Anda di halaman 1dari 25

PENAK (GERAKAN NARAPIDANA ANAK) : GERAKAN PERLINDUNGAN

TERHADAP NARAPIDANA ANAK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN


KESEJAHTERAAN NARAPIDANA ANAK DI INDONESIA

KARYA TULIS ILMIAH COMPETITION


PIALA BERGILIR FORUM KAJIAN DAN PENELITIAN HUKUM (FKPH)
FKPH LAW FAIR 2017

DISUSUN OLEH:
David Dwi Cahyo Nugroho (175010101111060)
Umi Munawaroch (175010101111132)
Isna Laila Ilhami (175010101111172)
SPV:
Guardino Ibrahim Fahmi (165010100111120)
Muhammad Irfan (155010107111115 )

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Paper :PENAK (GERAKAN NARAPIDANA ANAK) : GERAKAN


PERLINDUNGAN TERHADAP NARAPIDANA ANAK SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN NARAPIDANA ANAK DI
INDONESIA
2. Peserta :
a. Ketua Kelompok :
Nama : David Dwi Cahyo Nugroho
NIM : 175010101111060
Angkatan : 2017
b. Anggota Kelompok
Nama : Umi Munawaroch
NIM : 175010101111132
Angakatan : 2017
c. Nama : Isna Laila Ilhami
NIM : 175010101111172
Angkatan : 2017
3. Supervisor :
Nama : Guardino Ibrahim Fahmi
NIM : 165010100111120
Angkatan : 2016
Malang, 26 November 2017

Menyetujui,

Supervisor Ketua Kelompok

Guardino Ibrahim Fahmi David Dwi Cahyo Nugroho


145010100111003 165010107111093

Mengetahui,
Direktur Utama FKPH FH UB

Wahidiyah Putri R ii
145010100111003
SURAT PERNYATAAN PESERTA

Yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Nama : DAVID DWI CAHYO NUGROHO
NIM : 175010101111060

2. Nama : UMI MUNAWAROCH


NIM : 175010101111132

3. Nama : ISNA LAILA ILHAMI


NIM : 175010101111172

Dengan ini menyatakan bahwa Paper dengan Judul PENAK (GERAKAN


NARAPIDANA ANAK) : GERAKAN PERLINDUNGAN TERHADAP NARAPIDANA
ANAK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN NARAPIDANA
ANAK DI INDONESIA adalah benar-benar asli merupakan hasil karya kami (bukan
jiplakan) dan paper tersebut belum pernah dan sedang tidak diikutsertakan dalam lomba lain
dan/atau dipublikasikan, kecuali dalam Paper Law Competition Piala Bergilir Forum Kajian
dan Penelitian Hukum (FKPH) FKPH Law Fair 2017 yang diselenggarakan oleh Forum
Kajian dan Penelitian Hukum.

Apabila di kemudian hari terbukti sebaliknya, maka kami bersedia mendapat sanksi
dan didiskualifikasi dari kompetisi tersebut.

Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa ada unsur paksaan
dari siapapun.

Malang, 26 November 2017


Yang membuat pernyataan,

KETUA KELOMPOK ANGGOTA ANGGOTA

DAVID DWI C.N UMI MUNAWAROCH ISNA LAILA ILHAMI


iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang kami beri judul “PENAK
(Peduli Narapidana Anak) ; Gerakan Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Sebagai
Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Narapidana Anak di Indonesia”.
Karya tulis ilmiah ini merupakan karya tulis pertama bagi kami selaku penyusun.
Dalam proses penyusunannya kami mengalami cukup banyak hambatan, namun segala
proses itu kami nikamati sebagai salah satu ajang pembelajaran bagi kami untuk menulis
karya-karya selanjutnya. Kami ucapkan terimakasih kepada Kak Guardino Ibrahim Fahmi
dan Kak Muhammad Irfan selaku supervisor kami yang telah membimbing kami selama
proses penyusunan karya tulis ilmiah ini. Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak lain yang telah membantu memperlancar proses penyusunan, kakak-kakak yang
selalu menyemangati dan mengingatkan kami untuk terus semangat membuat karya tulis ini.
Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang ada pada karya tulis
ini. Oleh karena itu kami menerima adanya kritik dan saran yang dapat dijadikan
pembelajaran ke depannya.
Akhir kata kami berharap agar karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk para
pembaca.

NOVEMBER 2017

TIM PENYUSUN

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN PESERTA ...............................................................iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................viii
PENDAHULUAN................................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA
Memahami Hak Anak ........................................................................................... 4
Institusi-Institusi yang dibutuhkan dalam Pelaksanaan Undang-Undang Sistem
Peradilan Anak ...................................................................................................... 4
Peraturan Yang Mengatur Pidana Anak ............................................................... 4
METODE PENULISAN
Tipe Penulisan ....................................................................................................... 6
Metode Penulisan .................................................................................................. 6
Teknik Penelusuran Bahan Hukum ...................................................................... 6
PEMBAHASAN
Kondisi Nyata Lapas Narapidana Anak di Indonesia ........................................... 7
Sebab-Sebab Timbulnya Kejahatan Oleh Anak ................................................... 8
Gerakan PENAK ................................................................................................. 11
Implementasi Gerakan PENAK (Peduli Narapidana Anak) Sebagai Upaya
Meningkatkan Kesejahteraan Narapidana Anak di Indonesia ............................ 11

PENUTUP
Kesimpulan ......................................................................................................... 15
Saran .................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16
CURRICULUM VITAE ................................................................................... 17
v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Gerakan PENAK bekerja........................................................................... 13

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Kondisi Sebelum dan Sesudah Menggunakan Gerakan PENAK ...... 14

vii
ABSTRAK
PENAK (GERAKAN NARAPIDANA ANAK) : GERAKAN PERLINDUNGAN
TERHADAP NARAPIDANA ANAK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN NARAPIDANA ANAK DI INDONESIA
David Dwi Cahyo Nugroho, Umi Munawaroch, Isna Laila Ilhami1

Tulisan ini membahas mengenai sebuah gerakan yang bernama PENAK(Peduli Narapidana
Anak) sebagai bentuk solusi terhadap masalah tidak terpenuhinnya fasilitas lapas untuk anak
dibawah umur yang terancam menjalani proses pemidanaan di lapas sesuai dengan Undang-
Undang No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak. Penelitian ini berfokus pada tiga
hal yakni : pertauran yang mengatur fasilitas narapidana di bawah umur di Indonesia,
keadaan fasilitas lapas anak dibawah umur saat ini, dan bagaimana Gerakan Penak (Peduli
Narapidana Anak) dapat mengatasi permasalahan di lapas anak. Adapun jenis penelitian yang
kami gunakan adalah yuridis normatif, yaitu dengan cara peneliti menelaah bahan hukum
baik primer (perundang-undangan), sekunder (literatur yang terkait dengan masalah yang
dikaji), serta tersier (kamus bahasa Indonesia, kamus hukum) untuk menjawab permasalahan
yang menjadi fokus penelitian kami. Hasil penelitian berkesimpulan bahwa Gerakan PENAK
(Peduli Narapidana Anak) menjadi salah satu jalan terbaik dalam sistem perlindungan dan
pengawasan narapidana anak dibawah umur demi memperoleh fasilitas lapas sesuai dengan
Undang-Undang yang berlaku.
Kata Kunci: Narapidana Anak, Kesejahteraan, Gerakan PENAK (Peduli Narapidana Anak)

ABSTRACT

PENAK (CHILDREN NUMBERS 'MOVEMENT): PROTECTION MOVEMENT TO


CHILDREN NUMBERSHIP AS EFFORTS IMPROVE CHILD WARRANTY IN
INDONESIA
David Dwi Cahyo Nugroho, Umi Munawaroch, Isna Laila Ilhami
This paper discusses a movement called PENAK (Caring for Child Prisoners) as a form of
solution to the problem of unavailability of prison facilities for underage children who are
threatened to undergo punishment process in prisons in accordance with the Law No.11 of
2012 on Juvenile Justice System. This study focuses on three matters: the arrangements of
underage prison facilities in Indonesia, the state of prisons for underage children, and how the
Pediatric Prisoner Movement can solve problems in child prisons. As for the type of research
we use is normative juridical, that is by the researcher review the legal material both primary
(legislation), secondary (literature related to the issues studied), and tertiary (Indonesian
dictionary, legal dictionary) to answer the problems became the focus of our research. The
results of the study concluded that the PENAK Movement (Peduli Najibidana Anak) is one of
the best paths in the protection and supervision system of minors for obtaining prison
facilities in accordance with applicable law.
Keywords: Child Prisoner, Welfare, PENAK Movement (Caring for Child Prisoners)

1
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya angkatan 2017
viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sepanjang tahun 2000, tercatat dalam statistik kriminal kepolisian lebih
dari 11.344 anak yang disangka sebagai pelaku tindak pidana. Pada bulan
Januari hingga Mei 2002, ditemukan 4.325 tahanan anak di rumah tahanan dan
lembaga pemasyarakatan di seluruh Indonesia. Data lain menyebutkan, lebih
dari 4.000 anak Indonesia diajukan ke pengadilan setiap tahunnya. Sementara
data Komnas Perlindungan Anak menunjukan trend peningkatan kuantitas kasus
anak-anak yang berhadapan dengan hukum, di mana data menunjukkan pada
tahun 2006 terdapat 6000 anak yang harus berhadapan dengan hukum, yang
meningkat menjadi 7000 anak pada tahun 2011. Pada umumnya mereka tidak
mendapatkan dukungan dari pengacara maupun dinas sosial, maka tidaklah
mengejutkan, sembilan dari sepuluh anak ini akhirnya dijebloskan ke penjara
atau rumah tahanan.2
Angka statistik di atas tentunya sangat memprihatinkan, mengingat
sebagaimana dituangkan dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, anak sebagai bagian dari generasi muda,
merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi
pembangunan nasional, yang diharapkan menjadi sumber daya manusia
Indonesia yang berkualitas, yang mampu memimpin serta memelihara kesatuan
dan persatuan bangsa3.
Berkaitan dengan pembinaan narapidana anak dibawah umur, maka
dibutuhkan fasilitas atau sarana dan prasarana lapas yang memadai. Mental anak
yang masih dalam tahap pencarian jati diri, terkadang mudah terpengaruh
dengan situasi dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Jika lingkungan lapas
tempat anak tersebut berada buruk, dapat mempengaruhi kepribadian anak

2
Yudhistira Adhi Nugraha, Tesis Pemidanaan Terhadap Terdakwa Anak Yang Terancam Pidana
Minimum Khusus Dalam Praktek Di Pengadilan Sebelum Berlakunya Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, diakses di
lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335013-T33048-Yudhistira%20Adhi%20Nugraha.pdf, diakses pada
26 november 2017.
3
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

1
menjadi buruk juga. Hal itu tentu saja dapat merugikan dirinya sendiri dan
masyarakat.4
Namun kasus ketidaksesuaian fasilitas lapas kerap kali terjadi, seperti di
Lapas Kelas I Makassar bahwa pelaksanaan pemenuhan hak narpidana anak
untuk mendapatkan pendidikan belum sepenuhnya terpenuhi5, ada juga di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Bandar Lampung Masih ada anak tidak
dipisahkan dari orang dewasa. Dalam aturannya menurut Pasal 3 huruf b
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
menyatakan bahwa anak dipisahkan dengan orang dewasa6, dan lain
sebagainnya

Berdasarkan data-data tersebut, dapat diketahui bahwa masih terdapat


narapidana anak dibawah umur yang belum mendapatkan fasilitas lapas sesuai
Undang-undang yang berlaku. Maka dari itu penulis memiliki sebuah gagasan
yaitu Gerakan PENAK (Peduli Narapidana Anak) : Gerakan Perlindungan
Terhadap Narapidana Anak Sebagai Upaya Meningkatkan Kesejahteraan
Narapidana Anak di Indonesia. Melalui gerakan tersebut diharapkan dapat
menambah kesejahteraan Narapidana Anak.
1.2 Rumusan Masalah

a) Apa saja peraturan yang mengatur mengenai fasilitas lembaga


pemasyarakatan narapidana dibawah umur di Indonesia?

b) Bagaimana keadaan dan fasilitas lembaga pemasyarakatan narapidana


dibawah umur di Indonesia saat ini ?

c) Bagaimana “Gerakan PENAK (Peduli Narapidana Anak)” dapat menjadi


sarana untuk mengatasi permasalahan yang ada di lapas guna
meningkatkan kesejahteraan narapidana lapas anak di Indonesia?

4
Yudhistira Adhi Nugraha, Op.Cit.,2.
5
Affandi Haris Raharjo, Skripsi Pemenuhan Hak Narapidana Anak Untuk Mendapatkan
Pendidikan Di Lembaga Pemasyarakata, diakses di
http://repository.unhas.ac.id/123456789/11017/skripsi%20lengkap-pidana-
afandi%20haris%20raharjo.pdf, diakses pada 26 November 2017.
6
Serly Rahmawati, Skripsi Analisis Penerapan Hak-Hak Anak Dalam Lembaga
Pemasyarakatan Anak (Studi Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas Iii Bandar Lampung), diakses
di digilib.unila.ac.id/22169/3/skripsi%20tanpa%20bab%20pembahasan.pdf, diakses pada 26
November 2017.

2
1.3 Tujuan

a) Mengerti tentang Apa saja peraturan yang mengatur mengenai fasilitas


lembaga pemasyarakatan narapidana dibawah umur di Indonesia.

b) Mengatahui keadaan dan fasilitas lembaga pemasyarakatan narapidana


dibawah umur di Indonesia saat ini

c) Memahami bagaimana “Gerakan PENAK (Peduli Narapidana Anak)”


dapat menjadi sarana untuk mengatasi permasalahan yang ada di lapas
guna meningkatkan kesejahteraan narapidana lapas anak di Indonesia

1.4 Manfaat

a) Manfaat Teoritis

Melalui karya tulis ini diharapkan masyarakat Indonesia dapat mengetahui


bagaimana sebenarnya hukum yang mengatur mengenai narapidana lapas
di Indonesia apakah sudah sesuai belum dengan peraturan yang sudah ada.

b) Manfaat Praktis

Undang-undang yang mengatur mengenai perlindungan anak dan juga


sistem peradilan anak sekarang ini memang telah diatur. Namun, dalam
realitasnya apakah hukum yang ada sudah dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Jika melihat realitas apa yang diharapkan banyak yang tidak
sesuai dengan apa yang telah terjadi dalam penerapan dalam masyarakat
saat ini. Maka dari itu kami membuat sebuah gerakan agar peraturan yang
ada mampu dilaksanakan sebagaimana mestinya, terutama untuk
mensejahterakan anak-anak yang menjadi narapidana.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Memahami Hak Anak


Setiap anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan
berakkhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan
kesjahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-
haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi
Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak, hak-hak anak secara umum dapat
dikelompokkan dalam 4 (empat) kategori hak-hak anak, antara lain :
1. Hak untuk kelangsungan hidup, yaitu hak-hak untuk melestarikan dan
mempertahankan hidup
2. Hak terhadap perlindungan yaitu hak-hak dalam konvensi hak anak
yang meliputi hak perlindungan dari, tindak kekerasan
3. Hak untuk tumbuh kembang yaitu hak-hak anak mencapai standar
hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan
sosial anak.
4. Hak untuk berpartisipsi, yaitu hak-hak anak yang meliputi hak untuk
menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak.
2.2 Institusi-Institusi yang dibutuhkan dalam Pelaksanaan Undang-Undang
Sistem Peradilan Anak
Agar tujuan dari UU Sistem Peradilan Pidana Anak dapat tercapai dengan
baik maka ada institusi-institusi yang diadakan melalui UU tersebut, yaitu :
1. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), yaitu lembaga atau tempat
anak menjalani masa pidananya.
2. Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS), Lembaga Penempatan
Anak Sementara (LPAS) adalah tempat sementara bagi anak selama
proses peradilan berlangsung.
3. Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS), yaitu lembaga
atau tempat pelayanan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial bagi anak.

4
4. Balai Pemasyarakatan (BAPAS), yaitu unit pelaksana teknis
pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi penelitian
kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan dan pendampingan.
5. Pembimbing kemasyarakatan, yaitu pejabat fungsional penegak hukum
yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan,
pengawasan, dan pendampingan terhadap anak di dalam dan di luar proses
peradilan pidana.
6. Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial, yaitu
seseorang yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial untuk
melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial anak.
2.3 Peraturan yang mengatur Pidana Anak
Sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of
the Child) yang diratifikasi pada tanggal 20 November 1989 oleh pemerintah
Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 dan merupakan
Negara ke 191 yang meratifikasi konvensi tersebut. Kemudian dituangkan dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang semuanya
mengemukakan prinsip-prinsip umum perlindungan anak, yaitu non diskriminasi,
kepentingan terbaik bagi anak, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang serta
menghargai pertisipasi anak. Dalam kehidupan sehari-hari anak dapat saja
berhubungan bahkan berkonflik dengan hukum seperti melakukan tindak pidana.7

7
Serly Rahmawati, Op.Cit., hal.2-3.

5
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Tipe Penulisan


Tipe penulisan dalam paper ini adalah Yuridis Normatif. Pengertian
penulisan dengan tipe yuridis normatif dalam hal ini adalah penelitian yang
dilakukan dengan mengkaji dan menganalisa substansi peraturan
perundangundangan atas pokok permasalahan8 atau isu hukum dalam
konsistensinya dengan asas-asas hukum yang ada.

3.2 Metode Pendekatan


Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka metode pendekatan dalam
paper ini menggunakan dua macam pendekatan, yakni:
1. Pendekatan perundang-undangan (statute-approach), yaitu dengan
menelaah peraturan perundang-undangan9 yang berkaitan dengan
korupsi dan otonomi daerah.
3.3 Teknik Penelusuran Bahan Hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penulisan ini dilakukan melalui
studi dokumentasi dan studi pustaka, serta dari informasi internet. Untuk
mendapatkan bahan hukum yang dibutuhkan maka penulis akan melakukan
penelusuran bahan hukum di Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum (PDIH)
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Seluruh bahan hukum yang berhasil
dikumpulkan, selanjutnya diinventarisasi, diklasifikasi, dan dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif.

8
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenada Media), 2005, hlm. 29-36
9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana), 2007, Hal. 96.

6
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Nyata Lapas Narapidana Anak di Indonesia
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah suatu badan hukum yang
menjadi wadah / menampung kegiatan pembinaan bagi narapidana, baik
pembinaan secara fisik maupun pembinaan secara rohaniah agar dapat hidup
normal kembali di tengah masyarakat. 10

Dalam Pasal 20 Undang-Undang No.12 Tahun 1995 Tentang Lembaga


Pemasyarakatan , pada dasarnya fungsi permasyarakatan adalah menyiapkan
mereka yang berstatus pidana penjara agar dapat berperan kembali sebagai
anggota masyarakat yang baik dan bertanggung jawab. Khsusnya pembinaan anak
di Lembaga Pemasyarakatan Anak dilakukan atas dasar penggolongan: umur,
jenis kelamin, lama pidana/ pembinaan dijatuhkan, jenis kejahatan, dan kriteria
lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan.11

Sejak tahun 1964 sistem pembinaan narapidana dan anak pidana telah
berubah secara mendasar, yaitu dari sitem kepenjaraan menjadi sistem
pemasyarakatan. Begitu pula institusinya yang semula disebut rumah penjara dan
rumah pendidikan negara berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan. 12

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebt


dilakukan oleh suatu lembaga, yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk
melaksanakan pembinaan narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Mengacu
ketentuan dalam undang-undang No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anakpasal
60, menentukan13 :

1. Anak didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah


dari orang dewasa.

2. Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

10
Affandi Haris Raharjo, Op.Cit., Hal.30-31.
11
Ibid
12
Affandi Haris Raharjo, Op.Cit., Hal.34
13
Affandi Haris Raharjo, Op.Cit., Hal.30-31.

7
dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

Deliani (2009), menurutnya permasalahan mendasar yang terjadi di


Lembaga Pemasyarakatan terletak pada beberapa sarana yang mendukung
pembinaan narapidana, yaitu terbatasnya sarana personalia yang profesional yang
mempu melakukan pembinaan secara efektif.. Ketiadaan beberapa sarana
pendukung dan kegagalan lembaga pemasyarakatan melakukan pembinaan akan
mengakibatkan bekas narapidana setelah berada di masyarakat akan melakukan
kembali kejahatan, di samping adanya penolakan dari masyarakat. Cap atau
stigma yang dibuat oleh masyarakat terhadap lembaga pemasyarakatan maupun
bekas narapidana merupakan pertanda kegagalan lembaga pemasyarakatan pada
khususnya dan sistem peradilan pidana secara keseluruhan.14

Kasus ketidaksesuaian lapas anak seperti terjadi di di Palembambang


Sumatera Selatan, menurut Kepala Lapas Anak Kelas II A Palembang, Ahmad
Faedhon, Lembaga pemasyarakatan anak yang sekarang ini dihuni 258
narapidana, hanya memiliki dua ruangan belajar dan tujuh unit komputer, kondisi
ini cukup memprihatinkan dan perlu segera diatasi dengan baik.15

4.2 Sebab-Sebab Timbulnya Kejahatan Oleh Anak


Perlu diketahui sebab atau latar belakang yang menimbulkan kenakalan anak, atau
hal yang menyebabkan anak melakukan tindak kejahatan atau kenakalan.
Dorongan atau keinginan dari diri masing-masing anak datang dari dalam dan luar
yang merangsang anak melakukan suatu kenakalan16.
1. Yang termasuk dorongan intrinsik pada kenakalan anak-anak :
a. Faktor intelegentia
b. Faktor usia
c. Faktor kelamin

14
Rakei Yunardhani, Jurnal Efektifitas Lembaga Pemasyarakatan Di Indonesia, diakses di
publikasi.fisip.unila.ac.id/index.php/sosiologi/article/download/187/194, diakses pada 26
November 2017.
15
Skalanews, Lapas Anak Palembang Minim Fasilitas Pendidikan, diakses di
http://skalanews.com/berita/nasional/daerah/213119-lapas-anak-palembang-minim-fasilitas-
pendidikan , diakses pada 26 November 2017.
16
Wagiati Soetedjo dan Melani, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama, Bandung, 2013, hlm. 16.

8
d. Faktor kedudukan anak dalam keluarga
2. Yang termasuk dorongan ekstrinsik adalah :
a. Faktor rumah tangga
b. Faktor pendidikan dan sekolah
c. Faktor pergaulan anak
d. Faktor media massa

Faktor Intrinsik :

a. Faktor Intelegentia
Intelegentia adalah kecerdasan seseorang, menurut pendapat Wundt dan
Eisler (dalam Romli Atmasasmita : 1983, 46) adalah kesanggupan seseorang
untuk menimbang dan memberi keputusan. Anak-anak yang memiliki
pencapaian rendah di sekolah biasanya mudah menerima ajakan buruk
b. Faktor Usia
Stephen Hurwitz ( dalam Romli Atmasasmia, 1983:48 ) mengungkapkan “age
is importance factor in the causation of crime” usia adalah faktor yang paling
penting dalam sebab musabab timbulnya kejahatan. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan terhadap para narapidana anak di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Tangerang pada tahun 1998, diperoleh data-data
bahwa yang paling banyak melakukan kejahatan adalah mereka yang berusia
antara enam belas sampai delapan belas tahun (mencapai 119-134 orang
narapidana anak).
c. Faktor Kelamin
Dalam Romli Atmasasmita (1983:49) kenakalan anak dapat dilakukan oleh
anak laki-laki ataupun perempuan. Hasil penelitian membuktikan anak laki-
laki lebih banyak melakukan kenakalan daripada anak perempuan.

Faktor Ekstrinsik :

a. Faktor Keluarga
Keluarga yang dapat menjadi sebab timbulnya delinquency dapat berupa
keluarga yang tidak normal (broken home) dan keadaan jumlah keluarga yang
kurang menguntungkan.
b. Faktor Pendidikan dan Sekolah

9
Di sekolah terjadi interaksi anak yang satu dengan anak yang lain. Tidak
jarang interaksi anaj itu menimbulkan akibat sampingan yang negatif bagi
perkembangan mental anak sehingga anak menjadi delikuen.
c. Faktor Pergaulan Anak
Anak menjadi delinkuen disebabkan oleh partisipasinya di tengah-tengah
suatu lingkungan sosial yang ide dan teknik delinkuen tertentu dijadikan
sebagai sarana yang efisien untuk mengatasi kesulitan hidupnya.
d. Pengaruh Medua Massa
Dorongan untuk bertindak nakal atau melakukan kejahatan terkadang timbul
karena pengaruh bacaan, gambar-gambar dan film.

Batas Usia Bagi Pemidanaan Anak :

Telah ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang


Pengadilan Anak :

1. Batas umur Anak Nakal yang dapat diajukan ke sidang anak adalah sekurang-
kurangnya 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah
kawin.
2. Dalam hal anak melakukan tidak pidana pada batas umur sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan diajukan ke sidang pengadilan, setelah anak
yang bersangkutan melampaui batas umur tersebut tetapi belum mencapai
umur 21 tahun, tetap diajukan ke sidang anak.

Dapat disimak Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997, yang menegaskan


bahwa :

1. Dalam hal anak belum mencapai umur delapan tahun melakukan atau
diduga melakukan tindak pidana, maka terhadap anak tersebut dapat
dilakukan pemeriksaan oleh penyidik.
2. Apabila menurut hasil pemeriksaan, penyidik berpendapat bahwa anak
sebagimana dimaksud dalam ayat (1) masih dapat dibina oleh orang tua, wali,
atau orangtua asuhnya, penyidik menyerahkan kembali anak tersebut kepada
orangtua, wali, atau orangtua asuhnya.

10
4.3 Gerakan PENAK
Gerakan PENAK merupakan aktivitas sosial berupa Gerakan pengawasan
terhadap fasilitas lapas yang berhak didapatkan oleh narapidana anak dalam
menjalankan masa pidanannya, yang bertujuan mendukung berjalannya Undang-
Undang No.11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan anak sehingga berdampak
pada peningkatan kesejahteraan narapidana anak di Indonesia. Gerakan ini
menerapkan sistem penyebaran isu secara online dan langsung untuk
menggerakan masyarakat dalam proses pengawasan. Gerakan ini hadir untuk
memberikan jawaban terhadap masalah ketidaksesuaian fasilitas lapas anak
dengan Undang-Undang yang berlaku, adapun isi dari Gerakan PENAK yaitu:
1. Mengedukasi masyarakat mengenai kasus ketidaksesuaian lapas
anak, dan tindakan yang dapat dilakukan.
2. Menemukan kasus-kasus yang berkaitan ketidaksesuaian lapas
untuk anak dengan Undang-Undang yang berlaku.
3. Melaporkan kasus ketidaksesuaian lapas anak kepada pihak atau
lembaga terkait.

4.4 Implementasi Gerakan PENAK (Peduli Narapidana Anak) Sebagai


Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Narapidana Anak di Indonesia
Dalam penerapannya Gerakan PENAK menggunakan metode sosialisasi
sebagai pengenalan kepada masyarakat. Setelah sosialisasi dan masyarakat mulai
mengenal apa itu Gerakan PENAK, keuntungan dan cara menjalankannya, tahap
uji coba bisa dilakukan dengan persetujuan pihak berwenang dan partisipasi
masyarakat. Untuk menjalankan Gerakan PENAK juga diperlukan beberapa
bantuan dan kerja sama dengan berbagai pihak. Untuk lebih memperjelas, berikut
adalah tahapan-tahapan peneraan Gerakan PENAK kepada masyarakat:

1. Tahap Pembuatan Website


Untuk menjangkau masyarakat yang luas, Gerakan PENAK menggunakan
media berbasis teknologi online, Gerakan PENAK memerlukan sebuah
website untuk menjalankan programnya. website berguna sebagai alat untuk
melakukan penyebaran isu yang menjadi stimulan dalam melakukan suatu

11
Gerakan PENAK seperti update berita dan Gerakan tentang kasus
pelanggaran hak yang didapatkan narapidana anak, tempat memposting
kasus jika seseorang menemui kasus yang terkait ketidaksesuaian lapas
anak, tempat diskusi online untuk menyelesaiakan suatu permasalahan
narapidana anak, tempat melakukan donasi jika ada suatu Gerakan yang
membutuhkan dana , dan lain-lain. Untuk membuat website ini, kerja sama
dari pihak ahli sangatlah dibutuhkan. Contoh pihak-pihak yang diharapkan
bisa bekerja sama dalam membangun sistem ini adalah Mahasiswa Jurusan
Ilmu Komputer, Programer, Website Designer serta seorang admin yang
memiliki keahliah dibidang hukum.
2. Tahap Sosialisasi dan Organisasi Gerakan PENAK
Dalam menjalankan Gerakan PENAK sosialisasi berguna sebagai
pengenalan kepada masyarakat. Dalam tahap ini, brosur dan selembaran
untuk membuat masyarakat lebih mengerti tentang sistematis Gerakan
PENAK. Untuk membuat masyarakat lebih mengenal apa itu Gerakan
PENAK, sebuah organisasi yang terdiri dari berbagai unsur masyarakat
dapat dibuat dan diimplementasikan sebagai contoh dan persiapan
pengimplementasian Gerakan PENAK.
3. Tahap Implementasi
Setelah semua persiapan tentang pengenalan dan sosialisasi selesai dan
masyarakat sudah dinilai siap, pengimplementasian Gerakan PENAK bisa
dilakukan. Dalam tahap implementasi, masyarakat akan diberi contoh
bagaimana Gerakan PENAK berkerja. Setelah itu, masyarakat akan
merespon terhadap gerakan yang diprogramkan. Dalam tahap ini
kemungkinan adanya kendala-kendala sangatlah besar sehingga diperlukan
kesabaran dan ketelitian agar sistem ini dapat berjalan sesuai rencana

12
1.Masyarakat
mengirim kasus 4. Gerakan
ketidaksesuaian diposting
lapas anak ke admin ke
admin melalui dalam
website website

5.Masyarakat
melakukan
2. Admin gerakan
memunculkan
3. Admin PENAK
kasus terpilih dan
Website
pengunjung
membuat
Website
gerakan yang
melakukan
didasarkan
diskusi untuk
kepada hasil
pemecahan
diskusi online
masalah

Gambar 1. Proses Gerakan PENAK bekerja.


Proses Gerakan ini dimulai dari kiriman kasus yang dilakukan oleh
masyarakat keapada admin website, dalam pengiriman ini admin akan
memprioritaskan pengirim yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan
pelaku pidana atau narapidana anak yang dilaporkan ataupun para aktivis
yang dapat memberikan data kasus secara jelas . Kemudian, kasus di data
dan diperiksa kelayakannya oleh admin. Kasus yang dirasa layak akan
dimunculkan di dalam website untuk didiskusikan oleh pengunjung website.
Selanjutnya admin akan membuat suatu gerakan yang didasarkan dari hasil
diskusi atau jika tidak mendapatkan hasil yang jelas maka admin akan
menyimpulkan diskusi yang dilakukan pengunjung. Informasi gerakan yang
telah dibuat kemudian diposting ke website dengang label Gerakan
PENAK. Gerakan yang diposting berupa gambar beserta keterangan
tindakan yang dapat dilakukan masyarakat. Setelah gerakan diposting,
masyarakat dapat bergerak sesuai informasi yang ada pada website.
Gerakan yang dihasilkan dapat berupa gerakan kedaerahan setempat dimana
kasus itu terjadi seperti pelaporan kasus kepada pihak berwenang setempat
atau gerakan secara nasional seperti melakukan pelaporan masal seluruh
Indonesia kepada pihak berwenang ataupun donasi jika suatu gerakan
membutuhkan dana.

13
4. Tahap Controlling
Setelah pengimplementasian program secara benar dan masyarakat dinilai
bisa menjalankan Gerakan Ini, akan diadakan open recruitment sebagai
admin website untuk tiap-tiap daerah. Admin pada tiap daerah diharapkan
bisa melakukan sesi controlling, sehingga gerakan ini bisa berjalan sesuai
dengan rencana dan tidak mati di pertengahan jalan.

Pengawasan Narapidana Anak dengan menggunakan Gerakan PENAK


tentunya memiliki perbedaan dengan kondisi sebelum menggunakan gerakan ini.
Berikut perbandingan antara sebelum dengan sesudah menggunkan Gerakan
PENAK dalam pengawasan Narapidana Anak.

Tabel 1. Perbandingan Kondisi Sebelum dan Sesudah menggunakan Gerakan


PENAK
Indikator Sebelum Menngunakan Sesudah Menggunakan Gerakan
Gerakan PENAK PENAK
Pihak yang Kondisi lapas anak hanya Kondisi lapas anak diawasi oleh
mengawasi diawasi oleh beberapa orang banyak orang
Lapas Anak yang terkait hubngan dengan
narapidana anak
Pemenuhan Masih terdapat lapas untuk Fasilitas terpenuhi sesuai Undang-
fasilitas anak anak yang fasilitasnya tidak undang yang berlaku.
di lapas sesuai Undang-undang yang
berlaku
Efesiensi Kurang efesien, pengawasan Gerakan PENAK lebih efesien
dengan beberapa orang saja karena dengan orang banyak yang
meningkatkan mengawasi maka pihak lapas anak
penyelewengan yang terjadi juga semakin termotifasi untuk
di lapas anak pemenuhan fasilitas lapas

Dalam tabel digunakan tiga indikator yaitu, Pihak yang mengawasi lapas
anak, pemenuhan fasilitas anak di lapas, dan efesiensi. Indikator ini digunakan
untuk membandingkan antara kondisi sebelum dan sesudah menggunakan
Gerakan PENAK. Dari tabel tersebut dapat terlihat jelas perbedaannya. Gerakan
PENAK memiliki kelebihan, seperti kondisi lapas anak diawasi oleh orang
banyak, sehingga fasilitas lapas anak terpenuhi sesuai Undang-undang yang
berlaku.

14
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kondisi lapas anak dibawah umur belum bisa dikatakan selalu sesuai
aturan yang berlaku. Terbukti masih terdapat kasus-kasus ketidaksesuaian lapas
anak di berbagai daerah. Salah satu faktor penyebab kasus ketidaksesuaian lapas
anak tersebut adalah kurangnya pengawasan dan perlindungan dari masyarakat
yang mengetahui hukum. Hal ini sangat disayangkan, karena anak yang
seharusnya menjadi bagian dari generasi muda, merupakan penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional, yang
diharapkan menjadi sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, yang
mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa, harus
kehilangan beberapa haknya karena terkena kasus pidana.
Gerakan PENAK (Peduli Narapidana Anak) hadir untuk menjawab
tantangan ini melalui terobosan baru sistem perlindungan dan pengawasn secara
online dan langsung yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan narapidana
anak di Indonesia.. Diharapkan dengan adanya partisipasi yang besar oleh
Masyarakat bisa meningkatkan kualitas anak-anak di Indonesia.

5.2 Saran
Pihak-pihak yang berwenang dalam pemerintahan hendaknya dapat
mendukung, memberikan perhatian, atapun menguji Gerakan PENAK (Peduli
Narapidana Anak) agar kekurangan dan kelemahannya dapat diketahui dan
dapat dikembangkan lagi. Degan memberikan beberapa peningkatan dan
pengujian. tujuan dari Gerakan PENAK (Peduli Narapidana Anak) sebagai
suatu gerakan soial yang membantu narapidana anak dibawah umur dapat
diwujudkan.
Selain itu, Pemerintah diharapkan bisa menambah atau memperbaiki
undang-undang yang berlaku yang menyangkut kesejahteraan narapidana anak
sehingga fasilitas narapidana anak dapat terpenuhi secara menyeluruh di Negara
Republik Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

BUKU :
Marzuki, Peter Mahmud. 2005. Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana.
Soetedjo, Wagiati dan Melani. 2013. Hukum Pidana Anak, Bandung, Refika
Aditama.

JURNAL :
Raharjo, Affandi Haris. 2017. Pemenuhan Hak Narapidana Anak Untuk
Mendapatkan Pendidikan Di Lembaga Pemasyarakatan. skripsi
UNHAS.

Rahmawati, Serly. 2017. Analisis Penerapan Hak-Hak Anak Dalam Lembaga


Pemasyarakatan Anak (Studi Lembaga Pemasyarakatan Anak
Kelas Iii Bandar Lampung).skripsi UNILA.
Yuniardhani, Rakei. 2017. Efektifitas Lembaga Pemasyarakatan Di Indonesia. Jurnal
FISIP UNILA.

INTERNET :
Skala News. “Lapas Anak Palembang Minim Fasilitas Pendidikan” 2012.
http://skalanews.com/berita/nasional/daerah/213119-lapas-anak-
palembang-minim-fasilitas-pendidikan , 26 November 2017.

TESIS :
Nugraha, Yudhistira Adhi (2017). Pemidanaan Terhadap Terdakwa Anak
Yang Terancam Pidana Minimum Khusus Dalam Praktek Di
Pengadilan Sebelum Berlakunya Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Tesis,
Universitas Indonesia.

16
CURRICULUM VITAE
KETUA KELOMPOK
Nama : David Dwi Cahyo Nugroho
Tempat, tanggal lahir : Madiun, 20 November 1998
Nomor Telepon : 083845434736
Email : kobarmejayan@gmail.com
Alamat tinggal : Jl.Terusan Sigura-sigura, Poharin,
RT3/RW4 No.173, Kota Malang
Hasil Karya Ilmiah : -
Penghargaan-penghargaan : -

ANGGOTA 1
Nama : Umi Munawaroch
Tempat, tanggal lahir : Karanganyar, 29 Januari 1999
Nomor Telepon : 085803651801
Email : munawarochumi@gmail.com
Alamat tinggal : Griya Brawijaya
Hasil Karya Ilmiah :-
Penghargaan-penghargaan : -

ANGGOTA 2
Nama : Isna Laila Ilhami
Tempat, tanggal lahir : Purworejo, 4 April 1999
Nomor Telepon : 089670235383
Email : isnalailailhami16@gmail.com
Alamat tinggal :Jl.Bendungan Sutami No.5,
Sumbersari, Lokowaru, Malang
Hasil Karya Ilmiah :-
Penghargaan-penghargaan : -

17

Anda mungkin juga menyukai