Anda di halaman 1dari 8

PROSEDUR KLINIS RABIES

No. Dokumen :
87/SOP/7.2.1.3/BPU DS/2019
SOP No. Revisi : 02
Tanggal Terbit : 1 April 2019
Halaman : 1/7

PUSKESMAS dr Rita Wedya Astuti


KECAMATAN NIP.197407032006042024
DUREN SAWIT

1. Pengertian 1. Hepatitis B adalah virus yang menyerang hati, masuk


melalui darah ataupun cairan tubuh dari seseorang yang
terinfeksi seperti halnya virus HIV. Virus ini tersebar luas di
seluruh dunia dengan angka kejadian yang berbeda-beda.
Tingkat prevalensi hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi
berkisar 2,5% di Banjarmasin sampai 25,61% di Kupang,
sehingga termasuk dalam kelompok negara dengan
endemisitas sedang sampai tinggi.
Infeksi hepatitis B dapat berupa keadaan yang akut
dengan gejala yang berlangsung kurang dari 6 bulan.
Apabila perjalanan penyakit berlangsung lebih dari 6 bulan
maka kita sebut sebagai hepatitis kronik (5%). Hepatitis B
kronik dapat berkembang menjadi penyakit hati kronik yaitu
sirosis hepatis, 10% dari penderita sirosis hepatis akan
berkembang menjadi kanker hati (hepatoma).

2. Faktor risiko
a. Mempunyai hubungan kelamin yang tidak aman dengan
orang yang sudah terinfeksi hepatitis B.
b. Memakai jarum suntik secara bergantian terutama
kepada penyalahgunaan obat suntik.
c. Menggunakan alat-alat yang biasa melukai bersama-
sama dengan penderita hepatitis B.
d. Orang yang bekerja pada tempat-tempat yang terpapar
dengan darah manusia.
e. Orang yang pernah mendapat transfusi darah sebelum
dilakukan pemilahan terhadap donor.
f. Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.
g. Anak yang dilahirkan oleh ibu yang menderita hepatitis B.

3. Diagnosis
a. Anamnesis Gejala baru timbul apabila seseorang telah
terinfeksi selama 6 minggu Keluhan utama: gangguan
gastrointestinal, seperti : malaise, anoreksia,

1
b. Gejala flu : batuk, fotofobia, sakit kepala, mialgia.
c. Gejala prodromal seperti diatas akan menghilang pada
saat timbul kuning, tetapi keluhan anoreksia, malaise, dan
kelemahan dapat menetap.
d. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna
gelap. Pruritus (biasanya ringan dan sementara) dapat
timbul ketika ikterus meningkat. Pada saat badan kuning,
biasanya diikuti oleh pembesaran hati yang diikuti oleh rasa
sakit bila ditekan di bagian perut kanan atas. Setelah gejala
tersebut akan timbul fase resolusi.
e. Pada sebagian kasus hepatitis B kronik terdapat
pembesaran hati dan limpa.
f. Umumnya tidak menimbulkan gejala terutama pada anak-
anak
4. Pemeriksaan fisik :
a. Konjungtiva ikterus
b. pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati,
c. Splenomegali dan limfadenopati pada 15-20% pasien.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes laboratorium urin (bilirubin di dalam urin)
b. Pemeriksaan darah : peningkatan kadar bilirubin dalam
darah, kadar SGOT dan SGPT ≥ 2x nilai normal tertinggi,
dilakukan pada fasilitas primer yang lebih lengkap.
6. Diagnosis
a. Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding
a. Kolesistitis
b. Abses hepar
c. Sirrosishepar
d. Hepatitis virus lainnya
8. Komplikasi
a. Hepatitis A Fulminan
b. Sirosis Hati
c. Ensefalopati Hepatik
d. Koagulopati
9. Penatalaksanaan
a. Asupan kalori dan cairan yang adekuat
b. Tirah baring
c. Tata laksana Farmakologi sesuai dengan gejala yang
dirasakan oleh pasien:
Antipiretik bila demam; ibuprofen 2x400mg/hari.
Apabila ada keluhan gastrointestinal, seperti: Mual :
Antiemetik seperti Metoklopropamid 3x10 mg/hari atau
Domperidon 3x10mg/hari.

PROSEDUR KLINIS RABIES 2


87/SOP/7.2.1.3/BPU DS/2019
Perut perih dan kembung : H2 Bloker (Simetidin 3x200
mg/hari atau Ranitidin 2x 150mg/hari) atau Proton Pump
Inhibitor (Omeprazol 1 x 20 mg/hari).
10. Rencana Tindak Lanjut
a. Kontrol secara berkala terutama bila muncul kembali
gejala kearah penyakit hepatitis
b. Konseling dan Edukasi
c. Pada hepatitis B kronis karena pengobatan cukup lama,
keluarga ikut mendukung pasien agar teratur minum
obat. Pada fase akut, keluarga ikut menjaga asupan
kalori dan cairan yang adekuat, dan membatasi
aktivitasfisik pasien.
e. Pencegahan penularan pada anggota keluarga dengan
modifikasi pola hidup untuk pencegahan transmisi, dan
imunisasi.
11. Kriteria rujukan:
a. Pasien yang telah terdiagnosis Hepatitis B dirujuk ke
pelayanan sekunder (spesialis penyakit dalam)

2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam penatalaksanaan


Hepatitis B di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Nomor 006
Tahun 2019 Tentang Kebijakan Layanan Klinis.
4. Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2015 tentang
akreditasi Puskesmas, klinik pratama, tempat praktik mandiri
dokter umum dan tempat praktik mandiri dokter gigi
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 5 tahun 2014
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Pelayanan Primer
5. Langkah-langkah 1. Persiapan Alat & Bahan
a. Tensi meter
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Tabung oksigen
e. Surat rujukan
2. Petugas yang melaksanakan
a. Dokter
b. Perawat
c. Analis
d. Petugas Kesling
3. Langkah-langkah :

PROSEDUR KLINIS RABIES 3


87/SOP/7.2.1.3/BPU DS/2019
a. Perawat melakukan pengukuran tekanan darah, suhu
badan dan mencatat dalam status pasien.
b. Dokter melakukan anamnesa terarah, pemeriksaan
fisik.
c. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang :
Laboratorium
d. Dokter mendiagnosa Hepatitis A.
e. Dokter memberikan tata laksana / resep sesuai
dengan diagnosis
Penatalaksanaan:
a. Asupan kalori dan cairan yang adekuat
b. Tirah baring
c. Tata laksana Farmakologi sesuai dengan gejala yang
dirasakan oleh pasien:
Antipiretik bila demam; ibuprofen 2x400mg/hari.
Apabila ada keluhan gastrointestinal, seperti:
1. Mual : Antiemetik seperti Metoklopropamid 3x10
mg/hari atau
Domperidon 3x10mg/hari.
2. Perut perih dan kembung : H2 Bloker (Simetidin
3x200 mg/hari atau
Ranitidin 2x 150mg/hari) atau Proton Pump Inhibitor
(Omeprazol 1 x 20
mg/hari).
Rencana Tindak Lanjut
Kontrol secara berkala untuk menilai hasil pengobatan.
Konseling dan Edukasi
a. Sanitasi dan higiene mampu mencegah penularan
virus.
b. Vaksinasi Hepatitis A diberikan kepada orang-orang
yang berisiko tinggi terinfeksi.
c. Keluarga ikut menjaga asupankaloridancairan yang
adekuat, dan membatasi aktivitasfisik pasien selama
fase akut.
f. Dokter memberikan edukasi mengenai penyakit
Hepatitis A dan menjelaskan tentang rencana
pengobatan.
PROSEDUR KLINIS RABIES 4
87/SOP/7.2.1.3/BPU DS/2019
g. Dokter melakukan rujukan jika :
a. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yang
menetap tanpa disertai keluhan yang lain.
b. Penderita Hepatitis A dengan penurunan kesadaran
dengan kemungkinan ke arah ensefalopati hepatik.
sudah terjadi komplikasi dan keadaannya semakin
berat.
h. Petugas melakukan dokumentasi kegiatan yang
dilakukan.

6. Bagan Alir

Persiapan Melakukan
alat dan Perawat/Petugas Medis Pemeriksaan Ukur
bahan melakukan indetifikasi Tinggi, Berat
pasien Badan, Suhu,
Pernapasan.

Menunggu
panggilan dokter

Dilakukan pemeriksaan oleh


dokter dan pemeriksaan
penunjang

Hepatitis A dengan
Ya
kriteria rujukan

tidak

Tatalaksana sesuai gejala/ Rujuk ke Rumah


keluhan Sakit

Kontrol berkala

Mencatat laporan di
status pasien

PROSEDUR KLINIS RABIES 5


87/SOP/7.2.1.3/BPU DS/2019
7. Hal-hal yang 1. Memberikan terapi sesuai dengan diagnosis yang telah
perlu dibuat.
diperhatikan 2. Komplikasi dan gejala penyebab
3. Keluarga dan lingkungan yang mungkin terkena
hepatitis
8. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Laboratorium
3. Kesehatan lingkungan
9. Dokumen Terkait 1. Status pasien
2. Surat rujukan

PROSEDUR KLINIS RABIES 6


87/SOP/7.2.1.3/BPU DS/2019
10. Rekaman Historis Perubahan

Tanggal mulai
No. Halaman Yang diubah Isi Perubahan
diberlakukan

Disesuaikan dengan
buku pedoman
1 1 1. KOP SOP pembuatan 1 juni 2019
dokumen akreditasi
th 2017

Mengacu pada SK
payung no. 006
Tahun 2019 tentang
2. Kebijakan 1 Juni 2019
Kebijakan Mutu
Puskesmas dan
Keselamatan Pasien

2. Peraturan Menteri
Kesehatan RI
Nomor 5 tahun 2014
3. Referensi tentang Panduan 1 Juni 2019
Praktik Klinis Bagi
Dokter Pelayanan
Primer

Urutannya pindah
ke no.5 berisi
persiapan Alat dan
4. Langkah-
Bahan, Petugas 1 Juni 2019
langkah
yang melaksanakan
dan langkah-
langkah

Rekaman historis Halamannya


2 3 1 Juni 2019
perubahan dipisahkan

Rev jadi 02, Ka


Puskesmas jadi dr
3 1 1. KOP SOP Rita Wedya Astuti. 1 April 2019
Tanggal berlaku jadi
1 April 2019

Semua harus
mengisi bagan alir
2 Bagan Alir 1 April 2019
sesuai langkah-
langkah.

Hah-hal
yang perlu Harus diisi kolom 1 April 2019
diperhatikan hal-hal yang perlu

PROSEDUR KLINIS RABIES 7


87/SOP/7.2.1.3/BPU DS/2019
diperhatikan jangan
di strip

Footer PROSEDUR KLINIS


RABIES
3 1 April 2019
87/SOP/7.2.1.3/BPU
DS/2019

PROSEDUR KLINIS RABIES 8


87/SOP/7.2.1.3/BPU DS/2019

Anda mungkin juga menyukai