Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu organisme membutuhkan pertumbuhan dan perkembangan demi
menjaga kelangsungan hidupnya.Tumbuh adalah proses perubahan secara
kuantitatif yang sifatnya irreversible dan berlangsung selama perkembangan
suatu organisme terjadi. Parameter perubahannya dapat diukur dalam satuan
jumlah, ukuran, volume, dan berat.Salah satu faktor internal yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah hormon
tumbuh.Pada suatu tanaman, awal pertumbuhan umumnya dimulai dengan
biji.Dalam pertumbuhan oleh biji terdapat perkecambahan biji.Pertumbuhan
dalam suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur apabila tunasnya sudah
keluar dan tumbuh. Sama halnya dengan pertumbuhan, perkembangan juga
dapat dilihat dari tunas awal, hanya saja tidak diukur melainkan melihat apa
saja struktur tubuh kecambah yang mulai ada dari awal tunas muncul. Seperti
pada awalnya, berkembang batang, akar, dan daun.
Adapun Biji mengandung embrio dan cadangan makanan serta kulit biji
yang menyelubunginya.Pada sebagian tumbuhan, nuselus dan endosperm
sebagai tempat cadangan makanan, hanya diperluakan dalam tahap awal
perkembangan embrio. Perkecambahan pada biji terjadi ketika radikula mulai
mincul dari kulit biji dalam kondisi baku. Hal ini berarti bahwa meskipun biji
cukup air dan diberi kondisi yang baik untuk perkembangan tetap tidak akan
berkecambah. Namun jika kondisi untuk mematahan dormansi berjalan, biji
akan berkecambah. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut maka
kami melakukan praktikum ini dengan mengamati pertumbuhan dan
perkembangan pada biji menggunakan biji kacang hijau (Vigna radiata l.).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut :

1
1. Bagaimana pengaruh lama perendaman biji kacang hijau dalam air terhadap
perkecambahan biji kacang hijau?

C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh lama perendaman biji kacang hijau dalam air terhadap
perkecambahan biji kacang hijau.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Perkembangan Biji
Biji berasal dari hasil mikrosporogenesis dan megagametogenesis yaitu,
berturut-turut pembentukan butir serbuk sari (gametofit jantan) dan
pembentukan embrio (gametofit betina).Sel induk mikrospora dalam kepala
sari dan sel induk megaspora dalam kantung embrio kemudian membelah lagi
tidak secara meiosis, menghasilkan sel anak yang haploid, kemudian secara
mitosis untuk melipatgandakan jumlah inti haploidnya.Hasil akhir adalah sel
atau butir serbuk sari masing-masing dengan dua inti dan kantung embrio
membelah untuk membentuk sel telur dan sebuah inti yang membelah lagi
untuk membentuk inti kutub dari bakal biji (Sastramihardja, 1993).
Biji yang masak mempunyai empat komponen yang secara fisiologis
maupun ekologis penting bagi kelangsungan hidupnya,yaitu :
1. Kulit biji, suatu pebungkus pelindung
2. Embrio, suatu bakal tanaman atau sporofit
3. Cadangan makanan cadangan mineral yang memberi maka sporofit muda
hingga dapat berdiri sendiri
4. Enzim dan hormon yang diperlukan untuk mencera cadangan makanan dan
untuk menyusun jaringan baru dalam semai selama perkecambahan.
Keadaan tersebut juga memelihara biji dengan mekanisme perlindungan untuk
mempertahankan diri terhadap lingkungan yang amat buruk selama dalam
keadaan dorman (istirahat dalam keadaan kering).Dalam keadaan dorman, biji
tidak aktif tetapi masih hidup. Suatu keadaan yang berlangsung hingga kondisi
meguntungkan bagi perkecambahan. Kandungan kelembaban dan laju
metabolisme pada biji selama dormansi, mungkin hanya sepersepuluh atau
kurang dibandingkan pada jaringan tumbuhan (Lovelles, 1999).

B. Perkecambahan
Definisi perkecambahan menurut seorang analis biji yaitu sebagai suatu
perubahan morfologis, seperti penonjolan akar lembaga (radikula), tetapi bagi

3
seorang petani, perkecambahan adalah munculnya semai. Secara teknis,
perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang
menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai (Santoso, 1990). Pada
perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa fisiologi dan morfologi sebagai
berikut :
1. Imbibisi dan absorpsi (daya serap) air
2. Hidrasi jaringan
3. Absorpsi oksigen
4. Pengaktifan ezim dan penceraan
5. Trasport molekul yang dihidrolisis ke sumbu embrio
6. Peningkatan respirasi dan asimilasi
7. Inisiasi pembelahan dan pembesaran sel
8. Munculnya embrio

C. Germinabilitas (kemampuan berkecambah) dan Viabilitas


Biji yang masak viable (terkecambahkan) sebelum berpisah atau saat
berpisah dengan tumbuhan induknya, tetapi biji tersebut mungkin tidak dapat
dikecambahkan (mampu berkecambah dengan cepat dalam kondisi yag
meguntungkan). Biji pada beberapa spesies adalah dorman dan dapat menjadi
dikecambahkan hanya sesudah dikenai kondisi tertentu. Biji tanaman budidaya
adalah viabel dan dorman (yaitu, hidup tetapi tidak berkecambah karena
kondisi lingkungan kurang mendukung untuk perkecambahan, seperti tidak
cukup air atau temperatur yang tidak cocok) dan umumnya dapat
dikecambahkan apabila dipisahkan dari tumbuhan induknya (Salisbury, 1995).
Pada umumnya viabilitas mengalami penurunan dan germinabilitas mengalami
peningkatan sejalan dengan umur, karena secara alami terjadi pemecahan
faktor-faktor dormansi pada biji (lpvelles, 1999).
Kebanyakan dari biji atau hampir semua spesies liar dan spesies
budidaya makanan ternak (seperti biji jagung) tertentu tetap dorman, walaupun
kondisinya menguntungkan bagi perkecambahan. Karena itu germinabilitas
dan viabilitas mungkin berbeda 100% pada populasi biji yang berbeda.
Perkecambahan tidak berlangsung hingga masa dormansi berlalu, walaupun

4
biji viabel dan germinabel (dapat dikecambahkan). Pada umumnya viabilitas
mengalami penurunan dan germinabilitas mengalami peningkatan sejalan
dengan umur, karena secara alami terjadi pemecahan faktor-faktor dormansi
pada biji (lpvelles, 1999).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan


1. Air
Air merupakan faktor yang paling penting, karena biji berada dalam
keadaan terdehidrasi. Secara normal biji mengandung sekitar 5-20% dari
berat totalnya dan harus menyerap sejumlah air sebelum perkecambahan
dimulai. Tahap awal perkecambahan adalah pengambilan air dengan cepat
yang disebut imbibisi (Salisbury, 1995). Biji yang hidup atau mati
mengalami imbibisi air dan membengkak. Banyaknya air imbibisi
tergantung pada komposisi kimia biji. Protein, getah, dan pektin lebih
bersifat koloid dan hidrofilik dan lebih banyak mengalami imbibisi air
daripada zat tepung. Laju perkecambahan berlangsung lebih lambat pada
kelembaban tanah yang mendekati titik layu. Kandungan air yang kurang
dari batas optimum biasanya menghasilkan imbibisi sebagian dan
memperlambat atau menahan perkecambahan. Komposisi medium,
khususnya kandungan zat terlarut mempengaruhi ketersediaan air
(Salisbury, 1995). Selain itu, daya serap air setiap biji berbeda, yakni
kecepatan penyerapan air oleh biji sebanding dengan luas permukaan biji tersebut.
Selain itu, bergantung juga pada ruang antar sel, misalnya p ada biji kacang tanah
yang memiliki ruang antar sel yang tidak rapat sehingga ketika di dalam air,
kacang tanah akan terapung ke atas, berbeda dengan kacang lainnya yakni
ketika diredam dalam air yang akan tenggelam. Penyerapan air pada biji
juga diengaruhi oleh beberapa faktor yaitu struktur biji, konsentrasi air, dan
lama perendaman. (Purba, 2001)
2. Temperatur atau suhu
Selain imbibisi, proses perkecambahan juga meliputi sejumlah proses
katabolisme dan anabolisme yang dikendalikan enzim dan karenanya sangat
responsif terhadap temperatur. Temperatur kardinal (maksimum, minimum,
dan optimum) untuk perkecambahan pada kebanyakan biji tanaman

5
budidaya pada dasarnya merupakan temperatur kardinal untuk pertumbuhan
vegetative yang normal.temperatur optimum adalah temperatur yang
memberikan persentase perkecambahan yang paling tinggi dalam periode
waktu yang paling pendek (Salisbury, 1995).
3. Gas
Perkecambahan memerlukan tingkatan O2 yang tinggi kecuali bila
respirasi yang berhubungan dengan hal ini terjadi karena fermentasi.
Kebanyakan spesies memberikan respon yang baik terhadap komposisi
udara normal: 20 % O2 ; 0,03 % CO2 ; dan 80 % N. Penurunan kandungan
O2 udara di bawah 20 % biasanya menurunkan kegiatan perkecambahan.
Pada beberapa biji dapat berkecambah secara anaerob, tetapi hal ini akan
menghasilkan kecambah yang abnormal. Sementara perkecambahan biji
pada kebanyakan spesies berlangsung dengan baik pada kandungan O2
udara normal atau pada konsentrasi O2 yang lebih tinggi (Salisbury, 1995).
4. Cahaya
Biji membutuhkan cahaya untuk perkecambahan, yang berpengaruh
sebagai pemicu dalam memecahkan macam dormansi. Cahaya memberikan
respon pada perkecambahan biji sama seperti dengan mekanisme
pengendalian proses formatif lainnya seperti pembungaan, pembentukan
pigmen, pemanjangan batang, dan pelurusan kait hipokotil. Panjang
gelombang yang paling efektif unutk menggalakkan dan menghambat
perkecambahan bijji berturut-turut yaitu merah dan infra merah
(Dwijoseputro, 1994).

E. Hormon-hormon Perkecambahan
Pada dasarnya perkecambahan biji diatur oleh sejumlah hormon yang
kerjanya bertahap. Adapun hormon yang memulai dan memperantai proses
perkecambahan, yaitu fitohormon. Selain itu ada beberapa aktivitas hormon
pertumbuhan lain yang penting, yakni giberelin yang berfungsi untuk
menggiatkan enzim hidrolitik serta sitokinin yang berfungsi untuk merangsang
pembelahan sel, munculnya radikula dan plumula serta auksin yang berfungsi
untuk meningkatkan pertumbuhan (Kimball, 1983).

6
Adapun mekanisme kerja hormon-hormon ini dalam perkecambahan,
yaitu pertama kali absorbsi air dari tanah menyebabkan embrio memproduksi
sejumlah kecil giberelin yang kemudian berdifusi ke dalam selapis sel aleuron
yang mengelilingi sel cadangan makanan endospora, yang menyebabkan sel
endospora itu mengalami pemecahan dan mencair. Dan akibat hal ini,
sitokinin dan auksin terbentuk.Sehingga aktivitas dua hormon ini mengaktifkan
pertumbuhan embrio dengan membuat sel-sel membelah dan membesar
sehingga terjadi perkecambahan (Kimball, 1983).

F. Indeks Kecepatan Perkecambahan


Indeks kecepatan perkecambahan yakni indikator untuk mengetahui
kecepatan dan keseragaman perkecambahan suatu biji dimana lebih
memberatkan pada kekuatan benih (biji) tersebut. Secara matematis, Indeks
Kecepatan Perkecambahan dapat ditulis yakni :
X1 X X X
Indeks kecepatan perkecambahan (IKP) = + 2 + 3 + ... + n
1 2 3 n
Xn = banyaknya biji yang berkecambah pada hari ke n.

G. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori yang ada, dibuat hipotesis sebagai berikut :
1. Semakin lama perendaman biji kacang hijau dalam air, maka semakin cepat
pertumbuhan perkemcabahan biji kacang hijau.

7
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode eksperimen
dengan memanipulasi waktu lama perendaman sebanyak 5 kali yaitu selama 4
jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam, dan tanpa perendaman.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Percobaan ini dilakukan pada hari Rabu, 14 November 2018 di
laboratorium IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Surabaya.

C. Alat dan Bahan


Tabel 3.1 Alat pada percobaan pengaruh lama perendaman biji dalam air
terhadap perkecambahan.
NO. NAMA JUMLAH
1. Wadah Mika Plastik 5 buah
2. Gelas Plastik 5 buah
3. Jam 1 buah

Tabel 3.2 Bahan pada Percobaan pengaruh lama perendaman biji dalam
air terhadap perkecambahan
NO. NAMA JUMLAH
1. Biji kacang hijau 250 buah
2. Air suling 250 ml
3. Kapas Secukupnya
4. Kertas label 5 buah

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel


1. Variabel Manipulasi : waktu perendaman biji kacang hijau.

8
Definisi Operasional :waktu perendaman yang digunakan pada
praktikum ini dimanipulasi sebanyak 5 kali, yaitu
selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam, dan tanpa
perendaman.
2. Variabel Kontrol : jenis kacang-kacangan, jumlah kacang-kacangan,
jenis air, volume air, media perendaman, media
tanam, lokasi penyimpanan, waktu pengamatan, dan
waktu penanaman.
Definis Operasional : jenis kacang-kacangan yang digunakan adalah
kacang hijau sebanyak 250 biji dan air sebanyak
250 ml dengan media perendaman berupa gelas
plastik yang berukuran sama berjumlah 4 gelas
masing-masing berisi 50 biji dan air sebanyak 50
ml. Ditanam di dalam mika dengan kapas lalu
diletakkan di tempat yang gelap dan diamati setiap
24 jam selama 10 hari.
3. Variabel Respon : jumlah biji yang berkecambah, prosentase
perkecambahan, dan indeks kecepatan
perkecambahan.
Definisi Operasional : menghitung jumlah biji yang berkecambah setiap
24 jam, prosentase perkecambahannya, dan indeks
kecepatan perkecambahannya.

E. Rancangan Percobaan

Gambar 3.1 Menanam biji kacang hijau dalam wadah mika

9
F. Langkah Kerja
Langkah kerja dalam praktikum ini yakni:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Merendam biji kacang hijau selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan tanpa
direndam masing-masing 50 biji.
3. Menanam dalam waktu yang bersamaan pada wadah mika yang sudah
dialasi kapas.
4. Menutup wadah mika kemudian simpan di tempat gelap dan amati setiap
hari berapa jumlah biji yang berkecambah selama 10 hari.
5. Memisahkan biji yang sudah berkecambah dan sudah dilakukan
perhitungan.
6. Menghitung hasil pengamatan pada hari pertama saat penanaman biji pada
wadah mika.
7. Membuat tabel prosentase perkecambahan dan indeks kecepatan
perkecambahan dari hasil pengamatan anda.

G. ALUR

Biji kacang hijau

- Direndam selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan tanpa


direndam masing-masing 50 biji
- Ditanam pada wadah mika beralas kapas dan wadah mika
ditutup
- Disimpan pada tempat gelap
- Diamati selama 10 hari dan dihitung biji yang berkecambah
- Dipisahkan biji yang telah berkecambah dan yang tidak
- Dilakukan perhitungan prosentase perkecambahan

Hasil prosentase perkecambahan

10
A. Data
Jumlah Biji Berkecambah Rata-rata
Lama
Jumlah Prosentase
No. Perendaman IKP
Awal Perkecam-
(jam)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 bahan (%)

1. 0 50 40 10 - - - - - - - - 90 45

2. 1 50 42 8 - - - - - - - - 92 46
BAB IV
DATA DAN ANALISIS

47,
3. 2 50 45 5 - - - - - - - - 95
5

4. 3 50 46 4 - - - - - - - - 96 48
Tabel 4.1 Hasil pengamatan perkecambahan biji kacang hijau

5. 4 50 50 - - - - - - - - - 100 50

11
B. Analisis
Dari tabel 4.1 hasil pengamatan perkecambahan biji kacang hijau, dapat
dilihat bahwa pada 50 biji yang tidak direndam sebelum ditanam, terdapat 40
biji yang mengalami perkecambahan pada hari pertama. Sedangkan di hari
kedua terdapat 10 biji yang berkecambah. Sehingga dapat dihitung rata-rata
prosentase perkecambahannya yaitu 90% dengan indeks kecepatan
perkecambahannya sebesar 45.
Pada 50 biji yang direndam selama 1 jam sebelum ditanam, terdapat 42
biji yang mengalami perkecambahan pada hari pertama. Sedangkan di hari
kedua terdapat 8 biji yang berkecambah. Sehingga dapat dihitung rata-rata
prosentase perkecambahannya yaitu 92% dengan indeks kecepatan
perkecambahannya sebesar 46.
Pada 50 biji yang direndam selama 2 jam sebelum ditanam, terdapat 45
biji yang mengalami perkecambahan pada hari pertama. Sedangkan di hari
kedua terdapat 5 biji yang berkecambah. Sehingga dapat dihitung rata-rata
prosentase perkecambahannya yaitu 95% dengan indeks kecepatan
perkecambahannya sebesar 47,5.
Pada 50 biji yang direndam selama 3 jam sebelum ditanam, terdapat 46
biji yang mengalami perkecambahan pada hari pertama. Sedangkan di hari
kedua terdapat 4 biji yang berkecambah. Sehingga dapat dihitung rata-rata
prosentase perkecambahannya yaitu 96% dengan indeks kecepatan
perkecambahannya sebesar 48.
Sedangkan pada 50 biji yang direndam selama 4 jam sebelum ditanam,
seluruhnya mengalami perkecambahan pada hari pertama. Sehingga dapat
dihitung rata-rata prosentase perkecambahannya yaitu 100% dengan indeks
kecepatan perkecambahannya sebesar 50.

C. Pembahasan
Menurut Salisbury (1995), air merupakan faktor yang paling penting,
karena biji berada dalam keadaan terdehidrasi.Secara normal biji mengandung
sekitar 5-20% dari berat totalnya dan harus menyerap sejumlah air sebelum
perkecambahan dimulai.Tahap awal perkecambahan adalah pengambilan air

12
dengan cepat yang disebut imbibisi.Kandungan air yang kurang dari batas
optimum biasanya menghasilkan imbibisi sebagian dan memperlambat atau
menahan perkecambahan. Komposisi medium, khususnya kandungan zat
terlarut mempengaruhi ketersediaan air. Semakin lama waktu perendaman pada
biji kacang hijau maka semakin cepat proses perkecambahan terjadi. Hal ini
dikarenakan jika semakin lama waktu perendaman maka semakin banyak air
yang masuk ke dalam biji kacang hijau, sehingga dapat digunakan untuk
memulai proses perkecambahan. Hal ini dapat terlihat dari data percobaan yang
menunjukkan pada perkecambahan biji kacang hijau yang tanpa direndam
memiliki IKP terendah yaitu 45 dan pada perendaman biji kacang hijau selama
4 jam memiliki IKP tertinggi yaitu 50. Berikut adalah grafik hubungan antara
lama perendaman biji terhadap IKP

Grafik 4.1 Hubungan antara lama perendaman biji terhadap IKP


Pada grafik diatas menunjukkan semakin lama perendaman biji dalam
air, maka semakin besar nilai IKP nya sehingga sudah sesuai dengan teori
bahwa nilai IKP semakin naik dan tidak ada yang sama.
Selain itu, berdasarkan percobaan semakin lama waktu perendaman biji
kacang hijau maka semakin besar nilai persentase perkecambahan dimana
dapat ditunjukkan oleh grafik berikut ini

13
Grafik 4.2 Hubungan antara lama perendaman biji teradap persentase
perkecambahan
Pada grafik diatas menunjukkan hubungan antara lama perendaman biji
terhadap prosentase perkecambahan, dimana semakin lama waktu perendaman
biji kacang hijau maka semakin besar nilai persentase perkecambahan sehingga
sudah sesuai dengan teori bahwa nilai persentase semakin naik dan tidak ada
yang sama.
Perkecambahan pada biji kacang hijau berbeda dengan perkecambahan
pada kacang tanah. Pada kacang hijau memiliki persentase perkecambahan
antara 90% hingga 100% namun pada kacang tanah persentase perkecambahan
antara 56% hingga 72%. IKP biji kacang hijau pada interval 45 hingga 50
sedangkan IKP biji kacang tanah 19,21 hingga 27,85. Hal ini dapat terjadi
karena adanya perbedaan komposisi kimia dan struktur pada biji kacang tanah
dan kacang hijau. Menurut Purba (2001), pada biji kacang tanah yang memiliki
ruang antar sel yang tidak rapat sehingga ketika di dalam air, kacang tanah
akan terapung ke atas, berbeda dengan kacang lainnya yakni ketika diredam
dalam air yang akan tenggelam. Sehingga hal ini dapat mempenaruhi
penyerapan air dan proses perkecambahan. Karena biji kacanag tanah terapung
maka penyerapan air kurang optimal bila dibandingkan dengan kacang hijau
yang seluruhnya terendam air. Sehingga biji kacang hijau memiliki persentase
perkecambahan dan IKP yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan biji
kacang tanah.
Perendaman selama 4 jam waktu yang dibutuhkan untuk perkecambahan
selama satu hari saja. Hal ini dapat terjadi karena waktu perendaman yang

14
optimal sehingga setiap biji yang meliki daya serap air berbeda-beda dapat
melakukan imbibisi semua dan dapat mengalami perkecambahan seluruhnya.
Menurut Salisbury (1995), daya serap air setiap biji berbeda, yakni
kecepatan penyerapan air oleh biji sebanding dengan luas permukaan biji
tersebut. Selain itu, bergantung juga pada ruang antar sel. Menurut Purba
(2001), penyerapan air pada biji juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
struktur biji, konsentrasi air, dan lama perendaman. Pada percobaan,
perkecambahan biji kacang hijau dapat diketahui bahwa daya serap pada setiap
biji kacang hijau berbeda-beda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya biji
yang berkecambah setiap harinya pada masing-masing perendaman berbeda-
beda jumlahnya, selain itu bila diperhatikan pada perkecambahan setiap biji
memiliki panjang tunas kecambah yang berbeda-beda. Hal ini berhubungan
dengan daya serap setiap biji. Karena jika daya serap biji tinggi maka biji
tersebut cepat mengalami imbibisi dan cepat mengalami perkecambahan.
Selain itu banyaknya jumlah hormon pada setiap biji juga berbeda.
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor eksternal seperti air, suhu, gas , dan cahaya. Daya serap
air sangat berpengaruh terhadap proses terjadinya imbibisi, selain itu suhu
optimum juga dapat mempercepat proses perkecambahan. Menurut Salisbury
(1995), Penurunan kandungan O2 udara di bawah 20 % biasanya menurunkan
kegiatan perkecambahan. Pada beberapa biji dapat berkecambah secara
anaerob. Ketika perendaman terlau lama dapat menghambat proses respirasi
yang terjadi setelah proses imbibisi, bila respirasi terganggu maka
perkecambahan juga terganggu. Pada intensitas cahaya yang rendah seperti
ruang gelap proses perkecambahan akan lebih optimal.Faktor internal seperti
hormon dan gen juga mempengaruhi perkecambahan. Gen berfungsi menagtur
reaksi kimia di dalam sel dan komposisi kimia pada biji. Hormon yang bekerja
pada perlecambahan yaitu hormon auksin, giberlin, sitokinin.

15
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
Berdasarkan hasil percobaan ini dapat diperoleh simpulan, yaitu ada
pengaruh perendaman biji kacang hijau dalam air terhadap perkecambahan,
biji kacang hijau yang direndam lebih lama memiliki persentase
perkecambahan yang lebih besar dibandingkan dengan biji kacang hijau yang
direndam lebih singkat atau yang tidak direndam. Begitu pula dengan indeks
kecepatan perkecambahan (IKP), biji yang direndam lebih lama memiliki IKP
lebih besar dibandingkan biji yang direndam dalam waktu singkat atau tidak
direndam. Selain itujuga semakin lama perendaman biji kacang hijau dalam air,
maka semakin cepat pertumbuhan perkemcabahan biji kacang hijau sehingga
telah sesuai dengan hipotesis yang ada.

B. Saran
Saran yang tepat untuk melakukan praktikum ini adalah:
1. Sebaiknya tanamlah biji pada media tanam dan tempat yang sama
2. Sebaiknya pisahkan biji yang sudah berkecambah dengan biji yang belum
berkecambah untuk mempermudah penghitungan.
3. Hitung dan amati kecambah yang tumbuh pada waktu yang sama setiap
hari.
4. Sebaiknya ambillah biji yang terkena jamur dari media tanam, agar jamur
tidak menyerang biji-biji yang lain.

16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Fisiologi Proses Perkecambahan Biji. Diakses dari
http://www.pusatbiologi.com/2013/10/fisiologi-proses-perkecambahan-
biji.html pada tanggal 27 November2018 pukul 14.08 WIB
Dwijoseputro. D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Tama.
Kimball, John. 1983. Biologi jilid II edisi ke lima. Jakarta: Erlangga.
Purba, Michael. 2001. Morfologi dan Sistematika Tumbuhan. Jakarta:UI Press
Santoso. 1990. Fisiologi Tumbuhan.Yogyakarta: UGM Press.
Sastramihardja, D. dkk. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Biologi FMIPA
ITB
Sallisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.
Lovelles, A. R. 1999. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik .
Jakarta: PT. Gramedia Indonesia.

17
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Tanpa perendaman
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Prosentase perkecambahan hari 1 = x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑗𝑖
40
= 50 x 100%
= 80%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Prosentase perkecambahan hari 2 = x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑗𝑖
50
= 50 x 100%

= 100%
𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 1+ 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 2
Rata-rata prosentase perkecambahan = 2
80%+100%
= 2

= 90%
𝑋1 𝑋2
IKP = +
1 2
40 10
= +
1 2

= 45

2. Perendaman 1 jam
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Prosentase perkecambahan hari 1 = x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑗𝑖
42
= 50 x 100%

= 84%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Prosentase perkecambahan hari 2 = x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑗𝑖
50
= 50 x 100%

= 100%
𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 1+ 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 2
Rata-rata prosentase perkecambahan = 2
84%+100%
= 2

= 92%

18
𝑋1 𝑋2
IKP = +
1 2
42 8
= +2
1

= 46

3. Perendaman 2 jam
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Prosentase perkecambahan hari 1 = x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑗𝑖
45
= 50 x 100%
= 90%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Prosentase perkecambahan hari 2 = x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑗𝑖
50
= 50 x 100%

= 100%
𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 1+ 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 2
Rata-rata prosentase perkecambahan =
2
90%+ 100%
= 2

= 95%
𝑋1 𝑋2
IKP = +
1 2
45 5
= +2
1

= 47,5

4. Perendaman 3 jam
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Prosentase perkecambahan hari 1 = x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑗𝑖
46
= 50 x 100%

= 92%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Prosentase perkecambahan hari 2 = x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑗𝑖
50
= 50 x 100%

= 100%

19
𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 1+ 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 2
Rata-rata prosentase perkecambahan = 2
92%+ 100%
= 2

= 96%
𝑋1 𝑋2
IKP = +
1 2
46 4
= +
1 2

= 48

5. Perendaman 4 jam
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Prosentase perkecambahan hari 1 = x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑗𝑖
50
= 50 x 100%
= 100%
Rata-rata prosentase perkecambahan = 100%
IKP = 50

20
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1. Biji kacang Gambar 2. Biji kacang Gambar 3. Biji kacang


hijau direndam air hijau ditanam hijau mengalami
perkecambahan

Gambar 4. Biji yang


berkecambah
dipisahkan dari biji
yang belum
berkecambah

21

Anda mungkin juga menyukai