KONSEP DASAR
1. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara
lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal
dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga
terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
2. Etiologi
Penyebab Chronic Kidney Disease (CKD) belum diketahui. Tetapi, beberapa kondisi
atau penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah atau struktur lain di ginjal
dapat mengarah ke CKD. Penyebab yang paling sering muncul adalah:
a. Diabetes Melitus
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan diabetes melitus. Jika kadar gula
darah mengalami kenaikan selama beberapa tahun, hal ini dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal (WebMD, 2015) .
b. Hipertensi
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menjadi penyebab penurunan
fungsi ginjal dan tekanan darah sering menjadi penyebab utama terjadinya CKD
(WebMD, 2015).
Kondisi lain yang dapat merusak ginjal dan menjadi penyebab CKD antara lain:
a. Penyakit ginjal dan infeksi, seperti penyakit ginjal yang disebabkan oleh kista
c. Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama dapat merusak ginjal. Seperti
obat Non Steroid Anti Inflamation Drugs (NSAID), seperti Celecoxib dan
Ibuprofen dan juga penggunaan antibiotik (WebMD, 2015).
3. Klasifikasi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit ginjal yang ditandai dengan
penurunan nilai laju filtrasi glomerulus atau Glomerular Filtration Rate (GFR) selama
tiga bulan atau lebih. Menurut (Derebail, et al., 2011), klasifikasi CKD berdasarkan
nilai GFR dapat dilihat pada Tabel 2.1.
4. Anatomi Fisiologi
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga peritoneal bagian
atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Pada
sisi ini, terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur pembuluh darah, system
limfatik, system saraf, dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal. Besar dan berat
ginjal sangat bervariasi tergantung pada jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal
pada sisi lain. Ukuran ginjal rata-rata adalah 11,5 cm (p) x 6 cm (L) x 3,5 cm (T).
beratnya bervariasi sekitar 120-170 gram (Aziz dkk.2008)
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrous tipis dan berkilau yang disebut true
capsule (kapsul fibrosa) ginjal dan diluar kapsul ini terdapat jaringan lemak peri renal.
Disebelah kranial terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal/suprarenal yang
berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perineal
dibungkus oleh fasia gerota. Fasia ini berfungsi sebagai barrier yang menghambat
meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta mencegah, ekstravasasi urin pada saat
terjadi trauma ginjal. Selain itu, fasia gerota dapat pula berfungsi sebagai barrier dalam
menghambat metastasis tumor ginjal ke organ sekitarnya. Di luar fasia gerota terdapat
jaringan lemak retroperitoneal atau disebut jaringan lemak pararenal (Aziz dkk, 2008).
Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otot-otot punggung yang tebal serta tulang
rusuk ke XI dan XII, sedangkan di sebelah anterior dilindungi oleh organ – organ
intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan duodenum, sedamgkan
ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pancreas, jejunum, dan kolon (Aziz
dkk.2008). ginjal kanan tingginya sekitar 1 cm di atas ginjal kiri (Faiz &Moffat 2004).
Secara anatomic ginjal terbagi dalam dua bagian, yaitu korteks dan medulla
ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron, sedamgkan di dalam medulla
banyak terdapat duktul ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dan ginjal yang
terdiri atas glomerulus dan tubulus ginjal. Darah yang membawa sisa-sisa hasil
metabolism tubuh di filtrasi di dalam glomerulus kemudian di tubukus ginjal beberapa
zat yang masih diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa
metabolism tubuh di sekresi bersama air dalam bentuk urin (Aziz dkk. 2008)
Urin yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke system
pelvikalises ginjal untuk disalurkan ke dalam ureter. System pelvikakalesis ginjal terdiri
atas kaliks minor, infundibulum, kaliks mayor, dan pielum/pelvis renalis. Mukosa
system pelvikalesis terdiri atas epitel transisional dan dindingnya terdiri otot polos yang
mampu berkontraksi untuk mengalirkan urin sampai ureter (Aziz dkk. 2008).
Ginjal bekerja untuk menyaring darah sebanyak kurang lebih 200 liter tiap harinya dan
juga membuang sisa-sisa metabolism serta kelebihan cairan tubuh melalui urin. Selain
membuang sisa-sisa metabolism tubuh melalui urin, ginjal berfungsi juga dalam :
1. Melakukan
control terhadap sekresi hormone-hormon aldosterone dan anti diuretic hormone
(ADH)
2. Mengatur
metabolism ion kalsium dan vitamin D
3. Menghasilk
an hormone antara lain : eritropoetin yang berperan dalam pembentukan sel darah
merah, renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah, kalsitriol atau vitamin
D3 yaitu bentuk aktif dari vitamin D yang berfungsi mengatur tekanan darah dengan
cara mengatur keseimbangan kadar kalsium, dan hormone prostaglandin (Aziz
dkk.2008
5. Tanda dan gejala
Penurunan fungsi ginjal akan mengakibatkan berbagai manifestasi klinik mengenai
hamper semua system tubuh manusia seperti :
1. Gangguan pada Gastrointestinal
Dapat berupa anoreksia, nausea, muntah yang dihubungkan dengan terbentuknya
zat toksik (ammonia, meta guanidine) akibat metabolism protein terganggu oleh
bakteri usus sering pula factor uremikum akibat bau amoniak dari mulut.
Disamping itu sering timbul stomatitis, cegukan juga sering yang belum
penyebabnya. Gastritis erosive hamper dijumpai pada 90% kasus gagal ginjal
kronik, bahkan kemungkinan terjadi ulkus peptikum dan colitis uremik.
2. Kulit
Kulit berwarna pucat, mudah lecet, rapuh, kering, timbul bintik-bintik hitam dan
gatal akibat uremik atau pengendapan kalsium pada kulit.
3. Hematologi
Anemia merupakan gejala yang hamper selalu ada pada gagal ginjal kronik.
Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal tanpa disertai anemia perlu dipikirkan
apakah suatu gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronik dengan penyebab polikistik
ginjal yang disertai polistemi. Hemolysis merupakan sering timbul anemi, selain
anemi pada GGK sering disertai pendarahan akibat gangguan fungsi trombosit atau
dapat pula disertai trombositopeni. Fungsi leukosit maupun limfosit dapat pula
terganggu sehingga pertahanan seluler terganggu, sehingga pnderita GGK mudah
terinfeksi, oleh karena imunitas menurun.
4. System saraf otot
Penderita sering mengeluh tungkai bawah selalu bergerak-gerak (Restless leg
syndrome), kadang terasa terbakar pada kaki, gangguan syaraf dapat pula berupa
kelemahan, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, tremor, kejang sampai
penurunan kesadaran atau koma.
5. System Kardiovaskuler
Pada GGK hamper selalu disertai hipertensi, mekanisme terjadinya hipertensi pada
GGK oleh karena penimbunan garam dan air, atau system renin angiotensin
aldosterone (RAA). Sesak nafas merupakam gejala yang sering dijumpai akibat
kelebihan cairan tubuh, dapat pula terjadi pericarditis yang disertai efusi pericardial.
Gangguan irama jantung sering dijumpai akibat gangguan elektrolit.
6. System Endokrin
Gangguan seksual libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi
aminore. Gangguan glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D
7. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hyperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
6. Pemeriksaan Penunjang
a.Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal
- Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
masa kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
- Biopsy ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologi
- Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal
- EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa
b. Foto polos abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain
c. Pielografi Intravena
Menilai system pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal
ginjal pada usia lanjut, diabetes mellitus dan nefroapati asam urat
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, anatomi system
pelviokalesis, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal.
e. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
pericarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hyperkalemia)
f. Biopsy Ginjal
Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostic gagal ginjal kronis atau
perlu untuk mengetahui etiologinya.
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan GGK adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal yang
tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau mengobati
komplikasi (smeltzer, 2001 : Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak dapat
mengobati GGK namun dapat memperlambat progress dari penyakit ini karena yang
dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialysis atau transplanasi
ginjal
1. Terapi Konservatif
Untuk mencegah memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-
keluhanakibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolism secara optimal
dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2006)
- Dilakukan pemeriksaan lab darah
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya oedem
- Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
- Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (continues
Ambulatory Peritoneal Dialysis)
- Hemodialysis
Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodialysis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
Double Lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
3. Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi Ginjal
Aktual Risiko
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d 1. Risiko infeksi b.d prosedur
hiperventilasi d.d cuping hidung invasive d.d terpasang infus,
(+) terpasang kateter
2. Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mencerna
makanan d.d mual (+), enggan
untuk makan
3. Mual b.d rasa makanan/minuman
yang tidak enak d.d keengganan
terhadap makanan
c. Rencana Keperawatan