-masing SMF untuk
mendapatkan umpan balik;
e. membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;
f. menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah
Sakit;
g. menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan
h. melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf
dan melakukan monitoring.
Tahap Penyusunan Formularium RSSA
• Meminta usulan dari masing-masing SMF
• Mengkompilasi usulan dari masing-masing SMF
• Pembahasan dalam rapat KFT + Klinisi (bila diperlukan)
• Persetujuan oleh Direktur RSSA
• Proses Cetak
• Sosialisasi Formularium RS
KEBIJAKAN PENGUSULAN OBAT BARU
Formulir Permohonan
Masuk
Formularium Diterima Ditolak
Masa
Percobaan
Evaluasi 6 – 12
bulan
Obat dalam
penelitian
REKAM MEDIS
Definisi
• RM adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberi kepada pasien (pasal 1)
• Rekam medis dibuat secara tertulis, lengkap, jelas atau
secara elektronik(pasal 2)
ADMINISTRASI PERENCANAAN
PENGADAAN
PENGENDALIAN
PENERIMAAN
PEMUSNAHAN &
PENYIMPANAN
PENARIKAN
PENDISTRIBUSIAN
PEMILIHAN
Masuk
Diterim
Formularium Ditolak
a
Masa
Percobaan
Evaluasi 6 – 12
bulan
Obat dalam
penelitian
PERENCANAAN
Berdasarkan metode konsumsi,
RSS epidemiologi, serta kombinasi keduanya.
Dilakukan 1 bulan sekali, dengan dasar perencanaan
Asbb:
Fornas Stok barang di gudang
Formularium Dana yang
RSSA
Kebutuhan rata-rata per bulan Waktu
tersediatunggu
Berdasarkan waktu : Perencanaan bulanan,
mingguan, & perencanaan mendesak.
Di UPF
Dilakukan pengecekan berdasarkan SP baik kualitas dan kuantitas
(jumlah, jenis, kekuatan sediaan, Expired Date (ED), bentuk sediaan)
Dilakukan Validasi di komputer (stok di Gudang ↓, stok di UPF ↑)
Dibuatkan berita acara penerimaan barang.
PENYIMPANAN
1. GUDANG FARMASI DASAR
Ex. Kapas, alkohol, reagen 1. FEFO (First Expired First
Out )
2. GUDANG FARMASI NON
2. FIFO (First In First Out)
DASAR
Ex. Obat, Alkes
SISTEM
JENIS GUDANG
PENYIMPANAN
METODE PERHATIAN
PENYIMPANAN KHUSUS
Di UPF
Didistribusikan dari UPF ke pasien dengan sistem:
1. Sistem Individual prescribing pasien RJ dan pasien KRS.
2. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Floor Stock)
IGD dan ruang kegawatan (R.HCU paru, HCU anak, ICU, & Kaber)
Kamar Operasi (OK IGD dan OK sentral)
Trolly emergency untuk kegawatan bagi pasien ataupun
selain pasien
3. Sistem Pemberian Obat Dosis Sehari (PODS) Ruang Rawat inap
4. Sistem kombinasi Ruang Rawat inap .
PEMUSNAHAN
Di UPF tidak dilkakukan pemusnahan.
Solusi untuk mengatasi barang slow moving dan mendekati ED :
Meminta dokter untuk meresepkan kembali.
Menawarkan kepada UPF lainnya.
Dikembalikan ke Gudang.
Di Gudang solusi diretur jika ada kesepakatan diawal pembelian
Prosedur pemusnahan sesuai dengan perundang-undangan yaitu:
1. Membuat dokumentasi barang yang rusak & kadaluarsa
2. Melaporkan kepada Kepala IFRS
3. Meneruskan kepada Direktur & Pemprov TK.1 Jatim
4. Melakukan pemusnahan dengan incenerator disertai berita acara
PENARIKAN
Pemberitahuan penarikan oleh KFT bersama 2. Menarik dari
BPOM & Produsen kepada Instalasi Farmasi persediaan, Lalu
IFRS
dikarantina oleh
1. Memberi informasi kepada staf Instalasi Farmasi
Medis Perawatan
PENGENDALIAN
Di RSSA Di UPF
Tujuan : Tujuan :
Mencegah kekosongan dan kelebihan Mencegah kekosongan dan
barang di gudang sebelum kelebihan barang di tiap UPF
didistribusikan ke UPF. sebelum didistribusikan
Dilakukan dengan pencatatan di kartu kepada pasien.
stok dan melakukan stok opname tiap Dilakukan dengan pencatatan
bulan di gudang dasar maupun non di kartu stok dan melakukan
dasar. stok opname tiap bulan di
Stock opname untuk dijadikan setiap UPF.
pertimbangan bagian pengadaan Stock opname untuk
gudang dalam pembuatan usulan dijadikan pertimbangan bagi
perencanaan dan pemesanan barang ke masing-masing kepala UPF
distributor. untuk pengadaan ke bagian
Juga dilakukan pencatatan barang yang gudang.
slow moving & death moving.
ADMINISTRASI
RSSA UPF
Pencatatan & Pelaporan Pencatatan & Pelaporan
Gudang membuat laporan Lap. penggunaan psikotropika dan narkotika tiap bulan,
rutin berupa : pengkajian resep tiap bulan,
suhu ruangan dan lemari pendingin,
Laporan Persediaan
barang yang akan ED ,slow moving, death moving,
Barang (LPB) dan stock opname satu bulan sekali,
Laporan Hasil Pengadaan kebenaran penyiapan dan pelabelan obat pasien ,
(LHP) penggunaan antibiotika empiris lebih dari 7 hari,
Dilaporkan setiap 3 bulan penyimpanan obat high alert diruangan,
sekali ke Badan prescribing error,
Pengelolaan Keuangan dan IKM,
Aset Daerah (BPKAD) pendapatan tunai setiap hari ,
diluar pembelian prosedur rutin,
jumlah resep dan pasien,
Administrasi respon time,
penghapusan Alkes khusus seperti alkes khusus bedah (IRNA II),
Membuat usulan transaksi pasien operasi combus dan mata (IRNA II).
penghapusan kepada IFRS. Administrasi penghapusan Usulan ke Gudang
PELAYANAN FARMASI KLINIK
PMK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58
TAHUN 2014
*di RSSA (rawat inap) penelusuran dapat dilakukan saat awal pasien masuk ke dalam ruang
rawat inap, Sedangkan di rawat jalan bisa dilakukan saat penyerahan obat ke pada pasien
(di akhir)
3. Rekonsiliasi
Tujuan:
Mengetahui kesesuaian instruksi dokter dengan obat yang
didapat pasien mencegah medication error
• Hanya saja di RSUD Dr. Saiful Anwar belum ada kegiatan Pemantauan
Kadar Obat dalam Darah (PKOD) karena biaya untuk peralatan dan
pengecekan PKOD cukup mahal.
AKREDITASI
RSUD DR. SAIFUL
ANWAR
AKREDITASI RSSA
• RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang telah memiliki
status akreditasi nasional versi 2012 sejak 15 Maret
2015 dan berlaku sampai 15 Maret 2018 .
• RSSA telah terakreditasi Tingkat Paripurna 15 bab
telah tercapai dengan nilai ≥ 80%.
15 Bab Instrumen Akreditasi RS
1. Akes Ke Pelayanan Dan Kontinuitas Pelayanan (APK)
2. Hak Pasien Dan Keluarga (HPK)
3. Asesmen Pasien (AP)
4. Pelayanan Pasien (PP)
5. Pelayanan Anestesi Dan Bedah (PAB)
6. Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
7. Pendidikan Pasien Dan Keluarga (PPK)
8. Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien (PMKP)
9. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI)
10. Tata Kelola, Kepemimpinan Dan Pengarahan (TKP)
11. Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan (MFK)
12. Kualifikasi Dan Pendidikan Staf (KPS)
13. Manajemen Komunikasi Dan Informasi (MKI)
14. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
15. Sasaran Milenium Development Goals (MDGs)
Beberapa instrumen yang berkaitan
dengan kefarmasian dan telah
dipenuhi oleh RSSA sesuai dengan
persyaratan KARS adalah sebagai
berikut:
BAB Standar mengenai Realisasi di RSSA
Bab APK Kontinuitas Pelayanan Pada setiap instalasi baik rawat inap
ataupun rawat jalan telah terdapat
seorang staf farmasi yaitu apoteker
yang bertanggung jawab terhadap
pelayanan pasien tersebut
Bab PP Pemberian Pelayanan Untuk Selurah pasien rawat inap telah
Semua Pasien mendapatkan asuhan kefarmasian
yang seragam dari apoteker dan
staf farmasi lainnya di ruang
perawatan
Bab MPO Organisasi & Manajemen, Pihak RS telah menerapkan
Seleksi & Pengadaan, kebijakan pelayanan farmasi berupa
Penyimpanan, Pemesanan & pengarahan semua tahap
Pencatatan , Persiapan & menajemen perbekalan farmasi dan
Penyaluran, Pemberian dan penggunaan obat di RS.
BAB Standar mengenai Realisasi di RSSA
Bab PPK Penyediaan pendidikan bagi Adanya Penetapan unit kerja yang
pasien dan keluarga mengelola edukasi dan informasi/
PKRS dan apoteker atau farmasis
berperan dalam PKRS ini.
Obat sitostatika
disitribusikan
untuk pasien
yang berada di
poli
Fasilitas yang digunakan untuk
rekonstitusi sitostatika
a. BSC
b. Ruang steril
c. APD
d. Pass box
e. Tenaga terlatih tersertifikasi
f. Teknis aseptis
Penanganan
1.
tumpahan
Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam
ruangan steril :
a. Meminta pertolongan, jangan tinggalkan
area sebelum diizinkan
b. Beri tanda peringatan di sekitar area
c. Petugas penolong menggunakan APD
d. Angkat partikel kaca dan pecahan dengan
menggunakan alat seperti sendok dan
tempatkan dalam kantong buangan
e. Serap tumpahan cair dengan kasa penyerap
dan buang dalam kantong tersebut
f. Serap tumpahan serbuk dengan handuk
basah dan buang dalam kantong tersebut.
g. Cuci seluruh area dengan larutan detergent
h. Bilas dengan aquadest
i. Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat
terangkat
j. Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam
kantong pertama.
k. Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
l. Tanggalkan APD lainnya dan sarung tangan dalam,
tempatkan pada kantong kedua.
m. Ikat kantong secara aman dan masukkan ke dalam
tempat penampung khusus untuk dimusnahkan dengan
incenerator.
n. Cuci tangan.
Membersihkan tumpahan di dalam BSC
a. Serap tumpahan dengan kasa untuk tumpahan cair
atau handuk basah untuk tumpahan serbuk.
b. Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2
pasang sarung tangan baru
c. Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca
sekaligus dengan alas kerja dan tempatkan dalam
wadah buangan
d. Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan
detergent, bilas dengan aquadestilata menggunakan
kasa. Buang kasa dalam wadah pada buangan.
e. Ulangi pencucian sebanyak 3x
f. Keringkan dengan kasa baru, buang dalam wadah
buangan.
g. Tutup waddah dan buang dalam buangan akhir.
h. Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker,
dalam wadah buangan akhir untuk dimusnahkan dengan
incenerator.
i. Cuci tangan
Penanganan kecelakaan kerja
1. Kontak dengan kulit
a. Tanggalkan sarung tangan
b. Bilas kulit dengan air hangat
c. Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat
d. Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kasa yang
dibasahi dengan larutan chlorin 5 % dan bilas dengan
air hangat
e. Jika kulit sobek pakai H2O2 3%
f. Cacat jenis obat dan siapkan antidot khusus
g. Tanggalkan seluruh pakaian APD
h. Laporkan ke supervisor
i. Lengkapi format kecelakaan
2. Kontak dengan mata
a. Minta pertolongan
b. Tanggalkan sarung tangan
c. Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air
hangat selama 5 menit
d. Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka
dengan larutan NaCl 0.9 %
e. Aliri mata dengan larutan pencuci mata
f. Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
g. Catat jenis obat yang tumpah
h. Leporkan ke supervisor
i. Lengkapi format kecelakaan kerja
3. Tertusuk jarum
a. Jangan segera mengangkat jarm, tarik kembali plunger
untuk menghisap obat yang mungkin terinjeksi
b. Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudia buang
c. Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk
mengambil obat dalam jaringan yang tertusuk
d. Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk
dengan air hangat
e. Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat
f. Tanggalkan semua APD
g. Catat jenis obat dan perkiraan berapa banyak yang terinjeksi
h. Laporkan ke supervisor
i. Lengkapi format kecelakaan kerja
j. Segera konsultasikan ke dokter
Pengelolaan limbah sitostatika
a. Gunakan APD
b. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup.
Untuk benda-benda tajam tempatkan di dalam wadah
yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain
tempatkan dalam kantong berwarna ungu dan berlogo
sitostatika
c. Beri label peringatan pada bagian luar wadah
d. Bwa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli
tertutup
e. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000 0C
f. Cuci tangan
PKRS
PERMENKES RI NO. 4 TAHUN 2012
TENTANG PETUNJUK TEKNIS
PROMOSI KESEHATAN RUMAH
SAKIT BAB III
Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah
upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan
pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat agar
pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan
dan rehabilitasinya.
Peluang promosi kesehatan
1. Di dalam Gedung : PKRS dalam pelayanan rawat jalan
misalnya di ruang poliklonik kebidanan, PKRS dalam
pelayanan rawat inap misalnya ruang-ruang rawat
darurat, intensif dan rawat inap.
2. Di luar Gedung : PKRS di taman rumah sakit, PKRS di
tempat umum misalnya tempat ibadah.
Strategi promosi kesehatan
1. Pemberdayaan adalah upaya membantu atau
menfasilitasi pasien sehingga memiliki pengetahuan,
kemauan, dan kemampuan untuk mencegah atau
mengatasi masalah. Dalam pelaksanaannya upaya ini
berbentuk konseling berupa konseling bagi pasien
rawat jalan maupun pasien rawat inap.
2. Bina suasana, pemberdayaan akan lebih cepat berhasil
bila didukung dengan kegiatan menciptakan suasana
atau lingkungan yang kondusif.
Bagi pasien rawat jalan keluarga pasien
Pengantar pasien pasien
3. Advokasi
Pemberdayaan pasien dan klien rumah sakit membutuhkan
dukungan dari pihak lain, misalnya dalam rangka
mengupayakan lingkungan rumah sakit bebas asap
rokok, rumah sakit perlu melakukan advokasi kepada
wakil rakyat dan pimpinan daerah untk diterbitkannya
peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang mencakup
lingkungan di rumah sakit.
4. Kemitraan
Kemitraan dikembangkan antara petugas rumah sakit dan
sasarannya. Kemitraan dikembangkan karena kesadaran
bahwa untuk meningkatkan efektivitas PKRS.
Prinsip dasar kemitraan : kesetaraan, keterbukaan dan
saling menguntungkan.
Pendukung dalam pelaksanaan PKRS
1. Metode dan Media
2. Sumber Daya (SDM atau peralatan)
Sasaran promosi Kesehatan Rumah Sakit
.
PERATURAN TERKAIT
• UU No. 36 / 2009 tentang Kesehatan.
• UU No. 44 / 2009 tentang fasyankes.
• PPNo. 72 / 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
• Permenkes No. 363 / 1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan.
• PermenkesNo.2351/MENKES/PER/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 530/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan
Fasilitas Kesehatan.
• Permenkes No. 1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga.
• Permenkes No. 1190/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga.
• Permenkes No. 1191/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan.
• Perka Bapeten No. 8/2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X
Radiologi Diagnostik dan Intervension.
• Perka Bapeten No. 9/2011 tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x Radiologi Diagnostik dan
Intervensional
• Kepmentkes No. 394 /2001 tentang Institusi Penguji
• Kepmenkes No. 1184/MENKES/PER/X/2004 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Rumah Tangga.
• Permenkeu No. 96/PMK.06/2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan, Dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara.
Alkes
• KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1197/MENKES/SK/X/2004
TENTANG
STANDAR PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT
70
60
50
Prevalence (%)
40
30
20
10
0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Year
Hepatitis C, female Hepatitis C, male HIV, female HIV, male
1 HIV and hepatitis C prevalence adjusted by estimated prevalence of injecting drug use in each State/Territory