BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca persalinan adalah “awal keluarga
baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya.
Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru
lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan
positif bagi ibu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana adaptasi psikologi ibu pada masa nifas?
2. Apa saja fase adaptasi psikologi ibu pada masa nifas?
3. Bagaimana cara mengatasi Postpartum Blues, Depresi Postpartum, dan
Postpartum Psikosa?
4. Bagaimana cara mengatasi kesedihan dan duka cita?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami adaptasi psikologi ibu pada masa nifas.
2. Mengetahui dan memahami fase adaptasi psikologi ibu pada masa nifas.
3. Memahami postpartum blues, depresi postpartum, dan postpartum psikosa
dan cara mengatasinya.
4. Memahami kesedihan dan duka cita serta cara mengatasinya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi
terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap
pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan
perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab luar biasa sekarang
untuk menjadi seorang “ibu”.
Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses
kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan
seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu
setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka
untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah
sebagai berikut :
sendiri dan bayinya. Pada fase ini suatu waktu yang penuh kegembiraan
dan kebanyakan orang tua sangat suka mengomunikasikannya. Ibu merasa
perlu menyampaikan pengalamannya tentang kehamilan dan kelahiran
dengan kata-kata. Ketidaknyamanan yang biasa dialami pada fase ini
antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal
yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi
yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
1. Kekecewaan pada bayinya
2. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
3. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
4. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
2. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Dalam fase ini,
ibu penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih
tentang cara perawatan bayi secara langsung. Namun, ada beberapa ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam
perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah
tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik,
dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang
perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara
perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan,
senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-
lain.
3. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan
akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran
barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya.
5
Post partum blues tidak berhubungan langsung dengan kesehatan ibu atau
bayinya maupun komplikasi obstetrik, tetapi bagaimanapun faktor-faktor
tersebut dapat mempengaruhi perubahan mood ibu. Gejala-gejala tersebut
timbul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu
beberapa jam sampai beberapa hari setelah persalinan. Namun pada beberapa
kasus gejala-gejala tersebut terus bertahan dan baru menghilang setelah
beberapa hari, minggu atau bulan, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan
yang lebih berat.
Post partum blues dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang
ringan. Oleh sebab itu sering tidak dipedulikan dan diabaikan sehingga tidak
terdiagnosa dan tidak dilakukan asuhan sebagai mana mestinya. Hal tersebut
dapat menimbulkan masalah yang menyulitkan dan dapat membuat perasaan
tidak nyaman bagi ibu yang mengalaminya. Banyak ibu yang berjuang sendiri
dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu hal yang
salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang
terjadi.
Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau tenaga kesehatan untuk
minta pertolongan sering kali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau
lebih banyak tidur, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihi diri
sendiri dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka
cintai.
7
13. Problem anak, setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu
dari anak sebelumnya sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional
ibu.
Depresi Postpartum
Depresi postpartum yaitu gangguan emosional pasca persalinan yang
bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan
berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.
Penyebab depresi postpartum ini juga merupakan perluasan dari penyebab
postpartum blues yang tidak ditangani dengan baik, diantaranya :
1. Memiliki depresi atau postpartum depression sebelumnya
2. Tidak mendapat dukungan dari pasangan, teman, atau keluarga.
3. Mendapati bayi sakit atau kolik
4. Menderita stres di kehidupan perkawinan atau hubungan
5. Memiliki Severe Premenstrual Syndrom (PMS)
9
Ling dan Duff (2001) mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang
dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain
1. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2. Kelelahan dan perubahan mood
3. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4. Tidak mau berhubungan dengan orang lain
5. Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
tersebut akan membuat ibu merasa lebih baik dan mengurangi resiko
terjadinya depresi post partum.
4. Ungkapkan apa yang dirasakan
Ibu post partum jarang memendam perasaan sendiri. Jika mempunyai
masalah harus segera dibicarakan baik dengan suami maupun orang
terdekat. Petugas kesehatan dapat membantu ibu untuk mengungkapkan
perasaan dan emosi ibu agar ibu dapat lebih nyaman.
5. Mencari informasi tentang depresi post partum
Informasi tentang depresi post partum yang diberikan tenaga
kesehatan akan sangat bermanfaat sehingga ibu mengetahui faktor-faktor
pemicu sehingga dapat mengantisipasi atau mencari bantuan jika
mendapati kondisi tersebut.Ibu juga harus mempelajari keadaan dirinya,
sehingga ketika sadar terhadap kondisi ini ibu akan segera mendapatkan
bantuan secepatnya. Bergabung dengan orang yang pernah mengalami
depresi post partum dapat membantu ibu memperoleh informasi terhadap
gejala dan hal nyata yang dialami.
6. Menghindari perubahan hidup yang drastis
Perubahan hidup yang drastis sesudah kelahiran akan berpengaruh
terhadap emosional ibu sehingga sebisa mungkin sebaiknya dihindari
misalnya pindah kerja, pindah kerumah yang baru, hiduplah dengan wajar
seperti sebelum melahirkan
7. Melakukan pekerjaan rumah tangga
Memasak, membersihkan rumah, merawat tanaman, dan pekerjaan
rumah tangga lain dapat membantu melupakan gejolak emosi yang timbul
pada periode postpartum. Saat kondisi ibu masih labil bisa dilampiaskan
dengan melakukan pekerjaan rumah tangga. Ibu dapat meminta dukungan
dari keluarga dan lingkungan, meski mempunyai pembantu rumah tangga
ibu dapat melakukan aktivitas tersebut.
12
Postpartum Psikosa
Postpartum psikosa adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama
dalam 6 minggu setelah melahirkan. Penyebab post partum psikosa
disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik
lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai
resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa. Gejala yang sering terjadi
adalah: delusi, halusinasi, gangguan saat tidur, dan obsesi mengenai bayinya.
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood
secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam
waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam
beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh
sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa
cepat.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga
hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta
memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian. Saran
kepada penderita untuk : beristirahat cukup, mengkonsumsi makanan dengan
gizi yang seimbang, bergabung dengan orang-orang yang baru, bersikap
fleksible, dan berbagi cerita dengan orang terdekat.
Tahap-tahap berduka :
1. Syok
Merupakan respon awal individu terhadap kehilangan. Manifestasi
perilaku dan perasaan meliputi: penyangkalan, ketidakpercayaan, putus
asa, ketakutan, ansietas, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesepian,
isolasi, mati rasa, intoversi (memikirkan dirinya sendiri) tidak rasional,
bermusuhan, kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif,
tindakan mekanis, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi, memberontak
dan kurang konsentrasi.
Manifestasi klinis :
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.Fase-
fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold, dan letting go
merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah
yang dirasakan ibu dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat
menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada
keadaan normal. Dalam melalui fase-fase tersebut, ibu nifas memerlukan
asuhan dari seorang bidan agar masa nifas berjalan dengan lancer.Peran
bisan sangat mempengaruhi masa nifas ibu dalam mencegah maupun
mengatasi gangguan psikologi terutama pada ibu yang baru pertama kali
melahirkan.
B. Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui
dan mengerti tentang psikologi yang dialami ibu nifas sehingga dapat
memberikan pelayanan kebidanan pada masa nifas seoptimal mungkin
agar keadaan ibu dan bayi tetap baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://rinie.info/2008/05/05/post-psrtum-blues-aka-baby-blues
http://sariwiryanetty.blogspot.com/2009/10/rooming-in.html