Anda di halaman 1dari 262

RANGKUMAN PERSIAPAN

KOMPRE R.S
TIM BELAJAR KELOMPOK `1
WAWASAN
RUMAH SAKIT
definisi Rumah Sakit
• adalah Institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat
• Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
(UU no 44 th 2009 ttg Rumah Sakit
Pasal 1)
Tugas & Fungsi RS
• Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna (Pasal 4).
• Fungsi (Pasal 5):
1.penyelenggaraan pelayanan pengobatan danpemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
2.pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua
dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
3.penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan; dan
4.penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;
UU no 44 th 2009 ttg Rumah Sakit
Klasifikasi RS berdasar Jenis Pelayanan

• Rumah Sakit Umum adalah RS yang memberikan


pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit
• Rumah Sakit Khusus adalah RS yang memberikan
pelayanan utama pada SATU bidang atau SATU jenis
penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ atau jenis penyakit
UU no 44 th 2009 ttg Rumah Sakit PASAL 18
Klasifikasi RS berdasar Pengelolaannya
• Rumah Sakit publik  RS yang dapat dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum
yang bersifat nirlaba.
 Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan
Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan
pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah.
• Rumah Sakit privat  RS yang dikelola oleh badan
hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan
Terbatas atau Persero.
(Pasal 20 &21)
RS Pendidikan
• Ditetapkan setelah memenuhi persyaratan dan standar
rumah sakit pendidikan.
• Rumah Sakit pendidikan  menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam
bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan
kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga
kesehatan lainnya.
(pasal 22 & 23)
Klasifikasi RS berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan
RS UMUM diklasifikasikan : RS KHUSUS diklasifikasikan :

• Rumah Sakit umum kelas A; • Rumah Sakit khusus


• Rumah Sakit umum kelas B kelas A;
• Rumah Sakit umum kelas C; • Rumah Sakit khusus
• Rumah Sakit umum kelas D kelas B;
• Rumah Sakit khusus
Diatur dalam Pasal 6- 22 kelas C.
UU no. 44 2009
Diatur dalam Pasal 23-30
UU no. 44 2009
Klasifikasi RS umum & RS Khusus
• ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen.
Rumah sakit Umum Kelas A
Harus punya fasilitas & kemampuan pelayanan
medik paling sedikit :
• 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar .
• 5 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
• 12 Pelayanan Medik Spesialis Lain.
• 13 Pelayanan Medik Sub Spesialis.
• Jumlah Tempat Tidur Minimal 400 buah.
Rumah Sakit Umum Kelas B
Harus punya fasilitas & kemampuan pelayanan
medik paling sedikit:
• 4 Pelayanan Medik Spesialis dasar.
• 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
• 8 Pelayanan Medik Spesialis Lain.
• 2 Pelayanan Medik Sub Spesialis Dasar.
• Jumlah Tempat Tidur Minimal 200 buah.
Rumah Sakit Umum Kelas C
Harus Punya Fasilitas & Kemampuan pelayanan medik
paling sedikit :
• 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
• 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
• Jumlah Tempat Tidur Minimal 100 buah
Rumah Sakit Umum Kelas D
Harus punya fasilitas & kemampuan pelayanan
paling sedikit :

• 2 Pelayanan Medik Spesialis Dasar


• Jumlah tempat tidur minimal 50 buah.
Contoh RS:
RS umum kelas A
• RSUP Cipto Mangunkusumo
• RSUP dr Sardjito
• RS kelas A pendidikan
• 23 SMF (staf medis fungsional)
• 29 Instalasi
• Jumlah tempat tidur: 750 buah
• RSD dr Saiful Anwar Malang (902 bed)
• RSUP Sanglah, Denpasar
• RSU dr Soetomo Surabaya
• Terdiri dari 1450 tempat tidur
RS umum kelas B
• RSUD dr Subandi Jember
• Kelas B pendidikan
• Rawat inap 275 tempat tidur
• RSUD Sidoarjo
• RSUD dr Iskak Tulungagung
RS Umum Kelas C

• RSUD Bondowoso
• RSUD Situbondo
• RS Bina Sehat
• RSUD Kalisat
• RSUD Balung
• RS PTPN X
• RS DKT
• RSU Kaliwates
RS umum Kelas D
• RS Citra Husada, Jember
• RS Utama Husada, Ambulu
Klasifikasi RS Khusus berdasar fasilitas dan
kemampuan pelayanan:
• RS Khusus Kelas A
• RS Khusus Kelas B
• RS Khusus Kelas C
RS Khusus
• RS Paru Jember (kelas B)
• RS Mata Undaan Surabaya (kelas A)
• RS Jantung Harapan Kita
• RS Khusus Orthopedi Prof dr Soeharso
• RS Kanker Dharmais
• RS Jiwa dr Radjiman Wediodiningrat, Lawang
• RS Khusus Indera, Bali
Rumah Sakit Khusus

Jenis :
1. RS Khusus Ibu & Anak.
2. RS Khusus Jantung.
3. RS Khusus Kanker.
4. RS Khusus Orthopedi.
5. RS Khusus Paru
6. RS Khusus Jiwa.
7. RS Khusus Kusta.
8. RS Khusus Mata.
6
Rumah Sakit Khusus
9. RS Khusus Ketergantungan Obat.
10. RS Khusus Stroke
11. RS Khusus Penyakit Infeksi.
12. RS Khusus Bersalin.
13. RS khusus Gigi & Mulut.
14. RS Khusus Rehabilitasi Medik
15. RS Khusus THT.
16. RS Khusus Bedah
17. RS Khusus Ginjal.
18 RS Khusus Kulit & Kelamin.

Irfan 2008 7
Profil
RSUD. Dr. Saiful Anwar - Malang
Merupakan :
 RS milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
 Rumah Sakit Umum kelas A.
 Rumah Sakit Pendidikan.
 Rumah sakit rujukan lingkup Jatim
 Terdaftar sebagai fasilitas kesehatan kelas III
 RS yang terakreditasi Tingkat Paripurna oleh KARS versi
2012
 Memberikan pelayanan berupa:
 Pelayanan medik umum, spesialis, dan subspesialis
 Pelayanan Gawat Darurat 24 jam
 Kapasitas tempat tidur mencapai 902 tempat tidur.
 Visi RS yaitu “Menjadi Rumah Sakit Kelas Dunia Pilihan
STRUKTUR
ORGANISASI RS
Diatur dalam PP No. 77 Thn 2015 tentang
Pedoman Organisasi RS
INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT
PANITIA FARMASI RS
Panitia Farmasi dan Terapi Menurut Kepmenkes Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi spesialisasi yang ada di rumah sakit
dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan :
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan
obat serta evaluasinya
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
dengan kebutuhan.

(merujuk pada SK Dirjen Yanmed nomor YM.00.03.2.3.951)


RSSA
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) merupakan organisasi
yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan
staf farmasi, anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialis-
spesialis yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari farmasi
rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Berdasarkan definisi KFT dapat dilihat bahwa apoteker
merupakan wakil dari IFRS yang terdapat dalam komite. Apoteker
memiliki peran yang sangat strategis dan penting dalam KFT karena
semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan
menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam
panitia ini dan agar dapat mengemban tugasnya, para apoteker
harus secara mendasar dan mendalam dibekali dengan ilmu-ilmu
farmakologi, farmakologi klinik, farmako epidemiologi dan
farmakoekonomi di samping ilmu-ilmu lain yang sangat dibutuhkan
untuk memperlancar hubungan profesionalnya dengan para
petugas kesehatan lain di rumah sakit.
Struktur organisasi IFRS
• Menurut Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004
tentang standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Struktur organisasi minimal di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit yaitu :
a. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
b. Administrasi Farmasi
c. Pengelolaan perbekalan farmasi
d. Pelayanan farmasi klinik
e. Manajemen mutu
STRUKTUR ORGANISASI IFRS SECARA UMUM
1. Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga)
dokter, apoteker dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga
dokter bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua Staf Medis
Fungsional yang ada.
2. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam
kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi
klinik, maka sebagai ketua adalah farmakologi. Sekretarisnya adalah
apoteker dari instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.
3. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur,
sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya
diadakan sebulan sekali. Rapat Panitia Farmasi dan Terapi dapat
mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit yang
dapat memberikan masukan bagi pengelolaan Panitia Farmasi dan
Terapi.
4. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi
dan Terapi) diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil
rapat.
5. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat

(Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id).


STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH
SAKIT
Tujuan adanya standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di rumah sakit
yang berorientasi kepada keselamatan pasien sehingga diperlukan suatu
standar yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pelayanan
kefarmasian.
Peraturan Menteri Kesehatan No 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Sarana
Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat
menunjang fungsi dan proses Pelayanan Kefarmasian, menjamin
lingkungan kerja yang aman untuk petugas, dan memudahkan sistem
komunikasi Rumah Sakit.
Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di Instalasi
Farmasi, terdiri dari:
1) Ruang Kantor/Administrasi
• Ruang Kantor/Administrasi terdiri dari:
• ruang pimpinan
• ruang staf
• ruang kerja/administrasi tata usaha
• ruang pertemuan
2)Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
a) Kondisi umum untuk ruang penyimpanan:
• Obat jadi
• Obat produksi
• bahan baku Obat
• Alat Kesehatan
b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan:
• Obat termolabil
• bahan laboratorium dan reagensia
• Sediaan Farmasi yang mudah terbakar
• Obat/bahan Obat berbahaya (narkotik/psikotropik
3) Ruang distribusi
• Ruang distribusi harus cukup untuk melayani seluruh
kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai Rumah Sakit. Ruang distribusi terdiri
dari:
1. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan, di mana
ada ruang khusus/terpisah untuk penerimaan resep
dan peracikan.
2. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap, dapat
secara sentralisasi maupun desentralisasi di masing-
masing ruang rawat inap.
4) Ruang konsultasi / konseling Obat
• Ruang konsultasi/konseling Obat harus ada sebagai
sarana untuk Apoteker memberikan konsultasi/ konseling
pada pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan kepatuhan pasien. Ruang konsultasi/konseling harus
jauh dari hiruk pikuk kebisingan lingkungan Rumah Sakit
dan nyaman sehingga pasien maupun konselor dapat
berinteraksi dengan baik. Ruang konsultasi/konseling
dapat berada di Instalasi Farmasi rawat jalan maupun
rawat inap.
5) Ruang Pelayanan Informasi Obat
• Pelayanan Informasi Obat dilakukan di ruang tersendiri
dengan dilengkapi sumber informasi dan teknologi
komunikasi, berupa bahan pustaka dan telepon.
6) Ruang produksi
Persyaratan bangunan untuk ruangan produksi harus memenuhi kriteria:
a) Lokasi
• Lokasi jauh dari pencemaran lingkungan (udara, tanah dan air tanah).
b) Konstruksi
• Terdapat sarana perlindungan terhadap:
• Cuaca
• Banjir
• Rembesan air
• Binatang/ serangga
c) Rancang bangun dan penataan gedung di ruang produksi harus memenuhi kriteria:
1) Disesuaikan dengan alur barang, alur kerja/proses, alur orang/pekerja.
2) Pengendalian lingkungan terhadap:
a) Udara;
b) Permukaan langit-langit, dinding, lantai dan peralatan/sarana lain;
c) Barang masuk;
d) Petugas yang di dalam.
3) Luas ruangan minimal 2 (dua) kali daerah kerja + peralatan, dengan jarak setiap
peralatan minimal 2,5 m.
4) Di luar ruang produksi ada fasilitas untuk lalu lintas petugas dan barang.
Lanjutan.....
d) Pembagian ruangan
1).Ruang terpisah antara Obat jadi dan bahan baku;
2).Ruang terpisah untuk setiap proses produksi;
3).Ruang terpisah untuk produksi Obat luar dan Obat dalam;
4).Gudang terpisah untuk produksi antibiotik (bila ada);
5). Tersedia saringan udara, efisiensi minimal 98%;
6). Permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu harus:
a). Kedapair;
b). Tidak terdapat sambungan;
c). Tidak merupakan media pertumbuhan
untuk mikroba;
d).Mudah dibersihkan dan tahan terhadap
bahan
pembersih/ desinfektan.
MODEL SISTEM PENGENDALIAN IFRS

Pengendalian Persediaan
Utk memperkecil total investasi pada persediaan & dapat menyediakan produk yg
benar untuk memenuhi permintaan pasien

Pengendalian persediaan yg tepat dapat menghindari stock


out&stock obat yg menumpuk

Akan tercapai apabila dapat menentukan:


(1) Berapa banyak suatu item barang akan dipesan pada suatu waktu, (2) kapan
dilakukakan pemesanan ulang terhadap item tsb, (3) item mana yg perlu dilakukan
pengawasan
PENGENDALIAN
Di RSSA Di UPF
 Tujuan :  Tujuan :
Mencegah kekosongan dan kelebihan Mencegah kekosongan dan
barang di gudang sebelum kelebihan barang di tiap UPF
didistribusikan ke UPF. sebelum didistribusikan
 Dilakukan dengan pencatatan di kartu kepada pasien.
stok dan melakukan stok opname tiap  Dilakukan dengan pencatatan
bulan di gudang dasar maupun non di kartu stok dan melakukan
dasar. stok opname tiap bulan di
 Stock opname  untuk dijadikan setiap UPF.
pertimbangan bagian pengadaan  Stock opname  untuk
gudang dalam pembuatan usulan dijadikan pertimbangan bagi
perencanaan dan pemesanan barang ke masing-masing kepala UPF
distributor. untuk pengadaan ke bagian
 Juga dilakukan pencatatan barang yang gudang.
slow moving & death moving.
Alur pelayanan UPF rawat Jalan 1
Alur pelayanan UPF rawat Jalan 2
Alur pelayanan UPF rawat Inap
Pelayanan farmasi ok sentral
Alur pelayanan farmasi IRD pasien umum
1. Resep yang dibawa oleh keluarga pasien diterima oleh petugas.
2. Resep tersebut dilakukan skrining terkait dengan skrining
administrasi, juga dilakukan pengecekan pada buku pinjaman
apakah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang
dipinjam sudah dicantumkan semua dalam resep.
3. Resep di-entry ke dalam komputer kemudian dilakukan
pembayaran oleh keluarga pasien.
4. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang belum
dipinjam dan tercantum dalam resep akan disiapkan oleh
petugas UPF IRD. Standar pelayanan obat untuk pasien umum
mengacu pada Formularium Rumah Sakit.
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang telah
disiapkan tersebut langsung diserahkan kepada keluarga pasien
oleh petugas farmasi dan disertai dengan KIE terkait obat yang
diserahkan.
Alur pelayanan farmasi IRD pasien jkn
1. Pasien membawa resep yang disertai persyaratan sebagai
berikut:
a. Fotokopi kartu JKN
b. Fotokopi SEP (Surat Elegibilitas Pasien) peserta JKN.
c. Fotokopi formulir verifikasi sistem case mix.
2. Dilakukan skrining terhadap resep yang dibawa oleh pasien.
Skrining administrasi, juga dilakukan pengecekan pada buku
pinjaman apakah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
yang dipinjam sudah dicantumkan semua dalam resep.
3. Setelah persyaratan dipenuhi dan skrining telah dilakukan maka
petugas akan menyiapkan obat sesuai dengan yang tercantum di
resep dan yang belum dipinjam sebelumnya. Standar pelayanan
obat untuk pasien umum mengacu pada Formularium Nasional.
4. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang telah disiapkan
tersebut langsung diserahkan kepada keluarga pasien oleh
apoteker dan disertai dengan KIE terkait obat yang diserahkan.
LANJUTAN...
Untuk alur pelayanan resep IKS hampir sama
dengan alur pelayanan resep JKN hanya yang
membedakan adalah standar pelayanan obat dan
persyaratan yang harus dilengkapi.
Standar pelayanan obat untuk pasien IKS
mengacu pada formularium peruhaan dan
persyaratan yang harus dilengkapai antara lain:
a. Fotokopi kartu peserta IKS
b. Fotokopi SEP (Surat Elegibilitas Pasien) peserta
IKS.
c. Fotokopi formulir verifikasi sistem case mix.
AKREDITASI RS
1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah
Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3
(tiga) tahun sekali
2) Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh suatu lembaga independen
baik dari dalam maupun dari luar negeri berdasarkan
standar akreditasi yang berlaku.
3) Lembaga independen sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan oleh Menteri.
UU no 44 tentang RS, Pasal 40
Akreditasi RS  Pmk no. 12 thn 2012
MANFAAT AKREDITASI
Bagi Masyarakat
• Dapat memilih sesuai harapan utk kepuasan
• Lebih Aman Pelayanan RS terakreditasi

Bagi Pegawai
• Lebih Aman, terukur dan terarah
• Apabila memenuhi standar pelayanan Reward
Peningkatan motivasi kerja

Bagi RS
- Pengakuan Mutu
- Peningkatan Nilai Jual /bargaining position
Penyelenggaraan akreditasi
• Akreditasi terdiri dari akreditasi nasional dan akreditasi
internasional.
• Setiap RS wajib mengikuti akreditasi nasional
• RS yang mengikuti akreditasi Internasional harus
sudah mendapatkan akreditasi nasional.
• Setiap RS baru yang telah mendapatkan izin operasional
dan beroperasi sekurangnya 2 tahun wajib
mengajukan permohonan akreditasi
Pmk no. 12 thn 2012 Pasal 3
Akreditasi Rumah Sakit versi 2007
Tahapan Pelaksanaan Akreditasi RS terdiri dari 3 tahap:
 Tahap I : Akreditasi 5 (lima) pelayanan disebut akreditasi
tingkat dasar. Meliputi: Administrasi Manajemen,
Pelayanan Medik, Gawat Darurat, Keperawatan, dan
Rekam Medik.
 Tahap II : Akreditasi 12 (dua belas) pelayanan disebut
akreditasi tingkat lanjut. Meliputi: 5 pelayanan (tahap I)
ditambah 7 pelayanan yaitu: Kamar Operasi,
Laboratorium, Radiologi, Farmasi, K-3, Pengendalian
Infeksi, Perinatal Resiko Tinggi.
 Tahap III : Akreditasi lengkap meliputi 16 pelayanan.
Meliputi: 12 pelayanan tahap II ditambah 4 pelayanan
yaitu: Pelayanan Rehabilitasi Medik, Pelayanan Gizi,
Pelayanan Intensif dan Pelayanan Darah.
berdasarkan akreditasi 2007, setiap
pelayanan terdiri dari beberapa standar.
Standar tsb meliputi :
1. Falsafah dan tujuan
2. Administrasi dan pengelolaan
3. Staff dan pimpinan
4. Fasilitas dan peralatan
5. Kebijakan dan prosedur
6. Pengembangan staf dan program pendidikan
7. Evaluasi dan pengendalian mutu
Hasil Akreditasi versi 2007
• Penetapan keputusan status akreditasi dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pelayanan Medis atas
rekomendasi lembaga independen yang melaksanakan
survei akreditasi rumah sakit (KARS).
• Hasil status akreditasi RS terdiri dari:
• Tidak Terakreditasi (gagal)
• Akreditasi Bersyarat
• Akreditasi Penuh
• Akreditasi Istimewa
- 5 Pelayanan Dasar
- 7 Pelayanan Penunjang
- 4 Pelayanan Pelengkap
Hasil status akreditasi RS versi 2007
1.Tidak Terakreditasi
Total Skor : < 65%
Skor Masing-2 Pelayanan : –
Masa Berlaku : –
Keterangan : Setelah 6 bulan boleh dilakukan survei ulang
2.Akreditasi Bersyarat
Total Skor : 65% s.d < 75%
Skor Masing-2 Pelayanan : Minimal 60%
Masa Berlaku : 1 Tahun
Keterangan : Setelah 1 tahun dilakukan survei ulang, bila lulus berlaku
sertifikat ditambah 2 tahun.
3.Akreditasi Penuh
Total Skor : Minimal 75%
Skor Masing-2 Pelayanan : Minimal 60%
Masa Berlaku : 3 Tahun
4.Akreditasi Istimewa
Total Skor : 65% s.d < 75%
Skor Masing-2 Pelayanan : Minimal 60%
Masa Berlaku : 5 Tahun
Keterangan : 3 kali berturut-turut akreditasi penuh
Perbedaan akreditasi
AKREDITASI VERSI 2012
• Berbeda dengan instrumen akreditasi versi 2007 yang
menggunakan skoring 0 sampai dengan 5, pada instrumen
versi 2012 ini skoring yang digunakan adalah 0, 5 dan 10.
Rumah sakit mendapat
skor = 10 bila 80 % standar telah dipenuhi,
skor = 5 bila 20 – 79 % standar terpenuhi dan
skor = 0 bila pemenuhan standar kurang dari 20 %.
• Pada survei akreditasi versi 2012 ini, pemenuhan standar tidak
hanya dilihat dari kelengkapan dokumen, tetapi juga
implementasi dari standar akreditasi yang akan dinilai
dengan menggunakan metodologi telusur.
• Bagi rumah sakit yang baru pertama kali survei dengan
menggunakan standar akreditasi versi 2012 maka 4 (empat)
bulan sebelum survei dilakukan, rumah sakit harus sudah
melaksanakan standar. Dan bagi rumah sakit yang akreditasi
ulang maka 1 (satu)sebelum survei, rumah sakit harus
sudah melaksanakan standar.
Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012

I. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien


Bab 1. Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK)
Bab 2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
Bab 3. Asesmen Pasien (AP)
Bab 4. Pelayanan Pasien (PP)
Bab 5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
Bab 6. Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO)
Bab 7. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
II. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit
Bab 1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Bab 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Bab 3. Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP)
Bab 4. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
Bab 5. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
Bab 6. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
III. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)
Sasaran lV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat-pasien operasi
Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh

IV. Sasaran Milenium Development Goals


• Sasaran I : Penurunan Angka Kematian Bayi dan
Peningkatan Kesehatan Ibu
• Sasaran II : Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS
• Sasaran III : Penurunan Angka Kesakitan TB
Cara penilaian KARS
Penetapan status akreditasi RS
Berdasarkan Peraturan Ketua Eksekutif KARS No.
1666/KARS/X/2014
AKREDITASI INTERNASIONAL
• Standar akreditasi internasional JCI yang adalah
singkatan dari Joint Commission International
merupakan standard yang dibuat agar pelayanan
kesehatan rumah sakit berfokus kepada pasien dan
diterapkan sesuai dengan budaya setempat untuk
peningkatan mutu pelayanan secara berkesinambungan.
• Terdiri dari 2 bagian:
1. Standar yang berfokus pada pasien
2. standard manajemen organisasi kesehatan
1. Standar yang berfokus pada pasien yang meliputi 8 bab :
a. International Patient Safety Goals (IPSG),
b. Access to Care and Continuity of Care (ACC)
c. Patient and Family Rights (PFR),
d. Assessment of Patients (AOP),
e. Care of Patients (COP,
f. Anesthesia and Surgical Care (ASC),
g. Medication Management and Use (MMU)
h. Patient and Family Education (PFE)
2. Standard manajemen organisasi kesehatan mencakup :
a. Quality Improvement and Patient Safety (QPS),
b. Prevention and Control of Infections (PCI),
c. Governance, Leadership and Direction (GLD),
d. Facility Management and Safety (FMS),
e. Staff Qualifications and Educations (SQE)
f. Management of Communication and Information (MCI)
AKREDITASI RSSA
• RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang telah memiliki
status akreditasi nasional versi 2012 sejak 15 Maret
2015 dan berlaku sampai 15 Maret 2018 .
• RSSA telah terakreditasi Tingkat Paripurna  15 bab
telah tercapai dengan nilai ≥ 80%.
KOMISI FARMASI &
TERAPI (KFT)
DEFINISI

(PMK no. 58 tahun 2014 Standar pelayanan kefarmasian di RS BAB V)


TFT mempunyai tugas:
1. mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat
di Rumah Sakit
2. melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk
dalam formularium Rumah Sakit
3. mengembangkan standar terapi
4. mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat
5. melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan
Obat yang rasional
6. mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki
7. mengkoordinir penatalaksanaan medication error
8. menyebarluaskan informasi terkait kebijakan
penggunaan Obat di Rumah Sakit
(PMK no. 58 tahun 2014 Standar pelayanan kefarmasian di RS BAB V)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/Sk/X/2004
Tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit (sudah diperbaruhui dengan PMK no. 58)

Perantara Staf Medis


KFT
Staf Farmasi

Dokter
Anggota Perwakilan
APT Perawat
Spesialisasi, + +
minimal 3 org
- Menerbitkan kebijakan ttg obat, pemilihan penggunaan,
serta evaluasi
- Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan
Tujuan dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan
dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan
kebutuhan.

- Melaksanakan rapat secara teratur, sedikitnya 1 – 2


kali/bulan
Kegiatan
- Segala sesuatu yg berhubungan dg rapat KFT diatur
oleh sekretaris
- Membina hubungan kerja dengan panitia/komite lain di
RS yg sasarannya berhubungan dg obat.
KEWAJIBAN DAN TUGAS KFT
• Mengkoordinir pembuatan :
- Pedoman Diagnosis dan Terapi (PDT)
- Formularium RS
- Pedoman Penggunaan Antibiotika (PPAB)

• Memberikan rekomendasi pada pimpinan RS guna membudayakan


penggunaan/pengelolaan obat secara rasional.

• Mengkaji pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan umpan balik


atas pengkajian tsb.

• Melaksanakan pendidikan/upgrading dalam bidang pengelolaan dan


penggunaan obat.

Kemenkes 1197 thn 2004


TUGAS APOTEKER DALAM KFT
• Mjd salah seorang anggota panitia (wakil ketua/sekretaris).
• Menetapkan jadwal pertemuan, mengajukan acara yg akan dibahas
dlm pertemuan.
• Menyiapkan dan memberikan semua informasi yg dibutuhkan utk
pembahasan dlm pertemuan.
• Mencatat semua hasil keputusan dan melaporkan pada pimpinan
RS.
• Menyebarluaskan keputusan yg sudah disetujui oleh pimpinan kpd
seluruh pihak yg terkait
• Melaksanakan keputusan-keputusan yg disepakati dlm rapat.

Diatur dalam Kemenkes 1197 thn 2004,


namun tidak diatur dalam PMK No. 58
KFT RSUD Dr. Saiful Anwar
KEPUTUSAN DIREKTUR No. 800/12956/302/2014 Tgl 3 November 2014)
• Ketua : dr. Atma Gunawan, Sp.PD KGH
• Wakil : Dra. Arofa Idha, M.Farm-Klin, Apt.
• Sekretaris I : Lya Widhayunita, M.Sc., Apt.
• Sekretaris II : Estika Mei Diana, S.Farm., Apt.
• Anggota : 1. Prof..Dr. dr. Sanarto S., DTM&H, Sp.MK
2. dr. Taufik Hidayat, Sp.KK
3. dr. Harjoedi Adji Tjahjono, Sp.A (K)
4. dr. Paksi Satyagraha, M.Kes., Sp.U.
5. Dr. dr. Bambang Rahardjo, Sp.OG (K)
6. dr. Dewi Santosaningsih, M.Kes
7. dr. Bagus Putu Putra Suryana, Sp.PD-KR
PRODUK KFT RSSA
• Formularium RS Tahun 2010, 2013, 2014
• PDT Tahun 2010,
• PPAB Tahun 2012
• Rekomendasi Tx Antibiotik Empirik Thn 2014

• Program Thn 2015 :


1. Rekomendasi Tx Antibiotik Empirik Thn. 2015
2. Formularium RS Tahun 2015  dalam proses
FORMULARIUM RS
FORMULARIUM RS
• Himpunan obat yang diterima/disetujui oleh KFT untuk digunakan
di RS
• Revisi setiap tahun

• Komposisi Formularium :
- Halaman judul
- Daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi
- Daftar Isi
- Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat
- Produk obat yang diterima untuk digunakan
- Lampiran
• Sistem yg dipakai : Berkelanjutan
Formularium digunakan oleh staf medis; KFT mengevaluasi &
menentukan pilihan produk obat yg ad di pasaran,
(mempertimbangkan kesejahteraan px)
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/Sk/X/2004
Tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit
KOMPOSISI FORMULARIUM RSSA
- Halaman Judul
- Sambutan, Kata Pengantar
- Kebijakan Direktur RSSA
- Ketentuan / Prosedur terkait penggunaan obat
- Daftar Isi
- Bagian I
- Bagian II (Khusus untuk pasien JKN  formularium
pendamping)
- Lampiran
Kriteria pemilihan Obat untuk masuk
Formularium Rumah Sakit
a. mengutamakan penggunaan Obat generik;
b. memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita;
c. mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
d. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
e. praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
g. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
dengan harga yang terjangkau

PMK NO.58 THN 2014


PERTIMBANGAN PENYUSUNAN
FORMULARIUM RSSA
• Keputusan utk memasukkan suatu obat ke dalam Formularium RS ditentukan
oleh faktor :
- Faktor Institusional
 Jenis RS : Umum/Khusus, misal : RSIA, RS Bedah, RS Jiwa, dll
 Tipe RS : A, B, C, D, Pendidikan, Rujukan Nasional/Provinsi
 Pertimbangan Indikasi Pengobatan : efikasi suatu obat bisa
dipakai utk beberapa indikasi

- Faktor Konsensus Nasional :


 Daftar Obat Essensial Nasional (KMK No. 312/Menkes/SK/IX/2013 ttg
DOEN 2013)
 Formularium Nasional (KMK No. 328/Menkes/IX/2013 & KMK No.
159/Menkes/SK/V/2014)
 E-katalog
 Registrasi BPOM
PERTIMBANGAN PENYUSUNAN FORMULARIUM RSSA
(2)
- Faktor Internal RS :
 Usulan dari SMF-SMF
 Peta Kuman RSSA
 Special Case

- Faktor Obat
 ESO
 Farmakokinetik, rute pemberian, dll

- Faktor Biaya
 Dibandingkan dg kompetitornya (efektivitas, durasi Tx, biaya
penyediaan)  berhubungan dg LOS & pembiayaan.
Tahapan proses penyusunan
Formularium Rumah Sakit:
a. membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf Medik
Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar
pelayanan medik;
b. mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi;
c. membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi
(TFT), jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar;
d. mengembalikan rancangan hasil pembahasan Tim Farmasi dan
Terapi (TFT), dikembalikan ke masing-masing SMF untuk
mendapatkan umpan balik;
e. membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;
f. menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah
Sakit;
g. menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan
h. melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf
dan melakukan monitoring.
Tahap Penyusunan Formularium RSSA
• Meminta usulan dari masing-masing SMF
• Mengkompilasi usulan dari masing-masing SMF
• Pembahasan dalam rapat KFT + Klinisi (bila diperlukan)
• Persetujuan oleh Direktur RSSA
• Proses Cetak
• Sosialisasi Formularium RS
KEBIJAKAN PENGUSULAN OBAT BARU
Formulir Permohonan

Obat Formularium -EBM


Staf Evaluas
KFT -Pola Resist.
Medis i
Kuman
-Konsensus Nas.

Masuk
Formularium Diterima Ditolak

Masa
Percobaan
Evaluasi 6 – 12
bulan

Obat dalam
penelitian
REKAM MEDIS
Definisi
• RM adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberi kepada pasien (pasal 1)
• Rekam medis dibuat secara tertulis, lengkap, jelas atau
secara elektronik(pasal 2)

PMK 269 thn 2008 ttg Rekam medis


Komponen RM (pasal 3)
Komponen RM RSSA
• Cover
• Kepala List ( Ada No. RM Dan No.Billing)
• F1. Identitas Pasien (Identitas Pasien, Permintaan Rawat Inap,persetujuan Rawat Inap,general
Consent, HPK, Status IGD)
• F2. Kajian (Kajian Medis, Kajian Keperawatan, Kajian Farmasi/Rekonsiliasi Obat)
• F3. Daftar Masalah (MASALAH MEDIS, KEPERAWATAN, GIZI, FARMASI)
• F4. Hasil Pemeriksaan Penunjang (TEMPAT MENEMPEL HASIL LAB, PA, KULTUR MIKRO,
RADIOLOGI DL)
• F5. Rencana Penanganan Px Dan Clinical Pathway (Medis, Keperawatan, Gizi, Farmasi)
• F6. Tindakan Medis Operatif Dan Non Operatif
• F7 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi Dan Tindakan Pelimpahan (Instruksi Dokter,
Lap Perawat, Gizi, Farmasi, Catatan Penggunaan Obat, Formulir Pelaporan Eso, Meso,
Tindakan Pelayanan Terintegrasi, Tindakan Pelimpahan )
• F8. Konsultasi (digunakan dr bila inin mengon sulkan pasien kepada rekan sejawat apabila ada
problem medis di luar keahliannya juga lihat instruksi terapi hasil konsul)
• F9. Resume Pasien( Medis, Keperawatan Gizi)
• F10. Formulir Khusus
• F11. Billing Biaya Tindakan Dan Perawatan
Blok merah menunjukkan bagian RM yang diisi oleh apoteker
SISTEM MANAJERIAL
Pengelolaan Perbekalan Farmasi di
RSUD Dr. Saiful Anwar
Manfaat yang diperoleh:
S • Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan
I farmasi, alat kesehatan, dan BMHP;
• Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP;
S
• Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP;
T P • Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP;
E I • Pemantauan terapi Obat;
• Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan sediaan farmasi, alat
MN kesehatan, dan BMHP (keselamatan pasien);
T • Kemudahan akses data sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
yang akurat;
SU
• Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan citra rumah sakit; dan
A • Peningkatan pendapatan rumah sakit dan peningkatan kesejahteraan
T pegawai.
U
Pengelolaan Perbekalan Farmasi
PEMILIHAN

ADMINISTRASI PERENCANAAN
PENGADAAN

PENGENDALIAN
PENERIMAAN

PEMUSNAHAN &
PENYIMPANAN
PENARIKAN
PENDISTRIBUSIAN
PEMILIHAN

Daftar obat esensial (DOEN)

Formularium rumah sakit


Pemilihan
sediaan farmasi,
Alkes, & BMHP
berdasarkan Formularium nasional (Fornas)

Pedoman penatalaksanaan terapi (Clinical Pathway).


Kebijakan Pengusulan Obat Baru
untuk dimasukkan dalam
Formularium RSSA
Formulir Permohonan
Staf -EBM
Evalua
Medi KFT -Pola Resist.
Obat Formularium si
s Kuman
-Konsensus Nas.

Masuk
Diterim
Formularium Ditolak
a
Masa
Percobaan
Evaluasi 6 – 12
bulan

Obat dalam
penelitian
PERENCANAAN
 Berdasarkan metode konsumsi,
RSS epidemiologi, serta kombinasi keduanya.
 Dilakukan 1 bulan sekali, dengan dasar perencanaan
Asbb:
 Fornas  Stok barang di gudang
 Formularium  Dana yang
 RSSA
Kebutuhan rata-rata per bulan  Waktu
tersediatunggu
 Berdasarkan waktu : Perencanaan bulanan,
mingguan, & perencanaan mendesak.

UPF  Dilakukan seminggu sekali tiap hari senin.


 Dasar perencanaan
 Rata-rata konsumsi barang/obat selama seminggu
 Stok barang/obat yang tersisa
 Sifat barang: slow mooving atau fast mooving
 Mempertimbagkan buffer stock  10-30%
PENGADAAN
PENGADAAN di RSSA
 Prinsip: semua barang yang akan dibeli harus lewat umum, kecuali jika
barang yang dibeli lebih dari 5 Miliar proses pengadaan melalui lelang
yang dipimpin oleh panitia pengadaan.
 Kemudian Panitia pengadaan melihat usulan kebutuhan perbekalan
farmasi dengan mempertimbangkan anggaran yang tersedia dimana
anggaran belanja berasal dari :
 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
 Periode pengadaan perbekalan :
 Perbekalan farmasi dasar  tiap 3 bulan sekali
 Perbekalan farmasi non-dasar  tiap 1 bulan sekali
 Metode pengadaan : Pembelian, Produksi sediaan farmasi, & Hibah.
PENGADAAN
Beberapa cara pembelian perbekalan
farmasi di RSSA :
1. Pelelangan:
a. Pelelangan umum  pengadaan > Rp. 5 M
b. Pelelangan sederhana  pengadaan Rp. 200 juta - Rp. 5 M
c. Pelelangan terbatas  untuk pengadaan yang kompleks dan penyedianya terbatas
(Ex. Gas medis)

2. Penunjukan langsung, dilakukan dalam hal:


a. Keadaan tertentu :
 penanganan darurat yang tidak dapat ditunda (ex. KLB)
 barangnya spesifik, dilakukan oleh 1 penyedia (Narkotik)
b. Pengadaan barang khsusus, seperti:
 barang dengan tarif resmi dari pemerintah (e-katalog)
 barang yang bersifat kompleks

3. Pengadaan langsung  untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp


200 juta.
PENGADAAN
ALUR PENGADAAN di RSSA
1. Gudang membuat usulan sebuah perencanaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP.
2. Diserahkan ke Kepala Urusan Perencanaan, diolah lalu
dibuat nota dinas disertai tanda tangan kepala instalasi
farmasi.
3. Dibawa ke Kepala bidang Penunjang Medik yang
merangkap sebagai PPKN (Pejabat Pembuat Komitmen).
4. Diserahkan ke PPTK (Pejabat Pelaksana Teknik Kegiatan).
5. Turun ke bagian pengadaan, dari pengadaan akan
membuat SPH (surat penawaran harga) yang diminta dari
rekanan. Bila harga yang ditawarkan sesuai maka akan
dibuatkan SP (surat permintaan) dan SPK (surat perintah
kerja).
PENGADAAN

PENGADAAN dari UPF


 Dilakukan secara online ke Gudang  untuk kebutuhan 1 minggu
 Untuk perbekalan farmasi dasar  online ke UPF RI-RJ
Untuk perbekalan farmasi non dasaronline ke Gudang Non Dasar
 Pengadaan bisa dilakukan sehari sebelumnya jika barang sudah habis
atau terjadi KLB.
Pengadaaan juga bisa secara cito  hanya untuk obat Life saving.

PENGADAAN OBAT HIBAH


Contoh obat hibah yang terdapat di RSSA :
 Obat TBC
 Obat HIV/AIDS
 Vaksin
PENGADAAN
Selain itu, pengadaan juga dilakukan dengan Produksi
sediaan farmasi sendiri oleh RSSA.

Produksi Steril Produksi Non Steril


 Hand sanitizer / handrub
Pencampuran Obat  Pengenceran savlon,
Sitostatika alkohol, formalin 37%,
H2O2 (Perhidrol) 50%
Premix KCl (elektrolit dari sediaan pekatnya
KCl)  Repacking gliserin,
garam inggris, alkohol
Pengemasan 20%, spiritus, kreolin,
Kembali Antibiotika KMNO4, talk, betadine.
 Pembuatan sirup
Meropenem kloralhidrat 5-10%.
 Pembuatan salep :
levertran, boorzalf
PENERIMAAN
di RSSA
 Alur :
Penyerahan ke
PEMERIKSAAN Penandatanganan
Bukti  membuat penanggungjawa
 Oleh Pejabat /
Panitia Penerima Berita Acara Serah b GUDANG
Barang RS. Terima Hasil
 Sesuai SP & SPK Pekerjaan
Pengecekan ulang
(Jenis, merk, ED,
membuat Berita acara
jumlah, kualitas) PENYIMPANAN penerimaan

 APOTEKER  membuat Laporan Penerimaan Barang

Di UPF
 Dilakukan pengecekan berdasarkan SP baik kualitas dan kuantitas
(jumlah, jenis, kekuatan sediaan, Expired Date (ED), bentuk sediaan)
 Dilakukan Validasi di komputer (stok di Gudang ↓, stok di UPF ↑)
 Dibuatkan berita acara penerimaan barang.
PENYIMPANAN
1. GUDANG FARMASI DASAR
Ex. Kapas, alkohol, reagen 1. FEFO (First Expired First
Out )
2. GUDANG FARMASI NON
2. FIFO (First In First Out)
DASAR
Ex. Obat, Alkes
SISTEM
JENIS GUDANG
PENYIMPANAN
METODE PERHATIAN
PENYIMPANAN KHUSUS

1. Bentuk sediaan 1. Obat Narkotika &Psikotropika


2. Kelas terapi 2. Obat Sitostatika
3. Status barang 3. Obat LASA
4. Kestabilan sediaan 4. Elektrolit Konsentrasi tinggi
5. Bahan berbahaya & beracun
5. Alfabetis
PENDISTRIBUSIAN
di RSSA
1. GUDANG FARMASI DASAR, didistribusikan ke :
UPF OK IRD, UPF OK Sentral, UPF OK Pavilliun, Laboratorium,
Radiologi dan UPF RI-RJ.
2. GUDANG FARMASI NON DASAR, didistribusikan ke :
Semua Unit Pelayanan Farmasi (UPF)

Di UPF
Didistribusikan dari UPF ke pasien dengan sistem:
1. Sistem Individual prescribing  pasien RJ dan pasien KRS.
2. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Floor Stock)
 IGD dan ruang kegawatan (R.HCU paru, HCU anak, ICU, & Kaber)
 Kamar Operasi (OK IGD dan OK sentral)
 Trolly emergency  untuk kegawatan bagi pasien ataupun
selain pasien
3. Sistem Pemberian Obat Dosis Sehari (PODS)  Ruang Rawat inap
4. Sistem kombinasi Ruang Rawat inap .
PEMUSNAHAN
Di UPF  tidak dilkakukan pemusnahan.
Solusi untuk mengatasi barang slow moving dan mendekati ED :
Meminta dokter untuk meresepkan kembali.
Menawarkan kepada UPF lainnya.
Dikembalikan ke Gudang.
 Di Gudang  solusi diretur jika ada kesepakatan diawal pembelian
 Prosedur pemusnahan sesuai dengan perundang-undangan yaitu:
1. Membuat dokumentasi barang yang rusak & kadaluarsa
2. Melaporkan kepada Kepala IFRS
3. Meneruskan kepada Direktur & Pemprov TK.1 Jatim
4. Melakukan pemusnahan dengan incenerator disertai berita acara

PENARIKAN
Pemberitahuan penarikan oleh KFT bersama 2. Menarik dari
BPOM & Produsen kepada Instalasi Farmasi persediaan, Lalu
IFRS
dikarantina oleh
1. Memberi informasi kepada staf Instalasi Farmasi
Medis Perawatan
PENGENDALIAN
Di RSSA Di UPF
 Tujuan :  Tujuan :
Mencegah kekosongan dan kelebihan Mencegah kekosongan dan
barang di gudang sebelum kelebihan barang di tiap UPF
didistribusikan ke UPF. sebelum didistribusikan
 Dilakukan dengan pencatatan di kartu kepada pasien.
stok dan melakukan stok opname tiap  Dilakukan dengan pencatatan
bulan di gudang dasar maupun non di kartu stok dan melakukan
dasar. stok opname tiap bulan di
 Stock opname  untuk dijadikan setiap UPF.
pertimbangan bagian pengadaan  Stock opname  untuk
gudang dalam pembuatan usulan dijadikan pertimbangan bagi
perencanaan dan pemesanan barang ke masing-masing kepala UPF
distributor. untuk pengadaan ke bagian
 Juga dilakukan pencatatan barang yang gudang.
slow moving & death moving.
ADMINISTRASI
RSSA UPF
Pencatatan & Pelaporan Pencatatan & Pelaporan
Gudang membuat laporan Lap. penggunaan psikotropika dan narkotika tiap bulan,
rutin berupa : pengkajian resep tiap bulan,
suhu ruangan dan lemari pendingin,
Laporan Persediaan
barang yang akan ED ,slow moving, death moving,
Barang (LPB) dan stock opname satu bulan sekali,
Laporan Hasil Pengadaan kebenaran penyiapan dan pelabelan obat pasien ,
(LHP) penggunaan antibiotika empiris lebih dari 7 hari,
Dilaporkan setiap 3 bulan penyimpanan obat high alert diruangan,
sekali ke Badan prescribing error,
Pengelolaan Keuangan dan IKM,
Aset Daerah (BPKAD) pendapatan tunai setiap hari ,
diluar pembelian prosedur rutin,
jumlah resep dan pasien,
Administrasi respon time,
penghapusan Alkes khusus seperti alkes khusus bedah (IRNA II),
Membuat usulan transaksi pasien operasi combus dan mata (IRNA II).
penghapusan kepada IFRS. Administrasi penghapusan  Usulan ke Gudang
PELAYANAN FARMASI KLINIK
PMK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58
TAHUN 2014

Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang


diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka

Meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko


terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan

keselamatan pasien (patient safety)


sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
PMK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014

Pelayanan farmasi klinik yang


dilakukan meliputi:

1. Pengkajian dan pelayanan resep;


2. Penelusuran riwayat penggunaan obat;
3. Rekonsiliasi obat;
4. Pelayanan informasi obat (PIO);
5. Konseling;
6. Visite;
7. Pemantauan terapi obat (PTO);
8. Monitoring efek samping obat (MESO);
9. Evaluasi penggunaan obat (EPO);
10. Dispensing sediaan steril; dan
11. Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD)
1. Pengkajian & Pelayanan Resep
Pelayanan Resep dimulai dari
a. penerimaan,
b. Pemeriksaan ketersediaan,
c. pengkajian Resep,
d. penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai termasuk peracikan Obat,
e. pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi.

Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan


upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian
Obat (medication error).

Bila ditemukan masalah terkait Obat harus 


dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep.
PENYERAHAN OBAT RESEP DENGAN
PEMBERIAN INFORMASI
KEGIATAN FARMASI KLINIK DI RSUD DR. SAIFUL
ANWAR
Persyaratan administrasi meliputi
a. nama, umur, jenis kelamin, berat badan
dan tinggi badan pasien;
b. nama, nomor ijin, alamat dan paraf
A dokter;
c. tanggal Resep; dan
P Persyaratan
administratif
d. Ruangan atau asal unit resep
O
Persyaratan farmasetik meliputi:
a. nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
T Persyaratan
b. dosis dan Jumlah Obat;
c. stabilitas; dan
E farmasetis
d. aturan dan cara penggunaan.
K Persyaratan klinis meliputi:
a. ketepatan indikasi, dosis dan waktu
E Persyaratan
Klinis penggunaan Obat;
R b. duplikasi pengobatan;
c. alergi dan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD);
d. kontraindikasi; dan
Pengkajian resepdi RSSA dilakukan di semua
unit baik pada pasien rawat inap maupun
rawat jalan.
2. Penelusuran Riwayat
Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan
proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh
Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari
wawancara atau data rekam medik/pencatatan
penggunaan Obat pasien.
Tahapan penelusuran riwayat
penggunaan Obat di RSSA:
1. membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan informasi
penggunaan Obat;
2. melakukan verifikasi riwayat penggunaan Obat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan;
3. mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD);
4. mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;
5. melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan Obat;
6. melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan;
7. melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap Obat yang
digunakan;
8. melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan Obat;
9. melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan Obat;
10. memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu
kepatuhan minum Obat (concordance aids)
11. mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
sepengetahuan dokter; dan
12. mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif
yang mungkin digunakan oleh pasien.
Kegiatan:
a. penelusuran riwayat penggunaan Obat kepada
pasien/keluarganya; dan
b. melakukan penilaian terhadap pengaturan
Tahapan penelusuran penggunaan Obat pasien.
riwayat penggunaan
Obat di RSSA Informasi yang harus didapatkan:
a. nama Obat (termasuk Obat non Resep), dosis,
bentuk sediaan,
b. frekuensi penggunaan, indikasi dan lama
penggunaan Obat;
c. reaksi Obat yang tidak dikehendaki termasuk
riwayat alergi; dan
d. kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat
(jumlah Obat yang tersisa).

*di RSSA (rawat inap) penelusuran dapat dilakukan saat awal pasien masuk ke dalam ruang
rawat inap, Sedangkan di rawat jalan bisa dilakukan saat penyerahan obat ke pada pasien
(di akhir)
3. Rekonsiliasi

Tujuan:
Mengetahui kesesuaian instruksi dokter dengan obat yang
didapat pasien  mencegah medication error

Dilakukan setiap pagi dengan melihat rekam medis:


1. F7 (catatan perkembangan pasien terintegrasi) 
kesesuaian instruksi dokter
2. F2.4  kajian kefarmasian/rekonsiliasi obat
4. Pelayanan Informasi
Obat (PIO)
PIO  penyedia
Via short message service informasi obat, alkes,
(SMS), e-mail, pesan tertulis BMHP

Sasaran : 1. mitra antara  dokter, apotekeker, bidan,


perawat
2. Mitra penentu  direktur,
manajer
Harus 3. Mitra langsung  pasien,
didokumenta keluarga pasien
sikan!
5. Konseling
Tujuan
mengoptimalkan hasil
Konseling terapi, meminimalkan
Obat adalah suatu risiko reaksi obat yang
aktivitas pemberian nasihat
tidak dikehendaki (ROTD),
atau saran terkait terapi dan meningkatkan cost-
Obat dari Apoteker effectiveness yang pada
(konselor) kepada pasien
dan/atau keluarganya (PMK
akhirnya meningkatkan
No 58 th 2014). keamanan penggunaan
Obat bagi pasien (patient
safety).
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang kegiatan konseling
dilakukan di beberapa bagian rawat inap dengan kriteria
pasien tertentu dan di instalasi rawat jalan terutama pada
klinik PTRM (Program Terapi Rumatan Metadone), klinik
TB-MDR dan klinik HIV/AIDS.
6. Visite (ward
pharmacist)

Kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap


yang dilakukan Apoteker secara mandiri
atau bersama tim tenaga kesehatan untuk
mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung, dan mengkaji masalah terkait
Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan
terapi Obat yang rasional, dan menyajikan
informasi Obat kepada dokter, pasien serta
profesional kesehatan lainnya (PMK No 58
th 2014).
Di RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang

• Sebelum melakukan kegiatan visite, Apoteker harus mempersiapkan


diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan
memeriksa terapi Obat dari rekam medik atau sumber lain.

• Kegiatan visite dilakukan pada pasien rawat inap saja. Dapat


dilakukan bersama dokter dan perawat saat ada kegiatan visite
bersama atau dapat dilakukan personal secara langsung kepada
pasien.

• Kegiatan visite apoteker juga termasuk saat penyerahan obat ODD


(One Daily Dose) kepada pasien. Saat penyerahan obat ODD,
apoteker memberikan KIE dan menanyakan apakah ada efek
samping atau reaksi lain yang dirasakan oleh pasien dan memantau
perkembangan terapi obat.
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Kegiatanmemantau terapi obat untuk memastikan terapi


obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.

Tujuanmeningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan


risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
Kegiatan PTO
dapat dilakukan
dengan adanya
Meliputi:
dokumentasi
a. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat,
farmasi klinik.
respon terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD);

b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait


obat; dan

c. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.


8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kegiatanmemantau setiap respon terhadap obat yang tidak
dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi

Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO:


a. Mendeteksi adanya kejadian reaksi obat Efek samping
obat adalah
yang tidak dikehendaki (ESO);
reaksi obat yang
b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien tidak dikehendaki
yang mempunyai risiko tinggi mengalami yang terkait
ESO; dengan kerja
c. Mengevaluasi laporan ESO dengan farmakologi.
algoritme Naranjo;
d. Mendiskusikan dan mendokumentasikan
ESO di Tim atau Sub Tim Farmasi dan Dokter, perawat, dan
Terapi; farmasi dapat menulis
e. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek laporan MESO pada RM
Samping Obat Nasional. Di RSSA terintegrasi apabila terjadi
ROTD
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

• Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi


penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan
secara kualitatif dan kuantitatif. Tujuan EPO yaitu:
a. mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan
Obat;
b. membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu
tertentu;
c. memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat; dan
d. menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.
Kegiatan EPO di RSSA telah dilaksanakan dan terekam dalam Form
RMK pasien yang diisi oleh Apoteker
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
(PKOD)
• Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi
hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker
kepada dokter. Kegiatan PKOD meliputi:
• melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan Pemeriksaan Kadar
Obat dalam Darah (PKOD);
• mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan Pemeriksaan Kadar
Obat dalam Darah (PKOD); dan
• menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) dan
memberikan rekomendasi.

• Hanya saja di RSUD Dr. Saiful Anwar belum ada kegiatan Pemantauan
Kadar Obat dalam Darah (PKOD) karena biaya untuk peralatan dan
pengecekan PKOD cukup mahal.
AKREDITASI
RSUD DR. SAIFUL
ANWAR
AKREDITASI RSSA
• RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang telah memiliki
status akreditasi nasional versi 2012 sejak 15 Maret
2015 dan berlaku sampai 15 Maret 2018 .
• RSSA telah terakreditasi Tingkat Paripurna  15 bab
telah tercapai dengan nilai ≥ 80%.
15 Bab Instrumen Akreditasi RS
1. Akes Ke Pelayanan Dan Kontinuitas Pelayanan (APK)
2. Hak Pasien Dan Keluarga (HPK)
3. Asesmen Pasien (AP)
4. Pelayanan Pasien (PP)
5. Pelayanan Anestesi Dan Bedah (PAB)
6. Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
7. Pendidikan Pasien Dan Keluarga (PPK)
8. Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien (PMKP)
9. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI)
10. Tata Kelola, Kepemimpinan Dan Pengarahan (TKP)
11. Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan (MFK)
12. Kualifikasi Dan Pendidikan Staf (KPS)
13. Manajemen Komunikasi Dan Informasi (MKI)
14. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
15. Sasaran Milenium Development Goals (MDGs)
Beberapa instrumen yang berkaitan
dengan kefarmasian dan telah
dipenuhi oleh RSSA sesuai dengan
persyaratan KARS adalah sebagai
berikut:
BAB Standar mengenai Realisasi di RSSA
Bab APK Kontinuitas Pelayanan Pada setiap instalasi baik rawat inap
ataupun rawat jalan telah terdapat
seorang staf farmasi yaitu apoteker
yang bertanggung jawab terhadap
pelayanan pasien tersebut
Bab PP Pemberian Pelayanan Untuk Selurah pasien rawat inap telah
Semua Pasien mendapatkan asuhan kefarmasian
yang seragam dari apoteker dan
staf farmasi lainnya di ruang
perawatan
Bab MPO Organisasi & Manajemen, Pihak RS telah menerapkan
Seleksi & Pengadaan, kebijakan pelayanan farmasi berupa
Penyimpanan, Pemesanan & pengarahan semua tahap
Pencatatan , Persiapan & menajemen perbekalan farmasi dan
Penyaluran, Pemberian dan penggunaan obat di RS.
BAB Standar mengenai Realisasi di RSSA

Bab PPK Penyediaan pendidikan bagi Adanya Penetapan unit kerja yang
pasien dan keluarga mengelola edukasi dan informasi/
PKRS dan apoteker atau farmasis
berperan dalam PKRS ini.

Bab PPI Koordinasi kegiatan Apoteker/farmasis di RSSA juga


pencegahan dan berperan langsung dalam
pengendalian infeksi koordinasi program pencegahan
dan pengendalian infeksi

Bab SKP Peningkatan keamanan Adanya Prosedur mengenai obat-


obat-obat yang perlu obat yang high alert mencakup
diwaspadai identifikasi, lokasi, pelabelan, dan
penyimpanan obat high alert

Bab penanggulangan HIV/AIDS Apoteker/farmasis di RSSA juga


dan TB berperan langsung dalam pelayanan
SMDGs VCT, ART, dll, serta berperan
langsung dalam Pelayanan TB
dengan Strategi DOTS
KESIMPULAN
• Pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi
klinis di RSUD. Dr. Saiful Anwar telah sesuai dengan
Permenkes No. 58 Tahun 2014 tentang Standart
Pelayanan Farmasi di Rumah sakit.
• Managemen Penggunaan Obat di RSUD. Dr. Saiful
Anwar telah sesuai dengan Akreditasi RS 2012.
PENGOLAHAN LIMBAH
RUMAH SAKIT
KEPMENKES Kep-58/MENLH/12/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
kegiatan rumah sakit
Setiap rumah sakit harus mengolah air limbah sampai
standar yang diijinkan.
Limbah rumah sakit terdiri dari limbah medis dan limbah
non medis
Limbah Medis :
1. Golongan A terdiri dari Dressing bedah, swab dan
semua limbah yang terkontaminasi, bahan linien dari
kasus infeksi, seluruh jaringan tubuh manusia,
bangkai/jaringan hewan dari laboratorium
2. Golongan B terdiri dari Syrenge bekas, jarum, cartride,
pecahan gelas, dan benda tajam lainnya.
Lanjutan :
3. Golongan C terdiri dari limbah dari laboratorium dan post
partum kecuali yang termasuk golongan A
4. Golongan D terdiri dari limbah bahan kimia dan bahan
farmasi tertentu
5. Golongan E terdiri dari pelapis bed-pan, disposable,
urinoir, incontinence-pad dan stamag bags.
Berdasarkan potensi bahaya limbah
medis terdiri dari :
1. Limbah benda tajam
2. Limbah infeksius
3. Limbah jaringan tubuh
4. Limbah sitotoksik
5. Limbah farmasi
6. Limbah kimia
7. Limbah radioaktif
Limbah non medis di rumah sakit
Limbah cair yang berasal dari proses seluruh kegiatan
rumah sakit meliputi : buangan kamar mandi, dapur, air
bekas pencucian pakaian, limbah cair klinis meliputi air
limbah yang berasal dari air bekas cucian luka, cucian
darah, air limbah laboratorium.
Teknologi pengolahan air limbah
Air limbah yang mengandung senyawa organik dapat
menggunakan tekonologi secara biologi atau gabungan
antara proses biologi dengan kimia-fisika.
Teknologi pengolahan air limbah secara
biologi
1. Proses biologi secara aerobik beban BOD
(Biological Oxygend Demand) rendah terdiri dari proses
biologis dengan biakan tersuspensi (suspended
culture), proses biologis dengan biakan melekat
(attached culture) dan proses pengolahan dengan
sistem lagoon atau kolam.
2. Proses biologi anaerobik beban BOD tinggi
Beberapa teknologi proses pengolahan air limbah rumah
sakit yang sering digunakan yakni antara lain: proses
lumpur aktif (activated sludge process), reaktor putar
biologis (rotating biological contactor, RBC), proses aerasi
kontak (contact aeration process), proses pengolahan
dengan biofilter "Up Flow", serta proses pengolahan
dengan sistem "biofilter anaerob-aerob".
Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Reaktor
Biologis Putar (Rotating Biological Contactor, Rbc)
Pengolahan Air Limbah Dengan Proses
Aerasi Kontak
Pengolahan Air Limbah Dengan
Proses Biofilter "Up Flow"
Proses Pengolahan Dengan Sistem Biofilter
Anaerob-Aerob
REKONSTITUSI SITOSTATIKA
PELAYANAN
KEFARMASIAN DI RUMAH
SAKIT
Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan
pengelolaan Obat untuk meningkatkan keamanan,
khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high-alert
medication). High-alert medication adalah Obat yang
harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang
Tidak Diinginkan (ROTD).
Kelompok Obat high-alert diantaranya:

• a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip


(Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look
Alike Sound Alike/LASA).
• b. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida
2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium
klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat =50%
atau lebih pekat).
• c. Obat-Obat sitostatika.
Preparasi sitostatika (pedoman pencampuran
obat suntik dan penanganan sediaan
sitostatika, Binfar komunitas san klinik, 2009)

Peracikan obat kanker atau sitostatika adalah kegiatan


rekonstitusi (pencampuran) obat–obat sitostatik dan
menyiapkan agar siap digunakan dengan
mempertimbangkan dasar–dasar keamanan bagi pekerja
dan lingkungan serta prinsip dasar pencampuran obat
steril.
Alur pelyanan rekosntitusi
Apoteker
ruangan
sitostatika Obat kemoterapi
Dokter menulis disiapkan dan
resep dan membawa resep
dibawa ke unit
ke UPF untuk
protokol disiapkan obat
produksi unruk
kemoterapi dilakukan
untuk rekonstitusi
kemoterapi

Obat sitostatika yang


telah selesai akan Dilakukan
Pihak produksi akan ditransfer melalui pengoplosan
memberi tahu bahwa pass box dan obat sitostatika
obat sitostatika yang dmasukan ke dalam
telah siap lewat telepon kantong plaatik gelap
sesuai
untuk rawat inap
sesuai nama pasien permintaan
dan ruangan melalui pass box

Obat sitostatika
disitribusikan
untuk pasien
yang berada di
poli
Fasilitas yang digunakan untuk
rekonstitusi sitostatika
a. BSC
b. Ruang steril
c. APD
d. Pass box
e. Tenaga terlatih tersertifikasi
f. Teknis aseptis
Penanganan
1.
tumpahan
Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam
ruangan steril :
a. Meminta pertolongan, jangan tinggalkan
area sebelum diizinkan
b. Beri tanda peringatan di sekitar area
c. Petugas penolong menggunakan APD
d. Angkat partikel kaca dan pecahan dengan
menggunakan alat seperti sendok dan
tempatkan dalam kantong buangan
e. Serap tumpahan cair dengan kasa penyerap
dan buang dalam kantong tersebut
f. Serap tumpahan serbuk dengan handuk
basah dan buang dalam kantong tersebut.
g. Cuci seluruh area dengan larutan detergent
h. Bilas dengan aquadest
i. Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat
terangkat
j. Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam
kantong pertama.
k. Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
l. Tanggalkan APD lainnya dan sarung tangan dalam,
tempatkan pada kantong kedua.
m. Ikat kantong secara aman dan masukkan ke dalam
tempat penampung khusus untuk dimusnahkan dengan
incenerator.
n. Cuci tangan.
Membersihkan tumpahan di dalam BSC
a. Serap tumpahan dengan kasa untuk tumpahan cair
atau handuk basah untuk tumpahan serbuk.
b. Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2
pasang sarung tangan baru
c. Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca
sekaligus dengan alas kerja dan tempatkan dalam
wadah buangan
d. Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan
detergent, bilas dengan aquadestilata menggunakan
kasa. Buang kasa dalam wadah pada buangan.
e. Ulangi pencucian sebanyak 3x
f. Keringkan dengan kasa baru, buang dalam wadah
buangan.
g. Tutup waddah dan buang dalam buangan akhir.
h. Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker,
dalam wadah buangan akhir untuk dimusnahkan dengan
incenerator.
i. Cuci tangan
Penanganan kecelakaan kerja
1. Kontak dengan kulit
a. Tanggalkan sarung tangan
b. Bilas kulit dengan air hangat
c. Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat
d. Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kasa yang
dibasahi dengan larutan chlorin 5 % dan bilas dengan
air hangat
e. Jika kulit sobek pakai H2O2 3%
f. Cacat jenis obat dan siapkan antidot khusus
g. Tanggalkan seluruh pakaian APD
h. Laporkan ke supervisor
i. Lengkapi format kecelakaan
2. Kontak dengan mata
a. Minta pertolongan
b. Tanggalkan sarung tangan
c. Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air
hangat selama 5 menit
d. Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka
dengan larutan NaCl 0.9 %
e. Aliri mata dengan larutan pencuci mata
f. Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
g. Catat jenis obat yang tumpah
h. Leporkan ke supervisor
i. Lengkapi format kecelakaan kerja
3. Tertusuk jarum
a. Jangan segera mengangkat jarm, tarik kembali plunger
untuk menghisap obat yang mungkin terinjeksi
b. Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudia buang
c. Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk
mengambil obat dalam jaringan yang tertusuk
d. Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk
dengan air hangat
e. Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat
f. Tanggalkan semua APD
g. Catat jenis obat dan perkiraan berapa banyak yang terinjeksi
h. Laporkan ke supervisor
i. Lengkapi format kecelakaan kerja
j. Segera konsultasikan ke dokter
Pengelolaan limbah sitostatika
a. Gunakan APD
b. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup.
Untuk benda-benda tajam tempatkan di dalam wadah
yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain
tempatkan dalam kantong berwarna ungu dan berlogo
sitostatika
c. Beri label peringatan pada bagian luar wadah
d. Bwa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli
tertutup
e. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000 0C
f. Cuci tangan
PKRS
PERMENKES RI NO. 4 TAHUN 2012
TENTANG PETUNJUK TEKNIS
PROMOSI KESEHATAN RUMAH
SAKIT BAB III
Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah
upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan
pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat agar
pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan
dan rehabilitasinya.
Peluang promosi kesehatan
1. Di dalam Gedung : PKRS dalam pelayanan rawat jalan
misalnya di ruang poliklonik kebidanan, PKRS dalam
pelayanan rawat inap misalnya ruang-ruang rawat
darurat, intensif dan rawat inap.
2. Di luar Gedung : PKRS di taman rumah sakit, PKRS di
tempat umum misalnya tempat ibadah.
Strategi promosi kesehatan
1. Pemberdayaan adalah upaya membantu atau
menfasilitasi pasien sehingga memiliki pengetahuan,
kemauan, dan kemampuan untuk mencegah atau
mengatasi masalah. Dalam pelaksanaannya upaya ini
berbentuk konseling berupa konseling bagi pasien
rawat jalan maupun pasien rawat inap.
2. Bina suasana, pemberdayaan akan lebih cepat berhasil
bila didukung dengan kegiatan menciptakan suasana
atau lingkungan yang kondusif.
Bagi pasien rawat jalan keluarga pasien
Pengantar pasien pasien
3. Advokasi
Pemberdayaan pasien dan klien rumah sakit membutuhkan
dukungan dari pihak lain, misalnya dalam rangka
mengupayakan lingkungan rumah sakit bebas asap
rokok, rumah sakit perlu melakukan advokasi kepada
wakil rakyat dan pimpinan daerah untk diterbitkannya
peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang mencakup
lingkungan di rumah sakit.
4. Kemitraan
Kemitraan dikembangkan antara petugas rumah sakit dan
sasarannya. Kemitraan dikembangkan karena kesadaran
bahwa untuk meningkatkan efektivitas PKRS.
Prinsip dasar kemitraan : kesetaraan, keterbukaan dan
saling menguntungkan.
Pendukung dalam pelaksanaan PKRS
1. Metode dan Media
2. Sumber Daya (SDM atau peralatan)
Sasaran promosi Kesehatan Rumah Sakit

1. Sasaran primer (penderita, keluarga pasien, dan


pengunjung rumah sakit).
2. Sasaran sekunder (petugas rumah sakit, kelompok
profesi).
3. Sasaran tersier (Kepala instalasi, SMF).
Langkah untuk melakukan PKRS
1. Persiapan
a. Menentukan maksud dan tujuan penyuluhan
b. Menentukan sasaran pendengar
c. Mempersiapkan materi
d. Topik yang dikemukakan hanya satu masalah sesuai
dengan kebutuhan kelompok sasaran
e. Mempersiapkan alat peraga
f. Mempersiapkan waktu dan tempat yang tepat
g. Mempersiapkan bahan bacaan (jika diperlukan)
2. Pelaksanaan
a. Memperkenalkan diri
b. Mengemukakan maksud dan tujuan
c. Menjelaskan point-point isi penyuluhan
d. Menyampaikan penyuluhan dengan suara yang jelas dan irama
yang tidak membosankan (bisa diselingi dengan humor)
e. Pergunakan bahasa yang sedehana
f. Ciptakan suasana rilex
g. Sediakan waktu untuk tanya jawab
h. Tutuplah penyuluhan dengan mengucapkan terimakasih
i. Jika ada bahan bacaan sebaiknya dibagikan setelah penyuluhan
selesai.
ALAT KESEHATAN

.
PERATURAN TERKAIT
• UU No. 36 / 2009 tentang Kesehatan.
• UU No. 44 / 2009 tentang fasyankes.
• PPNo. 72 / 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
• Permenkes No. 363 / 1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan.
• PermenkesNo.2351/MENKES/PER/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 530/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan
Fasilitas Kesehatan.
• Permenkes No. 1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga.
• Permenkes No. 1190/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga.
• Permenkes No. 1191/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan.
• Perka Bapeten No. 8/2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X
Radiologi Diagnostik dan Intervension.
• Perka Bapeten No. 9/2011 tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x Radiologi Diagnostik dan
Intervensional
• Kepmentkes No. 394 /2001 tentang Institusi Penguji
• Kepmenkes No. 1184/MENKES/PER/X/2004 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Rumah Tangga.
• Permenkeu No. 96/PMK.06/2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan, Dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara.
Alkes
• KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1197/MENKES/SK/X/2004
TENTANG
STANDAR PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT

• Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin implan yang tidak


mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
serta pemulihan kesehatan, pada manusia dan atau membentukstruktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1197/MENKES/SK/X/2004
TENTANG
STANDAR PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT

• Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri


dari obat,
bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan
gas medis.
PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN
2005-2009 2010-2014 2015-2019 (DRAFT)
Yankes Ibu dan anak Peningkatan KIA & KB Peningkatan Status Kesehatan ibu, bayi,
balita, remaja, usia produktif, dan lansia
Perbaikan gizi masyarakat Perbaikan status gizi masyarakat
Yankes bagi rakyat miskin Jamkesmas Pengembangan Jaminan Kesehatan
Nasional
Pendayagunaan Nakes Pemenuhan SDM Kesehatan Pemenuhan SDM kesehata
Penanggulangan penyakit Pengendalian penyakit menular Pengendalian beban ganda penyakit dan
menular dan gizi buruk dan dan tidak menular dan kesling penyehatan lingkungan
krisis kes. akibat bencana
Pemberdayaan masyarakat, Peningkatan Promosi kesehatan dan
penanggulangan bencana dan pemberdayaan masyarakat
krisis
Bangkes di DTPK serta pulau- Peningkatan pelayanan Peningkatan akses pelayanan kesehatan
pulau terluar kesehatan primer, sekunder dan dasar dan rujukan yang berkualitas
tersier
Peningkatan ketersediaan, Meningkatkan ketersediaan,
keterjangkauan, safety, mutu, keterjangkauan, pemerataan dan kualitas
penggunaan obat/makanan farmasi, alkes
Meningkatkan pengawasan obat dan
makanan
Penguatan Manajemen dan sistem
Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenkes, April 2014 informasi
PERLAKUAN KEPADA ALKES(1)
• PENGGUNAAN YANG ABNORMAL
Perlakuan atau penggunaan di luar batas kendali resiko
• SALAH PENGGUNAAN
Perlakuan atau penggunaan yang berbeda dengan ketentuan
PERLAKUAN KEPADA ALKES(2)
RISIKO FISIK DAN PENGGUNAAN KLINIS
Kategori Jenis Contoh penggunaan
Menyebabkan Kegagalan peralatan kesehatan Defibrillator,
kematian pasien dapat menyebabkan kematian ventilator, anesthesia
pasien.

Menyebabkan pasien Kegagalan peralatan kesehatan Hypo/hyperthermia


atau operator tidak menyebabkan kematian tetapi unit, laser,
peralatan luka luka. electrosurgical unit

Menyebabkan Terapi Kegagalan peralatan kesehatan ECG machine, blood


yang tidak tepat dan menyebabkan kesalahan diagnose gas analyzer,
kesalahan diagnose atau penangan yang tidak tepat. centrifuge

Menyebabkan Risiko Kegagalan peralatan yang Gel warmer, heat


minimal menyebabkan penanganan buruk sealer, suction pump
kepada pasien dan mempengaruhi
keamanan pasien dan operator.

Tidak menyebabkan Kegagalan yang tidak menyebabkan Exam light, computer


risiko yang signifikan penanganan pada pasien dan tidak terminal, video
mempengaruhi keamanan pasien printer
dan operator.
PERLAKUAN KEPADA ALKES(3)
PENYIMPANAN ALKES
• Fasilitas penyimpanan produk harus dapat melindungi produk dari kerusakan dan
kontaminasi.
• Tersedia ruang penyimpanan khusus untuk produk invitro diagnostik
yangmemerlukan kondisi tertentu
• Tersedia peralatan penyimpanan untuk produk yang memerlukan kondisi khusus,
misalnya: Cold Room, Freezer, Refrigerator, Lemari Es.
• Untuk produk yang disimpan pada suhu dan atau kelembaban tertentu, harus ada
fasilitas untuk monitoring suhu dan atau kelembaban ruang penyimpanan, dan
catatan kegiatan pengontrolan suhu dan atau kelembaban harus disimpan dan
dipelihara.
• Tersedia prosedur tetap dan instruksi kerja untuk semua kegiatan penyimpanan
Alkes
• Habis Pakai
• Misalnya : Spuit, iv catheter dll

• Tidak habis Pakai


• Misalnya : CT scan, usg dll
Australia
• New problem: no off-the-rack solutions
• Major need: interrupt needle transmission HIV
• Need to work closely with population most at risk on
design & implementation
• Amsterdam, Liverpool started needle syringe
programmes early 1980s
HIV and hepatitis C prevalence1 in
needle and syringe programs by year and sex

70

60

50
Prevalence (%)

40

30

20

10

0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Year
Hepatitis C, female Hepatitis C, male HIV, female HIV, male

1 HIV and hepatitis C prevalence adjusted by estimated prevalence of injecting drug use in each State/Territory

Source: Collaboration of Australian Needle and Syringe Programs


• Pelayanan Radiologi berupa radiodiagnostik & radioterapi
dengan mempertimbangkan aspek:
1. Bahaya radiasi
2. Perkembangan Iptek
3. Cost-benefit ratio
4. Kemampuan SDM
Alat Kesehatan Elektromedik
anaesthesia vaporizer
apnea monitor
argon surgical laser
aspirator
audiometer
autotransfusion unit
automatic sphygmomanometer (non invasive)
blood pressure monitor, invasive
Alat Kesehatan Elektromedik
hospital bed
hypo/hyperthermia units
infusion pump
baby incubator
intra aortic balloon pump
laparoscopy
mammography unit
anaesthesia machine
Alat Kesehatan Elektromedik
capnometer (CO2 monitor)
cardiac resuscitator
CO2 surgical laser
cryosurgical unit
defibrilator
dental unit
diathermy/shortwave
electrosurgical unit (ESU)
blood/solution warmer
Alat Kesehatan Elektromedik
elektrokardiograf (EKG)
heart lung bypass unit
hemodialysis unit
oxygen analyzer
pacemaker external, non invasive
phototherapy unit
mobile c-arms x-ray
mobile x-ray unit
Alat Kesehatan Elektromedik
portable ventilator
pressure transducers
pulse oxymeter
radiant warmer
radiographic/fluoroscopic unit
smoke evacuator
traction unit
transcutaneous CO2 monitor
transcutaneous oxygen (O2) monitor
Alat Kesehatan Elektromedik
ultrasound scanner (USG diagnostik)
x-ray unit general purpose
electroencephalograph (EEG)
lampu periksa halogen
sterilisator kering
ekstraktor vakum manual
pocket fetal hearth rate monitor (doppler)
CT SCAN
Portable Aspirator
Pedal Suction Apparatu...
MEDICAL SONOGRAPHY
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Blood Bag
Seperti kantong plastik kosong  utk mengumpulkan,
menyimpan atau mentransfer komponen darah dan darah
agar dpt diproses lebih lanjut
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Urine Bag
alat yg digunakan utk mengumpulkan urin, tdd tabung,
wadah yg sesuai, konektor, dukungan mekanik, dan sarana
utk mencegah aliran balik urin atau naiknya infeksi
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Colostomy Bag
alat yg digunakan utk menampung feses, cairan, dan gas yg
keluar dr lubang usus buatan hasil pembedahan mll otot dan
kulit perut  mengganti fungsi normal rektum
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Blood Transfusion Set
alat yg digunakan utk mengadministrasi darah dan produk
sediaan yg berasal dari darah dg awalnya dari wadah ke
sistem vaskular pasien mll jarum atau kateter yg disisipkan pd
vena atau utk menarik darah dr tubuh
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Infusion Set
alat yg digunakan utk memasukkan cairan dari wadah ke
sistem vaskular pasien mll jarum atau kateter yg disisipkan pd
vena
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Wing Needle
alat yg dimaksudkan utk menyuntikkan cairan ke dalam atau
menarik cairan dari bagian tubuh di bawah permukaan kulit
 tdd sebuah tabung logam yg diasah di satu ujung dan di
ujung lain bergabung ke konektor betina (hub) yang
dirancang utk berpasangan dgn konektor jantan (nozzle) dr
piston atau set pemberian intravaskular  dilengkapi dgn
“wing” pd kateter utk memudahkan penyuntikan
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Spinal Needle
alat yg dimaksudkan utk menyuntikkan cairan ke dalam atau
menarik cairan dari bagian lumbal punctie
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Disposable Syringe
alat yg terdiri dari per barel berongga terkalibrasi dan plunger
yg dpt digerakkan  pd slh satu ujung barel ada konektor
jantan (nozzle) utk pemasangan konektor betina (hub) dr
jarum suntik lumen tunggal  digunakan utk menyuntikkan
cairan ke dalam atau menarik cairan dr tubuh
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Auto Disable Disposable Syringe
alat yg dpt rusak scr otomatis jika digunakan berulang  pd
slh satu ujung barrel ada konektor jantan (nozzle) utk
pemasangan konektor betina (hub) dr jarum suntik lumen
tunggal  digunakan utk menyuntikkan cairan ke dalam
atau menarik cairan dr tubuh
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Insulin syringe
Tuberculine syringe
Glycerin syringe
Alat Kesehatan Non Elektromedik
IV Catheter
alat yg tdd tabung ramping dan setiap penghubung yg
diperlukan dan yg dimasukkan ke dalam sistem vascular
pasien utk penggunaan jangka pendek (kurang dari 30 hari)
 ditujukan utk sampel darah, memonitor tekanan darah
atau mengelola cairan IV  alat dpt dibuat dari logam,
plastik, karet, atau kombinasi
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Foley Catheter
alat berbentuk tabung fleksibel yg dimasukkan mll uretra dan
digunakan utk melewatkan cairan ke atau dari saluran kemih
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Kondom Catether
alat yg digunakan utk menghubungkan penis dgn urine bag
mll ujung tube  digunakan pd pasien yg mllkn BAK tanpa
sadar
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Suction Catether
alat yg digunakan utk menyedot lendir dari trakhea bayi yg
baru lahir atau utk menyedot cairan amniotik
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Feeding Tube
alat yg digunakan utk memasukkan cairan makanan mll
mulut atau hidung
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Rectal Tube
alat yg digunakan utk membersihkan rectum  ujung yg satu
dimasukkan dlm anus dan ujung yg lain dihubungkan dgn
spuit glyserin
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Stomach Tube
alat yg digunakan utk membilas isi perut atau utk
memberikan obat-obat ttt
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Cut Gut (benang bedah)
benang bedah dr usus hewan, baik yang plain
maupun chromic, yg dapat diserap, steril, fleksibel 
berasal dr lapisan jaringan penghubung serosa usus
sapi atau jaringan fibrous submucosa usus domba 
penggunaannya utk menjahit jaringan lunak
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Silk Suture (Benang Bedah Sutera)
benang steril, tidak diserap, multifilament, fleksibel, tdd protein
(serat organik)  berasal dari spesies Bombyx mori (B. mori) dr
keluarga Bombycidae  digunakan dlm perekatan jaringan
lunak
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Dental Cement
alat yg dimaksudkan sbg pengisi gigi sementara atau sbg
semen dasar atau diaplikasikan pd gigi utk melindungi pulpa
gigi
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Glass Ionomer Cement
digunakan utk restorasi kecil pd permukaan proksimal gigi
anterior dan pemulihan daerah yg tererosi pd margin gingival
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Gutta Percha
alat yg terbuat dr getah pohon tropis ttt, dikoagulasi, 
digunakan utk mengisi saluran akar gigi  getah percha ini
diperlunak dgn panas dan dimasukkan ke dlm saluran akar
dan akan mengeras krn pendinginan
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Impression Material
alat yg tdd bahan spt alginat atau polysulfide  dimaksudkan
utk ditempatkan pd tray impresi yg dibentuk sebelumnya dan
digunakan utk mereproduksi struktur gigi pasien dan gusi 
alat ini dimaksudkan utk memberikan model pd studi dan utk
produksi perangkat prostetik restorasi spt inlays emas dan gigi
palsu
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Kapas Pembalut/Absorben
alat yg terbuat dr katun atau serat sintetis dlm bentuk bola
atau pad  digunakan utk mengaplikasikan obat atau
menyerap sejumlah kecil cairan tubuh dari permukaan tubuh
pasien
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Kasa Hidrofil
alat kesehatan steril ataupun nonsteril yg digunakan utk
dipakai langsung menutupi luka pasien yg bertujuan utk
menyerap cairan atau eksudat yg keluar dr luka pasien
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Kasa Pembalut
alat kesehatan steril ataupun nonsteril yg digunakan utk
dipakai langsung menutupi luka pasien yg bertujuan utk
menyerap cairan atau eksudat yang keluar dr luka pasien
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Kasa Pembalut Elastis
alat yg tdd dr baik strip panjang datar atau tabung
bahan elastik yg digunakan utk menunjang dan
menekan bagian dari tubuh pasien
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Plester
alat yg tdd strip dari bahan kain atau plastik yg dilapisi salah
satu sisinya dgn perekat dan dapat mengandung dressing pad
tanpa disinfektan  digunakan utk menutup dan melindungi
luka
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Kondom
produk yg digunakan pd pria sbg kontrasepsi dan
mencegah transmisi penyakit menular seksual
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Instrumen Bedah
alat, tanpa sumber daya, dapat digenggam, baik dpt
digunakan kembali atau sekali pakai  dimaksudkan utk
digunakan dlm berbagai prosedur bedah umum
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Masker Bedah
digunakan utk menutupi hidung dan mulut pengguna dan
memberikan suatu penghalang fisik utk cairan dan bahan
partikulat  mencegah kontaminasi antara pasien dgn
petugas kesehatan
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Sarung Tangan Bedah
alat yg dibuat dari karet asli atau sintetik yg
ditujukan utk dipakai oleh personel ruang operasi 
melindungi luka bedah dr kontaminasi
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Masker Oksigen
alat yg ditempatkan di atas hidung pasien, mulut,
atau trakeostomi utk menghantarkan oksigen atau
aerosol
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Pulmonary Resuscitator
alat, biasanya menggabungkan sebuah kantong dan katup,
dimaksudkan utk memberikan pernapasan darurat didukung
dgn masker wajah atau tabung dimasukkan ke dalam saluran
pernafasan pasien
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Stethoscope Manual
alat mekanis yg digunakan utk memproyeksikan suara yg
berhubungan dgn jantung, arteri, dan vena dan organ internal
lainnya
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Tensimeter Manual dengan Air Raksa
alat yg menyediakan sinyal dari sistolik dan diastolik,
atau kombinasi, hasil TD dpt diperoleh mll
penggunaan tranduser yg ditempatkan pada
permukaan tubuh
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Tensimeter Manual dengan Jarum
alat yg menyediakan sinyal dari sistolik dan diastolik,
atau kombinasi, hasil TD dpt diperoleh mll
penggunaan tranduser yg ditempatkan pada
permukaan tubuh
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Termometer Raksa
alat yg digunakan utk mengukur suhu oral, rektal,
atau aksila (ketiak) tubuh dgn menggunakan
ekspansi termal merkuri
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Timbangan Bayi
alat yg digunakan utk menimbang bayi dengan
kapasitas timbangan tdk kurang dari 10 kg
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Timbangan Injak Dewasa
alat yg digunakan utk menimbang orang dewasa dgn
kapasitas timbangan sampai dengan 150 kg dan mengukur
tinggi badan hingga 190 cm
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Tabung Oksigen + Regulator
tabung yg digunakan utk menampung oksigen 
regulator berfungsi utk mengatur aliran dari masing-
masing gas
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Speculum
Produk Diagnostik In Vitro
Cholesterol Test Strip
Glucose Test Strip
Uric Acid Test Strip
Uric Acid Reagent
Urinalysis Reagent Strips
C-Reactive Protein Reagent
Creatine Kinase Reagent
Creatine Reagent
Produk Diagnostik In Vitro
Diff Diluent
Tes Hepatitis B (Hbsab Rapid Test)
Tes Kehamilan Cepat (Pregnancy Rapid Test)
Tes Masa Subur (Luteinizing Hormone Test System)
Toxo IgG II Assay
Uji Mycobacterium Tuberculosis – IgG/IgM
Reagensia In Vitro untuk Pewarna Biologi
Produk Diagnostik In Vitro
Hematology Control
Automated Blood Grouping Analyzer
Blood Gas/pH/Chemistry Point Of Care Analyzer
Glucose Analyzer
Hematology Point Of Care Analyzer
Clinical Chemistry Analyzer
Whole Blood Coagulation Analyzer
Bilirubin Test System
Immunoassay Analyzer
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Reflex Hammer
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Tongue Spatel
Alat Kesehatan Non Elektromedik
Laryngeal Mirror
Terima kasih☺

Anda mungkin juga menyukai