Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang
sangat pesat salah satunya yaitu bidang Biologi. Sarjana-sarjana dalam
bidang biologi diharapkan tidak hanya memiliki kemampuan intelektual
namun juga memiliki keterampilan dan dapat mengembangkan profesinya.
Praktik Kerja Lapangan merupakan suatu program yang dapat memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk melatih kemampuan di lapangan.
Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di Pusat Penelitian Biologi
LIPI merupakan kegiatan akademik yang berorientasi pada bentuk
pembelajaran mahasiswa untuk mengembangkan dan meningkatkan tenaga
kerja yang berkualitas. Dengan mengikuti Praktek Kerja Lapangan di
laboratorium Herpetologi diharapkan dapat menambah pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam mempersiapkan diri
memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
Dalam sebuah sistem belajar mengajar tidak cukup jika hanya
mengandalkan teori saja, akan tetapi juga memerlukan praktik. Hal ini
bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa dari materi yang
diberikan oleh dosen. Jika di kampus, mahasiswa terkadang bosan dan
kurang mengerti bagaimana deskripsi pekerjaan mereka, setelah terjun
langsung ke lapangan mahasiswa bisa paham bahkan menguasai penuh
sehingga bisa menjelaskan dengan bahasa mereka sendiri tanpa terpaku
pada media.
PKL juga sangat membantu untuk mendapat gambaran tentang
bagaimana pekerjaan yang ditekuni dari program studi yang dipilih. Contoh,
jika sebelumnya dosen hanya menjelaskan bagaimana struktur hewan
vertebrata secara visual terutama untuk hewan herpetofauna, mahasiswa
hanya mendapat bayang-bayang semata, tapi dengan adanya praktik bisa
memperoleh kegiatan yang sebenarnya sehingga dengan adanya kegiatan ini
mahasiswa tidak terkejut ketika terjun dalam dunia kerja untuk

1
2

mengaplikasikan skiil. Dengan kata lain, program PKL dapat melatih diri
untuk beradaptasi dengan pekerjaan secara nyata.
Praktik Kerja Lapangan merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap,
kemampuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah.
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan diberbagai perusahaan dan instansi
akan sangat berguna bagi mahasiswa untuk dapat menimba ilmu
pengetahuaan, keterampilan dan pengalaman. Melalui Praktek Kerja
Lapangan ini mahasiswa akan mendapat kesempatan untuk
mengembangkan cara berpikir, menambah ide yang berguna dan dapat
menambah pengetahuaan mahasiswa sehingga menumbuhkan rasa disiplin
dan tanggung jawab mahasiswa terhadap apa yang ditugaskan kepadanya.
Oleh karena itu semua ilmu yang dipelajari dari berbagai mata kuliah
dibangku kuliah dapat secara langsung maupun tidak langsung dipraktekkan
di Laboratorium Herpetologi Pusat Penelitian Biologi – Bogor yang
berhubungan dengan Herpetologi. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa teori
yang dipelajari sama dengan yang ditemui dalam prakteknya sehingga teori
tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
1.2. Alasan memilih obyek PKL
Pusat penelitian Biologi LIPI merupakan Lembaga yang menangani
penelitian di seluruh Indonesia meliputi bidang flora dan fauna sejak tahun.
Pusai penelitian Biologi LIPI merupakan Lembaga penelitian tertinggi di
Indonesia. Sangat banyak mahasiswa, guru, dosen maupun peneliti yang
merujuk dari sumber hasil penelitian maupun hasil ekspedisi LIPI dari
seluruh pelosok Indonesia tersebut. LIPI sangat konsisten dalam menjelajah
keanekaragaman hayati di seluruh Indonesia serta penelitian yang terpercaya
baik dibidang Zoologi, Botani, Bioteknologi dan lainya.
Laboratorium Herpetologi merupakan laboratorium yang fokus
meneliti Hewan Reptil dan Amfibi. Pada laboratorium ini terdapat lebih dari
40.000 koleksi ilmiah baik dari Amphibi maupun Reptile yang seluruh
koleksi ilmiah tersebut disimpan di ruang koleksi dan lemari kompaktus
Museum Zoologicum Bogoriense (MZB). Hal tersebut menjadikan
mahasiswa dapat dengan mudah mempelajari spesies Reptil dan Amphibi
3

yang ada di seluruh Indonesia. Mahasiswa juga akan dengan mudah


melakukan praktik kerja lapangan karena specimen yang sangat melimpah
dari koleksi museum tersebut. Alat yang dimiliki oleh Laboratorium
Herpetologi juga cukup memadai untuk proses penelitian.
Gekkonidae adalah kelompok hewan vertebrata yang hidupnya
merayap atau melata di dalam habitatnya. Anggota genus Gekko adalah
hewan sebangsa kadal kecil yang berukuran besar namun tidak berbahaya.
Terdapat ratusan jenis tokek yang ada diseluruh dunia dan kebanyakan
daerah yang beriklim panas atau tropis. Mahasiswa ingin meneliti karena
terdapat banyak jenis dari genus Gekko di Indonesia. Namun jenis Gekko
yang yang paling sering dijumpai adalah Gekko gecko atau lebih dikenal
dengan nama tokek rumah. Disini mahasiswa juga ingin lebih mengetahui
karakter identifikasi yang membedakan Gekko gecko dengan anggota genus
Gekko yang lain.
1.3. Tujuan PKL
Tujuan dilaksanakan Pratik Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium
Herpetologi Pusat Penelitian Biologi – LIPI Cibinong adalah sebagai
berikut.
1.3.1 Tujuan Umum
1. Memperoleh wawasan baru dari kegiatan pratik kerja lapangan.
2. Memperoleh pengalaman kerja sesuai bidang yang diminati.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dalam bekerja
di lapangan.
4. Melatih menjadi tenaga kerja yang terampil, kreatif, jujur,
bertanggung jawab, serta dapat bekerja dalam tim.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui proses manajemen koleksi ilmiah yang ada di
Laboratorium Herpetologi, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian
Biologi – LIPI Cibinong
2. Mengetahui Identifikasi morfologi Tokek Rumah koleksi Museum
Zoologicum Bogoriense (MZB) Pusat Penelitian Biologi – LIPI
Cibinong
BAB II
PELAKSANAAN

2.1. Profil Pusat Penelitian Biologi – LIPI Bogor


2.1.1. Sejarah LIPI
Keberadaan Pusat Penelitian Biologi - LIPI sebenarnya sudah dimulai
sejak era kolonial sekira tahun 1800-an. Pada tahun 1834, Sir Thomas
Stamford Raffles, Gubernur Jendral Hindia Belanda di Jawa, mendirikan
kebun raya di Bogor, yang kemudian dikembangkan menjadi stasiun
penelitian bernama Land Plantentuin (Gambar 2.1). Stasiun ini
mengakomodasi seluruh pekerjaan di bidang taksonomi baik tumbuhan
maupun hewan, dimana ribuan kehidupan liar Indonesia kemudian diberi
nama ilmiah. Hal tersebut memberi jalan bagi berdirinya Museum
Zoologicum Bogoriense, atau Museum Zoologi Bogor 1894.
Seiring berjalannya waktu hingga negara Indonesia memperoleh
kemerdekaanya, lembaga tersebut selalu terbebas dari pengaruh kondisi
polikik maupun kekacauan sosial. Pada masa setelah kemerdekaan,
Pemerintah Indonesia mengubah nama Land Plantentuin menjadi Lembaga
Hortus Botanicus Pusat (LHBP), atau Kebun Raya Indonesia (KRI), atau
Kebun Raya Bogor (KRB). Lembaga ini berada dibawah administrasi
Djawatan Penelitian Alam (DPA), yang kemudian diganti namanya
menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LPPA) dibawah Departemen
Pertanian. Dibawah ini merupakan Foto gedung bangunan LIPI pada zaman
dahulu.

Gambar 2.1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi zaman dulu


Sumber : Sejarah Biologi LIPI (online)

4
5

Pada tahun 1962 berdasar dekrit MPR No. II, 1960, Kebun Raya Bogor
dan LPPA it sendiri dipisahkan dari Departemen Pertanian, dan diganti
namanya menjadi Lembaga Biologi Nasional (LBN) dibawah administrai
Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI), yang kemudian berganti
nama menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dalam
perkembangan selanjutnya berdasar dekrit presiden No.I, 1986 tentang
reorganisai LIPI, nama Lembaga Biologi Nasional diganti menjadi Pusat
Penelitian dan Pengembangan Biologi, yang diikuti dengan didirikannya
dua lembaga baru yaitu Puslitbang Bioteknologi dan Puslitbang Limnologi.
Berdasar Keputusan kepala LIPI No. 23/kep/D.5/1987.
2.1.2. Visi dan Misi
Pusat Penelitian Biologi-LIPI mencanangkan visinya sejalan dengan
Visi Kedeputian IPH LIPI yaitu: “Menjadi lembaga ilmu pengetahuan yang
berada dalam pringkat kelompokterbaik dunia dalam menghasilkan IPTEK
terkait dengan pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya hayati guna
memperkuat daya saing perekonomian Nasional”. Untuk melaksanakan
mandat tersebut, Kedeputian IPH menetapkan misi untuk:
1. Memberikan landasan dan pertimbangan ilmiah dalam pengambilan
kebijakan pengelolaan sumber daya alam hayati.
2. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi terkait dengan pengelolaan
sumber daya alam hayati dalam upaya melestarikan dan
memberdayakan aset keanekaragaman hayati Indonesia sebagai
penggerak dan pendorong utama pembangunan berkelanjutan.
3. Ikut serta dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menjadi center of excellent dalam bidang konservasi dan pengungkapan
potensi dan peningkatan nilai tambah sumber daya alam hayati.

Pusat Penelitian Biologi dalam upaya menindaklanjuti mandat Kedeputian


IPH tersebut menetapkan misi dari seluruh kegiatan penelitiannya “Menjadi
pusat rujukan ilmiah keanekaragaman hayati berkelas dunia dan
pemanfaatannya secara berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing
bangsa”.
6

2.1.3. Struktur Organisasi

Gambar 2.2. Struktur organisasi Pusat Penelitian Biologi – LIPI


Sumber. Sejarah Biologi LIPI (online)
7

2.1.4. Laboratorium Herpetologi


Laboratorium herpetologi adalah bagian dari Museum Zoologi Bogor
atau lebih terkenal dengan nama Museum Zoologicum Bogoriense (MZB).
Laboratorium Herpetologi merupakan pusat penelitian Herpetologi dan
pusat penyimpanan koleksi spesimen mati dari keragaman jenis satwa liar
kelompok Amfibia dan Reptilia (Herpetofauna) Indonesia. Terdapat dua
macam tipe koleksi yang disimpan, yaitu koleksi basah dan koleksi kering.
Koleksi basah merupakan koleksi dari suatu spesies yang disimpan dalam
botol berisi larutan pengawet (ethanol 70%-95%). sedangkan koleksi kering
berupa tulang dan kulit yang diawetkan dengan bahan kimia formalin atau
boraks.
Penelitian di laboratorium Herpetologi mencakup permasalahan dalam
taksonomi jenis, ekologi jenis dan komunitasnya, filogeni jenis yang
berbasis biologi molekuler dan penangkaran jenis-jenis reptilia yang rawan
punah. Kegiatan dalam bidang taksonomi sebagian besar merupakan
kegiatan eksplorasi dan inventarisasi, yaitu mengumpulkan spesimen serta
kegiatan konservasi pada daerah-daerah yang belum pernah dieksplor oleh
Laboratorium Herpetologi. Jenis yang menjadi target adalah jenis yang
rawan punah yang disebabkan menyempitnya habitat dan banyak
dimanfaatkan oleh manusia. Tidak hanya bekerja di lapangan, Laboratorium
Herpetologi juga melakukan kegiatan filogeni jenis yang sebagian besar
merupakan kegiatan laboratorium, dalam kegiatan ini banyak berhubungan
dengan Laboratorium Genetika.
Jumlah koleksi jenis Amfibia dan Reptilia berdasarkan nomor katalog
yang disimpan di Laboratorium Herpetologi sampai dengan bulan Juni 2018
kurang lebih 45000 awetan dan disimpan di ruang koleksi Ruang Koleksi
Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) (Gambar 2.3). Jumlah dan jenis
akan bertambah terus sejalan dengan bertambahnya kegiatan lapangan yang
dilakukan oleh peneliti di Pusat Penelitian Biologi dan hasil kerjasama
dengan peneliti instansi di luar LIPI atau peneliti asing yang melakukan
koleksi spesimen herpetofauna di Indonesia.
8

Gambar 2.3. Ruang Koleksi Museum Zoologicum Bogoriense


(Sumber: Dokumen pribadi, 2018)

2.2. Waktu pelaksanaan PKL


Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada 21 Mei 2018 – 21 Juli
2018 dengan waktu pelaksanaan adalah 34 Hari aktif. Pada tanggal tersebut
sudah mencakup seluruh kegiatan PKL, mulai dari pengenalan
Laboratorium hinggal seminar/presentasi sebagai syarat telah selesai
melakukan PKL di Pusat Penelitian Biologi – LIPI Cibinong.
2.3. Deskripsi dan sekuensi aktivitas selama PKL
Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pratik kerja lapangan di
Pusat Penelitian Biologi – LIPI tepatnya di Laboratorium Herpetologi.
Terdapat beberapa kegiatan pada pratik kerja lapangan ini yaitu untuk
membantu pekerjaan yang dilakukan di Laboratorium Herpetologi yang
meliputi bekerja di penangkaran untuk perawatan koleksi hidup, manajemen
koleksi ilmiah, Identifikasi, preservasi, Pembahasan topik serta presentasi
hasil kegiatan yang diperoleh selama PKL pada minggu terakhir. Kegiatan
PKL ini dilakukan selama 34 hari.
Kegiatan yang dilakukan selain dari kegiatan PKL rutin sehari-hari,
adalah penelitian tentang Identifikasi Tokek rumah yang ada di Indonesia
berdasarkan karakter meristiknya. Tokek rumah yang diteliti yaitu tokek
rumah koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) Pusat Penelitian
Biologi – LIPI. Kegiatan Laboratorium Herpetofauna ini dilakukan setiap
hari kerja yang berlangsung dari pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul
16.00 WIB.
9

Ada beberapa tahapan atau proses untuk melakukan PKL di Pusat


Penelitian Biologi – LIPI, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap Perizinan
Tahap perizinan diawali dengan pembuatan surat izin dan
penyusunan proposal PKL yang dilaksanakan kurang lebih 2-3 bulan
sebelum PKL yang ditandatangani oleh Wakil Dekan I FMIPA, Ketua
Jurusan Biologi, dan mahasiswa PKL. Surat izin diberikan ke instansi
yang dituju yaitu Kepala Pusat Penelitian Biologi – LIPI. Selanjutnya
menunggu hasil dari instansi yang terkait mengenai penerimaan untuk
melakukan PKL di instansi tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan PKL
Pelaksanaan berlangsung selama 34 hari kerja dimulai dari tanggal
21 Mei 2018 sampai 20 Juli 2018. Selama berlangsungnya proses
kegiatan PKL, dilakukan konsultasi mengenai laporan PKL dan
kegiatan PKL hingga presentasi akhir untuk mengetahui hasil yang
didapatkan selama PKL berlangsung. Jadwal kegiatan PKL di Pusat
Penelitian Biologi – LIPI Cibinong disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan PKL di Laboratorium Herpetologi LIPI - Bogor
No Waktu Kegiatan Deskripsi Kegiatan
1. Senin/ - Pengenalan Lingkungan Laboratorium
21 Mei 2018 Herpetofauna
- Pemberian pakan kura-kura pagi dan sore
(penangkaran 1)
- Pengecekan suhu kandang pagi, siang dan sore
- Pemberian pakan kadal (penangkaran 2)
2. Selasa/ - Pemberian pakan kura-kura pagi dan sore
22 Mei 2018 (penangkaran 1)
- Pengurasan kolam kura-kura (penangkaran 1)
- Pengurasan kolam kura-kura (penangkaran 2)
- Pengecekan suhu kandang pagi, siang dan sore
- Pemberian pakan kadal (penangkaran 2)
3. Rabu/ - Pemberian pakan kura-kura pagi dan sore
23 Mei 2018 (penangkaran 1)
- Pengecekan suhu kandang pagi, siang dan sore
- Mengenal jenis kura-kura dan reptile lain yang
berada di penangkaran 1 dan 2
- Pemberian pakan kadal (penangkaran 2)
10

4. Kamis/ - Pemberian pakan kura-kura pagi dan sore


24 Mei 2018 (penangkaran 1)
- Pengecekan suhu kandang pagi, siang dan sore
- Pemberian pakan kadal (penangkaran 2)
- Validasi nama specimen pada katalog
a. Bufo celebensis  Ingerophrynus celebensis
b. Rana celebensis  Hylarana celebensis
- Kataloging Amphibi
5. Jum’at/ - Pemberian pakan kura-kura pagi dan sore
25 Mei 2018 (penangkaran 1)
- Pengurasan kolam kura-kura (penangkaran 1)
- Pengecekan suhu kandang pagi, siang dan sore
- Pemberian pakan kadal (penangkaran 2)
- Pemberian Pasir di penangkaran 2
6. Senin/ - Patroli specimen pada kompaktus di ruang
28 Mei 2018 koleksi meliputi:
a. Penggantian tutup botol yang rusak
b. Penambahan alcohol bagi spesimen yang
kurang alkohol
- Kataloging Amphibia
- Lebeling Amphibia
7. Selasa/
Libur Hari Raya Waisak
29 Mei 2018
8. Rabu/ - Patroli specimen pada kompaktus di ruang
30 Mei 2018 koleksi yaitu penambahan alcohol bagi
specimen yang kurang alcohol
- Kataloging Amphibia
- Pemberian pakan kura-kura sore (penangkaran
1)
- Herping/pengambilan sampel malam
9. Kamis/ - Identifikasi hasil pengambilan sampel
31 Mei 2018 - Preservasi
a. Pemberian nomor specimen
b. Pencatatan data
c. Pemotretan
d. Pematian
e. Pengambilan DNA
f. Penyuntikan alcohol
g. Pembekuan dengan formalin
10. Jum’at/
Libur Hari Lahir Pancasila
1 Juni 2018
11

11. Senin/ - Patroli specimen pada kompaktus di ruang


04 Juni 2018 koleksi meliputi penambahan alcohol bagi
specimen yang kurang alkohol
- Kataloging Amphibia, Lacertilia dan Ophidia
- Preservasi meliputi kegiatan mengalirkan air
pada specimen yang telah kaku dengan formalin
tersebut selama 1x24 jam
12. Selasa/ - Kataloging Amphibia
05 Juni 2018 - Menguras kolam kura-kura penangkaran 1
- Membeli pakan kura-kura (cacing merah)
- Pengecekan specimen ekspedisi Pulau
Yamdena, Ds. Rolulun, Kec. Wertamprian, Kab.
Maluku Tengara Barat, Prov. Maluku
13. Rabu/ - Pengecekan specimen ekspedisi Pulau
06 Juni 2018 Yamdena, Ds. Rolulun, Kec. Wertamprian, Kab.
Maluku Tengara Barat, Prov. Maluku
- Kataloging Amphibia
- Lebeling Amphibia
- Diskusi Topik Penelitian
14. Kamis/ - Pengecekan specimen ekspedisi Pulau
07 Juni 2018 Yamdena, Ds. Rolulun, Kec. Wertamprian,
Kab. Maluku Tengara Barat, Prov. Maluku
- Kataloging Ophidia dan Lacertilia
- Labeling Ophidia dan Lacertilia
15. Jum’at/ - Pengecekan Specimen Ekspedisi Pulau
08 Juni 2018 Yamdena, Ds. Rolulun, Kec. Wertamprian,
Kab. Maluku Tengara Barat, Prov. Maluku
- Kataloging Ophidia Dan Lacertilia
- Penomoran Botol Specimen Hasil Ekspedisi
Pulau Yamdena yang sebelumnya telah
dikataloging dan lebeling.
- Penerimaan dan perawatan sepsimen dari
Bareskrim yang meliputi:
a. Anakan Tiliqua
b. Lanthanotus
c. Kura-kura moncong babi albino
d. Ular
- Pemberian pakan anakan Tiliqua
- Pemberian pakan kadal di penangkaran 2
- Pemberian pakan kura-kura di penangkaran 1
- Pengamatan suhu penangkaran pagi, siang dan
12

sore

16. 11 s/d 20 Juni


Cuti Bersama Hari Raya Idul Fitri
2018
17. Kamis/ - Halal Bihalal Seluruh Peneliti Dan Staf Pusat
21 Juni 2018 Penelitian Biologi LIPI
- Pembahasan Topik
- Mencari referensi topik
- Konsultasi laporan dan topik
- Pengecekan kandang kura-kura (penangkaran 1)
18. Jumat/ - Pembahasan Topik
22 Juni 2018 - Mencari referensi topik
- Konsultasi laporan dan topik
- Pengecekan spesies Gekko gecko di ruang
koleksi
19. Senin/ - Pembahasan Topik
25 Juni 2018 - Mencari referensi topik
- Konsultasi laporan dan topik
- Pemberian pakan kura-kura
20. Selasa/ - Pembahasan Topik
26 Juni 2018 - Mencari referensi topik
- Konsultasi laporan dan topik
- Patroli di ruang koleksi
21. Rabu/ - Pembahasan Topik
27 Juni 2018 - Mencari referensi topik
- Konsultasi laporan dan topik
- Persiapan Presentasi
22. Kamis/
Libur Pilkada
28 Juni 2018
23. Jumat/ - Pembahasan Topik
29 Juni 2018 - Mencari referensi topik
- Konsultasi laporan dan topik
- Mini presentasi
- Persiapan Presentasi
24. Senin/ - Presentasi Hasil yang diperoleh selama kegiatan
02 Juli 2018 PKL dan fokus penelitian yang akan dikerjakan
- Diskusi topik
25. Selasa/ - Diskusi Rancangan Topik
03 Juli 2018 - Konsultasi laporan
26. Rabu/ - Diskusi Rancangan Topik
04 Juli 2018 - Konsultasi laporan
27. Kamis/ - Diskusi Rancangan Topik
13

05 Juli 2018 - Konsultasi laporan


28. Jumat/ - Pengecekan Koleksi Tokek Rumah dari koleksi
06 Juli 2018 MZB
- Pendataan koleksi Tokek Rumah
29. Senin/
- Pengerjaan Topik (identifikasi Gekko gecko)
09 Juli 2018
30. Selasa/ - Pengerjaan Topik (identifikasi dan dokumentasi
10 Juli 2018 Gekko gecko)
31. Rabu/ - Pengerjaan Topik (identifikasi dan dokumentasi
11 Juli 2018 Gekko gecko)
- Konsultasi laporan serta topik yang sedang
dikerjakan
32. Kamis/
- Pengerjaan Topik (dokumentasi Gekko gecko)
12 Juli 2018
33. Jumat/ - Konsultasi topik yang sedang dikerjakan
13 Juli 2018 - Pengerjaan laporan
34. Senin/
- Diskusi dan konsultasi laporan dan hasil topik
16 Juli 2018
35. Selasa/ - Diskusi dan konsultasi laporan dan hasil topik
17 Juli 2018 - Pengecekan ulang spesimen Gekko gecko
36. Rabu/ - Diskusi dan konsultasi laporan dan hasil topik
18 Juli 2018 - Tabulasi spesimen Gekko gecko
- Pengerjaan laporan
37. Kamis/ - Pengerjaan laporan
19 Juli 2018 - Diskusi laporan dan topik
- Pengursan administrasi PKL
38. Jumat/ - Diskusi laporan dan topik
20 Juli 2018 - Pengursan administrasi PKL

Tahap kegiatan manajemen koleksi yang dilakukan dengan mempersiapkan alat


dan bahan sebagai berikut.
Alat yang digunakan pada seluruh kegiatan praktik kerja lapangan ini
yaitu:
 Alat tulis  Pinset
 Baki  Gunting bedah
 Box  Scapel
 Botol specimen  Dymo type
 Buku katalog  Timbangan digital
 Buku identifikasi  Sepatu boat
14

 Cawan petri  Laptop


 Gelas beker  Sterofoam
 Kamera  Kain serbet
 Spuit  Jarum pentul
 Rak dan tabung efendorf  Alat ukur
 Spatula  Senter
Sedangkan bahan yang digunakan pada seluruh kegiatan praktik kerja
lapangan ini yaitu:
 Akuades  Plastic
 Alcohol 70%  Masker
 Alcohol 96%  Sarung tangan
 Benang  Spesimen Gekko gecko
 Formalin 10% dari koleksi Museum
 Kapas Zoologicum Bogoriense
 Kertas label
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data dan hasil atau pengalaman kerja yang diperoleh


Kegiatan yang dilakukan selama PKL di Laboratorium Herpetofauna
LIPI berhubungan dengan metode perawatan koleksi Ilmiah, baik dari
koleksi yang masih hidup maupun koleksi awetan serta kegiatan
menganalisis morfologi tokek rumah. Prinsip kerja yang digunakan di
Laboratorium Herpetofauna mulai dari cara merawat koleksi hidup
dipenangkaran hingga perawatan awetan di ruang koleksi basah maupun
kering.
3.1.1 Kegiatan Manajemen Koleksi Hidup
a. Sampling spesies preservasi koleksi
Pengambilan sampel spesies preservasi dilakukan pada tanggal 30
Mei 2018 sekitar jam 20.30 – 23.00 WIB berlokasi di sepanjang aliran
sungai di jalan Kp. Sempora (tepat disamping gedung Widyasataloka).
Sampling dilakukan denga metode visual yaitu penemuan dan
penangkapan secara acak pada rentang waktu tersebut (karena
merupakan jam tidur bagi beberapa Reptil). Sampel yang didapat
kemudian dimasukkan kedalam plastik kemudian diberi informasi
sampling tersebut (Tanggal, jam, koordinat, lokasi, habitat dll).
Metode yang sering digunakan peneliti Laboratorium Herpetologi
dalam sampling herpetofauna dengan 3 metode yaitu
 Motede VES (Visual Encounter Survey) yaitu metode berupa
pengambilan jenis herpetofauna berdasarkan perjumpaan langsung
pada jalur baik di daerah terrestrial maupun akuatik
 Metode kuadrat yaitu dengan menentukan lokasi pengambilan
sampel dengan diameter 10mX10m lalu diperhatikan jenis
herpetofauna yang masuk kedalam area tersebut
 Metode line transek yaitu dengan cara menarik garis tegak lurus,
kemudian di atas garis tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 10m X
10m, jarak antar kuadrat ditetapkan secara sistematis.

15
16

b. Perawatan Koleksi Hidup


Perawatan koleksi Hidup dilakukan setiap hari di kedua kandang
yang terdapat di Laboratorium Herpetologi ini. Perawatan tersebut rutin
dilakukan setiap hari agar kebersihan kandang tetap terjaga. Perawatan
tersebut meliputi:
1. Pemberian makan setiap hari
Pemberian pakan untuk kura-kura dilakukan pada waktu pagi
dan sore hari selama senin sampai minggu. Pakan yang diberikan
untuk kura-kura adalah pada hari senin diberikan daging ikan yang
dicincang (gambar 2.4) dan pellet pada hari berikutnya. Sedangkan
untuk pemberian pakan reptile lain seperti Hydrosaurus amboinensis
dan Tiliqua scincoides dilakukan pada siang hari selama senin
sampai minggu. Untuk Hydrosaurus amboinensis dan Tiliqua
scincoides diberikan pakan buah segar sedangkan untuk pakan dari
Ichthyophis yaitu hanya cacing kering.

Gambar 2.4. Daging ikan cincang untuk kura-kura


Sumber : dokumentasi pribadi, 2018
17

2. Pengamatan suhu setiap hari


Pengamatan suhu dilakukan pada saat pagi, siang dan sore
selama senin sampai minggu.

Gambar 2.5. Catatan pengamatan suhu dan kegiatan setiap harinya


Sumber : dokumentasi pribadi, 2018

3. Bersih-bersih atau pengurasan setiap hari Selasa dan Jum’at


Pembersihan kandang dilakukan untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan dari koleksi tersebut.

Gambar 2.6. Pengurasan kandang kura-kura


Sumber : dokumentasi pribadi, 2018
18

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama kegiatan PKL


tentang perawatan koleksi ilmiah yaitu spesies hewan yang terdapat di
koleksi ilmiah dipenangkaran disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Jenis fauna yang terdapat di penangkaran Laboratorium Herpetofauna

NO NAMA SPESIES KETERANGAN GAMBAR


Testudinata (Kura-kura)

1 Malayemys subtrijuga

2 Coura amboinensis

3 Elseya novaeguineae

4 Elseya braderhorsti

5 Elseya schultzei
19

6 Emydura subglobosa

7 Amyda cartillaginea

8 Siebenrockiella crassicollis

9 Cyclemys dentata

10 Trachemys scripta

11 Heosemys spinose
20

12 Carettochelys insculpta

Lacertilia (Kadal)

13 Hydrosaurus amboinensis

14 Tiliqua scincoides

15 Lanthanotus borneensis

16 Ichthyophis sp.

Ophidia (Ular)
21

17 Trimeresurus insularis

18 Trimeresurus purpureomaculatus

19 Morelia viridis

20 Python reticulatus

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018

c. Pengawetan Spesimen
1. Identifikasi
Identifikasi dilakukan agar spesies yang akan diawetkan
diketahui jenisnya. Identifikasi dapat dilakukan dengan cara melihat
ciri khusus yang dimiliki spesies tersebut lalu merujuk kepada
literatur mengenai ciri tersebut. Salah satu rujukan yang sering
digunakan di Laboratorium Herpetologi yaitu buku dari Dr. Nelly De
Rooij yang berjudul The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago
1 (Lacertilia, Chelonia, Emydosaura) tahun 1915.
22

Gambar 2.7. Contoh buku literatur yang dapat dijadikan identifikasi


Sumber: Dokumen pribadi, 2018

2. Pemberian Nomor MZB


Merupakan salah satu proses penataan koleksi agar spesimen
tertata dengan baik sesuai dengan nomor Museum Zoologicum
Bogoriense (MZB).
3. Pemotretan spesimen
Pemotretan ini dilakukan agar MZB memiliki dokumentasi foto
spesiemen sewaktu masih hidup dengan memperhatikan ciri khusus
yang dapat menentukan jenis spesies tersebut.
4. Anastesi (pembiausan)
Anastesi ini merupakan langkah untuk membius atau membunuh
spesimen. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan alcohol
96% atau 70%. Dapat juga dilakukan dengan menggunakan
Formalin 10% sebagai penggati alkohol.
5. Pengambilan sampel DNA
Pengambilan DNA dilakukan dengan mengambil hati atau otot
bagian paha dalam dari suatu spesies + 3mg lalu dimasukkan ke
dalam tabung efendorf 1.5 mL yang berisi alkohol 95%. Metode
ektraksi ini dilakukan dengan menggunakan prosedur Sambrook, et
al (1989) dalam buku Molecular Cloning A Laboratory Manual
dengan beberapa modifikasi.
6. Fiksasi
Proses ini bertujuan untuk mengawetkan keadaan morfologi
spesimen agar bentuk tubuhnya seperti pada saat hidupnya (gambar
23

2.8). Proses fiksasi dilakukan dengan penyuntikan tubuh dengan


alcohol 90% disekitar area berdaging (perut, kepala, leher, kaki dan
ekor). Hal tesebut dilakukan untuk proses pengawetan bagian dalam.
Hewan yang berukuran kecil tidak perlu menyuntikkan alkohol
(misalnya cicak atau katak kecil), cukup mengiris atau menusuk
bagian tersebut agar akohol yang diluar tubuh dapat terserap.
Selanjutnya dilakukan pengaturan posisi spesimen meliputi
posisi seluruh bagian tubuh, terutama tubuh yang menjadi ciri
karakteristik dari spesimen tersebut agar pada saat diidentifikasi
kemudian hari dapat lebih mudah diketahui jenisnya. Setelah
pengaturan posisi selesai, kemudian disemprot dengan menggunakan
formalin 10% untuk pengawetan dan pengerasan bagian luar tubuh
spesies. Kemudian spesimen ditutupi tisu towel/kain serbet dan
disemprot di bagian luar tisu towel sehingga tisu towel basah oleh
larutan formalin 10% lalu ditutup dan dibiarkan selama 1x24 jam
atau sampai mengeras.

Gambar 2.8. Proses fiksasi


Sumber: dokumentasi pribadi, 2018

Setelah mengeras, kemudian meredam spesimen tersebut di air


mengalir selama 1x24 jam atau jika terasa kurang hingga 2x24 jam.
Hal tersebut untuk menghilangkan sisa formalin yang ada di tubuh
24

spesimen. Setelah dirasa formalin sudah tidak ada, maka spesimen


dapat disimpan atau dipindah pada botol koleksi yang kemudian diisi
dengan larutan alcohol 70% hingga seluruh bagian spesimen
terendam alkohol tersebut.
d. Pendataan spesimen
1. Kataloging
Untuk keperluan registrasi spesimen, perlu dibuat label serta
diadakannya pembukuan dalam database atau buku data. Semua data
dasar yang didapatkan saat ekpedisi, hasil ekspedisi (nama jenis atau
suku) dan data saat preservasi (nomor lapangan) dimasukkan
kedalam buku katalog sesuai dengan family masing-masing (gambar
2.9).
Informasi yang terdapat pada buku katalog adalah nomor
registrasi MZB, Nomor Lapangan, nama spesimen, suku, tanggal
koleksi, habitat, lokasi, koordinat GPS, jenis kelamin, tanggal
koleksi, nama kolektor dan keterangan lain yang mendukung. Data
yang dimasukkan merupakan data urutan dari suatu jenis amfibi dari
nomor lapangan terkecil hingga nomor lapangan terbesar.

Gambar 2.9. Buku Katalog Laboratorium Herpetologi


(Sumber: Dokumen pribadi, 2018)

2. Labeling
Setiap spesimen kemudian diberikan label dengan menggunakan
kertas perkamen yang tahan terhadap bahan kimia seperti alkohol
25

(gambar 2.10). Informasi yang ditulis di kertas label tersebut harus


sesuai dengan yang tertulis di buku katalog agar identifikasi di label
sesuai dengan spesimen yang ada.
Label kemudian dimasukkan kedalam botol yang telah terdapat
spesimen yang sesuai. Label tersebut memuat informasi yang sama
dengan buku katalog yaitu nomor registrasi MZB, Nomor Lapangan,
nama spesimen, suku, tanggal koleksi, habitat, lokasi, koordinat
GPS, jenis kelamin, tanggal koleksi dan nama kolektor. Hal ini
sangat akan membantu dalam menjelaskan identitas spesimen.
Kemudian pada tutup botol ditulis nomor registrasi MZB untuk
memudahkan pada saat pencarian spesimen.

Gambar 2.10. Kertas Label Laboratorium Herpetologi


(Sumber: Dokumen pribadi, 2018)

Jumlah koleksi awetan jenis Amfibia dan Reptilia berdasarkan


nomor katalog koleksi yang terdapat di Museum Zoologicum
Bogoriense (MZB) adalah sebagai berikut:
1. Amfibia : Jumlah nomor katalog adalah 31060;
2. Reptilia dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
a. Crocodylia (buaya): jumlah nomor katalog adalah 52;
b. Testudinata (kura-kura): Jumlah nomor katalog adalah 407;
c. Lacertilia (kadal): Jumlah nomor katalog adalah 14547;
d. Ophidia (ular): Jumlah nomor katalog adalah 6174.
26

e. Perawatan Di Ruang Koleksi


1. Penyimpanan spesimen
Ruang yang baik untuk penyimpanan koleksi basah maupun
kering dilengkapi dengan alat pengukur udara dan kelembapan,
pendingin udara (air condition) dan penyedot kelembapan
(humidinifer). Sehingga suhu dan kelembapan ruangan dapat
terkendali yaitu sekitar 20oC-21oC dan 45%-60%.
Kualitas alcohol dalam botol juga perlu diperhatikan. Alcohol
harus merendam seluruh bagian tubuh dari spesimen. Alcohol juga
harus jernih dan kadarnya tidak boleh kurang dari 70%.
2. Patroli koleksi
Patroli koleksi dilakukan dengan cara mengecek di setiap loker
penyimpanan. Patroli koleksi ini meliputi kegiatan antara lain:
1. Penggantian tutup botol yang rusak
2. Penambahan alkohol yang berkurang atau menurun kadar
alkoholnya
3. Pengelapan botol spesimen agar terhindar dari debu, kotoran
dan jamur

3.1.2 Kegiatan Identifikasi Morfologi Tokek Rumah


Kegiatan identifikasi morfologi tokek rumah ini dilakukan dengan
menggunakan kunci identifikasi buku Dr. Nelly De Rooij yang berjudul The
Reptiles of the Indo-Australian Archipelago 1 (Lacertilia, Chelonia,
Emydosaura) tahun 1915. Buku ini sudah menjadi salah satu rujukan utama
untuk mengetahui serta dasar dari identifikasi berbagai hewan termasuk
salah satunya adalah kelas Lacertilia ini. Berikut adalah beberapa karakter
morfologi yang cocok sehingga dapat ditemukan kunci identifikasinya
untuk mengetahui jenis spesies.

Ordo Lacertilia
Tulang kuadrat diartikulasikan ke tengkorak, distal bebas, daerah
temporal tanpa atau dengan satu temporal arch, dua bagian mandibula yang
27

bersatuk, gigi tidak dalam alveoli. Pembukaan anal transversal, organ


terdapat organ kopulatori.
A. Lidah halus atau dengan papila panjang
a. Kepala ditutupi oleh granula atau sisik kecil
1. Tubuh pipih, ditutupi dengan granula kecil atau sisik. Pleurodont,
lidah pendek, digits anterior lemah ..................... Fam Gekkonidae

Fam Gekkonidae
Tubuh biasanya pipih, di atas dengan sisik kecil atau granula yang
sering bercampur dengan tuberkel, kepala tanpa perisai simetris yang besar.
Lidah pendek, bifid lemah di bagian depan, halus atau dengan papilla
pleurodont panjang. Mata besar, dengan pupil vertikal. Telinga besar.
Tungkai berkembang dengan baik, digit kuat dan sering melebar dan
digunakan untuk memanjat permukaan halus. Pori-pori femoralis atau
preanal sering ada hanya pada jantan. Ekor sangat rapuh. Sebagian besar
dari mereka aktif di malam hari.
B. Digit (kuku) sangat melebar
c. sendi distal bebas pada ekstremitas ekspansi digital, serangkaian
lamella infradigital tunggal
1. digit bebas atau berselaput................................... Genus gecko

Genus Gecko Laurenti


Digit sangat melebar, bebas atau berselaput, dengan lamellae yang tidak
terbagi di bawah, semua mencakar, kecuali bagian dalam. Kepala dan tubuh
ditutupi di atas dengan sisik-sisik granular atau tuberkel yang disejajarkan.
Pupil vertikal. Jantan dengan pori-pori preanal atau femoralis.
B. Rostral tidak berbatasan dengan lubang hidung
II. tidak ada selaput di sisi tubuh, ekor tertekan, digit bebas.
a. Lebar kepala sama dengan dua kali jarak dari ujung moncong ke
orbit, tenggorokan tertutup dengan butiran kecil datar, masing-
masing annulus ekor dengan 5-6 deret sisik di atas, 3 di bawah
………… Spesies Gecko verticulatus (G.gekko)
28

Spesies Gecko verticulatus Laur.

a b

Gambar 3.1. Gecko verticulatus Laur


Sumber : (a) de Rooij, N. 1915. (b) dokumentasi pribadi

Kepala besar; lebarnya sama dengan dua kali jarak dari ujung moncong
ke orbit, dan dari orbit ke pembukaan telinga; moncong segitiga, tumpul,
satu kali dan tiga perlima atau satu kali dan dua pertiga diameter orbit, dahi
cekung; pembukaan telinga sempit, miring, diameter vertikal setidaknya
setengah orbit. Kepala ditutupi dengan sisik poligonal cembung kecil.
Renggang besar, dua kali lebih besar; lubang hidung dibatasi oleh lima atau
enam hidung membesar (gambar. 12).

Gambar 3.2. Lubang hidung dengan pelindung


sekitarnya
Sumber : de Rooij, N. 1915.

Dua belas hingga lima belas labial atas dan sepuluh hingga tiga belas
labial; mental berbentuk bervariasi; empat atau lima pasang dagu-perisai,
lebih kecil dari labial. Punggung dengan granula kecil dan sekitar dua belas
seri tuberkulum longitudinal; tenggorokan dengan butiran datar. Sisik
ventral besar, imbricate. Jantan dengan 13-24 pori-pori dalam serangkaian
sudut pendek. Ekor sedikit pipih, lonjong, annulate, ditutupi dengan sisik
halus segi empat, lebih besar di bawahnya, setiap annulus terdiri dari 5-6
baris sisik di atas, 3 di bawah; di atas tubercles kerucut besar dalam 6 seri
longitudinal. Anggota badan sedang; digit bebas, melebar, inferior dengan
29

lamellae melengkung tak terbagi (gambar 13). Abu-abu di atas dengan


bintik-bintik merah; Ekor lebih gelap. Di bawah lebih putih, sering beraneka
warna dengan abu-abu. Panjang kepala dan badan 171 mm; ekor 150 mm.

a b

Gambar 3.3. Digits and Lamella Gecko gecko


Sumber : (a) de Rooij, N. 1915. (b) dokumentasi pribadi

3.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan


Selama kegiatan PKL berlangsung terdapat faktor pendukung yang
memperlancar kegiatan dan juga terdapat faktor penghambat yang dapat
menghambat saat kegiatan berlangsung. Faktor yang menjadi pendukung
berlangungnya kegiatan adalah adanya bantuan dari teman-teman sesama
PKL di Herpetofauna LIPI Cibinong mulai dari persiapan, pengenalan
kegiatan hingga pengerjaan topik.
Arahan dari pembimbing juga sangat bermanfaat karena dapat
mengurangi kesalahan dalam melakukan kegiatan ini, serta adanya bantuan
dari pembimbing dalam menyiapkan bahan maupun alat dan bahan misalnya
menyiapkan saat manajemen kolesksi maupun pemilahan spesimen dari
Gekko gecko berbagai populasi. Karena spesimen yang berada di Museum
Zoologicum Bogoriense (MZB) sangat banyak jumlahnya dan sangat
beragam maka Arahan dan bantuan dari pembimbing maupun staf peneliti
sangat banyak membantu penelitian ini. Kegiatan yang dilakukan dalam
percobaan ini mulai dari persiapan alat, bahan, manajemen koleksi, hingga
identifikasi akan sangat sulit apabila dilakukan secara mandiri karena
terdapat lebih dari 300 spesimen Gekko gecko dari berbagai populasi
diseluruh Indonesia.
30

Faktor penghambat pada kegiatan ini adalah terdapat beberapa


spesimen yang telah rusak. Namun faktor penghambat tersebut dapat diatasi
setelah mencari spesimen yang dapat diidentifikasi dengan lokasi populasi
yang sama. Factor penghambat lainya yaitu beberapa spesies hasil kegiatan
sampling yang sedikit jenisnya sehingga mahasiswa tidak secara
keselururuhan dapat mempraktekkan proses manajemen koleksi. Mahasiswa
hanya mendapatkan spesies jenis Amfibia dan Lacertilia. Untuk spesies
jenis Crocodylia, Testudinata, dan Ophidia mahasiswa tidak melakukan
manajemen koleksi namun hanya mempelajari dari beberapa spesimen yang
terdapat di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) tersebut.

3.3. Temuan-Temuan untuk Pengembangan


Temuan penting untuk pengembangan pada kegiatan PKL ini antara
lain adalah mahasiswa dapat mengembangbiakkan beberapa spesies
herpetofauna. Pengembangbiakan herpetofauna dapat digunakan untuk
keperluan penelitian maupun konservasi.
Keseragaman dan keberagaman berbagai populasi herpetofauna
menjadikan kekayaan tersendiri untuk setiap populasi sehingga
kemungkinan dapat ditemukan variasi-variasi morfologi baru. Penelitian
lebih lanjut tentang perbedaan variasi morfologi antar populasi sangat
dibutuhkan guna mengetahui kekerabatan antar populasi dari berbagai
pulau, misalnya antar pulau Sumatera dan Maluku apakah terdapat
perbedaan karena terpisah jauh antar pulau tersebut.

3.4. Data dari Kajian Teoritis


Karakter dari Gekko gecko yaitu Kepala besar; lebarnya sama dengan
dua kali jarak dari ujung moncong ke orbit, dan dari orbit ke pembukaan
telinga; moncong segitiga, tumpul, satu kali dan tiga perlima atau satu kali
dan dua pertiga diameter orbit, dahi cekung; pembukaan telinga sempit,
miring, diameter vertikal setidaknya setengah orbit (de Rooij, N, 1915).
31

Menurut Rösler et al, (2011) untuk karakter dijelaskan dengan


mengetahui morfometrik dan meristiknya. Gecko gecko memiliki Panjang
SVL 150.0–191.0 mm; nares tidak bersentuhan dengan rostral; nasal 3–6;
postmentals relatif lambat, tubercle dorsal baris 10-19; pori precloacal 10–
16; tuberkulum pascakloak 2-4 (jarang tunggal); anyaman antara jari tangan
dan kaki yang kurang; tuberkel muncul di bagian depan dan belakang;
lipatan lateral tanpa tuberkel; subcaudal membesar, dalam dua baris paralel;
iris kuning, hijau, biru atau merah bata; Pola kepala berbentuk seperti mata
biasanya dapat dilihat; terang (putih), lebih atau kurang transversally diatur,
simetris punggung dan bercak lateral.
Untuk distribusi dari Gekko gecko ini Dari India dan Nepal ke Cina,
ke selatan ke Indonesia (Kepulauan Indoaustralia) (Gambar 3.4); G.
albofasciolatus endemik di Borneo; G. verreauxi endemik di Kepulauan
Andaman; Gekko sp. "Tioman" adalah endemik Pulau Tioman; Gekko sp.
"Sulawesi" endemik di Sulawesi; Gekko sp. "Togian" adalah endemic
Togian dan Batudaka. Populasi Allochthonous dari Gekko gecko ada di
Karibia, di Belize, di Hawaii dan di Florida (Kraus, 2009).
Karakter morfologi lebih spesifik dapat digunakan untuk mencari
karakter morfometrik maupun meristik dari spesies tersebut. Seperti
dicontohkan lebih spesifik dalam Rösler et al (2011) yang menjelaskan
terdapat 28 karakter pembeda yaitu SVL = moncong-panjang ventilasi, TL =
panjang ekor, AG = jarak antara aksila dan selangkangan, LT = panjang
paha (dari lutut ke tengah tubuh), HL = panjang kepala maksimum (dari
ujung moncong ke belakang margin of ear), HW = lebar kepala maksimum,
HH = tinggi kepala maksimum, SE = jarak dari ujung moncong ke depan
mata, EE = jarak antara margin belakang mata dan belakang telinga, ED =
diameter mata maksimum, EAD = diameter telinga maksimal, RW = lebar
rostral maksimal, RH = tinggi rostral maksimal, MW = lebar mental
maksimum, ML = panjang rostral maksimal, DTL = panjang tubercel dorsal
(di salah satu dari dua baris tengah di tengah belakang), DTW = lebar
tuberkulum dorsal, LTL = panjang tuberkulum lateral, LTW = lebar
tuberkulum lateral.
32

Rösler et al (2011) menyatakan terdapat karakter selanjutnya yaitu


SPL = supralabial, SBL = sublabial (atau infralabial), N = nasal (dalam arah
dari rostral ke labial: nasorostral, supranasal, postnasals), I = internasal
(sisik antara nasorostral dalam kontak dengan rostral), SC7SPL = sisik
melintang antara supralabial ketujuh, IO = interorbital, CS = duri siliaris,
PM = postmental, GP = gulars yang berbatasan dengan postmental, DTR =
barisan tuberkulum dorsal, GSDT = butiran di sekeliling tuberkel dorsal,
SMC = sisik di sepanjang bagian bawah tubuh dari mental ke depan kloaka
celah, SR = sisik di sekitar bagian tengah tubuh, V = ventral, TT = tuberkel
paha, LF1 = lamella subdigital di bawah jari pertama, LF4 = lamella
subdigital di bawah jari keempat, LZ1 = lamella subdigital di bawah jari
kaki pertama, LZ4 = lamellae subdigital di bawah jari kaki keempat, PP =
pori-pori precloacal (hanya pada laki-laki), PS = sisik precloacal (hanya
pada wanita), PAT = tuberkulum postcloacal, T1W = tuberkel pada whorl
caudal pertama, T5W = tubercles pada whorl caudal kelima, S3W = garis
punggung dorsal di tengah-tengah lingkaran ekor ketiga, SC = subcaudals
sepanjang bagian bawah ekor dari celah kloaka ke ujung ekor..
33

Gambar 3.4. Peta Asia Timur dan Tenggara dan Kepulauan Indo-Australia
menunjukkan distribusi perkiraan (A) kelompok Gekko japonicus, G.
petricolus, G. monarchus dan G. athymus dan (B) G. gecko, G. porosus, dan G.
vittatus grup serta G. vietnamensis
Sumber: Rösler et al, (2011)

3.5. Analisis Kegiatan


Tokek memiliki panjang berkisar antara 21-35 cm (saat dewasa).
Tubuh tokek Gekko adalah silinder, jongkok, dan agak rata di sisi atas
(Corl, 1999). Secara umum morfologi Gekko gecko memiliki kepala lebar,
sebanding dengan dua kali jarak moncong hingga ke mata dan mata ke
34

lubang telinga. Moncong triangular, tumpul, lebih panjang daripada


diameter mata.
Pada lubang telinga berukuran relatif kecil, oblique, diameter vertikal
setengah dari diameter mata. Kepala tertutup sisik poligonal. Bagian rostral
lebar, dengan lebar dua kali tingginya. Nostril dibatasi oleh lima hingga
enam sisik nasal. Sisik labial atas berjumlah 12-15 dan labial bawah 10-13.
Bagian mental terdapat sisik yang lebih kecil daripada sisik labial, seragam
dan berjumlah 4 hingga 5 pasang. Bagian dorsal dengan sisik kasar yang
pipih dan biasanya terdapat 12 sisik granuler besar di sepanjang bagian
dorsal
Tokek adalah sebangsa kadal kecil yang tidak berbahaya. Ada ratusan
jenis tokek yang hidup diseluruh dunia, kebanyakan di negara beriklim
panas; sebagian berukuran kecil dan panjangnya tidak lebih dari 15 cm.
Biasanya tokek hidup dipohon atau diantara bebatuan. Ada juga yang hidup
dalam rumah dan memakan serangga. Jari-jari kakinya mempunyai lapisan
pelekat sehingga dapat menempel sekalipun pada permukaan yang licin
seperti jendela kaca. Kait-kait kecil ini memungkinkan tokek berjalan
dilangit-langit dan berlari-lari ditembok. Sebagian besar tokek mencari
mangsa pada malam hari. Tidak seperti bangsa kadal lain, tokek dapat
mengeluarkan suara mengerik dan menceklik (Siti, 2013).

Gambar 3.5. Tokek Rumah (Gekko gecko)


Sumber: (Caillabet, 2013)
35

Menurut ITIS (Integrated Taxonomy Information System) Klasifikasi


dari spesies Tokek Gekko gecko (Linnaeus, 1758) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia  Animal, animaux, animals
Subkingdom : Bilateria
Infrakingdom : Deuterostomia
Phylum : Chordata  cordés, cordado, chordates
Subphylum : Vertebrata  vertebrado, vertébrés, vertebrates
Infraphylum : Gnathostomata
Superclass : Tetrapoda
Class : Reptilia Laurenti, 1768  répteis, reptiles,
Reptiles
Order : Squamata Oppel, 1811  Amphisbaenians,
Lizards, Snakes, amphisbènes, lézards, serpents
Suborder : Gekkota
Family : Gekkonidae  Geckos
Genus : Gekko Laurenti, 1768  Gekkos, Tropical
Asian Geckos, Typical Geckos
Species : Gekko gecko (Linnaeus, 1758)  Tokay Gekko,
Tokay Gecko
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pengalaman yang diperoleh serta pembahasan,
diperoleh kesimpulan yaitu terdapat dua proses manajemen koleksi yang
terdapat di Laboratorium Herpetologi yaitu:
4.1.1. Perawatan Koleksi Hidup dengan cara Pemberian makan setiap hari,
pengamatan suhu setiap hari dan bersih-bersih atau pengurasan; serta
perawatan koleksi ilmiah dengan cara menjaga kulitas suhu dan
kelembapan ruang koleksi. Tahap pengawetan setelah mendapatkan
spesies dari lapangan yaitu Identifikasi, Pemberian Nomor MZB,
Pemotretan spesimen, Anastesi (pembiausan), Pengambilan sampel
DNA dan Fiksasi. Sedangkan untuk pendataan spesimen dilakukan
dua tahap yaitu Kataloging dan Labeling.
4.1.2. Kegiatan identifikasi dilakukan dengan kunci identifikasi melalui
berbagai karakter seperti morfologi, meristik dan morfometrik. Buku
atau sumber yang digunakan untuk identifikasi yaitu buku dari de
Rooij, N berjudul The Reptiles of The Indo-Australian Archipelago
(Chapter 1 & 2) yang ditulis pada tahun 1915. Dari hasil kegiatan
dapat disimpulkan bahwa karakter seperti morfologi, meristik dan
morfometrik tersebut mengarah ke spesies Gecko verticulatus Laur
atau sekarang disebut dengan Gekko gecko (Linnaeus 1758).
4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu untuk tempat kegiatan khususnya di
Laboratorium Herpetologi yaitu sebaiknya kegiatan PKL disampaikan lebih
rinci sebelum mahasiswa melaksanakan kegiatan PKL, sehingga mahasiswa
dapat menyiapkan proses kegiatan PKL lebih baik lagi.

36
DAFTAR RUJUKAN
Caillabet, O, S. 2013. The Trade in Tokay Geckos Gekko gecko in South-East
Asia: with a case study on Novel Medicinal Claims in Peninsular Malaysia.
TRAFFIC. Petaling Jaya, Selangor, Malaysia
de Rooij, N. 1915. The Reptiles of The Indo-Australian Archipelago I: Lacertilia,
Chelonia, Emydosaura. E. J. Brill, Ltd. London
Integrated Taxonomy Information System (ITIS). (Online).
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&searc
h_value=174050#null. Diakses pada (24 Agustus 2018)
Kraus, F. 2009. Alien Reptiles and Amphibians, a Scientific Compendium and
Analysis. Springer Verlag, Dordrecht, xii + 567 pp.,
Rösler, H., Bauer, A.M., Heinicke, M., Greenbaum, E., Jackman, T., Nguyen,
Q.T. & Ziegler, T. 2011. Phylogeny, taxonomy, and zoogeography of the
genus Gekko Laurenti, 1768 with the revalidation of G. reevesii Gray, 1831
(Sauria: Gekkonidae). Zootaxa, 2989, 1–50
Sambrook J, Fritschi EF and Maniatis T. 1989. Molecular cloning: a laboratory
manual. Cold Spring Harbor Laboratory Press, New York.
Sejarah biologi lipi (Online) http://www.biologi.lipi.go.id/index.php/2017-01-04-
03-52-26/sejarah. Diakses pada (11 Juli 2018).
Siti, N, H. 2013. Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktek Jual Beli Tokek untuk
Obat-obatan (Studi Kasus di Desa Tajung Sari Kecamatan Tlogowungu
Kabupaten Pati). Undergraduate (S1) thesis, IAIN Walisongo.

37

Anda mungkin juga menyukai