Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah

satu penyakit infeksi yang mengancam jiwa sehingga sampai saat ini menjadi perhatian yang cukup serius.

Jumlah penderita HIV terus meningkat sejak tahun 2001 –2012. Data terakhir dari UNAIDS (United Nations

Programme on HIV/AIDS) 2013 jumlah penderita HIV di dunia mencapai ± 35,3 juta jiwa. Indonesia

tergolong Negara dengan jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun 2001-2011 meningkat lebih dari 25% dengan

jumlah penderita sebanyak ± 380.000 jiwa.

Ditjen PP (Pengendalian Penyakit) dan PL (Penyehatan Lingkungan) Kemenkes RI melaporkan bahwa

kasus HIVdi Indonesiasecara kumulatif sejak tahun 1987 sampai dengan Desember 2013 sebanyak

127.427jiwa, sedangkan untuk kasus AIDS berjumlah 52.348. Provinsi Jawa Tengah masuk dalam

peringkat ke 7 untuk kasus HIVdengan jumlah penderita HIV sebanyak 5.882 jiwa dan 3.339 jiwa penderita

AIDS dengan peringkat 6. Sampai saat ini HIV/AIDS menjadi masalah kesehatan global dan menjadi salah

satu perhatian khusus dalam program MDGs (Milenium Development Goals) 2010 yaitu poin ke 6 yang

berisi pengendalian HIV/AIDS, malaria dan penyakit infeksi lainnya.

Kabupaten Grobogan merupakan salah satu wilayah dari provinsi jawa tengah dengan kasus HIV/AIDS

tinggi. Kasus HIV/AIDS di Grobogan tampaknya harus mendapatkan perhatian yang sangat serius. Sebab,

jumlah kasus yang ditemukan hingga saat ini terus bertambah. Bahkan, banyaknya kasus HIV/AIDS di

Grobogan ini menempati peringkat ketiga se-Jawa Tengah. Jumlah kasus HIV/AIDS yang ditemukan dari

2002 sampai saat ini ada 814 kasus. Dari jumlah ini, sudah ada 136 penderita yang meninggal dunia dan

76 di antaranya adalah anak-anak.Salah satu upaya yang cukup efektif untuk bisa terhindar dari penularan

HIV / AIDS bisa dilakukan dari masing-masing individu. Caranya, dengan berperilaku hidup sehat dan

menjauhi pergaulan bebas.

Berdasarkan uraian diatas, kami tertarik untuk melakukan penyuluhan di salah satu sekolah menengah

pertama di kabupaten grobogan, yaitu SMP negeri Satu atap yang terletak di kecamatan Gubug dengan

tema HIV/AIDS.
B. Rumusan Masalah

Bagaimana satuan acara penyuluhan HIV /AIDS yang dilaksanakan di SMP Negeri Satu Atap Wilayah

Kerja Puskesmas Gubug II ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Praktikan mampu memberi penyuluhan sesuai dengan Satuan Acara Penyuluhan (SAP).

Memperoleh pengalaman yang nyata dalam melaksanakan penyuluhan dengan menerapkan satuan

acara penyuluhan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengetahui masalah dimasyarakat

b. Mampu menyusun rencana penyuluhan

c. Mampu melakukan penyuluhan secara langsung kepada masyarakat

d. Mampu melakukan evaluasi

e. Mendokumentasikan hasil penyuluhan

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis khususnya dalam memberikan

penyuluhan kepada masyarakat luas.

2. Bagi Profesi

Dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai pertimbangan dalam

pengembangan pendidikan kesehatan di masyarakat serta meningkatkan ketrampilan dalam

pembuatan satuan acara penyuluhan.


3. Bagi Institusi

a. Lahan Praktik

Dapat digunakan sebagai pusat informasi bagi masyarakat.

b. Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber referensi khususnya tentang satuan acara penyuluhan.

E. Sistematika

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Manfaat Penulisan

E. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENYULUHAN

1. Pengertian Penyuluhan

a. Pengertian Penyuluhan Secara Umum

Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu social yang mempelajari system dan

proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik

sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan

untuk orang dewasa. (Setiana, 2006)

Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi

secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat

keputusan yang benar. (Ban, 2009)

Definisi Penyuluhan menurut Ibrahim, et.al, 2013:1-2, penyuluhan berasal dari kata

“suluh” yang berarti “obor” atau “pelita” atau “yang memberi terang”. Dengan penyuluhan

diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan

meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih

tahu. Keterampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi

mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi

perubahandari yang tidak mau menjadi mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang

diciptakan.

b. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku

Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku di kalangan masyarakat agar mereka tahu,

mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi,

pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahteraanya. Dalam perkembangannya, pengertian

tentang penyuluhan tidak sekadar diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah

(one way) dan pasif. Tetapi, penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara

penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku” (behaviour) yang
merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan ketrampilan seseorang yang dapat diamati

oleh orang/pihak lain, baik secara langsung (berupa: ucapan, tindakan, bahasa-tubuh, dll) maupun

tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil kerjanya).

Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada “penyebar-luasan

informasi/inovasi”, dan “memberikan penerangan”, tetapi merupakan proses yang dilakukan secara

terus-menerus, sekuat-tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya

perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang

menjadi “klien” penyuluhan”.

c. Penyuluhan Sebagai Proses Belajar/Proses Belajar

Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa, kegiatan

penyebar-luasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses

perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Artinya,

perubahan perilaku yang terjadi/dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung melalui proses

belajar. Hal ini penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku dapat dilakukan melalui

beragam cara, seperti: pembujukan, pemberian insentif/hadiah, atau bahkan melalui kegiatan-

kegiatan pemaksaan (baik melalui penciptaan kondisi ling-kungan fisik maupun social-ekonomi,

maupun pemaksaan melalui aturan dan ancaman-ancaman).

Berbeda dengan perubahan perilaku yang dilakukan bukan melalui pendidikan,

perubahan perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung lebih lambat, tetapi perubah-

annya relatif lebih kekal. Perubahan seperti itu, baru akan meluntur kembali, manakala ada

pengganti atau sesuatu yang dapat menggantikannya, yang memiliki keunggulan-keung-gulan

“baru” yang diyakininya memiliki manfaat lebih, baik secara ekonomi maupun non-ekonomi. Lain

halnya dengan perubahan perilaku yang terjadi karena bujukan/hadiah atau pemaksaan,

perubahan tersebut biasanya dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat, tetapi lebih cepat pula

meluntur, yaitu jika bujukan/hadiah/pemaksaan tersebut dihentikan, berhenti atau tidak mampu lagi

melanggengkan kegiatannya
d. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Sosial

Penyuluhan tidak sekadar merupakan proses perubahan perilaku pada diri seseorang,

tetapi merupakan proses perubahan sosial, yang mencakup banyak aspek, termasuk politik dan

ekonomi yang dalam jangka panjang secara bertahap mampu diandalkan menciptakan pilihan-

pilihan baru untuk memper-baiki kehidupan masyarakatnya.

Yang dimaksud dengan perubahan sosial di sini adalah, tidak saja perubahan (perilaku)

yang berlangsung pada diri seseorang, tetapi juga perubahan-perubahan hubungan antar individu

dalam masyara-kat, termasuk struktur, nilai-nilai, dan pranata sosialnya, seperti: demokratisasi,

transparansi, supremasi hukum, dll.

e. Penyuluhan Sebagai Proses Rekayasa Sosial (Social Engineering)

Sejalan dengan pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses perubahan sosial yang

dikemukakan di atas, penyuluhan juga sering disebut sebagai proses rekayasa sosial (social

engineering) atau segala upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumberdaya manusia agar

mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

dalam sistem sosialnya masing-masing.

Karena kegiatan rekayasa-sosial dilakukan oleh ”pihak luar”, maka relayasa sosial

bertujuan untuk terwujudnya proses perubahan sosial demi terciptanya kondisi sosial yang

diinginkan oleh pihak-luar (perekayasa). Pemahaman seperti itu tidak salah, tetapi tidak dapat

sepenuhnya dapat diterima. Sebab, rekayasa-sosial yang pada dasar-nya dimak-sudkan untuk

memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan kelompok-sasarannya, seringkali dapat berakibat

negatip, manakala hanya mengacu kepada kepentingan perekayasa, sementara masyarakat

dijadikan korban pemenuhan kehendak perekayasa.

f. Penyuluhan Sebagai Proses Pemasaran Sosial (Social Marketing)

Yang dimaksud dengan “pemasaran sosial” adalah penerapan konsep dan atau teori-teori

pemasaran dalam proses perubahan sosial. Berbeda dengan rekayasa-sosial yang lebih

berkonotasi untuk “membentuk” (to do to) atau menjadikan masyarakat menjadi sesuatu yang

“baru” sesuai yang dikehendaki oleh perekayasa, proses pemasaran sosial dimaksudkan untuk

“menawarkan” (to do for) sesuatu kepada masyarakat. Jika dalam rekayasa-sosial proses
pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan perekayasa, pengambilan keputusandalam

pemasaran-sosial sepenuhnya berada di tangan masyarakat itu sendiri.

g. Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment)

Margono Slamet (2010) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyu-luhan adalah untuk

memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya

dan atau mengem-bangkan daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih ber-manfaat bagi

masyarakat yang bersangkutan. Dalam konsep pember-dayaan tersebut, terkandung pema-haman

bahwa pemberdayaan tersebut diarahkan terwujudnya masyarakat madani (yang beradab) dan

mandiri dalam pengertian dapat mengambil keputusan (yang terbaik) bagi kesejahteraannya

sendiri.

h. Penyuluhan Sebagai Proses Penguatan Kapasitas (Capacity Strenghtening)

Yang dimaksud dengan penguatan kapasitas di sini, adalah penguatan kemampuan yang

dimiliki oleh setiap individu (dalam masyarakat), kelembagaan, maupun hubungan atau jejaring

antar individu, kelom-pok organisasi sosial, serta pihak lain di luar sistem masyarakatnya sampai di

aras global. Kemampuan atau kapasitas masyarakat, diarti-kan sebagai daya atau kekuatan yang

dimiliki oleh setiap indiividu dan masyarakatnya untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumber-

daya yang dimiliki secara lebih berhasil-guna (efektif) dan berdaya-guna (efisien) secara

berkelanjutan.

Dalam hubungan ini, kekuatan atau daya yang dimiliki setiap individu dan masyarakat

bukan dalam arti pasif tetapi bersifat aktif yaitu terus menerus dikembangkan/dikuatkan untuk

“memproduksi” atau meng-hasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat.

i. Penyuluhan Sebagai Proses Komunikasi Pembangunan

Sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluh-an tidak sekadar upaya untuk

menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting dari itu adalah, untuk

menumbuh-kembangkan partisi-pasi masyarakat dalam pembangunan (Mardikanto, 2010).


2. Metode Penyuluhan

Metode adalah cara yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan.

Setiap orang “belajar” lebih banyak melalui cara yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dalam

menangkap pesan yang diterimanya, ada yang cukup dengan mendengar saja, atau melihat dan juga

ada yang harus mempraktikkan dan kemudian mendistribusikannya.

Namun dilain pihak, penggunaan kombinasi dari berbagai metode penyuluhan akan banyak

membantu mempercepat proses perubahan. Penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak metode

penyuluhan yang akan digunakan, akan lebih banyak perubahan yang terjadi dalam diri individu.

Kombinasi metode penggunaan metode komunikasi (baca:penyuluhan) juga dilakukan pada

“kelompencapir”. Dalam operrasional di lapangan, kelompencapir menggunakan berbagai cara/metode

komunikasi yaitu metode komunikasi banyak tahap (multi step of communication) yaitu arus komunikasi

mengalir dari media masyarakat kepada pemuka masyarakat, dari pemuka masyarakat secara “tatap

muka” disalurkan kepada anggota kelompencapir melalui diskusi-diskusi kelompok tentang topik yang

dibahas oleh media massa, dan selanjutnya disebarkan kepada khalayak secara bersilang dan

menyeluruh. Metode penyuluhan dibagi menjadi 3 (tiga) golongan berdasarkan jumlah sasaran yang

dapat di capai:

a. Metode berdasarkan pendekatan perseorangan. Dalam metode ini, penyuluh berhubungan

dengan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan. Yang

termasuk ke dalam metode ini adalah:

1) Anjangsana

2) Surat-menyurat

3) Kontak informal

4) Undangan

5) Hubungan telepon

6) Magang

7) Metode berdasarkan pendekatan kelompok. Dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan

sekelompok orang yang menyampaikan pesannya.


Beberapa metode pendekatan kelompok antara lain:

1) Ceramah dan diskusi

2) Rapat

3) Demonstrasi

4) Temu karya

5) Temu lapang

6) Sarasehan

7) Perlombaan

8) Pemutaran slide

9) Penyuluhan kelompok lainnya

10) Metode berdasarkan pendekatan massal. Metode ini dapat menjangkau sasaran yang lebih

luas (massa). Beberapa metode yang termasuk dalam golongan itu, antara lain :

a) Rapat umum

b) Siaran melalui media massa

c) Pertunjukan kesenian rakayat (pertunra)

d) Penerbitan visua

e) Pemutaran film

(Mardikanto, 2010).

Sedangkan para ahli yang lain menggolongkan metode berdasarkan teknik komunikasi dan

berdasarkan indra penerimaan sasaran. Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan dibai

menjadi 2 golongan, yaitu:

1) Metode penyuluhan langsung. Artinya para petugas penyuluhan, langsung bertatap muka

dengan sasaran. Misalnya anjangsana, kontak personal, demonstrasi, dll.

2) Metode penyuluhan tidak langsung. Dalam hal ini pesan yang disampaikan tidak secara

langsung dilakaukan oleh penyuluh teteapi melalui perantara atau media. Misalnya pertunjukan

film atau slide, siaran melalau radio atau televisi dan penyebaran bahan tercetak.

Adapun penggolongan metode berdasarkan indera penerima dibagi menjadi tiga golongan

yaitu:
1) Metode yang dilaksanakandengan jalan memperhatikan. Pesan yang diterima melalui indra

penglihatan. Misalnya penempelan poster, pemutaran film dan pemutaran slide.

2) Metode yang disampaikan melalui indra pendengaran. Misalnya siaran pertanian melalui radio

dan hubungan telephone serata alat-alat audiotif lainnya.

3) Metode yang disampaikan, diterima oleh sasaran melalui beberapa macam indra secara

kombinasi. Misalnya :

a) Demonstrasi hasil (dilihat, didengar, dan diraba)

b) Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dan diraba)

c) Siaran melalui televisi (didengar dan dilihat)

(Margono Slamet, 2010)

3. Teknik Penyuluhan

Pengertian tentang teknik penyuluhan harus dikuasai oleh setiap petugas penyuluhan dalam

setiap kegiatannya, agar penyampaian materi penyuluhan dapat efektif dalam menjangkau sasaran

khalayak.

Istilah teknik berasal dari bahasa Yunani “technikos” yang berarti keprigelan atau keterampilan.

Keberhasilan dalam suatu aktifitas penyuluhan sangat tergantung kepada teknik penyuluhan yang

digunakan oleh komunikator. Teknik penyuluhan pada intinya adalah penguasaan terhadap teknik-

teknik komunikasi didalam “menyampaikan dan menyajikan pernyataan-pernyataan penyuluhan.

Mengenai teknik komunikasi ini, teknik komunikasi yang bisa dilakukan pada umumnya ada tiga yaitu:

a. Komunkasi informatif

b. Komunikasi persuasif

c. Komunikasi koersif

Sedang Mardikanto (2010).menambahkan dengan beberapa teknik komunikasi yang lain, yaitu:

a. Teknik penggandaan situasi sedemikian rupa sehingga orang terpaksa secara tidak langsung

mengubah sikap (compulsion technique).


b. Teknik dengan mengulang apa yang diharapkan akan masuk dalam bidang bawah sadar

seseorang sehingga ia mengubah sikap diri sesuai dengan apa yang diulangi (paervasion

technicque).

Untuk itu, agar pesan komunikasi dapat tanggapan dari khalayak, maka seseorang komunikator

harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pesan yang disampaikan harus dirangcang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat

meneruh perhatian sasaran yang dimaksud.

b. Pesan harus menyesuaikan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara

sumber dan sehingga sama-sama dapat dimengerti.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyerahkan beberapa cara

untuk memperoleh kebutuhan itu.

Oleh karena itu, seorang komunikator harus dapat menguasai teknika dan metode yang akan

digunakan agar dapat mencapai sasaran yang dimakasud. Dengan demikain, bahwa usaha

memberikan penyuluhan memerlukan beberapa teknik komunikasi yang efektif,seperti yang

dikemukakan oleh para ahli. Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam penyuluhan yang

selanjutnya dapat disebut sebagai teknika penyuluhan adalah sebagai berikut:

a. Teknik Komunikasi Informatif

Adalah proses penyampaian pesan yang sifatnnya “memberi tahu” atau memberika

penjelasan kepada orang lain. Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis,

misalnya melalui papan pengumuman, pertemuan-pertemuan kelompok dan juga media massa.

Karena sifatnya yang informatif, maka arus penyuluhan yang terjadi adalah searah (one way

communication). Oleh karena itu penggunaan teknik komunikasi informatif dalam kegiatan

penyuluhan biasanya harus bertujuan ingin menyampaikan sesuatu seperti keterangan-

keterangan tertentu yang dianggap penting diketahui oleh khalayak atau masyarakat luas.
b. Teknik Komunikasi Persuasi

Istilah “persuasi” atau dalam bahasa inggris “persuation” berasal dari kata latin

persuasio, yang secara harfiah berarti hal membujuk, hal mengajak atau meyakinkan. Kenneth

E. Andersen (dalam Mardikanto, 2010) mendifinisikan persuasi sebagai berikut:

Suatu proses komunikasi antarpersonal dimana komunikator berupaya dengan menggunakan

lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima, jadi secara sengaja mengubah sikap

atau kegiatan seperti yang diinginkan komunikator.

Selanjutnya Edwin P. Bettinghouse (dalam Mardikanto, 2010) memberikan batasan

bahwa suatu situasi komunikasi yang mengandung upaya yang dilakukan dengan sadar untuk

mengubah prilaku melalui pesan yang disampaikan.

Dari beberapa pemaparan batasan persuasi, maka dalam persuasi mengandung unsur-

unsur:

1) Situasi upaya mempengaruhi

2) Kognisi seseorang

3) Untuk mengubah sikap khalayak

4) Melalui pesan lisan dan tertulis

5) Dan dilakukan secara sadar

Dengan demikian, maka persuasi merupakan suatu tindakan psikologis yang dilakukan secara

sadar melalui media untuk tujuan perubahan sikap.

c. Teknik Komunikasi Coersive (Koersif)

Komunikasi koersif adalah proses penyampai pesan dari seseorang kepada orang lain

dengan cara yang mengandung paksaan agar melakukan suatu tindakan atau kegiatan tertentu.

Jadi teknik komunikasi ini mengandung sanksi yang apabila tidak dilaksanakan oleh sipenerima

pesan, maka ia akan menanggung akibatnya. Komunikasi ini dapat dilakukan dalam bentuk

putusan-putusan, instrusi dan lain-lain yang sifatnya imperatif yang artinya mengandung

keharusan dan kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan.


Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus melakukan

penyuluhan sesuai dengan langkah – langkah dalam penyuluhan kesehatan masyarakat sebagai

berikut.

1. Menyusun perencanaan penyuluhan

a. Menetapkan tujuan

b. Penentuan sasaran

c. Menyusun materi / isi penyuluhan

d. Memilih metoda yang tepat

e. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan

f. Penentuan kriteria evaluasi.

2. Pelaksanaan penyuluhan

a. Perkenalan diri.

b. Menjelaskan tujuan penyuluhan.

c. Menjelaskan pokok permasalahan yang akan dibahas.

d. Menyampaikan materi penyuluhan dengan suara yang jelas dan bahasa yang mudah

dimengerti.

e. Pandangan penyuluh dalam menyampaikan materi merata keseluruh sasaran.

f. Bila bisa selingi dengan humor

g. Gunakan alat peraga untuk memudahkan pengertian peserta dan bawakan penyuluhan secara

santai.

3. Evaluasi

a. Ada respons dari peserta dengan banyaknya pertanyaan.

b. Adanya usulan dari sasaran untuk meneruskan kegiatan.

c. Besarnya perhatian peserta dari penyuluhan yang diberikan.

d. Penyuluh bertanya kepada peserta tentang materi yang dibawakannya dan peserta dapat

menjawab pertanyaan tersebut.

(Effendy, 2008)
4. Pengorganisasian Dalam Penyuluhan

a. Penanggung jawab

Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.

b. Moderator

1. Membuka dan menutup acara penyuluhan.

2. Membuat kontrak waktu pelaksanaan kegiatan.

3. Menjelaskan tujuan dan topik penyuluhan.

4. Menyerahkan penjelasan penyuluhan kepada presenter.

5. Mengarahkan jalannya diskusi.

6. Memeberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

7. Menyimpulkan kegiatan.

c. Penyuluh

Memberikan penyuluhan sesuai topik yang akan disajikan.

d. Fasilitator

1. Memotivasi peserta agar berperan aktif dalam penyuluhan.

2. Memfasilitasi dalam kegiatan.

(Setiana. L, 2006)

5. Media Penyuluhan

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam

menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk

membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan Alat peraga ini disusun

berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau

ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu

maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan

kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada

suatu objek sehingga mempermudah persepsi. (Notoatmodjo, 2007).


Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3

yakni:

a. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran

sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah

booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan pada surat kabar

atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan

media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa

kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah

belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek

suara dan mudah terlipat.

b. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar

dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah

televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media cetak, media elektronik ini

memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal

masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat

dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini

adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya,

perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan

penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

c. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun

elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar.

Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum

dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh alat panca indera, penyajian dapat

dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih

tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu
berkembang dan berubah, atau memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan

untuk mengoperasikannya. (Notoatmodjo, 2007).

B. HIV/AIDS

1. Pengertian HIV/AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Immuno deficiency Virus. HIV merupakan retrovirus yang artinya

dapat menggunakan sel tubuhnya sendiri dalam memproduksi diri. HIV adalah virus yang menyerang

dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh tidak bisa bertahan terhadap segala bentuk

penyakit. Bila sistem kekebalan tubuh sudah lemah atau rusak, maka tubuh akan terserang oleh

berbagai penyakit seperti TBC, diare, sakit kulit, dan sebagainya. Kumpulan gejala penyakit yang

menyerang tubuh akibat menurunnya sistem imun itulah yang disebut AIDS (Acquired Immune

Deficiency Syndrome) (UNICEF, 2012).

2. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala orang yang terkena HIV tidak dapat terlihat. Pasien HIV terlihat normal dan dapat

melakukan aktivitas sehari-hari. Cara untuk mengetahui apakah orang tersebut HIV positif adalah

dengan melakukan tes darah, namun tes darah dapat menunjukkan hasil HIV positif hanya jika

seseorang telah terkena HIV selama 3 hingga 6 bulan. Periode ketika virus HIV bersembunyi (3-6

bulan) disebut dengan Periode Jendela. Walaupun virus HIV belum bisa terlihat, namun orang dengan

HIV sudah dapat menularkannya kepada orang lain (UNICEF, 2012).

Masa HIV dapat berlangsung selama kurang lebih 10 tahun. Setelah virus HIV menggerogoti tubuh

selama bertahun-tahun, maka sistem imun tubuh akan rusak dan pasien HIV mulai mudah terserang

berbagai penyakit. Pada saat inilah orang tersebut sudah terserang AIDS. Tanda dan gejala yang

mencolok pada penderita AIDS adalah diare yang terus menerus, pembengkakan kelenjar getah

bening, kanker kulit, sariawan yang sangat parah, dan berat badan turun secara drastis (Mansjoer,

2011).
3. Cara Penularan

UNICEF (2012) menjelaskan bebrapa hal penting terkait HIV/AIDS, diantaranya adalah jenis cairan

yang dapat menularkan HIV, cara penularannya, dan hal-hal yang tidak dapat menularkan HIV/AIDS.

Cairan tubuh yang dapat menularkan HIV adalah :

a. Darah

b. Cairan vagina dan sperma

c. Air Susu Ibu

Cara penularan HIV bisa dengan beberapa cara, yakni :

a. Hubungan seks dengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks dengan pasangan

yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom).

b. Kontak darah/luka dan tranfusi darah yang sudah terinfeksi HIV.

c. Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang

telah terinfeksi HIV.

d. Ibu kepada bayi yang dikandungnya atau disusuinya.

HIV tidak menular melalui:

a. Gigitan nyamuk

b. Bersalaman, berpelukan, tinggal serumah

c. Makan/minum bersama dengan alat makan yang sama

4. Cara Pencegahan

Menurut Widoyono (2005) dan UNICEF (2012), tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Bersikap setia pada pasangan, hindari berhubungan seks dengan banyak orang atau dengan

orang yang memiliki banyak pasangan.

b. Gunakan alat pelindung (kondom) saat berhungan seks.

c. Jauhi pergaulan tidak sehat yang memicu penggunaan narkoba atau seks bebas.

d. Hindari penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bergantian.


e. Jika anda atau keluarga membutuhkan donor darah, pastikan bahwa pendonor bebas dari

HIV/AIDS atau penyakit menular lainnya.


BAB III

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : HIV/AIDS

Sub Pokok Bahasan :

1. Pengertian HIV/AIDS
2. Penyebab HIV/AIDS
3. Penularan HIV/AIDS
4. Tanda dan gejala klinis penderita HIV/AIDS
5. Pencegahan HIV/AIDS
6. Penatalaksanaan HIV/AIDS
Tanggal Pelaksanaan : 14 Maret 2017

Waktu : 30 menit

Sasaran : Siswa-siswi SMP Negeri Satu Atap kecamatan Gubug

Tempat : Ruang kelas VIII B SMP Satu Atap kecamatan Gubug

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, siswa-siswi SMP Satu Atap
mengetahui tentang HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, siswa-siswi SMP Satu Atap khususnya kelas
VIII B dapat :
a. Menjelaskan pengertian HIV/AIDS
b. Menjelaskan penyebab HIV/AIDS
c. Menjelaskan penularan HIV/AIDS
d. Menjelaskan tanda dan gejala klinis penderita HIV/AIDS
e. Menjelaskan pencegahan HIV/AIDS
f. Menjelaskan penatalaksanaan HIV/AIDS
B. Sasaran dan Target

1. Siswa-siswi SMP Satu Atap kecamatan Gubug kelas VIII B wilayah kerja Puskesmas Gubug II

2. Target ditujukan agar peserta dapat memahami, mengetahui tentang HIV/AIDS terutama pencegahan

dan penularannya.

C. Strategi Pelaksananaan
Pendidikan kesehatan dilakukan pada hari Selasa, tanggal 14 Maret 2017, pukul 08.00 WIB.

D. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Sri Zakiyah, Amd. Keb

2. Moderator : Yunita, S.Kep

3. Penyuluh : Fityatun Khasanah

4. Fasilitator : Elly Julaely,Amd. Keb

E. Rincian Tugas
1. Penanggung jawab

Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.

2. Moderator

a. Membuka dan menutup acara penyuluhan.

b. Membuat kontrak waktu pelaksanaan kegiatan.

c. Menjelaskan tujuan dan topik penyuluhan.

d. Menyerahkan penjelasan penyuluhan kepada presenter.

e. Mengarahkan jalannya diskusi.

f. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

g. Menyimpulkan kegiatan.

3. Penyuluh

Memberikan penyuluhan sesuai topik yang akan disajikan.


4. Fasilitator

a. Memotivasi peserta agar berperan aktif dalam penyuluhan.

b. Memfasilitasi dalam kegiatan.

F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

G. Susunan Kegiatan

Kegiatan Waktu
No Tahapan
Penyuluhan Sasaran (menit)

- Memberikan salam - Menjawab


- Memperkenalkan diri salam
1. Pembukaan - Menjelaskan pokok bahasan 3
dan tujuan penyuluhan - Menyimak

- Menjelaskan materi tentang


: - Menyimak
1. Menjelaskan pengertian
HIV/AIDS
2. Menjelaskan penyebab
HIV/AIDS
3. Menjelaskan penularan
2. Pembahasan HIV/AIDS 15
- Menyimak
4. Menjelaskan tanda dan
gejala klinis penderita
HIV/AIDS
5. Menjelaskan pencegahan
- Bertanya
HIV/AIDS
6. Menjelaskan
penatalaksanaan HIV/AIDS
- Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk
bertanya

- Menanyakan kepada peserta - Menjawab


tentang materi yang telah
diberikan, dan memberi
reinforcement kepada
3. Evaluasi 8
peserta yang dapat
menjawab pertanyaan

- Menyimak
- Mereview/ menyimpulkan
materi yang disampaikan
4. Penutup - Memberi salam 4
- Menjawab

H. Setting Tempat

KETERANGAN:

: MODERATOR

: PENYULUH

: FASILITATOR

: PESERTA
I. Materi
Terlampir

J. Media
Power point

Video

K. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur

a Kesepakatan dengan Kepala Sekolah dan guru kelas VIII B SMP Negeri Satu Atap di wilayah kerja

Puskesmas Gubug II (waktu dan tempat)

b Kesiapan materi penyaji

2. Evaluasi Proses

a. Siswa bersedia datang sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan

b. Siswa antusias untuk memperhatikan materi yang diberikan

c. Siswa menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan

3. Mahasiswa

a Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan

b Dapat menjalankan perananya sesuai dengan tugas

L. Evaluasi Hasil
1. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2. Adanya kesepakatan antara guru SD dengan mahasiwa dalam melaksanakan implementasi

selanjutnya.
M. Evaluasi
Jenis : Tes lisan
Waktu : Akhir kegiatan

Soal:

1. Pengertian HIV/ADIS
Tanya : Apa yang ada ketahui mengenai HIV dan AIDS?

Jawab : HIV (Human Immuno Deficiency Virus) merupakan virus yang menyebabkan penyakit AIDS.
Sementara AIDS (Aqcuired Immuno Deficiency Syndrom) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
yang menyebabkan kekurangan imun.

2. Penyebab HIV/AIDS
Tanya : Apa yang dapat menyebabkan seseorang menderita HIV/AIDS?

Jawab :

a. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan


b. Pengguna narkoba suntik
c. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
d. Bayi yang ibunya positif HIV
3. Penularan HIV/AIDS
Tanya : Bagaimana penularan HIV/AIDS dapat terjadi?

Jawab :

a. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan
orang yang telah terinfeksi HIV.
b. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
c. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
d. Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau
melalui air susu ibu (ASI)
4. Tanda dan gejala klinis penderita HIV/AIDS
Tanya : Apa saja tanda dan gejala klinis pada penderita HIV/AIDS?

Jawab :

a. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan


b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
e. Dimensia/HIV ensefalopati
f. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
5. Cara mendeteksi HIV/AIDS
Tanya : Bagaimana kita dapat mengetahui status HIV/AIDS darah kita?

Jawab : Melakukan Tes VCT secara sukarela di fasilitas kesehatan yang menyediakan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan laporan penyuluhan yang telah dibuat, sebelumnya dilakukan persiapan yang dimulai dari

menetapkan tujuan dari penyuluhan yaitu untuk memberikan informasi kesehatan dengan sasaran siswa siswi

SMP Negeri Satu Atap khususnya kelas VIII B, materi yang diberikan tentang HIV dan AIDS, penyampaian

materi menggunakan media power point dan video. Pada pelaksanaan, penyuluhan di pimpin oleh seorang

moderator, dan materi di sampaikan oleh penyuluh dengan jelas, pandangan menyeluruh ke peserta

penyuluhan.

Penyaji dalam menyiapkan materi sudah siap dengan power point dan video yang di bawa dan

diterangkan oleh penyuluh.

Berdasarkan proses evaluasi siswa siswi SMP Negeri Satu Atap kelas VIII B sudah siap di ruang kelas

sesuai dengan kontrak waktu yang di tentukan, dengan hasil siswa siswi yang mengikuti penyuluhan sebanyak

25 anak, acara di mulai pukul 08.00 WIB. Para siswa antusias, mampu menjawab semua pertanyaan yang di

berikan dari penyaji dengan hasil peserta dapat menjawab 5 pertanyaan yang telah di ajukan yang kemudian

dijawab bersama-sama.

Berdasarkan mahasiswa, mahasiswa mampu memfasilitasi jalannya penyuluhan yaitu menyiapkan

tempat, peralatan seperti pengeras suara maupun media. Mahasiswa dapat menjalankan perannya sesuai

dengan tugas yaitu sebagai penanggung jawab, moderator, penyuluh dan fasilitator.

Kegiatan penyuluhan berjalan lancar sesuai waktu yang direnanakan. Setelah penyuluhan siswa siswi

paham dan bersedia menghindari faktor pencetus dan penularan penyakit HIV/AIDS sesuai dengan yang

dijelaskan oleh penyuluh.

Setelah dilakukan penyuluhan, siswa-siswi mengerti dengan penjelasan yang sudah diberikan, ditandai

dengan soswa siswi dapat menjawab pertanyaan evaluasi yang diajukan oleh penyaji.
BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Praktikan dapat mengetahui masalah di masyarakat yaitu tingginya angka kejadian HIV/AIDS dan

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS.

2. Praktikan mampu menyusun rencana penyuluhan sesuai dengan masalah yang ada yaitu HIV/AIDS

dengan media penyuluhan berupa power point dan video.

3. Penyuluh mampu menyajikan materi dengan tenang, siap dan meguasai materi. Sehingga, peserta

penyuluhan fokus memperhatikan.

4. Praktikan mampu melakukan evaluasi terhadap hasil penyuluhan dengan mengajukan pertanyaan

kepada peserta dan peserta mampu menjawab.

5. Praktikan mampu mendokumentasi penyuluhan melalui satuan acara penyuluhan, daftar absensi

peserta penyuluhan dan foto kegiatan penyuluhan.

B. SARAN

1. Bagi Penulis

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis khususnya dalam

memberikan penyuluhan kepada masyarakat luas.

2. Bagi Profesi

Diharapkan dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai pertimbangan dalam

pengembangan pendidikan kesehatan di masyarakat serta meningkatkan ketrampilan dalam

pembuatan satuan acara penyuluhan.


3. Bagi Institusi

a. Lahan Praktik

Diharapkan dapat digunakan sebagai pusat informasi bagi masyarakat.

b. Pendidikan

Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi khususnya tentang satuan acara

penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (InfoDATIN). (2014). Situasi dan Analisis HIV AIDS.

Jakarta.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL) Kemenkes RI.

(2014). Prevalensi HIV dan AIDS di Indonesia. Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. (2014). District Health Account Dinas Kesehatan. Yogyakarta.

Batubara, Jose RL. (2011). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia UNICEF. (2012). Booklet Penyakit Menular Seksual.

(http://www.unicef.org/indonesia/id/HIV-AIDSbooklet_part3.pdf). Diakses pada tanggal 5 juni 2016

Mansjoer, Arief., dkk. 2011. Kapita Selekta kedokteran Edisi Keempat Jilid Pertama. Jakarta: Media Aesculapius.

Widoyono (2005). Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasan. Semarang: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai