Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya industri akan selalu memunculkan produk-produk baru. Perusahaan akan
selalu berusaha menciptakan produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Akibatnya suatu
perusahaan tidak hanya memproduksi satu produk tetapi beragam produk untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Hal ini menjadikan masalah baru bagi perusahaan dalam perhitungan
akuntansinya. Bersumber dari masalah inilah kalkulasi produk bersama dan produk
sampingan menjadi penting untuk dibahas.
Produk bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama-sama atau
serempak dengan menggunakan satu macam atau beberapa macam bahan baku, tenaga kerja
dan fasilitas pabrik yang sama dan masukkan (input) tersebut tidak diikuti jejaknya pada
setiap macam produk tertentu. Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang
bernilai total relatif kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai
lebih besar. Produk yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama. Produk
sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama operasi perusahaan
tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan produk disebabkan sifat
bahan yang diolah atau karena sifat pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk
sampingan relatif kecil dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Biaya?
2. Apa yang dimaksud dengan Harga Pokok Produksi ?
3. Bagaimana Matriks konsep dari Biaya dan Harga Pokok Produksi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk menentukan Biaya-Biaya Perusahaan dalam pengambilan suatu keputusan.
2. Untuk menentukan Harga Pokok Produksi Perusahaan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biaya

Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan
mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan tidak terpisahkan
dalam menentukan harga pokok produksi.
Dengan biaya, perusahaan juga dapat menentukan laba yang diperoleh Perusahaan.
Pengertian biaya menurut Mulyadi (2015:8) “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu.” Pengertian biaya menurut Dunia dan Abdullah (2012:22) yaitu “Biaya
adalah pengeluaran - pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa
yang berguna untuk masa yang akan datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode
akuntansi”. Sedangkan pengertian biaya menurut Siregar dkk (2014:23) yaitu “Cost adalah
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberikan
manfaat sekarang atau masa yang akan datang.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa biaya dapat diartikan sebagai nilai
pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang
atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi yang diukur dalam satuan uang.
Pengertian biaya menurut para ahli :
a. Pengertian biaya menurut Supriyono
Supriyono (1999:16) menjabarkan bahwa, Biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang
akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.
b. Pengertian biaya menurut Henry Simamora
Menurut Henry Simamora (2002:36), Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang
dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau
di masa mendatang bagi organisasi.
c. Pengertian biaya menurut Mulyadi

2
Menurut Mulyadi (2001:8),Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu.
d. Pengertian biaya menurut Masiyah Kholmi
Sementara itu, Masiyah Kholmi berpendapat bahwa,Biaya adalah pengorbanan sumber
daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diharapkan memberi manfaat di saat sekarang atau di masa yang akan datang bagi
perusahaan.
e. Pengertian biaya menurut Usry dan Hamer
Usry dan Hamer (1991:26) memberikan pandangan bahwa biaya adalah biaya merupakan
suatu nilai tukar prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat.
f. Pengertian biaya menurut Hernanto
Menurut Hernanto (1991), biaya adalah sejumlah uang yang dinyatakan dari sumber-
sumber ekonomi yang dikorbankan (terjadi atau akan terjadi) untuk mendapatkan sesuatu
atau untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.1.Pengertian Akuntansi Biaya


Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan
yang terkait dengan biaya perolehan atau pemanfaatan sumber daya dalam suatu organisasi.
Akuntansi biaya memasukkan bagian-bagian akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan
tentang bagaimana informasi biaya dikumpulkan dan dianalisa. Akuntansi biaya lebih
menekankan pada pengendalian maupun penetapan biaya, terutama yang berhubungan dengan
biaya produksi. Selanjutnya akuntansi biaya membantu perusahaan dalam merencanakan dan
pengawasan biaya pada aktivitas perusahaan.
Pengertian akuntansi biaya menurut Mulyadi (2015:7) yaitu “Akuntansi biaya adalah
proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan
produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”. Menurut Dunia dan
Abdullah (20012:7) “Akuntansi biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen di mana
merupakan salah satu dari bidang khusus akuntansi yang menekankan pada penentuan dan
pengendalian biaya”. Sedangkan pengertian akuntansi biaya menurut Siregar dkk (2014:10) yaitu

3
“Akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai proses pengukuran, penganalisaan, perhitungan
dan pelaporan biaya, profitabilitas, dan kinerja operasi”.
Berdasarkan beberapa definisi akuntansi biaya tersebut dapat disimpulkan bahwa
akuntansi biaya adalah proses mencatat, menggolongkan,
meringkas dan menyajikan biaya, mulai dari proses pembuatan hingga penjualan barang atau
jasa dengan cara-cara tertentu serta menyajikan berbagai informasi biaya dalam bentuk laporan
biaya. Akuntansi biaya menghasilkan informasi untuk memenuhi berbagai macam tujuan
penentuan kos produksi, pengendalian biaya dan tujuan pengambilan keputusan.

2.2 Penggolongan Biaya

Data biaya merupakan alat bagi manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan,
pengawasan, dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, agar data biaya yang dihasilkan dari
proses penghitungan yang relevan dengan kepentingan manajemen. Beberapa cara penggolongan
biaya, antara lain sebagai berikut :

1. Berdasarkan fungsi pokok dari kegiatan/aktivitas perusahaan.


Atas dasar fungsi pokok dari kegiatan atau aktivitas perusahaan, biaya dapat
dikelompokkan menjadi :
a. Fungsi produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau
kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk di jual.
b. Fungsi pemasaran, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kejadian penjualan produk
selesai yang siap untuk di jual dengan cara memuaskan pembeli dan dapat
memperoleh laba sesuai yang diinginkan perusahaan sampai dengan pengumpulan
kas dan hasil penjualan.
c. Administrasi dan umum adalah fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penentuan
kebijakan, pengarahan dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar
dapat berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien).
d. Fungsi keuangan, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan keuangan atau
penyediaan dana yang diperlukan perusahaan.

2. Berdasarkan periode akuntansi.

4
Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi di mana biaya akan dibebankan
untuk dapat menggolongkan pengeluaran (expenditures) akan berhubungan dengan kapan
pengeluaran tersebut akan menjadi biaya, penggolongan pengeluaran tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures) yaitu pengeluaran yang akan dapat
memberikan manfaat (benefit) pada beberapa periode akuntansi atau pengeluaran
yang akan datang. Pada saat terjadinya pengeluaran ini dikapitalisasi ke dalam harga
perolehan aktual, dan diperlakukan sebagai biaya pada periode akuntansi yang
menikmati manfaatnya.
b. Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditures) yaitu pengeluaran yang akan
memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi di mana pengeluaran terjadi.
Umumnya pada saat terjadinya pengeluaran langsung diperlakukan ke dalam biaya,
atau tidak dikapitalisasi sebagai aktiva
3. Berdasarkan tendensi perubahan aktivitas.
Pengolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas terutama
untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan, tendensi
perubahannya terhadap aktivitas dapat dikelompokkan menjadi :
a. Biaya Tetap.
Biaya tetap dibedakan menjadi:
1. Committed fixed cost.
Committed fixed cost adalah biaya yang tetap dikeluarkan, yang tidak dapat
dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan di dalam memenuhi
tujuan-tujuan jangka panjang. Contoh : Committed fixed cost adalah biaya
depresiasi, pajak bumi dan bangunan, sewa, asuransi dan gaji karyawan utama.
Kebijakan menjadi Committed fixed cost terutama dipengaruhi oleh rencana
kegiatan jangka panjang.
2. Discretionary fixed cost.
Discretionary fixed cost adalah biaya yang timbul dari keputusan penyediaan
anggaran secara berkala (biasanya tahunan) yang secara langsung mencerminkan
kebijakan manajemen puncak mengenai jumlah maksimum biaya yang diizinkan
untuk dikeluarkan, dan yang tidak dapat menggambarkan hubungan yang

5
optimum antara masukan dengan keluaran (yang di ukur dengan volume
penjualan, jasa atau produk). Contoh : Discretionary fixed cost adalah biaya riset
dan pengembangan, biaya iklan, biaya promosi penjualan, biaya program latihan
karyawan, biaya konsultan.
Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.
2. Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik
dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi volume kegiatan
semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi
biaya satuan.
b. Biaya Variable
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung. Untuk tujuan perencanaan dan pengawasan, biaya variabel dibedakan
menjadi :
1. Engineered variabel cost
Engineered variabel cost adalah biaya yang memiliki hubungan fisik tertentu
dengan ukuran kegiatan tertentu atau biaya yang antara masukan dan keluarannya
mempunyai hubungan yang erat dan nyata. Contohnya : Biaya bahan baku.
2. Discretionary cost
Discretionary variabel cost adalah biaya-biaya yang jumlah totalnya sebanding
dengan perubahan volume kegiatan sebagai akibat kebijakan/keputusan
manajemen. Contohnya : Biaya iklan yang ditetapkan oleh manajemen.
Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proporsional)
dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin
tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin
rendah jumlah biaya variabel.
2. Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan, jadi
biaya semakin konstan.

6
c. Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel di
dalamnya. Unsur biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan
jasa sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel memiliki unsur
biaya tetap dan biaya variabel. Untuk memisahkan biaya semi variabel ke dalam
elemen biaya tetap dan biaya variabel, ada dua pendekatan yang digunakan yaitu :
1. Pendekatan Analisis (Analytical approach)
Dalam pendekatan ini diadakan kerjasama antara bagian teknik dengan bagian
penyusunan anggaran untuk mengadakan penyelidikan terhadap tiap-tiap kegiatan
atau pekerjaan, untuk menentukan perlu tidaknya suatu biaya, jumlah biaya pada
berbagai kegiatan untuk pekerjaan tertentu, metode pelaksanaan pekerjaan yang
paling efisien, dan jumlah biaya yang bersangkutan dengan pelaksanaan pekerjaan
tersebut pada berbagai tingkat kegiatan
2. Pendekatan Historis (Historical approach)
Pendekatan ini mencoba menentukan fungsi biaya dengan cara menganalisis
tingkah laku biaya yang terjadi di masa lalu dalam hubungannya dengan volume
kegiatan. Dalam pendekatan historis, data biaya selama beberapa periode
dikumpulkan dan di hitung biaya tetap dan biaya variabelnya dengan
menggunakan metode tertentu. Ada tiga metode yang dapat digunakan yaitu:
a. Metode Biaya Terjaga (Stand by Cost Method)
Metode ini mencoba menghitung beberapa biaya yang harus tetap dikeluarkan
andaikata perusahaan di tutup untuk sementara, jadi produknya sama dengan
nol. Biaya ini di sebut biaya terjaga, dan biaya terjaga ini merupakan bagian
yang tetap.
b. Metode Titik Tertinggi dan Terendah (Hight and Low Point Method)
Metode ini merupakan teknik pemisahan biaya variabel dengan cara
membandingkan biaya pada tingkat kegiatan yang paling tinggi dibandingkan
dengan biaya tersebut pada tingkat kegiatan terendah di masa lalu. Selisih
biaya yang di hitung merupakan unsur biaya variabel dalam biaya tersebut.

7
Sedangkan biaya tetap mengurangi biaya semi variabel dengan biaya
variabelnya.
c. Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method)
Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dan volume kegiatan
berbentuk garis lurus dengan persamaan.
Y = a + bx
Di mana :
Y = Total biaya semi variabel
a = Biaya tetap
b = Biaya variabel satuan
n = Jumlah data
x = Volume kegiatan

Biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan,
akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin
besar jumlah biaya total, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah biaya, tetapi
perubahannya tidak sebanding
2. Pada biaya semi variabel, biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan
perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai dengan tingkatan
kegiatan tertentu semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin
rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.

4. Berdasarkan obyek atau pusat biaya.

Di dalam perusahaan obyek atau pusat biaya dapat dihubungkan dengan produk yang dihasilkan,
departemen-departemen yang ada dalam pabrik, daerah pemasaran, bagian-bagian dalam
organisasi yang lain, bahkan individu. Penggolongan biaya atas dasar obyek atau pusat biaya,
biaya dapat dibagi menjadi:

a. Biaya langsung (Direct cost)


Biaya langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat didefinisikan kepada
obyek atau pusat biaya tertentu.

8
b. Biaya tidak langsung (Indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat
didefinisikan pada obyek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati
oleh beberapa obyek atau pusat biaya.

5. Berdasarkan pengendalian biaya.

Untuk pengendalian informasi biaya yang ditunjukkan kepada manajemen dikelompokkan ke


dalam :

a. Biaya terkendali (Controllable cost)


Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang
pimpinan/jabatan pemimpin tertentu dalam jangka waktu tertentu.
b. Biaya tak terkendali (Uncontrollable cost)
Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang
pemimpin/jabatan tertentu berdasarkan wewenang yang dia miliki atau tidak dapat
dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam waktu tertentu[12]

6. Berdasarkan tujuan pengambilan keputusan.

Untuk tujuan pengambilan keputusan oleh manajemen maka biaya dapat dikelompokkan
menjadi:

a. Biaya relevan (Relevant cost)


Biaya relevan adalah biaya yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh
karena itu biaya tersebut harus diperhitungkan di dalam pengambilan keputusan
b. Biaya tidak relevan (Irrelevant cost)
Biaya yang tidak relevan adalah biaya yang tidak mempengaruhi pengambilan keputusan,
oleh karena itu biaya ini tidak perlu diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam proses
pengambilan keputusan

2.3 Pengertian biaya produksi

9
1. Menurut (Abdul Halim, 1988:5).
Biaya produksi yakni biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan produksi dari
suatu produk dan akan dipertemukan (dimatchkan) dengan penghasilan (revenue) di
periode mana
produk itu di jual
2. Menurut (Amin Widjaya Tunggal, 1993:1)
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi suatu item,
yaitu jumlah dari bahan langsung, upah langsung dan biaya overhead pabrik.
3. Menurut (Mulyadi, 1995:14)
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual.

2.4 Pengertian Harga Pokok


Harga pokok merupakan masalah yang sangat penting di dalam berdangan (kegiatan jual dan
beli barang). Pihak yang paling berkepentingan dengan harga pokok ini antara lain: pedagang
dan produsen barang. Maka dari itu, pihak-pihak ini perlu memahami hal hal yang berkaitan
dengan harga pokok tersebut. Dalam bab ini akan dijelaskan perhitungan macam-macam
harga pokok dan hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan harga pokok. Harga pokok
adalah nilai uang yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang.
Pengertian Harga Pokok menurut beberapa ahli diantaranya adalah :
 Harga Pokok adalah pengorbaban sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
(Mulyadi, 1993,10)
 Harga Pokok adalah sebagai bagian dari harga perolehan suatu aktiva yang
ditunda pembebannya dimasa yang akan datang. (Abdul Halim, 1995,4).

2.4.1 Pengertian Harga Pokok Produksi


Harga pokok produksi adalah jumlah biaya produksi yang melekat pada persediaan
barang jadi sebelum barang tersebut laku dijual. Pengertian harga pokok produksi ini oleh
Hadibroto (1990 : 60) adalah Biaya-biaya yang dikorbankan untuk memproses bahan-bahan
(termasuk bahan bakunya) atau barang setengah jadi, sampai menjadi akhir untuk siap dijual.

10
Mengenai pengertian harga pokok produksi ini lebih lanjut Winardi (1990 : 79) menjelaskan
bahwa Harga pokok adalah suatu produksi jumlah pengorbanan-pengorbanan, dapat diduga,
dan kuantitatif dapat diukur berhubungan dengan proses produksi, yang dilakukan pada saat
pertukaran dan dalam kebanyakan hal harus didasarkan atas nilai pengganti kesatuan-
kesatuan nilai yang telah dikorbankan.
Dari pengertian tersebut di atas dapat diketahui bahwa didalam harga pokok produksi adalah
jumlah dari pada produksi yang melekat pada produksi yang dihasilkan yaitu meliputi biaya-
biaya yang dikeluarkan mulai pada saat pengadaan bahan baku tersebut sampai dengan
proses akhir produk, yang siap untuk digunakan atau dijual. Biaya-biaya yang dimaksud ini,
biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overead. Selain itu dari
definisi tersebut adalah dapat diketahui bahwa harga pokok produksi adalah nilai dari
pengorbanan yang dilakukan dalam hubungannya dengan proses produksi berdasarkan nilai
ganti pada saat pertukaran.
Kalau melihat hal-hal tersebut di atas, dan dalam hubungannya dengan sifat kegiatan yang
dilakukan dalam biaya tersebut dapat dibedakan atas biaya tetap yaitu biaya yang dalam
batas-batas tertentu jumlahnya tetap. Selain itu ada biaya variabel yakni biaya yang
jumlahnya berubah sebanding dengan volume perubahan. Selain kedua biaya itu terdapat
biaya yang sifatnya semi variabel yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah tetapi sebanding
dengan volume kegiatan.Dalam menentukan harga pokok produksi pada umumnya dilakukan
dengan menggunakan metode ful costing akan tetapi biasanya dengan dipertimbangkan
teknis seperti untuk tujuan pengambilan keputusan, maka digunakan metode varibel costing.
Jadi perbedaan pokok antara metode full costing dan metode variabel costing terletak pada
perlakuan biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik pada metode variabel costing
diperlukan periode biaya dan tidak merupakan bagian dari harga barang dalam proses dan
harga pokok barang dihasilkan. Pada metode full costing semua biaya produksi baik yang
bersifat variabel maupun yang bersifat tetap dianggap bagian dari harga pokok produksi.

2.5 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

11
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk memperhitungkan unsur-
unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke
dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.
1. Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku
variabel maupun tetap.
“Full costing adalah metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa
memperhatikan perilakunya.” (LM Samryn)
Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan
laporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi
produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan
ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh karena itu
sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk
menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut.
2. Variabel Costing
Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik variabel. Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai
harga pokok adalah biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya-biaya produksi tetap
dikelompokkan sebagai biaya periodik bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
“Suatu metode penentuan harga pokok dimana biaya produksi variabel saja yang
dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.” (Mas’ud Machfoed)
Pendekatan variabel costing di kenal sebagai contribution approach merupakan suatu
format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana
biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak
dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.

12
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan out put yang
diperlakukan sebagai elemen harga pokok produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari
pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena
itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Perbedaan Full Costing dan Variabel Costing


Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing sebetulnya terletak pada
perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam metode full costing dimasukkan
unsur biaya produksi karena masih berhubungan dengan pembuatan produk berdasar tarif
(budget), sehingga apabila produksi sesungguhnya berbeda dengan budgetnya maka akan
timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan. Tetapi pada variabel costing
memperlakukan biaya produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok
produksi, tetapi lebih tepat dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan
membebankan seluruhnya ke periode dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga dalam
variabel costing tidak terdapat pembebanan lebih atau kurang.
Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang sifatnya tetap maupun
variabel. Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel costing terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang sifatnya variabel saja
dan tidak termasuk biaya overhead pabrik tetap.
Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu :
1. Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan laba
rugi didasarkan pendekatan “fungsi”. Sehingga apa yang disebut sebagai biaya
produksi adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung
maupun tidak langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variabel costing,
menggunakan pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan harga pokok dan penyajian
dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi dibebani biaya
variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.
2. Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak berhubungan
dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka mempertahankan
kapasitas yang diharapkan akan dicapai perusahaan, dengan kata lain biaya periode

13
adalah biaya operasi. Dalam metode variabel costing, yang dimaksud dengan biaya
periode adalah biaya yang setiap periode harus tetap dikeluarkan atau dibebankan tanpa
dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan kata lain biaya periode adalah biaya
tetap, baik produksi maupun operasi.
3. Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok,
sedangkan dalam variabel costing biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik.
Oleh karena itu saat produk atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih
melekat pada persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel costing, biaya
tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
4. Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead pabrik berlebihan
(over-applied factory overhead). Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat
diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok yang belum laku dijual
(harga pokok persediaan).
5. Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah laba kotor (gross
profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan.
6. Dalam variabel costing, menggunakan istilah marjin kontribusi (contribution margin),
yaitu kelebihan penjualan dari biaya-biaya variabel.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam metode full costing
dengan metode variable costing adalah :

1. Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya overhead pabrik tetap
pada periode berjalan ke periode berikutnya bila tidak semua produk pada periode yang
sama.
2. Dalam metode variable costing seluruh biaya tetap overhead pabrik telah diperlakukan
sebagai beban pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat bagian biaya overhead pada
tahun berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya.
3. Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibanding metode
full costing. Alasannya adalah dalam variable costing hanya biaya produksi variabel yang
dapat diperhitungkan sebagai biaya produksi.

14
4. Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variabel,
sehingga tidak cukup memadai untuk analisis hubungan biaya volume dan laba
(CVP) dalam rangka perencanaan dan pengendalian.

Dalam praktiknya, variable costing tidak dapat digunakan secara eksternal untuk kepentingan
pelaporan keuangan kepada masyarakat umum atau tujuan perpajakan.

2.6 Metode Pengumpulan Biaya Produksi


Metode pengumpulan biaya, di dalam sebuah proses pembuatan sebuah produk atau
barang terdapat dua jenis kelompok biaya yaitu biaya non produksi dan biaya produksi. Yang
dimaksudkan biaya produksi disini adalah ketika seluruh biaya yang dikeluarkan di dalam
proses produksi bahan baku menjadi sebuah produk atau barang jadi. Sedangkan yang
dimaksudkan dengan biaya non produksi merupakan biaya yang dikeluarkan di luar dari
kegiatan produksi, misalnya saja pada kegiatan pemasaran, administrasi ataupun kegiatan-
kegiatan umum lainnya.Biaya produksi akan membentuk sebuah kos produksi yang nantinya
akan digunakan ketika akan mengitung ataupun menentukan kos produk jadi dan yang masih
di dalam proses hingga pada akhir periode akuntansi. Sedangkan untuk biaya non produksi
akan ditambahkan pada kos produksi untuk menghitung total dari kos produk. (baca juga:
Pengertian Akuntansi Persediaan)
Pada dasarnya, pengumpulan kos produksi akan sangat ditentukan dari cara memproduksi
sebuah barang. Sehingga secara garis besar, proses memproduksi sebuah barang didasarkan
dari dua metode yaitu berdasarkan pesanan yang ada dan berdasar massa atau harga pokok
proses. Sehingga dalam sebuah perusahaan manufaktur atau industri yang aktivitas utamanya
memproduksi barang atau produk, memiliki dua tipe yaitu perusahaan yang melakukan
produksi berdasar dari pesanan dan perusahaan yang melakukan produksi berdasar pada
harga pokok produksi.

Berdasarkan Pesanan
Perusahaan yang melakukan produksi berdasarkan pesanan biasanya melakukan
proses olah produk sesuai dengan pesanan yang ada dari pihak luar. Biasanya perusahaan

15
yang berproduksi berdasar pesanan adalag perusahaan percetakan, mebel, mesin dan
masih banyak lainnya. Karakteristik dari perusahaan yang menggunakan metode produksi
berdasar pesanan adalah:
 Proses produksi biasanya terjadi secara terputus-putus. Bila satu pemesanan telah
selesain dikejakan, maka proses produksi diberhentikan. Proses produksi baru
berjalan lagi ketika ada pesanan yang datang.
 Proses produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan yang ada, bukan untuk
memenuhi persediaan di gudang.
 Produk yang dihasilkan biasanya sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
pihak pemesan. Sehingga bisa saja barang yang dihasilkan akan berbeda dengan
pesanan lainnya. (baca juga: Tujuan Akuntansi Biaya)

Metode pengumpulan biaya yang didasarkan pada pesanan biasanya memiliki produk dan
jasa yang mudah untuk diidentifikasi menurut unit atau kumpulan individu masing-
masing menerima masukan bahan baku, tenaga kerja, serta overhead pabrik.
Pengumpulan biaya yang didasarkan padatiap-tiap pemesanan digunakan kartu harga
pokok. Dan untuk memudahkan dalam mencatat biaya-biaya langsung ke kartu harga
pokok, maka nomor order produksi harus dituliskan diatas kartu harga pokok di masing-
masing pesanan. Harga pokok per barang yang dihasilkan di dapat dengan cara berikut
ini.

Harga pokok persatuan =

Jumlah biaya produksi tiap pesanan : Jumlah produk yang dipesan

Contoh: Sebuah perusahan mengerjakan pesanan 100 pesanan jas hujan, dan
diperlukan biaya-biaya berikut ini.

Bahan baku: Rp. 600.000

Bahan tambahan: Rp 100.000

Tenaga kerja: Rp 500.0000

Overhead pabrik: Rp 150.000

16
Jumlah dari biaya produksi: Rp 1.350.000

Maka harga satuan dari produk jasa hujan adalah:

Rp 1.350.000 : 100 buah= Rp 13.500 (per unit).

Sehingga harga jual dari jas hujan per unit dihargai Rp 13.500,-

Manfaat dari adanya informasi harga pokok pesanan adalah:

 Dapat digunakan untuk menentukan harga yang akan diberikan kepada pihak pemesan
 Memantau realisasi dari proses produksi
 Mempertimbangkan penerimaan ataupun penolakan terhadap pesanan yang ada
 Digunakan untuk menghitung keuntungan dan kerugian yang didapat perusahaan
 Menentukan harga dari pokok persediaan produk jadi dan produk yang masih di dalam
tahap proses.

Pengumpulan biaya produksi di dalam metode harga pokok pesanan terdiri dari beberapa
proses, yaitu:

 Pencatatan biaya bahan baku utama, pada proses ini terbagi menjadi dua proses yaitu
proses pencatatan pembelian bahan baku utama dan catatan pemakaian dari bahan baku.
 Pencatatan biaya tenaga kerja langsung. Biasanya memerlukan pengumpulan dua jenis
jam kerja yaitu, jam kerja total selama periode terentu dan jam kerja yang digunakan
hanya dalam setiap pengerjaan pesanan.
 Pencatatan biaya overhead pabrik. Hal ini biasanya dibagi ke dalam beberapa golongan,
antara lain adalah biaya bahan penolong, biaya reparasi, biaya tenaga kerja tak langsung,
biaya yang timbul karena adanya penilai terhadap aktiva tetap, serta biaya lainnya yang
memerlukan uang tunai langsung.
 Pencatatan produk selesai. Harga produk yang suda jadi nantinya akan dicatat dalam
kartu persediaan dan kartu harga pesanan.

Berdasarkan Harga Pokok Proses


Perusahaan yang melakukan proses produksi berdasar dari produksi massaa
biasanya melakukan proses olah produksi untuk memenuhi persediaan di dalam gudnag

17
penyimpanan. Biasanya perusahaan yang melakukan produksi berdasar harga pokok
proses adalah perusahaan tekstil, pupuk, semen, dan lainnya. Metode harga pokok proses
biasanya akan mengumpulkan kos produksi nya dengan menggunakan metode process
cost method. Metode ini akan mengumpilkan biaya produksi nya melalui departemen
produksi. Karakteristik dari perusahaan yang menggunakan metode harga pokok proses
ini antara lain adalah:
 Produk yang dihasilkan adalah produk standar
 Produk yang dihasilkan di setiap bulannya biasanya sama

Aktivitas produksi dimulai ketika adanya perintah produksi yang berisikan rencana
produksi dalam jangka waktu tertentu.Sehingga proses produksi akan terus menerus
dilakukan meskipun ada atau tidaknya pesanna yang datang. Untuk menentukan harga
per unit dari produk atau barang tersebut, digunakan cara seperti ini.

Harga pokok persatuan :

jumlah biaya produksi (pada periode tertentu) : jumlah produk yang dihasilkan selama
periode tertentu

Misalnya:

Perusahaan mebel A memproduksi meja selama bulan Februari 2017 dengan total biaya
seperti berikut:

Bahan Baku: Rp 20.000.000

Bahan tambahan: Rp 4.000.000

Tenaga kerja: Rp 5.000.000

Biaya overhead pabrik: Rp 1.000.000

Total biaya produksi: Rp. 30.000.000

Pada bulan Februari 2017 ini, perusahaan mebel A telah memproduksi sekitar 100 meja
kayu, sehingga harga pokok per unit nya adalah:

18
Rp 30.000.000 : 100 (unit) = Rp. 300.000 (per unit)

Manfaat dari adanya informasi yang di dapat dari metode harga pokok proses antara lain
adalah:

 Dapat mementukan harga jual dengan tepat


 Memantau biaya realisasi dari biaya produksi
 Menghitung kerugian dan keuntungan secara periodik dan transparan
 Menentukan harga pokok dari barang persediaan yang sudah jadi dan disajikan ke
dalam sebuiah neraca.

Proses pengumpulan biaya produksi dari metode harga pokok proses antara lain adalah:

 Pencatatan biaya bahan baku yang digunakan


 Pencatatan biaya bahan baku tambahan
 Biaya tenaga kerja, baik langsung ataupun tidak langsung
 Biaya overhead pabrik, pada BOP metode harga pokok proses merupakan biaya lain
diluar biaya bahan baku, bahan tambahan, serta biaya tenaga kerja.

Berdasar Pesanan dan Harga Pokok Proses


 Perbedaan dari Karakteristik Metode Harga Pesanan dan Harga Pokok Proses :
Bila dilihat dari proses pengolahan produk, perusahaan yang proses produksi
berdasarkan pada pemesanan akan memiliki proses produksi yang terputus-putus
(intermitten) sesuai dengan pemesanan yang ada. Berbeda lagi dengan perusahaan
yang memproduksi berdasar pada harga pokok proses, proses produksi nya dilakukan
secara terus menerus (kontinue) tanpa memperhatikan adanya pesanan atau tidak.
Untuk tujuan dari proses produksi, pada perusahaan yang menggunakan metode
harga pesanan yaitu bertujuan untuk memenuhi pesanan yang ada. Sedangkan untuk
perusahaan yang berproduksi massa, biasanya proses produksi yang dilakukan adalah
untuk mengisi persediaan yang ada di dalam gudang penyimpanan. Untuk jenis produk
yang dihasilkan pada perusahaan berproduksi pemesanan biasanya tergantung dari
spesifikasi yang diminta oleh pihak pemesan. Sedangkan untuk perusahaan yang
berproduksi massa, biasanya produk yang dihasilkan hanyalah produk standar.

19
 Perbedaan Dari Karakteristik Proses Produksi
Pada pengumpulan biaya produksi, metode harga pokok pesanan akan
mengumpulkan biaya-biaya produksi berdasarkan apda pesanan yang ada. Sedangkan
untuk metode harga pokok proses, proses pengumpulan biaya produksi akan
didasarkan pada biaya produksi yang dihasilkan selama periode tertentu.
Pada perhitungan biaya produksi, untuk metode harga pokok proses akan
melakukan perhitungan setiap bulan ataupun pada periode tertentuuntuk menentukan
harga pokok dari produk yang dihasilkan. Sedangkan pada metode harga pokok
pesanan, perhitungan biaya produksi akan dilakukan ketika adanya pesanan yang
datang.
Untuk menghitung biaya harga pokok produksi per unit nya, akan dilakukan
setiap akhir periode atau bulan pada mtode harga pokok proses. Sedangkan pada
metode harga pesanan, harga per unit dari barang yang dihasilkan akan dihitung ketika
pesanan telah selesai dikerjakan.
Untuk menghitung harga produk per unit, pada metode harga pokok proses akan
menggunakan cara dimana jumlah biaya produksi yang sudah dikeluarkan selama
dalam periode atau bulan tertentu akan dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan
dalam bulan atau periode tersebut. Sedangkan pada metode harga pokok pesanan,
harga produk per unit akan dihitung dengan cara membagi antara jumlah biaya
produksi yang sudah dikeluarkan dalam proses produksi sebuah pemesanan dengan
jumlah unit yang dihasilkan dalam proses produksi pesanan yang bersangkutan.
Pada penggolongan biaya produksi, dalam metode harga pokok pesanan akan
terjadi pemisahan antara biaya produksi menjadi biaya produksi langsung dan tak
langsung. Biaya produksi langsung akan dibebankan kepada produk yang dihasilkan
berdasarkan pada biaya real yang terjadi. Sedangkan pada biaya produksi tak langsung
akan dibebankan kepada produk berdasar pada tariff yang sudah ditentukan di muka.
Untuk metode harga pokok proses, pemisahan antara biaya langsung dan tak langsung
terkadang tak terlalu diperlukan. Apalagi pada perusahaan yang hanya menghasilkan
satu jenis produk saja. Karena harga pokok per unit akan dihitung setiap akhir periode

20
atau bulan, maka biaya overhead pabrik nantinya akan dibebankan kepada produk
berdasar pada biaya yang terjadi sesungguhnya.
Untuk menentukan biaya apa saja yang masuk ke dalam biaya overhead pabrik,
pada metode harga pokok pesanan akan terdiri dari biaya bahan tambahan dan biaya
tenaga kerja tak langsung. Pada metode ini, biaya overhead pabrik biasanya akan
dibebankan pada produk yang tarif nya sudah ditentukan di awal pemesanan.
Sedangkan pada metode harga pokok proses, biaya overhead pabrik akan terdiri dari
biaya yang dikeluarkan selama proses produksi diluar dari biaya bahan baku utama,
bahan penolong, serta biaya tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung. Pada
metode ini, biaya overhead pabrik akan dibebankan pada produk sebesar biaya yang
terjadi sesuungguhnya selama periode tersebut.
Seperti yang terlihat pada penjelasan diatas, metode pengumpulan biaya akan
sangat berkaitan dengan sifat pengolahan sebuah produk, yaitu berdasar pada pesanan
ataupun berdasarkan pada produksi massa. Setiap metode yang ada tentunya memiliki
kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Nah itu tadi penjelasan mengenai
metode pengumpulan biaya harga pokok proses dan pesanan. Semoga informasi diatas
bermanfaat untuk anda.

BAB III

21
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Biaya Menurut beberapa ahli diantaranya, yaitu :
 Biaya adalah jumlah yang dinyatakan dari sumber-sumber (ekonomi) yang
dikorbankan (terjadi dan akan terjadi) untuk mendapatkan sesuatu atau mencapai
tujuan tertentu. (Harnanto, 1992,24)
 Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang
telah terjadi atau yang memungkinkan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
(Mulyadi, 1993,8).
 Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka
memperoleh penghasilan yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.
(Supriyono, 1999,16).

Dalam Akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai cara. Umumnya


penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan
penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal dengan konsep “Different
of cost for purpose” .

Pengertian Harga Pokok menurut beberapa ahli diantaranya adalah :

 Harga Pokok adalah pengorbaban sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.


(Mulyadi, 1993,10)
 Harga Pokok adalah sebagai bagian dari harga perolehan suatu aktiva yang
ditunda pembebannya dimasa yang akan datang. (Abdul Halim, 1995,4).

22
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. (1993.8). Akuntansi Biaya : Penetuan Harga Pokok Produk dan Pengendalian Biaya.
Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.
Mulyadi. Akuntansi Biaya,2000. Edisi 6. Yogyakarta : Penerbit Universitas Gadjah Mada.

23

Anda mungkin juga menyukai