Anda di halaman 1dari 25

Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

KETUBAN PECAH DINI

Disusun Oleh :

Rifqi Risdya Pratama 1810029048

Pembimbing :
dr. Handy Wiradharma, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada


Laboratorium Obstetri dan Ginekologi
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT,


berkat rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan Makalah
Tutorial Klinik tentang “Ketuban Pecah Dini”. Makalah ini
disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium
Obstertri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dr.
Handy Wiradharma, Sp.OG, selaku dosen pembimbing Tutorial
Klinik yang telah memberikan bimbingan kepada penyusun
dalam penyelesaian makalah ini. Penyusun menyadari terdapat
ketidaksempurnaan dalam makalah ini, sehingga penyusun
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan. Akhir kata,
semoga makalah ini berguna bagi penyusun sendiri dan para
pembaca.

Samarinda, 15 April 2019

Penyusun

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban


sebelum proses persalinan berlangsung. KPD merupakan masalah penting dalam
obstetri dan termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kejadian KPD 30-40%
berhubungan dengan persalinan premature, dan 85% mortalitas dan morbiditas
neonatus terjadi akibat kelahiran premature tersebut (Mercer, 2005). Komplikasi
dapat terjadi baik pada maternal ataupun neonatal, seperti diantarnya infeksi
maternal ataupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin, dan meningkatnya insiden seksio sesarea karena gagalnya
persalinan normal (Sujiyatini, 2009; Soewarto, 2014).
Insiden KPD di Indonesia berkisar 4,5% samapi 7,6% dari seluruh
kehamilan, sedangkan di luar negeri insiden KPD antara 6% sampai 12%.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2010) menunjukkan bahwa kasus
KPD di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sebanyak 284.838 kasus (Zein, 2017).
Di Propinsi Kalimantan Timur, terdapat sekitar 1.360 kasus KPD (Handayani &
Adisasmita, 2013).
Hasil penelitian Fatkihiyah di tahun 2008 menyebutkan dampak ketuban
pecah dini adalah asfiksia pada bayi, dengan prevalensi 60,9%. Angka kejadian
ketuban pecah dini walaupun relatif kecil, tetapi dapat memberikan pengaruh yang
cukup besar sebagai awal terjadinya komplikasi pada janin bahkan sampai
kematian janin. Berdasarkan hasil penelitian Tjandrarini bahwa dari persalinan
ketuban pecah dini terdapat 25,3% bayinya mengalami gawat janin yang berlanjut
menjadi asfiksia.

3
1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mengetahui teori tentang ketuban pecah dini serta kesesuaian antara


teori dengan kasus nyata.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Mengetahui teori tentang preeklamsia berat yakni mencakup:
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Klasifikasi
e. Tanda dan Gejala
f. Diagnosis
g. Penatalaksanaan

2. Mengetahui kesesuaian antara teori dengan kasus nyata


ketuban pecah dini di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah

Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang


kedokteran terutama bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang
ketuban pecah dini

1.3.2. Manfaat bagi Pembaca


Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi
pembaca mengenai ketuban pecah dini.

4
BAB 2
LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Selasa, 23 April


2019 pukul 21.30 WITA di ruang VK Mawar RSUD AW. Sjahranie
Samarinda.

2.1 ANAMNESIS

1) Identitas pasien
Nama : Ny. NVCA
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Bidan
Alamat : Jl.M.Said No.10
Masuk Rumah Sakit : Selasa, 23 April 2019 pukul 21.30 WITA
2) Keluhan Utama
Keluar air-air melalui jalan lahir semenjak pukul 19.00
3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD AWS dengan keluhan keluar air-


air dari jalan lahir sejak hari selasa pukul 19.00 SMRS. Air terasa
keluar merembes, volume banyak, berwarna jernih, tidak berbau. Ibu
juga mengeluhkan perut terasaa kencang-kencang bagian bawah sejak
4 jam sebelum masuk rumah sakit, yang terasa hilang timbul. Keluar
lendir darah dari jalan lahir. Ibu rasakan gerakan janin posisif. Tidak
ada mual muntah. BAB dan BAK dalam batas normal.

4) Riwayat Penyakit dahulu

Tidak ada.

5) Riwayat Penyakit Keluarga


DM (ibu kandung)

5
6) Riwayat Haid
Menarche usia : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari dan teratur
Lama haid : 7 hari, dengan banyak 3 kali ganti

pembalut/hari

HPHT : 13-06-2018
Taksiran persalinan : 20-04-2019

7) Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, sejak umur pertama kali menikah 24 tahun,
dan lama menikah 8 tahun.

8) Riwayat Obstetrik

No. Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Jenis Hidup/


Partus Partus Hamil Persalinan Persalinan Kelamin Mati
dan BB
lahir
1. 2012 RS AWS 9 mingu kuretase Dokter - -
2. 2013 RS AWS Aterm Spontan Dokter 2800 Hidup
gr/Laki-
laki
3. 2019 Hamil Ini

9) Riwayat Ante Natal Care


Rutin memeriksakan kehamilan di klinik bidan.
10) Riwayat Kontrasepsi
Riwayat KB suntik 1 ½ tahun dan pil dengan lama 2 tahun

2.2 PEMERIKSAAN FISIK


1) Keadaan umum : Tampak sakit sedang
2) Kesadaran : Komposmentis/E4V5M6
3) Berat badan : 71 kg
4) Tinggi badan : 160 cm
5) Tanda-tanda vital :

6
a. Tekanan darah : 130/90 mmHg
b. Frekuensi nadi : 73 kali/menit, regular, kuat angkat
c. Frekuensi nafas : 20 kali/menit, regular

d. Suhu : 36 oC (per axiller)


6) Status Generalis
a. Kepala/Leher : Normosefali
b. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik)
c. Telinga/hidung/tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan
d. Thorax :

Jantung :
o Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5 MCL sinistra
o Perkusi : batas jantung normal
o Auskultasi : S1S2 tunggal regular, mumur (-), gallop(-)
Paru :
o Inspeksi : dinding thoraks simetris, seirama gerakan
nafas
o Palpasi : fremitus suara dekstra = sinistra
o Perkusi : sonor
o Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing(-/-)
Abdomen :
o Inspeksi : dinding abdomen cembung, linea nigra (+)
o Palpasi : soefl, organomegali (-), nyeri tekan (-)
o Perkusi : timpani, asites (-)
o Auskultasif : bising usus (+) normal, metallic sound (-)
Ekstremitas :
o Atas: akral hangat, edema (-/-)
o Bawah: akral hangat, pitting edema (-/-), varises (-/-)

7
7) Status Obstetri
Inspeksi : abdomen membesar sesuai umur kehamilan, linea
nigra (+), striae gravidarum (+), bekas operasi (-)

Palpasi :
o Tinggi fundus uteri (TFU) :33 cm
o Taksiran berat janin (TBJ) : 3.255 gr
o Leopold I :Terasa bagian lunak, kesan bokong
o Leopold II :Teraba bagian datar kesan punggung pada sisi kiri
ibu, letak memanjang
o Leopold III : Teraba bagian keras, kesan kepala, sudah masuk
PAP
o Leopold IV : 4/5
o HIS : 2 kali dalam 10 menit dengan durasi 25-30 detik
o DJJ : 140x/menit
o Vaginal Touche : Vagina dan Vulva tidak tampak kelainan
Portio tebal kaku, arah posterior
Pembukaan 1 cm
Ketuban merembes
Presentasi kepala
Penurunan kepala di Hodge 1
Pelepasan lender, tidak diikuti darah
o Pemeriksaan Kertas lakmus: Merah menjadi biru, pH 8

2.3 PEMERIKSAANPENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 24 April 2019)
Darah lengkap :
o Leukosit : 8.24/uL
o Hemoglobin : 11.0 g/dL
o Hematokrit : 34.5%
o Trombosit : 224.000/uL
o BT : 3 menit
o CT : 9 menit

8
Kimia Klinik :
o GDS : 126 mg/dL
o Ureum : 20.1mg/dL
o Creatinin : 0.6 mg/dL
Imuno-Serologi :
o AbHIV : NonReaktif
o HbsAg : NonReaktif
Urinalisa :
o Berat Jenis : 1.010
o Leuko : +3
o Warna : Kuning
o Kejernihan : Keruh
o pH : 8.0
o Protein : +1
o Bakteri : +3

2.4 DIAGNOSIS KERJA


G3P1101 A100 gravid 39-40 minggu Inpartu Kala I Fase Laten dengan KPD

2.5 TATALAKSANA
- IVFD RL 500 ml 20 tpm 2 kolf
- Gastrul ¼ tablet 1x200 mcg pervaginam

9
OBSERVASI PASIEN DI RUANG
Tanggal Observasi

23/04/2019 S : Keluar air- air merembes (+) sejak pukul 19.00 WITA,
21.15 perut kencang-kencang, keluar cairan warna jernih.
IGD O:
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 37 C
TFU : 34 cm
Leopold I : Terasa bagian lunak, kesan
bokong
Leopold II : Teraba bagian datar kesan
punggung pada sisi kiri ibu
Leopold III : Teraba bagian keras, kesan
kepala, belum masuk pintu atas
panggul
Leopold IV : 5/5
HIS : 1 x 10 menit, 25 detik
DJJ : 140 dpm
VT : Vagina dan vulva tidak tampak
kelainan
Portio tebal kaku, arah posterior
Pembukaan 1 cm
Ketuban positif
Pelepasan lender tanpa diikuti
darah
Pemeriksaan Kertas : Merah menjadi biru
Lakmus pH 8

A : G3P1101 A100 gravid 39-40 minggu Inpartu Kala I Fase Laten


dengan KPD
P:
Konsul ke dokter Sp.OG untuk menaikkan pasien ke VK

10
23/04/2019 Menerima pasien dari IGD
21.30 S : Ibu mengeluhkan keluar air-air dari jalan lahir sejak sore
VK tadi pukul 19.00, warna cairan jernih , disertai perut ibu
kencang-kencang.
O:
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36 C
TFU : 34 cm
Leopold I : Terasa bagian lunak, kesan
bokong
Leopold II : Teraba bagian datar kesan
punggung pada sisi kiri ibu
Leopold III : Teraba bagian keras, kesan
kepala, belum masuk pintu atas
panggul
Leopold IV : 5/5
HIS : 3 x 10 menit, 10-15 detik
DJJ : 143 dpm
VT : Vagina dan vulva tidak tampak
kelainan
Portio tebal lunak, arah posterior
Pembukaan 2 cm
Ketuban positif
Bloodslyme negative
Edema tungkai atas dan bawah
Pemeriksaan Kertas : Merah menjadi biru
Lakmus pH 8

A : G3P1101 A100 gravid 39-40 minggu Inpartu Kala I Fase Laten


dengan KPD
P:
 Observasi keadaan umum dan TTV
 Observasi DJJ dan HIS
 Pantau kemajuan persalinan menggunakan
partograf
24/04/2019 S : Ibu mengatakan perut kencang-kenang dan rasa ingin
00.30 mengejan
VK O : DJJ 130x/menit
HIS 4x10’ durasi 40-50”
Pembukaan 6cm
Portio tipis
Penurunan di hodge 1
A : G3P1101 A100 gravid 39-40 minggu Inpartu Kala I Fase Aktif

11
P:

Observasi HIS, DJJ, dan kemajuan persalinan


dengan partograf
 Ajarkan teknik relaksasi
 Anjuran berbaring miring kiri
24/04/2019 S : Ibu mengatakan ingin mengejan
00.43 O : DJJ 130x/menit
VK HIS 4x10’ durasi >40”
Pembukaan lengkap 10cm
Portio tipis
Penurunan di hodge III
A : G3P1101 A100 gravid 39-40 minggu Inpartu Kala II
P :
 Atur posisi pasien
 Ajarkan teknik meneran yang benar
 Lakukan pertolongan persalinan

24/04/2019 S : Ibu mengatakan ingin mengejan (-)


01.01 O : Bayi lahir spontan jenis kelamin laki-laki
VK Apgar score 8/9 BB 3200 gram PB 48cm
A : P2102 A100 Kala III persalinan
P :
 Lakukan manajemen aktif kala III persalinan

15/04/2019 S : Ibu mengatakan perut terasa mules


12.01 O : Keadaan umum : Baik
VK Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah 110/80 mmHg
Nadi 80x/menit
Pernapasan 22x/menit
T 38 C
TFU 2 jari dibawah pusat
HIS baik
Plasenta lahir pervaginam lengkap. Perdarahan + 50 cc,
kontraksi uterus keras. Tekanan darah : 150/100 mmHg.
A : Kala IV persalinan
P:
 Observasi keadaan umum dan tanda vital post partum
(Tekanan darah, Nadi, Suhu, Pernapasan, dan
Perdarahan)
 Kolaborasi dengan dokter Sp.OG
 Parasetamol 3x500mg per oral
 Biosanbe 1x1 per oral

12
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
tanpa disertai tanda in partu dan setelah satu jam tidak diikuti dengan proses in
partu (Manuaba,2007). KPD dapat dibagi menjadi KPD aterm yaitu pecahnya
ketuban setelah 37 minggu kehamilan dan preterm yaitu sebelum 37 minggu
kehamilan. Dalam keadaan normal 8 – 10% wanita hamil aterm akan mengalami
KPD dan KPD preterm terjadi pada 1% kehamilan. KPD preterm merupakan
komplikasi umum yang terjadi pada kehamilan sekitar 3% dari seluruh kehamilan
(Prawirohardjo, 2014; Soewarto, 2014;Jazayeri, 2016).
Terdapat pula teori yang berdasarkan pada pembukaan serviks, yaitu
ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, dimana bila pembukaan
kurang dari 3 cm pada primipara sedangkan kurang dari 5 cm pada multipara.
Kebanyakan wanita hamil yang mengalami KPD, pada kehamilan aterm biasanya
mulai terjadi kontraksi rahim dalam waktu 12 – 48 jam. Sedangkan, pada usia
kehamilan 32 – 34 minggu biasanya terjadi dalam waktu 4 hari atau lebih setelah
selaput ketuban pecah (Sofian, 2011; Moldenhauer, 2016).

2.2. Faktor Resiko


Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang
menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada
selaput ketuban ataupun infeksi asenden dari vagina atau serviks. Selain itu
terdapat beberapa faktor resiko lain, diantaranya (Tahir, 2012):
a. fisiologi selaput ketuban yang abnormal
b. serviks inkompetensia,
c. kelainan letak janin,
d. usia wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun,
e. faktor golongan darah,
f. faktor multigraviditas/paritas,

13
g. merokok,
h. keadaan sosial ekonomi,
i. perdarahan antepartum,
j. riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya,
k. riwayat KPD sebelumnya,
l. defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat,
m. ketegangan rahim yang berlebihan,
n. kesempitan panggul,
o. kelelahan ibu dalam bekerja, serta
p. trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan
amniosintesis (Tahir, 2012).

2.3. Etiopatologis
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan kontraksi uterus
dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh,
bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara
sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan
selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk terjadinya KPD adalah
(Prawirohardjo, 2014):
1) Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
2) Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan
struktur abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang
dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati
waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada
degradasi proteolitik dari matriks ekstra seluler dan membran janin. Aktivitas
degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit
periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi KPD
(Prawirohardjo, 2014).
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda, dan pada trimester

14
ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin.
Pada trimester akhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya
selaput ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis. KPD pada
prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang
menjalar dari vagina. KPD prematur sering terjadi pada polihidromnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta (Prawirohardjo, 2014).

2.5. Diagnosis

Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaan inspekulo. Ada beberapa hal yang harus ditentukan untuk
menganalisis bahwa cairan yang keluar merupakan cairan air ketuban. Adapun
cara untuk menilai bahwa cairan yang keluar itu merupakan cairan air ketuban
adalah sebagai berikut (Kemenkes RI, 2013) :
1. Dari anamnesis didapatkan penderita merasa keluar cairan yang banyak
secara tiba-tiba.
2. Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo dengan spekulum steril
untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau menggenang di
forniks posterior. Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah janin, atau
minta ibu untuk mengedan/batuk.
3. Pastikan bahwa cairan tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan:
a. Bau cairan ketuban yang khas
b. Test lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru. Harap diingat bahwa
darah, semen dan infeksi dapat menyebabkan hasil positif palsu.
c. Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati secret
servikovaginal yang mengering
4. Pastika tidak ada tanda-tanda inpartu dan kontraksi yang teratur. Periksaan
dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan)
antara lain untuk melihat skor pelvik.
5. Tentukan usia kehamilan bila perlu dengan USG.
6. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda infeksi : suhu ibu ≥ 38 C, air

15
ketuban keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA
(Leukosit Esterase), leukosit darah >15.000/ mm3, janin yang mengalami
takhikardi, mungkin mengalami infeksi intra uterine.

Secara klinik diagnosis KPD tidak sukar dibuat. Anamnesa pada klien
dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat
menilai itu mengarah ke KPD. Untuk menentukan betul tidaknya terjadi KPD
bisa dilakukan dengan cara :
1. Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak
putih), rambut lanugo atau bulu-bulu halus bila telah terinfeksi bau.
2. Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban
keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat
cairan ketuban pada forniks posterior.
3. Terdapat infeksi genital (sistemik)
4. Gejala Chorioamnionitis
a. Maternal: demam dan takikardi, uterine tenderness, cairan amnion yang
keruh, leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit
esterase (LEA) meningkat, kultur darah/ urine
b. Fetal: takikardi, kardiotokografi, profibiofisik, volume cairan ketuban
berkurang.
5. Tes valsava (tes dengan melakukan ekspirasi paksa), tes valsava dapat
dilakukan dengan cara melakukan ekspirasi paksa dengan menutup mulut dan
hidung yang akan menambah tekanan pada telinga dan tekanan pada bagian
fundus, sehingga jika terjadi KPD, maka air ketuban akan keluar (Fadlun,
2011).

2.6. Penatalaksanaan
Pada kasus KPD yang cukup bulan, jika kehamilan segera diakhiri, maka
akan akan meningkatkan insidensi secsio sesarea dan apabila menunggu
persalinan spontan, maka akan meningkatkan insiden chorioamnionitis. Kasus
KPD yang kurang bulan jika menempuh cara-cara aktif harus di pastikan bahwa
tidak akan terjadi RDS, dan jika menempuh cara konservatif dengan maksud

16
memberikan waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan
infeksi yang akan memeperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan tidak di ketahui
secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk
mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD
dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh
Karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk
menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan matang,
choriamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama
meningkatnya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan,
infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau
lamanya periode laten.

Penatalaksanaan KPD dapat dilakukan dengan beberapa cara (Cunningham,


2015; Prawirohardjo, 2014):
1. Konservatif
Penatalaksanaan konservatif ketuban pecah dini pada kehamilan preterm
antara lain:
a. Rawat di rumah sakit, ditidurkan dengan posisi trendelenburg position,
tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan mencapai 37 minggu.
b. Berikan antibiotika (Ampisilin 4 x 500 mg atau Eritromisin bila tidak
tahan Ampisilin) dan Metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. Pemberian Magnesium
Sulfat sebagai brain protector dengan dosis 4 gram sebagai dosis inisial
dalam 20 menit, dilanjutkan dengan 1 gram/jam sampai lahir, maksimum
24 jam.
d. Pada usia kehamilan 32 – 34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin. Sediaan terdiri atas betametason 12 mg sehari
dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali).

17
e. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa negatif maka beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
f. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
g. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dengan
rejimen Ampisilin 2 g intravena setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti oleh
Amoksisilin (500 mg per oral tiga kali sehari atau 875 mg secara oral dua
kali sehari) selama lima hari dan lakukan induksi.
h. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit tanda-tanda infeksi intrauterin).
2. Aktif
Kasus ketuban pecah dini pada kehamilan aterm penatalaksanaan berupa
penanganan aktif, antara lain:
 Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan
terminasi kehamilan perabdominam. Dapat pula diberikan misoprostol 50
μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
 Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan di akhiri:
i. Bila skor pelvik <5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi.
Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
ii. Bila skor pelvik >5 induksi persalinan, partus pervaginam

Berikut penatalaksanaan KPD berdasarkan usia kehamilan (Kemenkes RI,


2013):
1. Tatalaksana Utama
a. Berikan eritromisisn 4 x 250 mg selama 10 hari
b. Rujuk ke fasilitas yang memadai
2. Tatalaksana Khusus
a. Di rs rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan:
i. ≥ 34 minggu:
 Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada
kontraindikasi
ii. 24-33 minggu:

18
 Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin,
lakukan persalinan segera
 Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam
atau betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam
 Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan
janin.
 Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia
kehamillan 32-33 minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan
kematangan paru dan hasil emnunjukkan bahwa paru sduah
matang (komunikasikan dan sesuaikan dengan fasilitas
perawatan bayi preterm)
iii. < 24 minggu:
 Pertimbangan dilakukan dengan melihat resiko ibu dan janin
 Lakukan konseling pada pasien. terminasi kehamilan mungkin
menjadi pilihan
 Jika terjadi infeksi (korioamnionitis) lakukan tatalaksana
korioamnionitis

19
BAB 4

PEMBAHASAN

Pasien Ny. SDY usia 27 tahun datang ke IGD RSUD AW. Sjahranie
Samarinda pada hari Senin, 15 April 2019 pukul 01.00 WITA dengan keluhan
utama keluar air-air dari jalan lahir. Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada,
berikut dibawah ini uraian kesesuaian kasus dengan teori yang ada.

KASUS TEORI
Anamesis :  Anamnesis didapatkan penderita merasa
- Keluar air-air merembes, keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba
berwarna jenih, tidak berbau
- Perut kencang-kencang  Faktor resiko
- Keluar lendir darah o fisiologi selaput ketuban yang
abnormal
- RPD = -
o serviks inkompetensia,

- RPK = DM (Ibu) o kelainan letak janin,


o usia wanita kurang dari 20 tahun dan
di atas 35 tahun,
o faktor golongan darah,
o faktor multigraviditas/paritas,
o merokok,
o keadaan sosial ekonomi,
o perdarahan antepartum,
o riwayat abortus dan persalinan
preterm sebelumnya,
o riwayat KPD sebelumnya,
o defisiensi gizi yaitu tembaga atau
asam askorbat,
o ketegangan rahim yang berlebihan,
o kesempitan panggul,

20
o kelelahan ibu dalam bekerja, serta
o trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan
dalam dan amniosintesis

Pemeriksaan Fisik :
Tanda-Tanda Vital:  Pastikan tidak ada tanda-tanda inpartu dan
 Tekanan darah :
130/90 mmHg kontraksi yang teratur. Periksaan dalam

 Frekuensi nadi : dilakukan bila akan dilakukan penanganan

80 kali/menit, regular, kuat aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk


melihat skor pelvik.
angkat
 Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda
 Frekuensi nafas : infeksi : suhu ibu ≥ 38 C, air ketuban keruh
20 kali/menit, regular dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan
 Suhu o
: 37 C (per tes LEA (Leukosit Esterase), leukosit darah
axiller)
>15.000/ mm3, janin yang mengalami
Pem. Obstetrik:
DJJ: 144 dpm takhikardi, mungkin mengalami infeksi intra
His: 1x10’, 25” uterine.
Vaginal Touche
 Portio tebal lunak,
posterior
 Pembukaan 1
 Presentasi Kepala
 Kepala Hodge 1
 Ketuban negatif

21
Pemeriksaan Penunjang : - Pastikan cairan merupakan cairan amnion
Perubahan warna kertas dengan kertas lakmus (nitrazin test), merah
lakmus menjadi biru menjadi biru

Penatalaksanaan :
 IVFD RL 20 tpm Penatalaksanaan KPD pada usia kehamilan aterm:
 Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan
 Inj. Cefotaxime 1 gr/ 8 jam
oksitosin, bila gagal lakukan terminasi
kehamilan perabdominam. Dapat pula
diberikan misoprostol 50 μg intravaginal
tiap 6 jam maksimal 4 kali.
 Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan
antibiotika dosis tinggi dan persalinan di
akhiri:
iii. Bila skor pelvik <5 lakukan
pematangan serviks kemudian
induksi. Jika tidak berhasil akhiri
persalinan dengan seksio sesaria.
iv. Bila skor pelvik >5 induksi
persalinan, partus pervaginam

22
BAB 5

PENUTUP

Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum


waktunya tanpa disertai tanda in partu dan setelah satu jam tidak
diikuti dengan proses in partu. Dalam keadaan normal 8 – 10%
wanita hamil aterm akan mengalami KPD. Pada kasus Ny SDY yang
berusia 29 tahun yang datang ke IDG RSUD AWS Samarinda,
setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, maka didapatkan diagnosis G2P1001 A000 gravid 40-41
minggu + belum inpartu + KPD. Pasien kemudian mendapatkan
tatalaksana aktif berupa induksi persalinan disertai pemberian
antibiotik. Secara umum penegakkan diagnosis maupun
penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat dan sesuai dengan teori.

23
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, G. (2015). Obstetri William Vol. 1. Jakarta: EGC


Fadlun. (2011). AsuhanKebidananPatologis. Jakarta :Salemba Medika.
Fatkiyah, N. (2008). Hubungan Antara Persalinan Ketuban Pecah Dini Dengan
Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD DR. Soeselo Kabupaten Tegal.
Tegal: Jurnal Kebidanan
Fetrisia, W., & Nurhasanah, S. (2013). Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi
Tahun 2013. Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 4,
No. 1, 72-79.
Handayani, R. R., & Adisasmita, A. C. (2013). Kejadian Komplikasi Maternal:
Pelaporan di Rumah Sakit dan Hasil Riskesdas di Indonesia Tahun 2010
(Analisis SIRS dan Riskesdas). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Univeristas Indonesia, Depok.
Jazayeri, A. (2016). Premature Rupture of Membrane. Avaliable
athttps://emedicine.medscape.com/article/261137-overview.Accessed 12
Februari 2019.
Kosim, M Sholeh. (2010). Pemerikssan Kekeruhan Air Ketuban. Jurnal Sari
Pediatri, Vol. 11, No. 5. http://httpsaripediatri.idai.or.idpdfile11-5-12.pdf
Manuaba, I. G., Chandranita Manuaba, I. A., & Fajar Manuaba, I. B. (2007).
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. G., Chandranita Manuaba, I. A., & Fajar Manuaba, I. B. (2010). Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan KB Untuk Pendidikan Bidan, Ed. 2.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; hal.105
Marmi, et al. (2016). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mercer, B. (2005). Periviable birth at 20-26 weeks of gestation. Am J Obstet
Gynecol.
Moldenhauer, J. S. (2016). Premature Rupture of The Membranes. Merck Manual
Professional Version.
Nugroho, T.(2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Hal 150-151
Oxorn, H.(2010). Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta:

24
ANDI. hal.505-506.
Prabantoro, BTR. (2011). Peran Endonuclease-G sebagai Biomarker Penentu
Apoptosis Sel Amnion pada Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini.
Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta :Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
RCOG. (2010). Preterm Prelabour Rupture of Membranes. Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists.
Soewarto, S. (2014). Ketuban Pecah Dini. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (4
ed.). (pp. 677-682). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sofian, A. (2011). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi (3 ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.
Sujiyatini, dkk. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika
Tahir, S. (2012). Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin.
Tjandrarini D, Djaja S.( 2009). Aspek Kehamilan dan Persalinan pada Kematian
Neonatal akibat asfiksia lahir sebelum dan setelah intervensi manajemen
asfiksia di Kabupaten Cirebon: Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.8 No.3
Zein, H. (2017). Hubungan Faktor Risiko dengan Ketuban Pecah Dini di RSUD
Abdul Whab Sjahranie Samarinda. Samarinda: Universitas Mulawarman.

25

Anda mungkin juga menyukai