Anda di halaman 1dari 19

DISTRIBUSI MAXWELL

1.1 Distribusi Maxwell


Pada pembahasan sebelumnya berkaitan dengan kecepatan molekul gas ideal dalam
menumbuk dinding wadah, dikatakan bahwa molekul-molekul gas tersebut memiliki kecepatan
yang berbeda-beda. Sekarang yang menjadi permasalahan adalah “Bagaimana fungsi kecepatan
molekul tersebut”? Untuk menjawab hal ini cermatilah uraian-uraian berikut.

Gambar 1. (a) James Clerk Maxwell, (b) Ludwig Boltzmann (Anom, 2010)

Penentuan fungsi distribusi kecepatan molekul pertama kali dilakukan oleh James Clerk
Maxwell pada tahun 1859. Untuk membuktikan secara kuantitatif teori tersebut, maka seorang
ilmuan bernama Ludwig Boltzmann mengkajinya dengan menggunakan mekanika statistik. Perlu
diketahui bahwa dalam menentukan fungsi distribusi kecepatan molekul, maka terlebih dahulu
dibuat suatu model seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Dari model tersebut, kuantitas v menyatakan besarnya kecepatan atau disebut juga
dengan laju. Dalam hal ini, untuk setiap kecepatan berlaku persamaan berikut.
v 2  vx  v y  vz
2 2 2

Dalam sumbu koordinat ini, setiap vektor kecepatan dapat ditentukan dengan koordinat
titik ujung vektornya.Oleh karena itu, untuk membicarakan distribusi kecepatan molekul, cukup
diperhitungkan distribusi titik representatif yang merupakan titik ujung masing-masing vektor
kecepatan.Pada gambar ruang kecepatan di atas, dapat dilihat titik representatif yang terdapat
dalam prisma bervolume d x d y d z akan mempunyai koordinat (v x  dv x ), (v y  dv y ), (v z  dv z ).

1
Gambar 2. Menentukan Fungsi Distribusi Kecepatan Molekul (Bama, 2009)

Kemudian harus pula diasumsikan dv x dv y dv z merupakan elemen volume. Elemen

volume ini harus mengandung titik representatif yang jumlahnya banyak sekali, tetapi cukup
kecil bila dibandingkan dengan seluruh titik representatif yang ada. Distribusi kecepatan molekul
ini dianggap merupakan suatu fungsi yang kontinu meskipun sesungguhnya bila jumlah titik
representatif terbatas, fungsi distribusi kecepatan tersebut diskontinu.
Bila jumlah total molekul dalam suatu wadah adalah N (jumlah titik representatif= N),
maka pada komponen x terdapat beberapa bagian molekul yang mempunyai harga kecepatan dari
v x sampai ( v x  dv x ), dengan kata lain terdapat beberapa titik representatif yang ada lembaran

(slice) yang tebalnya dv x sejajar dengan bidang YZ dan berjarak v x dari bidang YZ.
Untuk mengetahui banyaknya molekul yang mempunyai komponen kecepatan antara
v x dan ( v x  dv x ), maka pertama-tama diambil suatu notasi dN vx yang menyatakan banyaknya
molekul atau titik representatif dalam suatu lembaran (slice).

2
Bila banyaknya molekul atau titik representatif dalam suatu lembaran (slice) ini
dNvx
dibandingkan dengan seluruh titik representatif (N) akan menjadi
N
dNvx
Bagian ini akan tergantung dari letak slice, jadi merupakan fungsi v x . Selain itu
N
tergantung dari tebalnya slice ( dv x ), sehingga bagian ini juga sebanding dengan dv x . Secara

dNvx
matematis bagian ini dapat dinyatakan dengan suatu persamaan berikut
N
dNv x
 f v x  dv x ................................................................................(1)
N
Dari persamaan ini akan didapat jumlah molekul yang memiliki komponen kecepatan
pada sumbu x dari v x sampai v x  dv x  seperti persamaan berikut

dNv x  N f v x  dv x ................................................................................(2)

Fraksi jumlah molekul dalam slice yang tegak lurus dengan sumbu v y dan v z harus diberikan

oleh fungsi v y dan v z yang mempunyai presisi sama dalam bentuk fungsi v x yaitu seperti berikut

 f v y dv y
dNvy ................................................................................(3)
N

dNv z
 f v z  dv z ................................................................................(4)
N
Selanjutnya terdapat suatu pertanyaan “apakah fraksi molekul dengan komponen
kecepatan kearah X, yaitu antara v x dan v x  dv x  pada waktu yang sama memiliki komponen

kecepatan ke arah Y antara v y dan v y  dv y  ”? Meskipun sub kelompok molekul dNv x hanya

fraksi kecil jumlah molekul total, fraksi tersebut masih terdiri dari sejumlah besar molekul.
Maxwell berasumsi bahwa jika salah satu sub kelompok molekul dianggap jumlah molekul total,
maka fraksi jumlah molekul antara v y dan v y  dv y  memiliki komponen kecepatan yang cukup

besar.
Dengan asumsi tersebut, maka akan didapatkan fraksi jumlah molekul dengan
komponen kecepatan v x yang memiliki komponen X antara v x dan v x  dv x  sama dengan fraksi

3
jumlah total yang memiliki komponen Y di dalam rentang yang sama. Misalkan d 2 Nvx v y

menyatakan jumlah molekul yang memiliki komponen kecepatan arah sumbu X antara v x dan

v x  dv x  dan memiliki komponen kecepatan arah sumbu Y antara v y dan v y  dv y  . Adapun

fraksi jumlah molekul komponen v x dengan komponen Y antara v y dan v y  dv y  dinyatakan

secara matematis seperti berikut.


d 2 Nv x v y
 f v y dv y  d 2 Nv x v y  dNvx f v y dv y ..........................(5)
dNv x

Substitusi Fraksi dari jumlah total dengan komponen Y antara v y dan v y  dv y  pada

persamaan (3) ke persamaan (5) akan menjadi seperti berikut.

 f v y dv y
dNv y
N
Berdasarkan persamaan (2) dinyatakan secara matematis bahwa dNvx  N f v x  dv x .
Oleh karena itu, kita bisa mensubstitusikan persamaan (5) dengan persamaan (2), sehingga
menjadi
d 2 Nv x v y  dNv x f v y dv y
d 2 Nv x v y  N f v x  dv x f v y dv y
d 2 Nv x v y  N f v x  f v y dv x dv y

Selanjutnya akan dicari jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen
pada sumbu X adalah v x sampai v x  dv x  dan pada sumbu Y dari v y dan v y  dv y 

Jumlah molekul ini akan sama dengan jumlah titik ujung vektor kecepatan yang terletak
pada prisma yang merupakan potongan. Slice yang tegak lurus dengan sumbu X sejarak vx dari

pusat sumbu O dengan tebal dvx dengan slice tegak lurus dengan sumbu Y yang berjarak sejauh

v y dari titik O bertebal dv y . Perhatikan gambar dibawah ini.

4
Z

X
Gambar 3 .Jumlah Molekul ini Dinyatakan dengan d 2 Nvxvy

Jumlah molekul atau titik representatif ini dinyatakan dengan d 2 Nvxvy . Besarnya

d 2 Nvxvy akan sebanding dengan vx , v y dan juga pada tebal dvx , dv y . Hal ini dituliskan
persamaan,
d 2 Nvx v y
 f (vx ) f (v y )dvx dv y
N
Atau
d 2 Nvxvy  Nf (v x ) f (v y )dv x dv y
Berdasarkan Gambar 3 di atas, dapat pula ditentukan sebagai berikut ini:
1. Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen kecepatan pada sumbu Y
adalah v y sampai ( v y + dv y ) dan pada sumbu Z adalah

vz  (vz  dvz )

Jumlah ini ditulis d 2 Nvy vz sehingga:

d 2 Nv y v z  N f (v y ) f (v z )dv y dv z

2. Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu X adalah vx

sampai ( vx  dvx ) pada sumbu Z adalah vz sampai (vz  dvz ) . Jumlah ini ditulis d 2 Nvx vz
sehingga:
d 2 Nvx vz  Nf (vx ) f (vz )dvx dvz

5
3. Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu X adalah vx

sampai ( vx  dvx ) pada sumbu Y adalah v y sampai (v y  dv y ) . Jumlah ini ditulis

d 2 Nv x v y sehingga:

d 2 Nvx v y  Nf (v x ) f (v y )dvx dv y

Untuk mencari jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen kecepatan
pada sumbu X adalah vx sampai ( vx  dvx ), pada sumbu Y adalah v y sampai ( v y  dv y ) dan pada

sumbu Z adalah vz sampai (d z  dv z )

d 2 Nvxvy vz  Nf (vx ) f (vy ) f (vz )dvx dvy dvz

Molekul ini akan memiliki titik ujung kecepatan pada suatu prisma kecil merupakan
potongan dari slice yang tegak lurus sumbu X berjarak vx dari titik 0 dan dengan tebal dvx ,

dengan slice yang tegak lurus sumbu Y berjarak v y dari titik 0 dan bertebal dv y dan dengan slice

yang tegak lurus dengan sumbu Z berjarak vz dari titik 0 dan bertebal vdz . Prisma ini dapat
dilihat pada gambar berikut.
Z

dvz

dvy
Y

dvx

Gambar 4. Prisma Bervolume dv x dv y dv z

Selanjutnya titik-titik ujung vektor kecepatan molekul disebut titik representatif yaitu
yang mewakili molekul. Karena itu dapat dihitung pula jumlah titik representatif per satu satuan
volume adalah  dan dapat ditulis ,

6
d 3 Nv x v y v z
  Nf (v x ) f (v y ) f (v z )
dv x dv y dv z

Kemudian kalau sebaran ke kecepatan adalah isotropik maka  adalah sama untuk
daerah yang memiliki jarak dari 0 sampai v. Berlaku formulasi:
v2  v2 x  vy2  vz2

Dengan kata lain  besarnya sama dalam satu shell yaitu bola berongga tipis dengan
jari-jari v dari 0 dan tebal dv.

Kulit II
Kulit I

dv
Gambar 5. Bola Berongga Tipis dengan Jari-Jari V dari 0 dan Tebal dv

Kita analisis kalau pindah dari elemen volume 1 ke elemen volume II pada umumnya
 berubah. Perubahan  yang terjadi karena perubahan vx , v y , vz . Secara matematik dapat

ditulis sebagai turunan parsial dari  ke dvx , ke dv y dan ke dvz dan dapat ditulis dengan.

  
d  dvx  dv y  dvz
vx v y vz

Untuk f( vx ) adalah fungsi dari vx dan f( v y )dan f( vz ) tak tergantung dari vx maka dapat

ditulis persamaan :

  d 
 N f v x  f (v y ) f (v z )
v x  dv x 
 Nf ' (v x ) f (v y ) f (v z )

Dengan cara yang sama dapat pula ditentukan



 Nf ' (v y ) f (v x ) f (v z )
v y

7

= Nf ' (v z ) f (v x ) f (v y )
v z

Kalau perubahan dvx , dv y , dvz dalam elemen II masih terletak dalam shell I, elemen

volume I dan keadaan isotropik (  = konstan) maka, d  =0, dan dari persamaan
  
d  dvx  dv y  dvz
vx v y vz

Maka dapat ditentukan,


  
d  dvx  dv y  dvz
vx v y vz
0  Nf ' (v x ) f (v y ) f (v z ) dv x  Nf (v x ) f ' (v y ) f (v z ) dv y  Nf (v x ) f (v y ) f ' (v z ) dv z

Masing-masing ruas dari persamaan ini dibagi dengan f (v x ) f (v y ) f (v z ) , sehingga

didapat persamaan berikut


f ' (v x ) f ' (v y ) f ' (v z )
dv x  dv y  dv z  0 ..........................................(6)
f (v x ) f (v y ) f (v z )

Dalam daerah isotropik, nilai v konstan, sehingga v 2  v x  v y  v z


2 2 2

0  2v x dv x  2v y dv y  2v z dv z  0  v x dv x  v y dv y  v z dv z
 v x dv x  v y dv y  v z dv z  0 ...............(7)

Persamaan ini menunjukkan bahwa di dalam kulit yang sama ( d  0) , diferensial


dv x , dv y , dan dv z di dalam persamaan (6) tidak saling bebas, karena tidak dapat diberikan nilai

sembarang, namun harus memenuhi persamaan (7) yang disebut persamaan syarat.
Dalam hal ini, dv x , dv y , dan dv z di dalam persamaan (6) saling bebas (independen) hanya

dengan cara membuat koefisien sama dengan nol. Misalkan dv x , dv y , dan dv z independent, dalam

artian sebarang nilai dapat diberikan. Kemudian dapat diambil dv x  dv y  0 dan dv z  0 .

Metode Pengali Lagrange Tak Tentu


Metode ini memerlukan persamaan-persamaan (6) dan (7), yakni persamaan pokok dan
persamaan syarat. Adapun langkah-langkah dari metode ini antara lain:
1) Kalikan persamaan syarat dengan konstanta  (pengali tak tentu)

8
2) Hasil perkalian dengan konstanta  tersebut kemudian ditambahkan pada persamaan
pokok.
3) Selanjutnya persamaan pada poin 2 dikerjakan dengan berbagai cara, yang satu satunya
adalah metode integrasi.
4) Dalam menyelesaikan persamaan di poin 3 bila diperlukan menurut keadaannya,
konstanta integrasinya dipilih misalnya dalam bentuk ln  , di mana  juga merupakan
suatu konstanta yang akan ditentukan pula.

Perhitungan Untuk Mencari Besarnya Nf (v x ) f (v y ) f (v z )

1) Sebagai langkah pertama, kalikanlah persamaan syarat dengan konstanta tak tentu  ,
sehingga dari persamaan (7) akan diperoleh
v x dvx  v y dv y   v z dv z  0
2) Langkah kedua, tambahkan persamaan pokok dengan hasil ini, sehingga diperoleh

 f ' (v x )   f ' (v y )   f ' (v z ) 


  v x  dv x    v y  dv y    v z  dv z  0
 f (v x )   f (v y )   f (v z ) 

Oleh karena dv x , dv y , dan dvz tidak saling bergantung, maka persamaan ini akan benar

kalau koefisien dari dv x , dv y , dan dvz masing-masing sama dengan nol, sehingga akan

muncul tiga persamaan baru seperti berikut


f ' (v x )
 v x  0
f (v x )
f ' (v y )
 v y  0
f (v y )

f ' (v z )
 v z  0
f (v z )

9
Proses Pencarian Solusi Secara Matematis
f ' (v x ) f ' (v x )
 v x  0  v x  
f (v x ) f (v x )
f ' (v x )
  v x dv x    dv x
f (v x )
1 1
 v x  C   
2
. f ' (v x )dv x
2 f (v x )

d  f (v x ) 
1 1
 v x  C   
2

2 f (v x )

 vx  C   ln f (vx )  C 


1 2

2
1
 vx   ln f (vx )  C
2

2
C dalam persamaan ini merupakan konstanta integrasi yang nilainya dapat dimisalkan
dengan ln  , oleh karena itu persamaan di atas akan menjadi

1
v x 2   ln f (v x )  C
2
1
 v x  ln f (v x )  ln 
2

2
 f ( v x )  f ( v x )  2 v x 2
1
1
 v x  ln   
2
, e
2    
1
 v x 2
f (v x )   . e 2

Metode integrasi seperti ini juga digunakan untuk menentukan f (v y ) dan f (v z ) , yang

akhirnya akan diperoleh tiga buah solusi seperti berikut.


1 1 1
 v x 2  v y 2  v z 2
f (v x )  e 2
f (v y )  e 2
f ( v z )  e 2

Persamaan ini juga dapat ditulis dalam bentuk seperti berikut.

f (v x )  e (   vx 2 )

( vy 2 )
f (v y )  e

f (v z )  e (   vz
2
)

Dengan   
2

10
Jadi bentuk fungsi f (v x ) telah tertentu, tetapi muncul dua konstanta yaitu  dan 
yang nilainya belum diketahui.Selanjutnya, denganmensubstitusi persamaan yang diperoleh
maka akandidapat persamaan baru seperti berikut.

d 3 N  N 3 e
  2
(vx 2 v y 2 vz 2 )  dv dv dv
x y

d 3 N  N 3 e   v  dv x dv y dv
2 2

Banyaknya titik tiap satu satuan volume adalah

N 3 e   v  dv x dv y dv z
2 2

d 3N
 
dv x dv y dv z dv x dv y dv z

  N e  v 
2 2
 3

Jadi kerapatan hanya merupakan fungsi v saja sesuai dengan asumsi distribusi isotropik
dan grafiknya dapat diplot seperti terlihat pada gambar.

d 3N
dvx dv y dvz

v
Gambar 6. Grafik  terhadap v

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa massa jenis   bernilai paling besar
jika v  0 . Adapun penurunan nilai massa jenis ini bersamaan dengan membesarnya nilai v.

Kuantitas N 3 e   v  disebut fungsi distribusi kecepatan Maxwell. Selanjutnya akan ditentukan


2 2

jumlah molekul dengan laju yang besarnya antara v dan v  dv  untuk distribusi kecepatan
isotropik.
Molekul yang memiliki laju dari v sampai v  dv  , titik representatifnya akan terletak
pada lapisan bola yang jari-jarinya v dan tebalnya dv . Perlu diingat bahwa Jumlah titik

11
representasi pada lempeng konsentrik yang berjarak v dari pusat dan ketebalan dv adalah

dN v    4v 2 dv  dimana 4 v 2 dv adalah volume dari lempeng konsentrik (volume
materialnya, bukan volume yang dilingkupi oleh material tersebt). Sebelumnya sudah diketahui

bahwa kerapatan pada jarak v dari pusat bola adalah   N 3 e   v  . Dengan demikian, jumlah
2 2

molekul yang memiliki laju dari v sampai v  dv  dinyatakan dengan dN v seperti berikut

dN v   . 4 v 2 dv  dN v  N 3 e   v  .4 v 2 dv
2 2

 dN v  4 N v 2 3 e   v  dv
2 2

 4  N v 2 3 e   v 
dN v

2 2

dv
dN v
Rasio disebut fungsi distribusi laju molekul dari Maxwell
dv

 4  N v 2 3e   v 
dN v 2 2

dv

Fungsi distribusi laju ini tidak sama dengan distribusi kecepatan, di mana fungsi
distribusi laju ini tidak menyatakan jumlah molekul per satuan volume, tetapi jumlah molekul
per satuan rentangan laju dv . Jika digambarkan dalam bentuk grafik, fungsi distribusi laju
dN v
molekul terlihat seperti berikut.
dv
dN v
dv

dN v
dv

v0 v
dv
Gambar 7. Grafik Fungsi Distribusi Kelajuan Maxwell Boltzmann
Kurva tersebut berbentuk kurva normal, di mana luas daerah yang diarsir di bawah
kurva menyatakan jumlah molekul yang mempunyai kelajuan antara v dan v  dv  . Meskipun

12
kerapatan  atau jumlah titik representatif per satuan volume adalah maksimum pada titik asal,

akan tetapi jumlah molekul maksimum berada pada kulit bola yang jari-jarinya v m dan terletak
pada kurva distribusi laju maksimum.
Selanjutnya akan ditentukan jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan
komponen kecepatan pada sumbu X dari v sampai v  dv  . Jumlah molekul ini dinyatakan
dengan dNv x yang besarnya dirumuskan seperti berikut.

dNv x  Nf (v x ) dv x
Oleh karena

f (v x )  e (   vx 2 )
2
,
Maka

dNv x  Ne (   vx 2 )
2
dv x
Dengan demikian akan didapat jumlah molekul per satuan komponen kecepatan pada
sumbu X seperti berikut

dNv x
 Ne (   vx )
2 2

dv x

dNv x
dv x

dNv x
dv x

v0
dv x vx
Gambar 8.Grafik Fungsi Distribusi Kecepatan Maxwell Boltzmann

Sama halnya dengan jumlah molekul per satuan komponen kecepatan pada sumbu Y
dan sumbu Z.

13
dNv y (   2v y 2 ) dNv z
 N e  Ne (   vz )
2 2

dv y dv z

1.2 Menghitung Konstanta  Dan 


Pada pertemuan sebelumnya telah dibahas bahwa untuk menentukan jumlah molekul
dengan kecepatan dari v sampai dengan v+dv yang dinyatakan dengan dNv seperti berikut

v e
2 (   2v 2 )
dN v  4 N  3
dv
0

Apabila dN v diintegralkan untuk seluruh nilai dari v  0 sampai v   , maka akan didapat
jumlah molekul total (N).

N   dv

N  4 N  3  v 2 e (  
2 2
v )
dv
0

Untuk dasar perhitungan selanjutnya, diberikan suatu hasil integrasi dari integral-integral tertentu
berikut.
Bentuk Integral

x e
(  ax
dx  f (n)
2
n )

1) Jika n adalah bilangan genap, maka


x e (  ax ) dx  2 f (n)
2
n

2) Jika n adalah bilangan ganjil, maka


x e (  ax ) dx  0
2
n

Daftar Hasil Integrasi


Adapun daftar hasil integrasi yang dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

14
Tabel 1.Daftar Hasil Integrasi
n f (n) n f (n)

1 a
0 1  1 2
2 a
2 1  3
4 a3 1 a2
2
4 3  5
8 a5 1
a3
6 15  7 3
16 a7 a4

Dengan berpedoman pada tabel di atas, maka akan diperoleh


v e
2 (
N  4 N 
2 2
3 v )
dv
0

1  
N  4 N  3  
3 
 4 a 
2
1  
N  4 N  .  3


4 3 
  N3
N
3
3
 3  2
3
3
 
3

3
Dengan demikian nilai dN v dapat ditentukan dengan konstanta  saja, sehingga akan
didapat hasil seperti berikut

dN v  4Nv 2 3 e (  
2 2
v )
dv
3
 4N (  3 )v 2 e (  
2 2
2 v )
dv
4
 N 3 v 2 e (  
2 2
v )
dv

Besarnya harga  ini ditentukan dengan kecepatan rata-rata v  yang dirumuskan sebagai
berikut:

15

 v dN v

v 0
N

4
 N 3 v 3 e (  
2 2
v )
dv

v 0

N

4
v e
3 (
v 
2 2
3 v )
dv
 0

4 1
v 3
 2 ( 2 )2
2 2
v 
 v
Jadi,

2
 
v

Menentukan Harga  Dengan v rms


2
v rms  v
1
 2
  v dN v 
0 
 N 
 
 
1
 4 3 2
   N v 4 e (   v ) dv 
2 2

  0 
Berdasarkan tabel nilai integral, akan didapatkan seperti berikut.
1
 4 33   2
v rms    
  8 ( 2 ) 5 
1
3 1  2
v rms   2 
2  
3 1
 .
2 v rms

16
Besarnya  Ditentukan Dengan Nilai v m

Peluang laju molekul paling banyak v m berkaitan dengan jari-jari kulit bola dalam
ruang kecepatan yang terdiri dari jumlah titik representatif terbesar. Dalam artian, sebagian besar
molekul memiliki memiliki laju sebesar v m . Untuk dapat menentukan v m , terlebih dahulu harus

dicari nilai v dari fungsi distribusi laju yang maksimum dengan mengambil turunan terhadap v
sama dengan nol.
Diketahui fungsi distribusi laju molekul
dN v 4
 N 3 v 2 e (   v )
2 2

dv 
d  dN v  d  4 3 2 (   2v 2 ) 
 0   N v e  0
dv  dv  dv   
d  4 2 2 

 N 3 v 2 e (   v )   0
dv   
8 8
N 3 v e (    N 3 v 2  2 ve(   0
2 2 2 2
v ) v )

 
8

N 3 v e (   2 2
v )
  2 v 2 e (
2 2
v )
 0
e (   2 v 2 e ( 0
2 2 2 2
v ) v )

e (   2 v 2 e (
2 2 2 2
v ) v )

 2 vm 2 1
1 1
 2
 
vm vm

3KT
Pada pembahasan sebelumnya, terdapat suatu persamaan v rms  , dan dengan
m

3 1
persamaan   . , maka akan muncul persamaan baru untuk  seperti berikut ini.
2 v rms

3 1 3 m
 .   .
2 3KT 2 3KT
m
m
 
2 KT

17
Substitusi nilai  ini untuk tiga distribusi, maka akan diperoleh tiga persamaan seperti
berikut.
3
 4 N  m  2 2 ( 2 mv2 / 2 KT )
dN v     v e dv ..............................................(a)
   2 KT 
  3
 N  m  2 ( 2 mv2 / 2 KT )
d Nv x v y v z   3
3
 2 KT  e dv x dv y dv z ...............................(b)
 2
 
1
 N  m  2 2 ( 2 mvx 2 / 2 KT ) ..............................................(c)
dNv x     v e dv x
   2 KT 
Persamaan (a) dNv menyatakan jumlah molekul dengan ujung vektor kecepatan pada
kulit bola dalam ruang kecepatan yang berjari-jari v dan tebalnya dv . Persamaan (b) d 3 Nvx v y vz

menyatakan jumlah molekul dengan ujung vektor kecepatan di dalam elemen volume ruang
kecepatan dv x dv y dv z . Persamaan (c) dNvx menyatakan jumlah molekul dengan ujung vektor

kecepatan di dalam slice tipis yang tegak lurus dengan sumbu X dan berjarak v x dari pusat
koordinat.
Masing-masing fungsi distribusi bergantung pada temperatur.Salah satu contohnya terlihat
dN v
pada grafik fungsi untuk temperatur yang berbeda.
dv

Gambar 9. Fungsi Distribusi untuk Tiga Temperatur yang


Berbeda (Ramlan, 2009)

18
Pada grafik tersebut, T1>T2>T3, akan tetapi luas daearah di bawah kurva untuk tiga
kurva tersebut adalah sama, karena luas daerah tersebut menyatakan jumlah molekul total.Dari

hubungan laju rata-rata ( v ), v rms dengan  , dan dari pernyataan  dalam bentuk T, diperoleh

1 1
vm   vm 
 m
2 KT
2 KT
 vm 
m
2
v

2
v
m
2 KT
8KT
v
m

3KT
v rms 
m

19

Anda mungkin juga menyukai