Metoda-metoda Pengembangan
Ada banyak metoda yang dapat digunakan bagi pengembangan karyawan. Tetapi pada
umumnya, karyawan dikembangkan dengan metoda "on the job" dan "off the job".
1. Metoda-metoda "On-the-job"
Metoda-metoda "on-the-job" yang biasa digunakan adalah 1) Coaching, di mana
atasan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada bawahan dalam pelaksanaan
pekerjaan rutin mereka, 2) planned progression atau pemindahan karyawan dalam
dan penda harganya saluran-saluran yang ditentukan melalui tingkatan-tingkatan
organisasi yang berbeda, 3) rotasi jabatan atau pemindahan karyawan melalui
jabatan jabatan yang bermacam-macam dan berbeda-beda, 4) penugasan sementara,
di mana bawahan ditempatkan pada posisi manajemen tertentu untuk jangka waktu
yang ditetapkan, dan 5) sistem-sistem penilaian prestasi formal.
2. Metoda metoda "off-the-job"
Pengembangan "off-the-job" dilakukan dengan 1) program-program
pengembangan eksekutif di universitas-universitas atau lembaga-lembaga
pendidikan lainnya, di mana para manajer berpartisipasi dalam program-program
yang dibuka untuk umum melalui penggunaan analisis kasus, simulasi dan
metoda-metoda pengajaran lainnya, 2) latihan laboratorium, di mana seseorang
belajar menjadi lebih sensitif (peka) terhadap orang lain, lingkungan, dan
sebagainya, dan 3) pengembangan organisasi, yang menekankan perubahan,
pertumbuhan, dan pengembangan keseluruhan organisasi.
f. Pemberian Kompensasi
Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan dengan pembayaran finansial
sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivator untuk
pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang. Bagi manajemen, masalah
kompensasi karyawan mungkin merupakan masalah personalia yang membingungkan
dan paling sulit. Kompensasi adalah sangat penting bagi karyawan sebagai individu
karena upah merupakan suatu ukuran nilai atau karya mereka di antara para karyawan
itu sendiri, keluarga dan masyarakat.
Kompensasi juga sangat penting bagi organisasi, karena jumlah pembayaran
kepada karyawan dalam bentuk pengupahan dan balas jasa lainnya sering merupakan
komponen komponen blaya yang paling besar dan penting. Di samping itu,
kompensasi mempunyai dampak penting terhadap perekonomian. Sumber pendapatan
nasional sebagian datang dari kompensasi. Di dalam pemberian kompensasi
manajemen perlu memperhatikan prinsip keadilan. Para karyawan biasanya menilai
keadilan pembayaran mereka melalui pembandingan besarnya kompensasi dengan
karyawan karyawan lain. Mereka merasa pendapatan yang mereka terima adil atau
tidak tergantung pada bagaimana mereka melihat nilai relatifnya dibanding dengan
yang lain. Sebagian besar ketidakpuasan karyawan diakibatkan adanya perbedaan
dalam pembayaran di antara jabatan dan individu.
Penentuan Kompensasi
Kebijaksanaan kebijaksanaan dan praktek-praktek manajemen ditentukan oleh
interaksi dari tiga faktor, yaitu :
1. Kesediaan membawa. Adalah bukan merupakan pernyataan yang berlebihan
untuk menyatakan bahwa para manajer sebenarnya ingin membayar upuh secara
adil. Oleh sebab itu para manajer juga merasa bahwa para karyawan seharusnya
melakukan pekerjaan sesuai upah yang mereka terima. Manajer perlu mendorong
para karyawan untuk meningkatkan keluaran mereka agar upah dan gaji yang
lebih tinggi dapat dibayarkan.
2. Kemampuan membayar. Tanpa memperhatikan semua faktor lainnya, dalam
jangka panjang realisasi pemberian kompensasi akan tergantung pada kemampuan
membayar dari perusahaan.
3. Persyaratan-persyaratan pembayaran. Dalam jangka pendek, pengupahan dan
penggajian sangat tergantung pada tekanan-tekanan eksternal dari pemerintah,
organisasi karyawan (serikal buruh) kondisi permintaan dan penawaran tenaga
kerja (collective bargaining) dan para pesaing.
g. Penilaian Prestasi Kerja
1. Pengertian Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian Prestasi Kerja (PPK) adalah suatu cara dalam melakukan evaluasi
terhadap prestasi kerja para pegawai dengan serangkaian tolak ukur tertentu yang
obyektif dan berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta dilakukan secara
berkala.
2. Tujuan Penilaian Prestasi Kerja
Secara garis besar terdapat dua Tujuan Utama Penilaian Prestasi Kerja, yaitu :
1. Evaluasi terhadap tujuan (goal) organisasi, mencakup :
a. Feedback pada pekerjaan untuk mengetahui di mana posisi mereka.
b. Pengembangan data yang valid untuk pembayaran upah/bonus dan
keputusan promosi serta menyediakan media komunikasi untuk keputusan
tersebut.
c. Membantu manajemen membuat keputusan pemberhentian sementara atau
PHK dengan memberikan “peringatan” kepada pekerja tentang kinerja
kerja mereka yang tidak memuaskan.
2. Pengembangan tujuan (goal) organisasi, mencakup :
a. Pelatihan dan bimbingan pekerjaan dalam rangka memperbaiki kinerja dan
pengembangan potensi di masa yang akan datang.
b. Mengembangkan komitmen organisasi melalui diskusi kesempatan karier
dan perencanaan karier.
c. Memotivasi pekerja.
d. Memperkuat hubungan atasan dengan bawahan.
e. Mendiagnosis problem individu dan organisasi.
3. Obyek Penilaian Prestasi Kerja
- Hasil kerja individu
Jika mengutamakan hasil akhir, maka pihak manajemen melakukan
penilaian prestasi kerja dengan obyek hasil kerja individu. Biasanya berlaku
pada bagian produksi dengan indikator penilaian output yang dihasilkan, sisa
dan biaya per-unit yang dikeluarkan.
- Perilaku
Untuk tugas yang bersifat instrinsik, misalnya sekretaris atau manajer,
maka penilaian prestasi kerja ditekankan pada penilaian terhadap perilaku,
seperti ketepatan waktu memberikan laporan, kesesuaian gaya kepemimpinan,
efisiensi dan efektivitas pengambilan keputusan, tingkat absensi.
- Sifat
Merupakan obyek penilaian paling lemah dari kriteria penilaian prestasi
kerja karna tidak dapat dihubungkan dengan hasil tegas yang positif.
4. Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja
- Terhadap Individu
Hasil PPK dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap moral kerja
pekerja. Hal ini dimungkinkan mengingat peranan hasil PPK yang dapat
digunakan untuk berbagai kepentingan manajemen SDM.
Cara pandang pegawai terhadap PPK dan penggunaan hasil PPK
menentukan positif atau negatif pengaruh PPK pada pegawai yang
bersangkutan. Sebagai contoh, jika PPK lebih dipandang sebagai kritik dari
pada pertolongan perusahaan terhadap pegawai. Maka PPK akan
menumbuhkan rasa “was-was” pada diri pegawai yang bersangkutan saat
dilakukan PPK atau penerapan hasil PPK.
- Terhadap Organisasi
PPK mempengaruhi orgnisasi, khususnya pada proses kegiatan SDM.
Sebagaimana halnya dengan pengaruh PPK terhadap individu, informasi hasil
penilaian merupakan umpan balik sukses tidanya fungsi personalia. Besar
kecilnya pengaruh PPK pada organisasi tergantung sedikit banyaknya pada
informasi yang didapat dari hasil PPK tersebut. PPK yang komprehensif dapat
menghasilkan informasi yang cukup. Informasi yang bisa didapat antara lain
rekrutmen, seleksi, orientasi, kebutuhan diklat dan sebagainya.
Jika sejumlah besar pegawai menerima hasil PPK dengan nilai buruk, maka
dapat diduga kemungkinan adanya kelalaian atau kesalahan program
perencanaan SDM pada organisasi yang bersangkutan. Atau kungkin hal
tersebut terjadi akibat target goal yang ditetapkan terlalu tinggi, sementara
kemampuan pegawai dan/atau fasilitas yang ada pada organisasi tersebut
belum memungkinkan untuk mencapai target goal terebut.
Selain untuk mengevaluasi program manajemen SDM. PPK juga dapat
digunakan untuk mengembangkan SDM organisai seperti promosi, kenaikan
upah, bonus, pelatihan dan sebagainya. Dengan perkataan lain, hasil Penilaian
Prestasi Kerja dapat digunakan untuk mengevaluasi dan mengembangkan
SDM saat ini serta mengkaji kemampuan organisasi untuk menentukan
kebutuhan SDM di masa yang akan datang,