DISUSUN OLEH:
Sumber ekstern penwaran tenaga kerja dapat diperoleh antara lain dari
lamaran pribadi yang masuk, organisasi karyawan, kantor penempatan tenaga
kerja, sekolah-sekolah, para pesaing, imigrasi dan migrasi.
Analisis Pekerjaan
Untuk memudahkan proses seleksi, interviewer dibantu oleh alat seleksi, adapun
alat seleksi yang digunakan adalah:
Berbagai jenis tes hanyalah merupakan alat tambahan untuk melakukan seleksi
dan bukan merupakan satu – satunya alat untuk melakukan seleksi. Berbagai jenis tes
diantaranya adalah:
Orientasi atau sosialisasi dilakukan untuk membekali karyawan baru mengenai (1)
informasi umum mengenai kerja rutin sehari-hari, (2) informasi mengenai sejarah
organisasi, tujuan, operasi, dan produk atau jasa, dan (3) informasi mengenai
presentasi terinci kebijakan organisasi , peraturan kerja, dan tunjangan karyawan.
STUDI KASUS
B. Permasalahan
Pilot-pilot PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) di bawah Asosiasi (APG), Kamis
(28/7/2011) berencana melakukan mogok karena gaji yang diterima lebih kecil daripada gaji
pilot asing yang dikontrak manajemen Garuda Indonesia. Direktur Operasi Garuda Indonesia,
Ari Sapari mengatakan manajemen Garuda akan memenuhi tuntutan para pilot yang meminta
penyesuaian gaji dengan pilot asing yang dipekerjakan Garuda.
Manajemen Garuda Indonesia lalu mengeluarkan ilustrasi simulasi penggajian
penerbang garuda. Dalam ilustrasi itu disebut penerbang lokal mendapatkan gaji perbulannya
Rp47,7 juta sedangkan penerbang asing USD8.100 setara Rp68,8 juta per bulan.
Flight allowance yang diterima penerbang lokal Rp10 juta (dengan asumsi 60 jam
terbang), sedangkan penerbang asing tidak mendapatkan karena termasuk di gaji. Benefit
cash seperti THR hingga insentif-bonus yang diterima penerbang lokal sebesar 3,5 dikali gaji
per tahun atau sebesar Rp13,9 juta per bulan. Sedangkan penerbang asing sama sekali tidak
mendapatkannya.
Sementara total uang yang diterima bagi penerbang lokal per tahun mencapai Rp860
juta sedangkan penerbang asing Rp826 juta. Dengan demikian, selisih gaji yang bagi
penerbang lokal Rp12,3 juta per bulan sedangkan penerbang asing hanya Rp2,25 juta per
bulan.
Penerbang lokal tidak mendapatkan housing allowance, sedangkan penerbang
mendapatkannya sebesar USD1.200 atau setara dengan Rp10 juta per bulan. Pilot lokal
mendapatkan medical allowance, personal accident assurance, lost of flying licence,iuran
pensiun, Jamsostek, kesehatan pensiun, penghargaan pensiun. Sedangkan pilot asing tidak,"
kata Ari.
Saat ini, Garuda Indonesia memperkerjakan sebanyak 43 pilot kontrak dan 34
diantaranya pilot asing. Direktur Operasi Garuda Indonesia, Ari Sapari, menjelaskan, status
pilot asing di Garuda hanya bersifat kontrak dengan perjanjian kerja selama 12 bulan. Selama
masa kerja tersebut, pilot asing tersebut menerima pendapatan dalam mata uang dolar
Amerika Serikat.
PT Garuda Indonesia Tbk mengklaim jumlah gaji yang didapatkan oleh pilot-pilot
lokalnya lebih besar ketimbang gaji pilot asing yang dikontraknya. Dalam sebulan gaji pilot
lokal mencapai Rp 71 juta, sementara pilot asing Rp 68,8 juta/bulan.
Demikian disampaikan oleh Vice President Corporate CommunicationGaruda Pujobroto
Ilustrasi simulasi penggajian penerbang Garuda:
Penerbang Penerbang
Lokal Asing
Gaji Rp47,7 juta per bulan US$8.100 setara
Rp68,8 juta/bulan
Flight Allowance Rp10 juta (asumsi 60 (Tidak dapat,
jam terbang) karena termasuk
di gaji, produksi
80 jam terbang)
Benefit Cash (TT, THR, Insentif/Bonus) 3,5 x gaji/tahun atau -
Rp13,9 juta/bulan
Total Penerimaan per bulan Rp71 juta Rp68,8 juta
Total Penerimaan per tahun Rp860 juta Rp826 juta
Benefit/Non Cash Benefit Rp12,3 juta/bulan Rp2,25 juta/bulan
Allowance, Personal Accident, Assurance,
Lost of Flying, Iuran Pensiun, Jamsostek,
Kesehatan, Pensiun, Penghargaan Masa
Kerja 20 tahun, Penghargaan Pensiun
Housing Allowance US$1.200 atau
setara Rp10
juta/bulan
D. Penyelesaian
Manajemen Garuda akhirnya menyetujui usulan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Menakertrans) Jacob Nuwa Wea untuk mengalokasikan dana sebesar 35% dari
pos gaji untuk memperbaiki sistem penggajian para pilot. Persetujuan tersebut disampaikan
Deputi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Logistikdan Pariwisata
Ferdinand Nainggolan di lantai 21 Gedung Garuda Indonesia, kemarin. Pernyataan setuju
tersebut disampaikan Ferdinand di depan para wartawan setelah melakukan pertemuan
dengan para direksi dan perwakilan 10 forum pekerja yang ada di lingkungan maskapai
penerbangan Garuda. Yaitu, Serikat Karyawan Garuda (Sekarga), Forum Komunikasi Teknis,
Ikatan Teknisi Pesawat Udara, Forum Komunikasi Garuda Aviation Training & Education,
Forum Komunikasi Garuda Sentra Medika, Forum Komunikasi Sistem Informasi, Forum
Komunikasi Keuangan, Ikatan Profesi Niaga, Ikatan Awak Kabin Garuda, dan Forum
Komunikasi Flight Engineer.
Karyawan nonpenerbang Garuda rela bila kenaikan gajinya yang semula diusulkan
27% menjadi hanya 25%. Mereka menganggap semua posisi di Garuda itu penting. Menurut
Ferdinand, karyawan nonpenerbang rela menerima penurunan usulan kenaikan gaji demi
kelangsungan hidup perusahaan. Karena saat itu Garuda sedang mengalami berbagai tekanan.
Selain krisis keuangan akibat utang masa lalu, Garuda juga harus menanggung akibat dari
penurunan jumlah penumpang internasional sebagai dampak tragedi Bali.
Dengan kesepakatan tersebut, komposisi gaji minimal kopilot menjadi Rp6,7 juta dan
maksimalnya Rp11,6 juta. Sementara gaji minimal pilot Rp13,47 juta dan maksimal Rp23,3
juta.
Komposisi tersebut sedikit lebih besar dari yang diusulkan manajemen sebelumnya. Untuk
gaji minimal kopilot Rp6,5 juta dan maksimal Rp11,3 juta. Sementara gaji pilot minimal
Rp13,1 juta, maksimal Rp22,7 juta.
Menanggapi keputusan manajemen Garuda tersebut, anggota Tim Collective
Agreement Asosiasi Pilot Garuda (APG) Nanang Rido mengaku lega. Meski begitu, Nanang
menganggap keputusan manajemen tersebut baru langkah awal dari upaya para pilot Garuda
untuk memperjuangkan sistem penggajian sejak 1956.
Kesan belum maksimalnya keputusan manajemen tersebut memang wajar. Pasalnya,
bila perbaikan sistem penggajian yang diusulkan APG dikabulkan dengan mengalokasikan
pos gaji sebesar 39%, gaji minimal kopilot akan mencapai Rp6,9 juta, maksimal Rp11,9 juta.
Sedangkan gaji pilot minimal Rp13,8 juta, dan maksimal Rp24,06 juta.
Sebelumnya, dalam pertemuan di kantor Menakertrans, Kamis (13/2), manajemen
Garuda menolak usul Menakertrans untuk mengalokasikan 35% dari pos gaji karyawan
Garuda bagi para pilot. Alasan manajemen, hal itu akan menimbulkan kecemburuan
karyawan lain. Menakertrans sempat kecewa dengan penolakan itu dan mengganggap alasan
yang dikemukakan manajemen terlalu dicari-cari. Jacob menilai sudah sepantasnya pilot
mendapat jatah lebih besar karena tanggung jawab mereka juga besar.
Kekecewaan saat itu juga diungkapkan Presiden APG Ari Sapari. Kendati demikian,
atas permintaan Menakertrans, mereka mengurungkan niat mogok yang pernah dilontarkan.
Para pilot akan terbang dengan keprihatinan hingga ada keputusan pasti atas usul perbaikan
sistem gaji,. Beberapa pilot bahkan sudah melirik maskapai penerbangan asing sebagai
tempat berlabuh mereka.
Awalnya, para pilot menuntut jatah 39% dari pos gaji karyawan, tapi akhirnya
menyetujui angka 35% yang diusulkan Menakertrans. Angka ini pulalah yang akhirnya
disetujui manajemen.
B. Penyelesaian
Seharusnya sekelompok Pecinta Alam tersebut memikirkan matang-matang mengenai
modal dan inovasi yang lebih mumpuni dan lebih kreatif sehingga The One Adventure tidak
kalah saing oleh kompetitor lainnya. Juga mengasah skill berwirausaha mereka dalam
mengatur sebuah usaha agar lebih professional pada bidangnya tidak hanya mengandalkan
orang lain namun juga mengandalkan skill internal didalam organisasi tersebut.
Suasana didalam organisasi pun harus lebih dibangkitkan sehingga tidak hanya sebagai
perserikatan pecinta alam namun juga membangun suasana kantor yang kondusif. Juga, hal
seperti kaitan persaudaraan yang sangat kuat seharusnya lebih diminimalkan dalam masalah
menyatukan musyawarah yang mufakat, tidak hanya satu masalah dirembukkan oleh satu
orang dan lainnya hanya mengikuti saja, lebih menyelesaikan suatu masalah bersama. Dalam
menyatukan pendapat pun akan memberikan opini-opini yang berbeda, dari hasil opini
tersebut maka akan lebih memberikan hasil musyawarah yang lebih mufakat.
B. Analisis Kasus
Dari masalah tersebut PT Fast Food Indonesia Tbk mengalami penurunan margin usaha
atas penjualan produk makanan cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC), anjloknya margin
usaha emiten berkode FAST itu tak lepas dari meningkatnya besaran beban usaha, menyusul
penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, serta tren peningkatan upah
minimum karyawan yang berlangsung dari waktu ke waktu dan ini merupakan masalah
eksternal perusahaan. Pihak perusahaan banyak melakukan efisiensi, terutama dari segi
Sumber Daya Manusia (SDM) karena tiap tahun upah minimumnya bertambah. Dalam kasus
ini yang dilakukan pihak manajemen perusahaan sudah benar karena tidak melakukan
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK ), pihak perusahaan justru merotasikan
karyawannya menurut saya tindakan ini benar karena dapat mengurangi rasa jenuh karyawan
atas pekerjaanya, dengan mengurangi jumlah pegawai yang terdapat di satu gerai KFC dan
memindahkan karyawan tadi ke gerai-gerai baru cara tersebut juga dapat membuat karyawan
menjadi multitasking sehingga produktivitasnya meningkat.
4. Studi Kasus IV
“Studi Kasus Pada PT. Unilever Indonesia”
A. Permasalahan
Jumlah karyawan yang bekerja di PT Unilever Indonesia secara keseluruhan pada
tanggal 31 Desember 2013 mencapai 6.719 karyawan. Hal ini naik dari tahun 2012 yang
berjumlah 6.447 karyawan. Hal ini tentu saja bukan jumlah yang sedikit dalam ukuran sebuah
perusahaan. Jumlah karyawan yang banyak ini tentu saja membutuhkan perhatian ekstra dari
perusahaan Unilever tersebut dalam mengembangkan dan melatih para SDMnya.
Di Unilever, kesempatan untuk memperoleh posisi yang lebih baik dengan gaji yang
lebih baik akan sangat tergantung pada performa kerja masing-masing karyawan. Unilever
memiliki sistem reward yang sangat fair. Ini bercermin dari sistem reward yang diberikan
kepada orang-orang yang memberikan kontribusi terbaiknya bagi perusahaan. Sementara
orang yang underperformed (low-performer) akan memperoleh reward yang juga rendah.
Sistem ini membuat setiap manajer di Unilever berusaha memberikan performa terbaiknya
untuk mencapai target perusahaan.
Proses performance management di Unilever berawal dari rapat Senior Group Directors
(SGD). Dalam rapat ini dibahas proyeksi kinerja selama setahun ke depan, ditambah key
performance indicator (KPI)-nya. Hasilnya akan dibawa ke perusahaan masing-masing, yang
selanjutnya diturunkan lagi ke kepala divisi, selanjutnya ke kepala dan terakhir ke manajer.
Kepada para kepala divisi ini, kepala departemen dan manajer akan diberikan individual
performance plan yang harus dicapai plus KPI-nya. Tak hanya diberi target, karyawan juga
rutin diberi coaching dan konseling antara atasan dan bawahan. Setelah memasuki masa
penilaian, karyawan bersangkutan bisa menyanggah hasil penilaian atasan jika dirasa tidak
sesuai. Semua hal tersebut memiliki form yang lengkap dan tersusun rapi.
Rekrutmen merupakan perjalanan awal karier. Setelah calon pemimpin (Future
Leaders) di Unilever ini direkrut, maka akan menjalani Unilever Development Program.
Keberanian Unilever untuk menetapkan entry salary yang tinggi juga membuat Unilever
dipilih dalam hal sistem remunerasi. Sistem remunerasi perusahaan ini juga dinilai sangat
atraktif dan kompetitif, dan mampu memacu karyawan untuk maju dan berkembang.
Untuk pengembangan profesionalisme, Unilever memiliki learning programme yang
komprehensif serta terus memupuk learning culture di perusahaan yang mendorong orang
untuk dapat belajar berbagai hal di setiap kesempatan, baik melalui sesi-sesi resmi maupun
tidak resmi dimana karyawan dapat saling sharing pengetahuan, pengalaman, kisah sukses
maupun kegagalan untuk pembelajaran rekan-rekannya. Untuk mendorong work-life balance,
Unilever menyediakan berbagai sarana seperti fasilitas gym, klub olahraga untuk karyawan,
nursery room, daycare centremenjelang Lebaran, aktivitas rohani dan social, dan lain-lain.
Dengan mendorong karyawan untuk terus menerus mengembangkan diri serta
mempertahankan work-life balance, perusahaan dapat mengembangkan dan mempertahankan
SDM-SDM yang handal dan berkualitas, yang berperan utama dalam pengembangan bisnis.
Setiap tahun manajemen Unilever Indonesia menargetkan pertumbuhan bisnis di Indonesia,
yang disesuaikan dengan target yang ingin dicapai oleh Unilever secara global.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/35320469/MAKALAH_CONTOH_KASUS_MANAJEMEN
_SUMBER_DAYA_MANUSIA_PADA_PERUSAHAAN_PT_Garuda_Indonesia_Persero_
Tbk
http://witrinrlf.blogspot.com/2016/11/contoh-analisa-kasus-msdm-manajemen.html
https://hanidwiapriliani05.blogspot.com/2016/11/analisis-kasus-manajemen-sumber-
daya.html
https://fathimariaulfa.wordpress.com/2016/11/15/analisa-studi-kasus-manajemen-
sumber-daya-manusia/