Anda di halaman 1dari 3

Hasil kerja ICW terhadap korupsi :

1. Sekolah Anti-Korupsi SAKTI 2018


Indonesia Corruption Watch (ICW) pada tahun 2018 kembali menyelenggarakan
kegiatan Sekolah Antikorupsi (SAKTI). Sekolah pencetak kader muda antikorupsi ini
diikuti oleh 23 orang peserta yang berasal dari 17 provinsi di Indonesia. Mereka dipilih
dari 200 orang pelamar dan telah melalui tahap seleksi yang ketat mulai dari
administrasi, e-learning akademi antikorupsi, penulisan essay, dan wawancara. Selain
SAKTI untuk Pemuda, ICW pada tahun 2018 juga menyelenggarakan SAKTI untuk
Aparat Sipil Negara dan SAKTI khusus Aparat Desa.
2. Partisipasi Publik dalam Pemberantasan Korupsi
Sejak tahun 2010 lalu ICW telah memfasilitasi peran serta masyarakat, baik
melalui kegiatan pelatihan, penguatan kapasitas, pembentukan organ baru (CSO) anti
korupsi di berbagai daerah, serta ajakan berpartisipasi melalui donasi publik dan
dukungan moril untuk terlibat dalam gerakan anti korupsi yang dilakukan oleh ICW.
3. Mengawasi Seleksi Penjabat Publik
Korupsi biasanya terjadi karena pejabat publik yang terpilih, baik melalui
mekanisme seleksi internal pemerintah ataupun seleksi politik, tidak benar-benar teruji
rekam jejaknya. Proses seleksi yang koruptif, disertai dengan praktek penyuapan antara
kandidat dan pemegang otoritas, membuat merit systemsebagai prinsip dalam seleksi,
kaderisasi, mutasi dan promosi pejabat negara tidak dipertimbangkan sama sekali. Bisa
dikatakan, korupsi di sektor hilir adalah konsekuensi dari korupsi yang terjadi di sektor
hulu. Karena itu, ICW melihat seleksi pejabat publik sebagai ranah strategis yang harus
diawasi. Selama 2017, ICW melakukan pengawasan pada beberapa seleksi pejabat
publik, baik seleksi pejabat politik maupun seleksi pejabat negara lainnya.
4. Advokasi Kebijakan Publik
CSO yang aktif melakukan advokasi merupakan bagian tak terpisahkan dari
demokrasi yang sehat. ICW sebagai salah satu CSO yang bergerak pada isu anti korupsi
menyadari bahwa pengawasan terhadap berbagai macam proses pengambilan kebijakan
publik harus terus dilakukan guna mengurangi masalah korupsi. Selain itu, mendorong
perubahan kebijakan publik yang berdimensi pada kepentingan publik luas merupakan
sasaran advokasi yang strategis agar publik menerima manfaat dari kebijakan publik yang
dibuat oleh Negara. Advokasi yang dilakukan oleh ICW pada sebagian besarnya
menggunakan instrumen yang telah disusun sebelumnya.
5. Memperkuat Kemauan Politik Negara
Pemberantasan korupsi yang efektif hanya dapat terjadi ketika aktor negara memiliki
kemauan politik yang besar untuk melakukannya. ICW mendorong aktor-aktor negara
yang memiliki komitmen anti korupsi untuk melakukan kerja bersama melalui berbagai
macam strategi dan skenario. Hal ini merupakan perspektif yang dikembangkan ICW
untuk mempercepat hasil kerja pemberantasan korupsi.
6. Pendidikan Warga
Motto ICW adalah bersama rakyat memberantas korupsi. Ini berarti ICW yakin
bahwa pemberantasan korupsi yang efektif hanya akan mungkin jika warga berdaya dan
bergerak bersama untuk melawan korupsi. Posisi warga yang sentral dalam
pemberantasan korupsi juga mengingat posisi mereka sebagai korban korupsi. Oleh
karena itu, ICW selalu menempatkan agenda kerja anti korupsi pada penguatan warga
melalui berbagai strategi edukasi.
7. Penguatan Kapasitas Jaringan Korupsi
Untuk menjaga konsistensi gerakan anti korupsi di berbagai wilayah di Indonesia,
ICW memiliki komitmen untuk merawat serta memperkuat jaringan kerja anti korupsi
melalui berbagai macam pendekatan. Strategi pelatihan dan pendampingan dilakukan
guna memperkuat posisi tawar CSO lokal, sekaligus memperkuat kapasitas mereka dalam
melakukan kerja-kerja advokasi anti korupsi.
8. Pengembangan Instrumen Pengawasan Masyarakat
Untuk mengefektifkan pemantauan penyelenggaraan pemerintahan oleh
masyarakat, ICW berusaha menyediakan instrumen yang mudah digunakan(user
friendly). Harapannya, instrumen yang telah disusun oleh ICW dapat dimanfaatkan oleh
kelompok masyarakat sipil maupun masyarakat pada umumnya untuk melakukan
pengawasan atas kebijakan sektor publik.
9. ICW Masuk Peringkat Dunia “THINK TANK”
Indonesia Corruption Watch (ICW) kembali menduduki peringkat 22 dalam
“Global Think Tank Index” versi The Lauder Institute of the University of Pennsylvania,
USA. Setelah tujuh kali berturut-turut sejak tahun 2010 mendapat peringkat 30 besar,
tahun 2017 ICW masuk menduduki peringkat 22 dalam kategori “Top Transparency and
Good Governance Think Tank”. Adapun ICW mendapat peringkat 63 untuk “Think Tank
to Watch 2018”.
10. Menggagalkan Upaya Pelemahan KPK
Sejak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berdiri 2003 lalu, upaya pelemahan
terhadap lembaga ini datang silih berganti dan dengan berbagai cara. Salah satu yang
menonjol adalah melalui proses penyusunan regulasi (legislasi) dengan cara melakukan
revisi terhadap Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 (Revisi UU KPK).
11. Kampanye Anti Korupsi Melalu Media Sosial
Melesatnya pengguna sosial media pada era modern, menuntut ICW segera
beradaptasi dengan pola kampanye yang baru. Tahun 2016 menjadi ruang praktikum bagi
ICW, untuk menguji seberapa efektif dan strategis penggunaan media sosial dalam
menyebarkan nilai – nilai anti korupsi di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai