Anda di halaman 1dari 5

Sociological Jurisprudence Sebagai Salah Satu Aliran Filsafat Hukum

Nama : David Dwi Cahyo Nugroho


NIM : 175010101111060
Filsafat Hukum Kelas D

Pengertian Aliran Sociological Jurisprudence

Menurut aliran Sociological Jurisprudence, hukum yang baik haruslah hukum yang
sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif (the positive law) dengan hukum yang hidup di masyarakat (the living law).
Timbulnya aliran ini adalah dari hasil dialektika antara Positivisme Hukum (tesis) dan
Mazhab Sejarah (antitesis). Positivisme Hukum memandang hukum hanyalah perintah
penguasa, sedang Mazhab Sejarah memandang hukum timbul dan berkembang bersama
masyarakat.

Sebagaimana diketahui, Positivisme hukum memandang tida hukum kecuali perintah


yang diberikan penguasa (law is command of lawgivers), sebaliknya Mazhab Sejarah
menyatakan hukum timbul dan berkembang bersama dengan masyarakat. Aliran pertama
mementingkan akal, sementara aliran yang kedua lebih mementingkan pengalaman, dan
sosciological Jurisprudence menganggap keduanya sama pentingnya. Para Tokoh dalam
aliran ini antara lain: Eugen Ehrlich dan Roscoe Pound.

Perbedaan Sociological Jurisprudence dan Sosilogi Hukum ( The Sociologi of Law )

Istilah sociological dalam menamai aliran ini, menurut Paton, kurang tepat dan dapat
menimbulkan kekacauan. Ia lebih senang menggunakan istilah “metode fungsional” oleh
karena itu, ada pula yang menyebut sosciological Jurisprudence ini dengan Functional
Anthropogical. Dengan menggunakan istilah “metode fungsional” seperti diungkapkan di
atas, paton ingin menghindari kekacauan antara sosciological Jurisprudence dan sosiologi
hukum (the sosciologi of law).

Menurut Lily Rasjidi, perbedaan antara sosciological Jurisprudence dan sosiologi


hukum adalah nama aliran dalam filsafat hukum, sedangkan sosiologi hukum adalah sebagai
berikut. Pertama, sosciological Jurisprudence adalah nama aliran dalam filsafat hukum,
sedangkan sosiologi hukum adalah cabang dari soskiologi. Kedua, walaupun objek yang
dipelajari oleh keduanya adalah tentang pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat,
namun pendekatannya berbeda. sosciological Jurisprudence menggunakan pendekatan hukum
ke masyarakat, sedangkan sosiologi hukum memilih pendekatan dari masyarakat ke hukum.

Perbedaan yang mencolok antara kedua hal terebut adalah bahwa sosiologi hukum
berusaha menciptakan suatu ilmu mengenai kehidupan sosial sebagai suatu keseluruhan
danpembahasannya meliputi bagian terbesar dari sosiologi (secara umum) dan ilmu politik.
Titik berat penyelidikan sosiologi hukum terletak pada masyarakat dan hukum sebagai suatu
manifestasi semata, sedangkan sosciological Jurisprudence (seperti yang dikemukakan
Pound) menitik beratkan pada hukum dan memandang masyarakat dalam hubungannya
dengan hukum.

Eugen Ehrlich sebagai Pelopor Aliran Sociological Jurisprudence

Eugen Ehrlich dapat diannggap sebagai pelopor aliran Sociological Jurisprudence,


khususnya di Eropa. Ia adalah seorang ahli hukum dari Austri dan tokoh pertama yang
meninjau hukum dari sudut sosiologi.

Ehrlich melihat ada perbedaan antara hukum positif di satu pihak dengan hukum yang
hidup dalam masyarakat. (living law) di lain pihak. Menurutnya, hukum positif baru akan
memiliki daya berlaku yang efektif apabila berisikan, atau selaras dengan hukum yang hidup
dalam masyarakat tadi. Di sini jelas bahwa Ehrlich berbeda pendapat dengan penganut
Positivisme Hukum.

Ehrlich ingin membuktikan kebenaran teorinya, bahwa titik pusat perkembangan


hukum tidak terletak pada undang-undang, putusan hakim, atau ilmu hukum, tetapi pada
masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, sumber dan bentuk hukum yang utama adalah
kebiasaan. Hanya sayangnya, seperti dikatakan oleh Friedmann, dalam karyanya Ehrlich pada
akhirnya justru meragukan kebiasaan ini sebagai sumber dan bentuk hukum pada msayarakat
modern.

Selanjutnya Ehrlich beranggapan bahwa hukum tunduk kepada kekuatan-kekutan


sosial tertentu. Hukum sendiri tidak akan mungkin efektif, oleh karena ketertiban dalam
masyarakat didasarkan pada pengakuan sosila terhadap hukum, dan bukan karena
penerapannya secara resmi oleh negara. Bagi Ehrlich, tertib sosial didasarkan kepada fakta
diterimanya hukum yang didasarkan pada aturan yang dan norma sosial, yang tercermin
dalam sistem hukum. Secara konsekwen, Ehrlich beranggapan bahwa mereka yang berperan
sebagai pihak yang mengembangkan sistem hukum harus mempunyai hubungan yang erat
dengan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat yang bersangkutan. Kesadaran itu harus ada
pada setiap anggota profesi hukum yang bertugas mengembangkan hukum yang hidup dan
menentukan ruang lingkup positif dalam hubungannnya dengan hukum yang hidup.

Sampai disini terlihat bahwa pendapat Ehrlich mirip dengan von Savigny. Hanya saja,
Ehrlich lebih senang menggunakan istilah kenyataan sosial daripada istilah volksgeist
sebagaimana yang digunakan Savigny. Kenyataan-kenyataan sosial yang normatif itu dapat
menjadi normatif, sebagai kenyataan hukum (fast of law) atau hukum yang hidup (living
law), yang juga dinamakan Ehrlich dengan rechtsnormen, melalui empat cara (jalan) itu: (1)
kebiasaan (Uebung), (2) kekuasaan efektif, (3) milik efektif, dan (4) pernytaan kehendak
pribadi.

Tiga Kelemahan Utama Pemekiran Ehrlich menurut Friedmann

Friedmann membentangkan tiga kelemahan utama pemikiran Ehrlich karena


keinginannya meremehkan fungsi negara dalam pembentukan undang-undang. Pertama,
Ehrlich tidak memberikan kriteria yang jelas membedakan norma hukum dengan orma sosial
yang lain. Akibatnya, teori sosiologi dari Ehrlich dalam garis besarnya merupakan sosiologi
umum saja.

Kedua, ia meragukan posisi kebiasaan sebagai sumber hukum dan sebagai bentuk
hukum. Pada masayarakat primitif posisi kebiasaan sebagai sumber dan bentuk hukum, tetapi
tidak demikian lagi pada msyarakat modern. Pada masyarakat modern, posisi tersebut
digantikan oleh undang-undang, yang selalu-dengan derajat yang bermacam-macam-
bergatung kepada kenyatan-kenyataan hukum (fast law), namun berlakunya sebagai hukum
tidak bersumber pada ketaatan factual ini. Friemann menyatakan, kebingungan ini merembes
keseluruh karya Ehrlich.

Ketiga, Ehrlich menolak mengikuti logika perbedaan yang ia sendiri adakan antara
norma hukum dimana negara hanya memberi sanksi pada kenyataankenyataan sosial. Norma
yang pertama melindungi tujuan khusus negara, seperti kehidupan konstitusional, serta
keuangan dan administrasi. Dalam masyarakat modern norma ini terus bertambah banyak,
sehingga menuntut pengawasan yang lebih banyak dari negara. Konsekuensinya, peranan
kebiasaan terus berkurang, bahkan sebelumpembuatan Undang-undang yang dikeluarkan
pemerintah pusat mempengaruhi kebiasaan masyarakat sama banyaknya dengan pengaruh
pada dirinya sendiri.

Roscoe Pound Sang Penggagas Teori Law Is A Tool Of Social Engineering

Pound terkenal dengan teorinya bahwa hukum adalah alat untuk memperbarui (merekayasa)
masyarakat (law is a tool of social engineering). Untuk memenuhi perannya sebagai alat
merekayasa masyarakat, Pound membuat penggolongan-penggolongan atas kepentingan-
kepentingan yang harus dilindungi oleh hukum sebagai berikut:

1) Kepentingan umum (public interest) ; 2) Kepentingan masyarakat (social interest) ; 3)


Kepentingan pribadi (private interest):

Di Indonesia, konsep Pound dikembangkan oleh Mochtar Kusumaatmaja yangdikenal dengan


hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat.

Kesimpulan

Sociological Jurisprudence merupakan salah satu aliran filsafat hukum. Pelopor Aliran in
adalah Eugen Ehrlich. Friedmann pernah menemukan kelemahan dari pemikirna ehrlich.
Terdapat juga tokoh dari aliran ini yaitu Roscoe Pound yang menggagas teori law is a tool of
social engineering.
Daftar Pustaka

Bertens, K., 1992. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta : Kanisius

Friedmann, W., 1990. Teori dan Filsafat Hukum, telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum,
terjemahan Muhammmad Arifin, Jakarta : Rajawali

Rasjidi, L., 1988. filsafat Hukum, Apakah Hukum itu ? Cet. Ke-4, Bandung : Remadja Karya.

Anda mungkin juga menyukai