SPEKTROSKOPI MASSA
Sebagai salah satu aspek penilaian untuk mata kuliah Analisis Farmasi
Disusun oleh :
Kelompok IV (EMPAT) Kelas A
1. Winda Suryani 08061181722005
2. Hibsah 08061181722015
3. Ghina Raudya Shafarina 08061181722023
4. Ria Artha Rani 08061181722069
5. Rizka Nabilah 08061281722033
6. Ayu Septi Sundari 08061281722041
7. Angelina Gita Ciptananda 08061281722051
8. Friscilia Nindita Pamela 08061281722059
9. Ita Nuritasari 08061281722071
10. Anugerah Galang Ramadhan 08061381722083
11. Dina Melinda Rebeca 08061381722091
12. Prantara Ardi Prasetyo 08061381722099
13. Ubbadah Resmiyani 08061381722109
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spektrometer massa pada umumnya digunakan untuk :
1. Menentukan massa suatu molekul.
2. Menentukan rumus molekul dengan menggunakan Spektrum Massa Beresolusi
Tinggi (High Resolution Mass Spectra)
3. Mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola fragmentasinya
Jika suatu benda yang bergerak lurus diberi tenaga dari luar, maka gerakannya
tidak akan lurus lagi seperti biasanya karena akan terjadi defleksi atau perubahan arah.
Besarnya perubahan arah ini tergantung dari massa benda yang bergerak itu. Jika kita
mengetahui besar benda yang bergerak, kecepatannya, dan jumlah tenaga luar yang
diberikan; maka kita bisa menghitung massa benda tersebut. Makin besarperubahan
arah gerak, makin ringan benda tersebut. Prinsip ini bisa diaplikasikan dalam
menentukan massa suatu molekul.
Gerakan suatu atom atau molekul bisa didefleksikan oleh medan magnet. Agar
bisa dipengaruhi oleh medan magnet maka atom atau molekul ini harus diubah menjadi
bentuk ion. Partikel yang bermuatan dapat dipengaruhi oleh medan magnet sedangkan
yang tidak bermuatan tidak dipengaruhi.
Tahap-tahap kerja spektrometer massa, Spektrometer massa bekerja melalui 4
tahap yaitu :
1. Ionisasi
Molekul diionisasi dengan cara membuang satu atau lebih electron sehingga
memberikan muatan positif. Ada beberapa cara untuk membuang elektron dari suatu
molekul, salah satunya adalah dengan cara menembak dengan elektron lain yang berke-
cepatan tinggi. Metoda ini disebut dengan metoda Electron Impact (EI).
Ion-ion yang berbeda akan didefleksikan oleh medan magnet dengan jumlah yang
berbeda-beda. Besarnya defleksi tergantung pada :
1. Massa ion; Ion yang memiliki massa kecil akan lebih terdefleksi dari yang berat.
2. Muatan ion; Ion yang mempunyai 2 atau lebih muatan positif akan lebih
terdefleksi dari yang hanya mempunyai satu muatan positif.
Kedua faktor ini digabung menjadi rasio massa/muatan (rasio massa/muatan).
Rasio massa/muatan diberi simbol m/z (atau kadang-kadang dengan m/e). Sebagai
contoh: jika suatu ion memiliki massa 20 dan bermuatan 1+, maka rasio
massa/muatannya adalah 20. Jika suatu ion memiliki massa 56 dan muatannya adalah
2+, maka ion ini akan mempunyai rasio m/z 28. Pada diagram terlihat bahwa lintasan
ion A sangat terdefleksi, ini menandakan bahwa lintasan ion A memiliki ion dengan
m/z terkecil sedangkan lintasan ion C hanya sedikit terdefleksi, yang menandakan
bahwa ia mengandung ion dengan m/z terbesar. Karena sebagian besar ion yang
melewati spektrometer massa mempunyai muatan 1+, maka rasio massa/muatannya
akan sama dengan massa ion tersebut.
4. Deteksi
Ion yang melewati mesin akan dideteksi secara elektrik. Hanya ion pada lintasan
B yang melewati mesin dan sampai pada detektor. Ion yang lain akan dinetralisir
dengan mengambil elektron dari dinding dan mereka akan dikeluarkan dari
spektrometer massa dengan pompa vakum.
Gambar 4. Detector
Ketika ion menyentuh kotak logam maka muatannya akan dinetralisir oleh el-
ektron yang melompat dari logam ke ion. Aliran elektron akan dideteksi sebagai arus
listrik yang bisa dicatat. Makin banyak ion yang mencapai kotak logam, makin besar
arus yang dihasilkan.
Dari penjelasan diatas hanya ion pada lintasan B yang terdeteksi. Bagaimana cara
mengetahui ion pada lintasan A dan C? Perlu diingat bahwa A adalah yang paling
terdefleksi karena ion A mempunyai nilai m/z yang paling ringan. Untuk membawa ion
A ini ke detektor dibutuhkan medan magnet yang lebih kecil sedangkan untuk ion C
dibutuhkan medan magnet yang lebih besar Jika medan magnet divariasikan, maka
setiap lintasan akan bisa dideteksi oleh detektor. Mesin bisa dikalibrasi untuk mencatat
arus yang menginterpretasikan banyaknya ion dengan m/z. Massa diukur pada skala
12C.
Catatan: Skala 12C adalah skala dimana berat dari isotop 12C tepat 12 unit.
Terminologi :
Spektrum massa = Grafik batang dari fragmenfragmen
Base peak = Puncak dasar = Puncak yang tertinggi
Parent peak = Puncak induk = Puncak ion molekul (M+)
M+1 = Puncak yang terjadi karena adanya isotop 13C (1.1% dari
karbon yang ada), dan isotop 2H (0.015% dari hidrogen yang ada). rasio m/e = rasio
massa berbanding muatan dalam amu/e-.
Skala vertikal berhubungan dengan arus yang diterima oleh rekorder, yang
berhubungan dengan banyak ion yang sampai pada detektor. Seperti terlihat bahwa ion
yang paling banyak adalah pada rasio massa/muatan 98 sedangkan ion lain menpunyai
rasio massa/muatan 92, 94, 95, 96, 97, dan100.
Ini berarti bahwa molibdenum mempunyai 7 isotop yang berbeda dimana massa
dari ke-7 isotop tersebut pada skala karbon-12 adalah 92, 94, 95, 96, 97, 98 dan 100.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa kegunaan dari minyak terpentin?
2. Mengapa perlu dilakukan distilasi fraksional minyak terpentin?
3. Apa saja metode apa yang digunakan untuk analisis minyak terpentin?
4. Apa saja senyawa yang terkandung dalam minyak terpentin?
5. Apa itu fragmentasi nanodroplets?
6. Apa tujuan dilakukannya fragmentasi molekul air menjadi nanodroplets?
7. Bagaimana cara memfragmentasi molekul air menjadi nanodroplets menggunakan
spektroskopi massa?
BAB 2
PEMBAHASAN JURNAL
2.1 Minyak Terpentin
Minyak terpentin atau sering disebut dengan spirits of turpentine yaitu berupa cairan
yang mudah menguap, tidak berwarna (jernih), bau khas (keras), dan mudah terbakar. Min-
yak terpentin berasal dari hasil penyulingan getah pinus. Jumlah minyak terpentin yang ter-
kandung dalam getah pinus berkisar antara 10-17,5%. Getah yang segar akan menghasilkan
persentase terpentin yang lebih tinggi.
Minyak terpentin telah lama digunakan sebagai thinner, pelarut tinta printer, industri
percetakan, pelarut cat, pengkilap logam, serta industri farmasi karena lebih memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Senyawa ini mempunyai aktivitas anti-inflamasi ditingkat sel, serta
berpotensi untuk pencegahan beberapa penyakit terkait penurunan aktivitas sel syaraf.
Disamping itu senyawa ini juga mempunyai aktivitas dalam penghambatan pertumbuhan bak-
teri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Namun kini, minyak terpentin digunakan se-
bagai bahan tambahan pada industri kosmetik (parfum), pembasmi serangga, antijamur dan
desinfektan
Permintaan pasar terhadap minyak terpentin semakin meningkat setiap tahunnya. Hal
ini dikarenakan adanya kecenderungan ”Back to Nature” untuk memenuhi kebutuhan indus-
tri, sehingga permintaan maupun harga minyak terpentin cenderung meningkat. Disamping
itu, adanya peningkatan permintaan industri atas minyak terpentin sebagai bahan baku farma-
si, parfum, pelarut, resin dan polimer.
Gambar 2.1 Stuktur Senyawa Penyusun Minyak Terpentin (a) δ-karena, (b) α-pinena (c) β-pinene, (d)
Limonene, (e) Champene.
Analisis dengan KG-SM. Sampel minyak terpentin dikering dengan magnesium sulfat
anhidrat, dan diambil sebanyak 0,05 µL. Kondisi operasional alat adalah kolom Restek
Rtx5MS (5% difenil-95% dimetilpolisiloksan), panjang 30 m, suhu injektor 310oC, suhu awal
70oC (5 min), suhu akhir 230oC, kenaikan 10oC/min, suhu sumber ion 250oC, suhu interface
300oC, tekanan 28,0 kPa, gas flow rate total 91,6 mL/min, gas flow in column 0.63 mL/min,
split ratio 139.1, carrier gas helium.
Gambar 1. Perbedaan kromatogram dari minyak terpentin hasil produksi perusahaan lokal (A) dan
minyak terpentin perdagangan (B).
Berikut senyawa – senyawa yang terkandung dalam sampel menggunakan spektro-
fotometer massa:
Tabulasi sifat fisika atas sampel α-pinena hasil distilasi fraksional ini disajikan pada Tabel 3,
sedangkan kromatogram hasil analisis dengan KG-SM disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Kromatogram dari KG-SM dengan sampel senyawa α-pinena hasil distilasi fraksional minyak
terpentin produksi perusahaan lokal.
Karakteristik spektra sebagai akibat vibrasi ulur gugus fungsi alkena C=C (1652,88 cm-
1) dan =C-H (3024,18 cm-1) dari struktur α-pinena. Disamping itu, serapan pada daerah fin-
ger print (1500-600 cm-1) yang karakteristik untuk α-pinena, maka daerah ini lazim
digunakan untuk membedakan α-pinena dengan senyawa yang lain. maka kedua senyawa
yang diuji adalah bukan α-pinena.
Prosedur ionisasi
Analit dimasukan dalam larutan dari jarum pompa atau aliran eluen dari liquid chro-
matography. Jarum berfungsi untuk membuat larutan menjadi droplet saat disemprotkan. Ke-
cepatan aliran yang biasa digunakan adalah 1µl min-1.
Selanjutnya analit mengalir melewati jarum electrospray yang memiliki tegangan
tinggi yang berbeda (berasal dari counter electrode) (biasanya berkisar 2.5 sampai 4 kV). Ini
meningkatkan semprotan dari tetesan sampel yang bermuatan ion dari jarum pada permukaan
yang juga bermuatan dan berpolaritas sama dengan muatan pada jarum.
Tolakan kolom timbal balik antara muatan dipermukaan menjadi lebih besar sehingga
melebihi kekuatan tegangan permukaan, dan ion dikeluarkan
dari droplet melalui Taylor cone .
Selanjutnya tetesan sampel tersebut akan melewati ruang di antara jarum dan kerucut
dan selanjutnya pelarut sampel akan terevaporasi. Sebagai ukuran
menurunnya tetesan droplet dilihat dari densitas muatan pada permukaannya yang meningkat.
Kemungkinan lain yaitu droplet meledak dan kemudian melepaskan ion. Dalam kedua ka-
sus tersebut, ion-ion yang muncul diarahkan ke dalam lubang melalui lensa elektrostatik yang
mengarah ke vakum dari analisis massa.
2.7 Cara memfragmentasi molekul air menjadi nanodroplets menggunakan spek-
troskpi massa.
Semua percobaan dijalankan pada Micromass Q-T yang tidak dimodifikasi spectrome-
ter massa mikroTM pada tegangan kapiler 2900V dan energy ion 1,0V. Cluster air dihasilkan
dengan menyuntikkan 0,05% asam trifluoraasetat ke dalam spectrometer massa dari 50 L/
mnt. Tegangan kerucut dimaksimalkan menjadi 200V dan masing-masing. Gas kerucut di-
matikan dan gas desolvasi laju aliran adalah 250 L/jam. Pembentukkan kelompok air kecil
dipengaruhi oleh parameter lain dalam rentang kerja normal. Eksperimen EDESI dilakukan
dengan melakukan MS/MS pada dipilih puncak dan meningkatkan tegangan tabrakan dalam
kenaikan IV dari 2V hingga spectrum didominasi oleh sampel air. Ini tegangan tabrakan akhir
tergantung pada ukuran cluster yang dipilih fragmentasi. Eksperimen EDESI dilakukan pada
sampel air ( n= 26, 31, 36, 41, 51, 61, 66, 71 dan 76). Spektrawere dikumpulkan selama 3
detik pada setiap tegangan tabrakan.
Eksperimen CID dilakukan dalam kondisi tabrakan berganda, dengan ion produk yang
dibentuk oleh disosiasi yang dilipih ion precursor lebih lanjut diaktifkan oleh tumbukan beri-
kutnya. Kondisi demikian memungkinkan pengendapam energy total yang jauh lebih besar,
dengan trade-off yang aktivasi relative lambat (mikrodetik) dan karenanya penataan ulang
molekul air dalam tetesan tidak mempengaruhi kesimpulan, karena hanya dalam kasus n=21
Cluster kita membuat asumsi tentang struktur. Kami melaporkan bahwa semua cluster
prekursor dipelajari (dengan banyak karena 76 molekul air) menunjukkan bukti kuat untuk
pemanjangan seumuir hidup yang dihasilkan EDESI-MS/MS [37-39] digunakan untuk me-
nyederhanakan penyajian data karena memungkinkan untuk dipadatkan dan disajikan secara
praktis.
BAB 3
KESIMPULAN