b. Pihak Internal
Pihak Eksternal, yaitu pihak-pihak yang berada diluar perusahaan yang
meliputi: Pemilik perusahaan, mereka perlu mengetahui perkembangan perusahaan
dalam mencapai tujuan dan jumlah kekayaan yang ditanamkan di dalam perusahaan.
1) Investor
1
2) Kreditur
Meski organisasi nirlaba bertujuan tidak untuk mencari laba, organisasi ini
masih sangat memerlukan informasi keuangan untuk tujuan penyusunan anggaran,
membayar karyawan dan membayar beban-beban yang lain
5) Pemakai lainnya
2
3) Akuntansi Biaya (Cost Accounting)
Akuntansi biaya adalah bidang spesialisasi akuntansi yang berfokus pada semua
bentuk pencatatan dan penyajian data operasional biaya.
4) Akuntansi Manajemen (Management Accounting)
Akuntansi manajemen merupakan bidang spesialisasi yang memfokuskan pada
pengembangan dan penafsiran informasi yang akan membantu perusahaan dalam
menjalankan manajemen perusahaan. Informasi ini diperoleh dari bidamg spesialisasi
akuntansi lainnya.
5) Akuntansi Pajak (Tax Accounting)
Setiap akuntan pajak harus memiliki kemampuan menjalankan peraturan
perpajakan, perencanaan pajak, pelaksanaan administrasi pajak, serta berkewajiban
mewakili perusahaan dimana ia bekerja sebagai wajib pajak yang akan berhadapan dengan
kantor pajak.
6) Akuntansi Internasional (International Accounting)
Akuntansi internasional adalan bidang spesialisasi akuntansi yang memepelajari
tentang akuntansi di lebih dari satu negara. Akuntansi internasional meliputi kegiatan yang
berhubungan dengan transaksi yang berada di luar negeri.
7) Akuntansi Lembaga Nirlaba (Non-Profit Accounting)
Lembaga seperti yayasan dan lembaga pendidikan menggunakan akuntansi ini
sebagai dasar perhitungannya. Dimana akuntansi ini merupakan bidang spesialisasi yang
digunakan untuk oleh organinasi yang aktivitasnya tidak untuk mencari keuntungan atau
laba.
8) Akuntansi Anggaran (Budgetting Accounting)
Segala kegiatan yang bersifat perencanaan suatu perusahaan akan disusun dalam
bidang spesialisasi yang disebut akuntansi anggaran. Dimana hasil dari akuntansi anggaran
akan digunakan untuk membandingkan antara perencanaan dan hasil kerja yang dicapai.
3
3. PENTINGNYA ETIKA PROFESI AKUNTANSI
Pentingnya etika profesi akuntansi adalah karena etika profesi berisi ketentuan
mengenai apa yang baik dan yang tidak baik serta apakah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh profesi itu dapat dikatakan bertanggung jawab atau tidak. Suatu profesi memerlukan
etika dikarenakan suatu profesi merupakan pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan
pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Dimana
keahlian yang dikerjakan dan dihasilkan itu harus berpedoman dengan sebuah etika. Etika
itu sendiri seperti yang sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya adalah seperangkat
aturan, norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan
maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan
masyarakat atau profesi.
Tujuan penerapan etika dalam profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung
jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi,
dengan orientasi kepada kepentingan publik.
Kode etik ini mengatur standar mutu terhadap pelaksanaan pekerjaan akuntan.
Standar mutu ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi
akuntan. Setelah mengalami perubahan, maka tahun 1998 Ikatan Akuntan Indonesia
menetapkan delapan prinsip etika yang berlaku bagi seluruh anggota IAI baik di pusat
maupun di daerah.
Seperti yang tercantum pada buku Mulyadi, 2001 Kode etik akuntan Indonesia
memuat delapan prinsip etika sebagai berikut :
1) Tanggung Jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
2) Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme.
3) Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
4
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya.
4) Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah
suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain.
5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional dan teknik yang paling mutakhir.
6) Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional
atau hukum untuk mengungkapkannya.
7) Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk
menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.
5
4. ASUMSI, PRINSIP DAN KONSEP DASAR AKUNTANSI
A. Asumsi Dasar Akuntansi
Untuk menyusun laporan keuangan harus didasarkan pada asumsi-asumsi akuntansi
sebagai berikut :
Dasar tunai (cash basic) adalah dasar akuntansi yang menetapkan bahwa pencatatan
transaksi atau peristiwa ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi tersebut
menimbulkan perubahan pada kas.
Dasar akrual (accrual basic) adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar). Transaksi-transaksi tersebut dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Konsep entitas (kesatuan usaha) Yang dimaksud konsep kesatuan usaha adalah
akuntansi harus berlaku untuk setiap unit ekonomi secara terpisah. Dengan demikian
kejadian keuangan yang menyangkut suatu unit ekonomi tidak boleh dicampur dengan
unit ekonomi lain maupun dengan pemiliknya.
Kelangsungan usaha (going concern assumption) Laporan keuangan disusun dengan
anggapan bahwa perusahaan akan melanjutkan usahanya di masa depan dan tidak
bermaksud mengurangi skala usahanya, atau bahkan melikuidasi.
Unit moneter (monetary unit assumption) Seluruh transaksi dan peristiwa ekonomi
dapat dinyatakan dalam satu mata uang tertentu.
Periode Akuntansi (accounting periode assumption) Laporan keuangan perusahaan
harus dilaporkan secara berkala dibagi dalam periode tertentu (periode akuntansi).
B. Prinsip Akuntansi
Pada dasarnya ada 4 prinsip akuntansi sebagai berikut.
Prinsip Biaya (Cost Principles).
Pada prinsip biaya, menekankan bahwa harta (assets) dicatat pada biaya perolehannya
(cost principles).
Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recoqnition).
Pada prinsip pengakuan pendapatan menekankan bahwa pendapatan harus diakui saat
periode pendapatan itu terjadi.
Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
Prinsip mempertemukan ini adalah merupakan mempertemukan antara biaya dengan
pendapatan yang timbul dari biaya yang dikeluarkan tersebut.
6
Prinsip Penandingan biaya – pendapatan (matching principles).
Pada prinsip penandingan biaya-pendapatan menekankan bahwa pengakuan
pendapatan harus ditandingkan dengan beban terkecil dalam satu periode yang sama.
Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principles).
Pada prinsip pengungkapan penuh, menekankan bahwa laporan keuangan harus
disajikan secara full (penuh), fair (wajar) dan adequate (memadai).
7
2) Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principle)
Pengertian pendapatan adalah aliran aktiva (harta-harta) yang terjadi karena
adanya penyerahan barang atau jasa yang dijalankan oleh unit usaha dalam satu periode.
Istilah pendapatan pada prinsip pengakuan pendapatan merupakan istilah yang luas,
termasuk di dalamnya pendapatan sewa, bunga, laba penjualan aktiva dan lain-lain.
Umumnya pendapatan diakui pada waktu terjadinya penjualan barang/ jasa yaitu pada
saat terdapat kepastian tentang besarnya pendapatan yang diukur dengan aktiva yang
diterimanya. Ketentuan tersebut tidak selamanya dapat diterapkan, karena terdapat
pengecualian-pengecualian. Untuk pengecualian tersebut adalah pengakuan
pendapatan pada saat produksi selesai, selama masa produksi dan pada waktu kas
diterima. Pengakua pada waktu produksi selesai dipakai dalam penambangan logam
mulia seperti halnya pada penambangan emas atau penambangan perak. Pengakuan
pendapatan selama produksi terjadi dalam kontrak - kontrak jangka panjang. Pengakuan
pendapatan pada waktu uang diterima yaitu terjadi pada penjualan secara angsuran.
3) Prinsip mempertemukan (matching principle)
Pengertian prinsip mempertemukan yaitu mempertemukan antara biaya yang
dikeluarkan dan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Apabila pegakuan
terhadap suatu pendapatan ditunda maka pembebanan biayanya juga harus ditunda.
Kendala yang dihadapi pada prinsip ini yaitu adanya biaya - biaya yang muncul tetapi
biaya tersebut tidak berhubungan secara langsung dengan pendapatannya. Contoh
biayanya yaitu biaya administrasi dan umum. Kesulitan yang lainnya yaitu biaya - biaya
yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode.
4) Prinsip konsistensi (consistency principle)
Supaya laporan keuangan dapat diperbandingkan maka prosedur dan metode
yang dipakai dalam akuntansi perusahaannya harus konsisten dari tahun ke tahun.
Konsistensi ini bukan berarti bahwa perusahaan tidak diperkenankan untuk merubah
metode. Jika terjadi pergantian metode dalam akuntansi dan jumlahnya akan
mempengaruhi laba perusahaan maka harus di ungkapkan dalam laporan keuanagan.
5) Prinsip pengungkapan lengkap (full disclousure principle)
Pengertian pengungkapan secara lengkap yaitu menyajikan informasi secara
lengkap dalam laporan keuangan.
8
Nama Pembimbing : Siti Mujayanah