David Filkum Siap Cetak
David Filkum Siap Cetak
Menurut aliran Sociological Jurisprudence, hukum yang baik haruslah hukum yang
sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif (the positive law) dengan hukum yang hidup di masyarakat (the living law).
Timbulnya aliran ini adalah dari hasil dialektika antara Positivisme Hukum (tesis) dan
Mazhab Sejarah (antitesis). Positivisme Hukum memandang hukum hanyalah perintah
penguasa, sedang Mazhab Sejarah memandang hukum timbul dan berkembang bersama
masyarakat.
Istilah sociological dalam menamai aliran ini, menurut Paton, kurang tepat dan dapat
menimbulkan kekacauan. Ia lebih senang menggunakan istilah “metode fungsional” oleh
karena itu, ada pula yang menyebut sosciological Jurisprudence ini dengan Functional
Anthropogical. Dengan menggunakan istilah “metode fungsional” seperti diungkapkan di
atas, paton ingin menghindari kekacauan antara sosciological Jurisprudence dan sosiologi
hukum (the sosciologi of law).
Perbedaan yang mencolok antara kedua hal terebut adalah bahwa sosiologi hukum
berusaha menciptakan suatu ilmu mengenai kehidupan sosial sebagai suatu keseluruhan
danpembahasannya meliputi bagian terbesar dari sosiologi (secara umum) dan ilmu politik.
Titik berat penyelidikan sosiologi hukum terletak pada masyarakat dan hukum sebagai suatu
manifestasi semata, sedangkan sosciological Jurisprudence (seperti yang dikemukakan
Pound) menitik beratkan pada hukum dan memandang masyarakat dalam hubungannya
dengan hukum.
Ehrlich melihat ada perbedaan antara hukum positif di satu pihak dengan hukum yang
hidup dalam masyarakat. (living law) di lain pihak. Menurutnya, hukum positif baru akan
memiliki daya berlaku yang efektif apabila berisikan, atau selaras dengan hukum yang hidup
dalam masyarakat tadi. Di sini jelas bahwa Ehrlich berbeda pendapat dengan penganut
Positivisme Hukum.
Sampai disini terlihat bahwa pendapat Ehrlich mirip dengan von Savigny. Hanya saja,
Ehrlich lebih senang menggunakan istilah kenyataan sosial daripada istilah volksgeist
sebagaimana yang digunakan Savigny. Kenyataan-kenyataan sosial yang normatif itu dapat
menjadi normatif, sebagai kenyataan hukum (fast of law) atau hukum yang hidup (living
law), yang juga dinamakan Ehrlich dengan rechtsnormen, melalui empat cara (jalan) itu: (1)
kebiasaan (Uebung), (2) kekuasaan efektif, (3) milik efektif, dan (4) pernytaan kehendak
pribadi.
Kedua, ia meragukan posisi kebiasaan sebagai sumber hukum dan sebagai bentuk
hukum. Pada masayarakat primitif posisi kebiasaan sebagai sumber dan bentuk hukum, tetapi
tidak demikian lagi pada msyarakat modern. Pada masyarakat modern, posisi tersebut
digantikan oleh undang-undang, yang selalu-dengan derajat yang bermacam-macam-
bergatung kepada kenyatan-kenyataan hukum (fast law), namun berlakunya sebagai hukum
tidak bersumber pada ketaatan factual ini. Friemann menyatakan, kebingungan ini merembes
keseluruh karya Ehrlich.
Ketiga, Ehrlich menolak mengikuti logika perbedaan yang ia sendiri adakan antara
norma hukum dimana negara hanya memberi sanksi pada kenyataankenyataan sosial. Norma
yang pertama melindungi tujuan khusus negara, seperti kehidupan konstitusional, serta
keuangan dan administrasi. Dalam masyarakat modern norma ini terus bertambah banyak,
sehingga menuntut pengawasan yang lebih banyak dari negara. Konsekuensinya, peranan
kebiasaan terus berkurang, bahkan sebelumpembuatan Undang-undang yang dikeluarkan
pemerintah pusat mempengaruhi kebiasaan masyarakat sama banyaknya dengan pengaruh
pada dirinya sendiri.
Pound terkenal dengan teorinya bahwa hukum adalah alat untuk memperbarui (merekayasa)
masyarakat (law is a tool of social engineering). Untuk memenuhi perannya sebagai alat
merekayasa masyarakat, Pound membuat penggolongan-penggolongan atas kepentingan-
kepentingan yang harus dilindungi oleh hukum sebagai berikut:
Kesimpulan
Sociological Jurisprudence merupakan salah satu aliran filsafat hukum. Pelopor Aliran in
adalah Eugen Ehrlich. Friedmann pernah menemukan kelemahan dari pemikirna ehrlich.
Terdapat juga tokoh dari aliran ini yaitu Roscoe Pound yang menggagas teori law is a tool of
social engineering.
Daftar Pustaka
Friedmann, W., 1990. Teori dan Filsafat Hukum, telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum,
terjemahan Muhammmad Arifin, Jakarta : Rajawali
Rasjidi, L., 1988. filsafat Hukum, Apakah Hukum itu ? Cet. Ke-4, Bandung : Remadja Karya.