Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK PRAKTIKUM IKGMP

KELOMPOK 3/C

Ketua : Arfaza Zuqni Elfahma 175160107111004


Sekretaris : Dhea Amalia Shafira 175160107111005
Anggota : 1. Aysha Nadya 175160101111018
2. Aa Sri Adnyani Paramita 175160101111019
3. Raihana Tsamara Hafizha 175160101111020
4. Izatannisa Nurma Ramadhani 175160101111021
5. Juliastri Maria Katili 175160101111022
6. Hana Salsabila Junivianti 175160101111023
7. Vianizar Ikhmadudina A. 175160101111024
8. Leyly Uswatun Mar'aty 175160101111025
9. Besti Rahmadanti 175160101111026
10. Feren Syafrida Apriliani M. 175160101111027
11. Komang Mahendra W. M. 175160101111028
12. Patricia Margareth 175160101111029
13. Relina Dewi Ayu Pratiwi 175160101111030
14. Nisryna Nuriefatin 175160101111031
15. Dhea Aufa Nikita 175160101111033
16. Shofi Ramadhani 175160101111034
17. Erika Yase Technolia Putri 175160101111035
18. Aretha Intan Madhurie 175160101111036
19. Ghinayah Hasti Afifah 175160107111001
20. Almeta Pandora Disa 175160107111002
21. Maria Elizabeth Indriyani T. I. 175160107111003
22. Anisa Imami Hidayati 175160107111006
23. Kristina Puspo 175160107111007

Fasilitator :
drg. Dyah Nawang Palupi P., M.Kes.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Laporan ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas laporan diskusi kelompok praktikum IKGMP.

Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai hambatan.


Namun, berkat kerjasama kolega dan bimbingan berbagai pihak, penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terkait dengan hal ini, penyusun
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
laporan diskusi kelompok ini.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca, sehingga dapat memperbaiki penyusunan
laporan selanjutnya. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL.................................................................................................iv

BAB 1 Skenario...................................................................................................1

BAB 2 Pembahasan............................................................................................2

1.1 NGT (Nominal Group Technique)....................................................2


1.1.1 Definisi.....................................................................................2
1.1.2 Kelebihan dan Kekurangan......................................................3
1.1.3 Metode NGT............................................................................4
1.1.4 Implementasi dalam kasus......................................................8
1.2 CARL...............................................................................................10
1.2.1 Definisi...................................................................................10
1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan....................................................11
1.2.3 Metode CARL........................................................................12
1.2.4 Implementasi dalam kasus....................................................13
1.3 HANLON..........................................................................................14
1.3.1 Definisi...................................................................................14
1.3.2 Metode HANLON...................................................................15
1.3.3 Implementasi dalam kasus....................................................17
BAB 3 Kesimpulan............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Lima penyakit terbanyak di poli gigi Puskesmas Gondanglegi pada


bulan April-Juni tahun 2020 1
Tabel 2. Menentukan urutan dari tiga prioritas 8
Tabel 3. Implementasi dalam kasus berdasarkan metode NGT 8
Tabel 4. Implementasi dalam kasus berdasarkan metode CARL 13
Tabel 5. Implementasi dalam kasus berdasarkan metode HANLON 17
Tabel 6. Implementasi dalam kasus berdasarkan metode HANLON kriteria A 17
Tabel 7. Implementasi dalam kasus berdasarkan metode HANLON kriteria B 18
Tabel 8. Implementasi dalam kasus berdasarkan metode HANLON kriteria D 19

iv
BAB 1
SKENARIO

Berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari tingkat kesakitan dari poli gigi
Puskesmas Gondanglegi, terdapat 9 penyakit gigi mulut yang memiliki prevalensi
tertinggi pada bulan April-Juni 2019, dengan total pengunjung di poli gigi
sebanyak 1273 pasien, sebagai berikut:

1. Penyakit gusi dan periodontal


2. Gangguan erupsi gigi
3. Penyakit pulpa dan periapikal
4. Karies gigi
5. Gigi impaksi
6. Sakit kepala
7. Stomatitis dan lesi terkait
8. Kelainan jaringan keras lain
9. Anomali dentofasial

Permasalahan-permasalahan yang ditemukan

Berdasarkan data 9 besar penyakit gigi dan mulut akan ditentukan


prioritas masalahnya. Berikut rincian dari 5 penyakit terbanyak di poli gigi
Puskesmas Gondanglegi pada bulan April – Juni 2020:

Tabel 1. Lima penyakit terbanyak di poli gigi Puskesmas Gondanglegi pada


bulan April-Juni tahun 2020

1
BAB 2
PEMBAHASAN

1.1 NGT (Nominal Group Technique)

1.1.1 Definisi
NGT dikembangkan oleh Delbecq dan Van de Ven pada 1960-an
(Murto et al., 2016). NGT merupakan brainstorming terstruktur yang
ditujukan untuk mendapatkan ide-ide yang heterogen (berbagai tipe
orang, tingkatan suatu organisasi, latar belakang pendidikan yang
berbeda). NGT dapat digunakan untuk mendapatkan jawaban-jawaban
dari pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended question). NGT
mengumpulkan informasi dengan meminta salah satu anggota
kelompok untuk menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh
moderator, dan kemudian meminta anggota kelompok untuk
memprioritaskan ide atau saran (CDC, 2018).

NGT adalah proses brain-storming terstruktur yang mirip dengan


kelompok fokus, tetapi berfokus pada satu tujuan (yaitu, menentukan
kriteria untuk penilaian) daripada mencoba mendapatkan berbagai
tema dan ide. NGT lebih disukai karena memungkinkan lebih banyak
ide untuk dihasilkan dalam waktu singkat, dan individu dapat
memberikan suara secara pribadi, tidak terpengaruh oleh anggota staf
yang lebih senior (Hussainy et al., 2016).

Tujuan dilakukannya metode NGT adalah untuk mencari


masukan dari peserta untuk mencapai konsensus tentang kriteria yang
diperlukan untuk menghasilkan kerangka kerja. Kerangka tersebut
dimaksudkan untuk membantu berada dalam konteks, terkoordinasi
secara efektif dan melibatkan kerjasama yang relevan untuk mencapai
tujuan (Hussainy et al., 2016).

NGT sebagai referensi standar, pendekatan ini memiliki


beberapa batasan yang jelas antara peserta dan koordinator, termasuk
kebutuhan waktu dan sumber daya, perjalanan, dan pertimbangan
logistik (Elliot et al., 2016).

2
1.1.2 Kelebihan dan Kekurangan
a) Kelebihan
Kelebihan NGT menurut CDC (2018), yaitu:
 Menghasilkan lebih banyak ide
 Menyeimbangkan pengaruh individu dengan membatasi
kekuatan pembuat opini (sangat menguntungkan untuk
digunakan oleh remaja, di mana pemimpin sebaya mungkin
memiliki efek berlebihan atas keputusan kelompok, atau dalam
pertemuan kolaboratif, jika pemimpin cenderung mendominasi
diskusi).
 Mengurangi persaingan dan tekanan untuk menyesuaikan diri,
berdasarkan status dalam grup.
 Mendorong peserta untuk menghadapi masalah melalui
pemecahan masalah yang bertahap/tertata.
 Memungkinkan kelompok untuk memprioritaskan gagasan
secara demokratis
 Biasanya memberikan rasa pendekatan yang lebih besar
daripada melalui diskusi kelompok.
Kelebihan metode NGT menurut Murto et al (2016):
 Memungkinkan peserta untuk bertemu secara langsung.
 Proses kelompok terstruktur yang menggabungkan
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif untuk memperoleh
penilaian individu, yang pendapatnya berkontribusi dalam
membuat keputusan kelompok konsensus.
 Lebih sedikit memakan waktu dan biaya untuk melakukan.
 Menghasilkan hasil langsung
 Persentase kesalahan dan variabilitas terendah
 Menghasilkan lebih banyak ide dan potensi diskusi dan debat.
 Keterbatasan termasuk jumlah peserta yang lebih sedikit dan
potensi peserta dominan untuk mempengaruhi kelompok
secara berlebihan.

3
b) Kekurangan
Kekurangan NGT menurut CDC (2018), yaitu:
 Membutuhkan persiapan
 Teratur dan hanya dapat digunakan untuk pertemuan satu topik
dengan satu tujuan
 Meminimalkan diskusi, dengan demikian tidak memungkinkan
ide tidak dapat dikembangkan seutuhnya. Maka dapat menjadi
diskusi yang kurang dalam menyuarakan pendapat secara
panjang lebar.

1.1.3 Metode NGT


Sebelum NGT dilakukan, maka anda perlu mempersiapkan
beberapa hal terlebih dulu, yakni:

a. Ruang pertemuan yang cukup besar untuk menampung sekitar 5


hingga 9 peserta rapat.
b. Meja dengan bentuk U, dengan papan tulis di ujung depan,
dilengkapi oleh spidol/marker, pensil, pulpen, selotip, kertas,
hingga index card untuk tiap partisipan.

Langkah-langkah dalam melakukan NGT menurut CDC (2018)


antara lain:

1. Generating Ideas Moderator


Menyajikan pertanyaan atau masalah dalam bentuk tertulis
dan membacakan pertanyaan pada kelompok. Moderator
mengarahkan untuk menulis ide-ide dalam pernyataan singkat dan
bekerja sendiri tanpa suara. Setiap orang menghasilkan ide-ide
dan menuliskannya.
2. Recording Ideas
Anggota kelompok terlibat dalam sesi umpan balik Round-
Robin untuk merekam setiap gagasan (tanpa perdebatan pada
saat ini). Moderator menulis ide dari anggota kelompok pada flip
chart yang terlihat oleh seluruh kelompok untuk meminta ide lain
dari anggota kelompok berikutnya, dan seterusnya. Tidak perlu
untuk mengulang ide-ide namun, jika anggota kelompok percaya

4
bahwa ide lain tersebut memberikan penekanan yang berbeda
atau variasi, jangan ragu untuk memasukkannya. Lanjutkan
sampai ide-ide semua anggota telah didokumentasikan.
3. Discussing Ideas
Setiap ide direkam kemudian dibahas untuk menentukan
kejelasan dan pentingnya ide-ide tersebut. Untuk setiap ide,
moderator bertanya, "Apakah ada pertanyaan atau komentar
anggota kelompok tentang ide ini?" Langkah ini memberikan
kesempatan bagi anggota untuk mengungkapkan pemahaman
mereka tentang ide tersebut. Pencipta ide tidak perlu merasa
berkewajiban untuk mengklarifikasi atau menjelaskan ide tersebut.
4. Voting on Ideas
Individu suara pribadi untuk memprioritaskan ide-ide. Suara
yang dihitung untuk mengidentifikasi ide-ide yang dinilai paling
tinggi oleh kelompok secara keseluruhan. Moderator menetapkan
kriteria apa yang digunakan untuk memprioritaskan ide-ide. Untuk
memulai, setiap anggota kelompok memilih lima ide yang paling
penting dari daftar kelompok dan menulis satu ide pada setiap
kartu indeks. Selanjutnya, setiap anggota meranking lima ide yang
dipilih dengan yang paling penting menerima ranking 1, dan yang
paling tidak penting menerima peringkat 5.
Setelah anggota meranking dalam urutan prioritas,
moderator menciptakan tally sheet pada flip chart, yang sesuai
dengan ide-ide dari Round-Robin. Moderator mengumpulkan
semua kartu dari peserta dan meminta salah satu anggota
kelompok untuk membaca nomor ide masingmasing, kemudian
moderator menuliskannya pada lembar tally. Ide-ide dinilai paling
tinggi oleh semua anggota kelompok adalah ide yang paling
disukai dalam menanggapi pertanyaan arau masalah yang
diajukan oleh moderator.

5
Menurut Supriyanto dan Nyoman (2017) menjelaskan bahwa
langkah - langkah dalam melakukan NGT sebagai berikut:
1. Nominal Group Activity (Silent Generation of Ideas in writing)
Peserta diminta untuk menuliskan masalah pada form NGP
dengan tanpa suara. Masalah boleh ditulis sebanyak banyaknya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh ketua/moderator:
a. Peserta diminta memikirkan kembali apa yang telah selesai
ditulis.
b. Menggunakan sanksi bagi mereka yang berbicara atau
mengacaukan jalannya proses.
c. Peserta yang telah selesai menulis tidak diperkenankan
memengaruhi peserta yang lain.
2. Recorded Round Robin Procedur (Round Robin Listing Of
Ideas On Flip Chart)
Ketua atau moderator akan menuliskan semua ide dari form
NGT pada sebuah flip chart (tanpa form NGT dikumpulkan). Setiap
peserta diminta untuk menyampaikan atau membacakan ide yang
telah ditulis pada form NGT, untuk ditulis pada kertas flip chart.
Sebaiknya setiap peserta menyampaikan satu ide saja dulu (ide
yang lain disimpan), agar memberikan kesempatan pada peserta
yang lain. Bagi peserta yang mendapat kesempatan
menyampaikan ide, tetapi ide yang ingin disampaikan sudah
disampaikan oleh peserta lain maka peserta tersebut dapat
menyatakan PAS, kemudian lanjutkan dengan peserta berikutnya.
Hal ini diulang lagi pada peserta pertama (jika masih punya ide
yang belum tersampaikan) sampai semua ide telah tertulis pada
kertas flip chart.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketua/moderator:
a. Pencatat tidak diperkenankan untuk mengklarifikasi,
menambah, atau mengurangi ide peserta.
b. Hindarkan diskusi setiap ide yang ditulis.
c. Peserta diperkenankan engacungkan tangan apabila ada
duplikasi ide.

6
3. Diskusi (Serial Discussion Of Ideas)
Tahap ini merupakan kesempatan bagi peserta untuk
mendiskusikan ideide yang telah ditulis pada kertas flip chart,
dengan pedoman diskusi sebagai berikut:
a. Peserta diminta mendiskusikan ide-ide yang telah ditulis untuk
mengklarifikasi (minta penjelasan maksud dari ide).
Ketua/moderator meminta peserta yang menyampaikan ide
tersebut memberikan penjelasan tanpa ada argumentasi.
b. Hindarkan penggabungan atau penghilangan salah satu ide.
c. Ide yang luas atau abstrak dirumuskan untuk menjadi lebih
spesifik.
4. Voting Priority
a. Listing dan penentuan ranking. Setiap peserta diminta
membuat daftar ide-ide yang paling penting dari yang ada
pada kertas 3x5 cm dengan ditulis nomor ide atau uraian
idenya. Sebaiknya pilih kurang dari 5 ide (umunya 2 atau 3
ide). Kemudian kertas dikumpulkan, diserahkan pada pencatat
dan dituliskan pada kertas flip chart. Hasil yang diharapkan
adalah mempertajam fokus masalah, sehingga
mempermudah dalam penyusunan prioritas, jumlah ide yang
perlu disusun menurut urutan pentingnya masalah sudah
dapat ditentukan atas dasar kesepakatan bersama. Misal
disepakati 3 atau 5 masalah/ide yang mempunyai jumlah
pemilih terbanyak dan hasil yang menunjukkan prioritas
pertama adalah lingkungan kelas yang gaduh, prioritas kedua
adalah mahasiswa sering tidak siap mengikuti perkuliahan
dan prioritas ketiga adalah jam kuliah sering tidak tepat.
b. Penetuan ranking kedua. Dari ketiga prioritas ide dapat
dilanjutkan dengan meminta peserta melakukan ranking ulang
terhadap ketiga prioritas ide tersebut. ide yang penting diberi
nilai terendah (nilai 1) dan ide yang tidak penting diberi nilai
tertinggi (nilai 3), sesuai dengan jumlah ide yang akan disusun
menurut prioritasnya. Kumpulkan hasilnya, dan tulis pada

7
kertas flip chartdan sajikan hasil akhir NGT yang berupa
urutan prioritas.

Tabel 2. Menentukan urutan dari tiga prioritas


5. Diskusi Hasil (Discussion of Vote)
Mendiskusikan hasil prioritas yang telah dilakukan untuk
mendapatkan komentar, masukan untuk mencapai kesepakatan
bersama. Apabila ada yang masih belum puas maka tahap 4 bisa
diulang kembali pada tahap 6. Apabila urutan prioritas sudah
disepakati, maka proses NGT selesai dan hasil kesepakatan
tersebut menjadi keputusan final.
6. Silent Rerank and Rate of Priorities
Tahap ini digunakan apabila hasil pada tahap 5 masih belum
mendapatkan kesepakatan. Urutan prioritas tahap ini adalah final.

1.1.4 Implementasi dalam kasus


Penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik NGT
dilakukan dengan cara voting oleh seluruh anggota kelompok.
Kemudian didapatkan rangking prioritas penyebab masalah sebagai
berikut :

Tabel 3. Implementasi dalam kasus berdasarkan metode NGT

8
Langkah-langkah dalam menentukan penyebab masalah pada
skenario menggunakan metode NGT;
1. Mengumpulkan Ide
Ketua kelompok membacakan masalah yang tertulis pada
skenario kepada seluruh anggota kelompok. Kemudian, ketua
menginstruksikan kepada seluruh anggota kelompok untuk
memberikan pendapat singkat terkait penyebab masalah yang
mungkin terjadi berdasarkan skenario yang ada.
2. Mencatat Ide
Sekertaris mencatat seluruh ide yang disampaikan oleh
masing-masing anggota kelompok pada kolom penyebab
masalah. Ide yang sudah ada sebelumnya tidak perlu dicatat
kembali namun apabila anggota kelompok meyakinkan bahwa ide
yang tersebut memiliki penekanan atau variasi lain maka boleh
dimasukkan. Langkah ini terus berlanjut hingga semua ide dicatat.
Berikut catatan ide berdasarkan diskusi kelompok:
a. Penyebab masalah persistensi yang paling banyak dipilih
adalah kurangnya pengetahuan orang tua terhadap masa
pertumbuhan gigi anak, sehingga saat pertumbuhan gigi anak
berlangsung tidak ada pengawasan dari orang tua. 
b. Penyebab kedua yaitu kurangnya kesadaran masyarakat
sekitar terhadap kesehatan gigi dan mulut. Hal ini mungkin
disebabkan karena tidak adanya penyuluhan atau edukasi
kepada orang tua. Selain itu mungkin juga bisa disebabkan
oleh karena tenaga kesehatan kesulitan untuk menjangkau
masyarakat daerah tersebut. 
c. Penyebab ketiga yaitu gangguan nutrisi ibu hamil,
dikarenakan kurangnya pendapatan/ keadaan ekonomi yang
rendah yang tidak memungkinkan untuk membeli makanan
yang bergizi, sehingga mengganggu proses resorpsi akar gigi
sulung menjadi lambat.
d. Pendapatan masyarakat yang rendah mungkin disebabkan
karena kurangnya pendidikan yang mengakibatkan kesulitan
untuk mencari pekerjaan, sehingga masyarakat enggan untuk

9
memeriksakan gigi ke dokter gigi yang mengakibatkan jika
terdapat masalah seperti persistensi, tenaga kesehatan tidak
dapat mengetahuinya. 
e. Penyebab kurangnya fasilitas yang memadai di Puskesmas
dapat dikarenakan oleh karena kurangnya dana dari
pemerintah. Hal ini juga mempengaruhi adanya persistensi,
karena keterbatasan kegiatan pemeriksaan gigi dan mulut
masyarakat. 
3. Mendiskusikan Ide
Seluruh ide yang sudah dicatat kemudian didiskusikan untuk
menentukan kejelasan dan kepentingannya. Untuk masing-masing
ide yang ada ketua menyakan “apakah ada komentar atau
pertanyaan” kepada seluruh anggota kelompok. Langkah ini
memberikan kesempatan bagi anggota untuk memberikan
pengertian dan pendapatnya terkait kepentingan ide tersebut.
4. Memilih Ide
Setiap anggota secara individual memberi suara untuk
memprioritaskan ide. Pengambilan suara dilakukan untuk
mengetahui ide yang memiliki rate tertinggi yang dipilih oleh
kelompok secara kesatuan. Ketua memberitahukan kriteria apa
saja yang digunakan untuk memilih prioritas. Seluruh anggota
mengirimkan private chat melalui zoom kepada sekertaris dengan
format penulisan yang sudah ditentukan. Yakni, setiap anggota
kelompok memiliki jatah I buah lidi yang dianggap sebagai satu
suara pada masing-masing pernyataan. Setiap anggota kelompok
dapat memilih lebih dari satu pernyataan. Setelah itu, sekertaris
akan menghitung seluruh total suara dan memberikan rangking
pada masing-masing pernyataan berdasarkan hasil vote yang ada.

1.2 CARL

1.2.1 Definisi
Menurut Chang et al (2017), metode CARL merupakan sebuah
teknik yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah jika data

10
yang tersedia adalah data kualitatif. Hal ini dikarenakan tidak ada data
pasti seberapa banyak kecacatan yang disebabkan oleh sebuah
masalah.

Menurut Jamil (2007), metode ini digunakan untuk menentukan


prioritas pemecahan suatu masalah jika data yang tersedia adalah
data kualitatif dengan menentukan skor atas kriteria tertentu. Semakin
besar skor semakin besar masalahnya, sehingga semakin tinggi
letaknya pada urutan prioritas. Penggunaan metode CARL untuk
menetapkan prioritas pemecahan masalah dilakukan apabila pengelola
program menghadapi hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan
masalah.

Metode ini dilakukan dengan menentukan score dari kriteria yang


ada yaitu capability, accessibility, readiness, dan leverage (Hasan et
al., 2018), yaitu:

a) Capability merupakan ketersediaan sumber daya yang ada,


misalnya adalah dana, alat dan sebagainya.
b) Accessbility menunjukkan kemudahan untuk diatasi bila
prioritas tersebut dilakukan (mudah atau tidak mudah).
c) Readiness menunjukkan kesiapan dari tenaga kerja atau
sumber daya manusia yang ada, seperti keahlian atau
kemampuan. motivasi, dan kesiapan sasaran/masyarakat.
d) Leverage menunjukkan dampak yang diberikan bila prioritas
permasalah ini dilakukan dan diatasi.

1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan


a) Kelebihan:
Kelebihan metode CARL (Azhari AD, 2015):
 Solusi yang relatif banyak
 Dapat ditentukan peringkat atas masing-masing masalah
sehigga dapat diperoleh prioritas solusi yang akan dilakukan.
b) Kekurangan
Kekurangan metode CARL (Azhari AD, 2015):

11
 Penentuan skor sangat subyektif sehingga sulit
distandarisasikan
 Penilaian atas masing-masing kriteria yang di skor, perlu
kesepakatan agar diperoleh hasil maksimal dalam penentuan
peringkat.
 Obyektifitas hasil peringkat masalah (solusi) kurang bisa
dipertanggungjawabkan karena penentuan skor atas kriteria
yang ada

1.2.3 Metode CARL


Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan
pengelola program, untuk itu perlu dilakukan penentuan prioritas
pemecahan masalah. Setelah masalah atau alternatif pemecahan
masalah diidentifikasi, kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi
skornya. Nilai yang diisi memiliki angka minimum 1 hingga yang
tertinggi adalah 10. Setelah seluruh kriteria permasalahan diisi maka
nilai akan dikalikan untuk menentukan prioritas apa yang harus
dilakukan terlebih dahulu (Chang dan Octavia, 2017; Hasan et
al.,2018).

Bila ada beberapa pendapat tentang nilai skor yang diambil


adalah rerata, semakin tinggi nilai yang didapatkan menunjukkan
prioritas yang harus dilakukan terlebih dahulu. Nilai total merupakan
hasil perkalian: C x A x R x L, urutan ranking atau prioritas adalah nilai
tertinggi sampai nilai terendah (Chang dan Octavia, 2017; Hasan et
al.,2018).

Prosedur pelaksanaan CARL:

1. Menulis atau daftar solusi yang didapat dari kegiatan analisis


masalah situasi dan letakkan pada lembar flipchart atau papan
tulis atau white board.
2. Mentukan skor atau nilai yang akan diberikan pada tiap masalah
berdasarkan kesepakatan bersama dengan menggunakan
pendapat anggota kelompok kemudian diambil rata-rata.

12
Misal: Telah disepakati bersama skor atau nilai yang diberikan
adalah 1-5, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Nilai 1 = sangat tidak menjadi masalah
b. Nilai 2 = tidak menjadi masalah
c. Nilai 3 = cukup menjadi masalah
d. Nilai 4 = sangat menjadi masalah
e. Nilai 5 = sangat menjadi masalah (mutlak)
3. Memberikan skor atau nilai untuk setiap alternatif masalah
berdasarkan kriteria CARL (Capability atau kemampuan,
Accessibility atau Kemudahan, Readiness atau kesiapan,
Leverage atau Daya Ungkit) kemudian dikalikan CxAxRxL dan
didapatkan total skor.
4. Menentukan prioritas solusi dari masalah yang ada dengan
menggunakan total skor tertinggi.

1.2.4 Implementasi dalam kasus


Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan
pengelola program. Tidak semua masalah kesehatan akan mampu
diatasi oleh Puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kabupaten. Untuk
itu perlu dilakukan penentuan prioritas pemecahan masalah.

Tabel 4. Implementasi dalam kasus berdasarkan metode CARL

Menentukan prioritas pemecahan masalah dengan metode CARL:

1. Solusi masalah persistensi yang paling banyak dipilih adalah


penyuluhan kepada orang tua terkait masalah pertumbuhan gigi

13
anak, sehingga saat pertumbuhan gigi anak berlangsung orang
tua sudah mengetahui dan dapat mengawasi masa pertumbuhan
gigi anaknya.
2. Solusi kedua yaitu menyediakan infografis dan poster mengenai
pertumbuhan gigi yang mudah diakses, karena salah satu
penyebab utama persistensi adalah kurangnya edukasi kepada
orang tua mengenai pertumbuhan gigi dan anak.
3. Solusi ketiga adalah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada
ibu hamil, dengan penyuluhan ini diharapkan pengetahuan
mengenai kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil meningkat,
sehingga ibu hamil sadar akan pentingnya menjaga kesehatan gigi
dan mulut sehingga bayi dikandungannya juga dapat bertumbuh
dan berkembang dengan baik dan mendapatkan nutrisi yang
cukup, dengan begitu diharapkan perkembangan gigi bayi juga
baik.
4. Solusi keempat adalah membentuk kader kesehatan gigi dan
mulut, untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
pada orang tua dan masyarakat sekitar. Kehadiran dari kader
kesehatan diharapkan dapat mengkoordinasi dan mengingatkan
kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut
sehingga kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik. Kader
kesehatan diharapkan dapat mengkoordinir ibu hamil maupun
orang tua untuk memperhatikan kesehatan gigi dan mulut
anaknya, sehingga dapat menekan angka persistensi dan
mengurangi dampaknya.
5. Solusi kelima adalah screening persistensi dan dilakukan tindakan,
karena dengan dilakukannya screening dan tindakan maka angka
masalah persistensi dapat berkurang.

1.3 HANLON

1.3.1 Definisi
Metode hanlon merupakan suatu teknik atau cara yang
digunakan untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan yang

14
berbeda-beda dengan cara relatif dan bukan absolute, framework,
seadil mungkin dan objektif dengan menggunakan 4 kelompok kriteria,
yakni besarnya masalah (magnitude), kegawatan masalah
(emergency), kemudahan penanggulangan masalah (causability) serta
faktor yang menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan (PEARL
factor) (Bimmaharyanto et al., 2017).

1.3.2 Metode HANLON


Langkah-langkah untuk melaksanakan metode hanlon (Symond,
2013), yaitu:

1. Menetapkan Kriteria Kelompok Besarnya Masalah (magnitude)


Anggota kelompok merumuskan faktor apa saja yang
digunakan untuk menentukan besarnya masalah, misalnya,
besarnya persentasi/ prevalensi penduduk yang menderita
langsung karena penyakit tersebut, besarnya pengeluaran biaya
yang diperlukan perorang rata-rata perbulan untuk mengatasi
masalah kesehatan tersebut, dan besarnya kerugian yang diderita.
2. Menetapkan Kriteria Kelompok Kegawatan (emergency or
seriousness)
Langkah ini berbeda dengan langkah pertama dimana banyak
menggunakan data kuantitatif untuk menentukan nilai. Menentukan
tingkat kegawatan lebih bersifat subjektif. Pada langkah ini
kelompok menentukan tingkat kegawatan misalnya dengan melihat
faktor-faktor berikut ini: (1) Tingkat urgensinya (2)
Kecendrungannya (c) Tingkat keganasannya. Berdasarkan 3 faktor
ini, anggota menentukan nilai dengan skala 0-10.
3. Menetapkan Kriteria Kelompok Kemudahan Penanggulangan
Masing-masing anggota semisal jumlah anggota 6 orang
memberikan nilai antara 1-5 berdasarkan prakiraan kemudahan
penanggulangan masing-masing masalah. Angka 1 berarti bahwa
masalah tersebut sulit ditanggulangi dan angka 5 berarti bahwa
masalah tersebut mudah dipecahkan. Kelompok menentukan
kriteria berdasarkan kemampuan dan tersedianya sumberdaya
untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan kriteria l = amat

15
sulit, 2 = sulit, 3 = cukup sulit/cukup mudah, 4 = mudah, 5 = sangat
mudah.
Contoh simulasi hasil konsensus yang dicapai pada langkah ini
memberikan nilai rata-rata, yaitu:
3+2+1+4 +3+2+4 19
a. Masalah A = = = 3,17
6 6
2+ 2+ 3+2+2+3+3 17
b. Masalah B = = = 2,83
6 6
3+4 +5+3+3+5+ 4 27
c. Masalah C = = = 4,5
6 6
4. Menetapkan Kriteria Kelompok PEARL Faktor
Masing-masing masalah harus diuji dengan faktor PEARL.
Tujuannya adalah untuk menjamin terselenggaranya program
dengan baik.
P = Kesesuaian (Appropriateness). Apakah masalah tersebut
E = Secara ekonomi murah (Economic feasibility)
A = Dapat diterima (Acceptability)
R = Tersedia sumber daya (Resources availability)
L = Legalitas terjamin (Legality)
Jawaban hanya dua, yaitu ya atau tidak. Jawaban ya nilai 1
dan jawaban tidak nilainya 0. Semua komponen tersebut
diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik
yang memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi
dengan skor tertinggi. Prioritas pertama adalah masalah dengan
skor NPT tertinggi.
Nilai Prioritas Dasar ( A +B ) C
a) =
NPD 3
Nilai Prioritas Keseluruhan ( A+ B)C
b) = xD
NPT 3

16
1.3.3 Implementasi dalam kasus

Tabel 5. Implementasi dalam kasus berdasarkan metode HANLON


Kriteria A

Tabel 6. Implementasi dalam kasus berdasarkan metode HANLON kriteria A

17
Kriteria B

Tabel 7. Implementasi dalam kasus berdasarkan metode HANLON kriteria B


Kriteria C
Solusi Masalah:
a) Penyuluhan kepada orang tua terkait masalah pertumbuhan gigi
anak = 5
b) Screening persistensi dan dilakukan tindakan = 3
c) Penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil = 5
d) Menyediakan infografis dan poster mengenai pertumbuhan gigi
yang mudah diakses = 5
e) Membentuk kader kesehatan gigi dan mulut, untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada orang tua dan
masyarakat sekitar = 3

18
Kriteria D

Tabel 8. Implementasi dalam kasus berdasarkan metode HANLON kriteria D

19
BAB 3
KESIMPULAN

NGT merupakan brainstorming terstruktur yang ditujukan untuk


mendapatkan ide-ide yang heterogen (berbagai tipe orang, tingkatan suatu
organisasi, latar belakang pendidikan yang berbeda) (CDC, 2018). NGT lebih
disukai karena memungkinkan setiap individu dapat memberikan suara secara
pribadi, tidak terpengaruh oleh anggota staf lain atau yang lebih senior (Hussainy
et al., 2016).

Langkah awal menentukan penyebab masalah menggunakan metode


NGT adalah melalui pengumpulan ide, ketua menginstruksikan kepada seluruh
anggota kelompok untuk memberikan pendapat singkat terkait penyebab
masalah. Langkah kedua yaitu mencatat ide yang disampaikan oleh masing-
masing anggota kelompok. Langkah ketiga yaitu mendiskusikan ide untuk
menentukan kejelasan dan kepentingannya. Langkah terakhir yaitu memilih ide
dengan penentuan prioritas masalah dengan cara voting oleh seluruh anggota
kelompok, kemudian didapatkan rangking prioritas penyebab masalah.

Metode CARL digunakan untuk menentukan prioritas pemecahan suatu


masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif dengan menentukan skor
atas kriteria tertentu. Semakin besar skor semakin besar masalahnya, sehingga
semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas (Jamil, 2007).

Metode ini dilakukan dengan menentukan skor dari kriteria yang ada yaitu
capability, accessibility, readiness, dan leverage (Hasan et al., 2018). Nilai yang
diisi menurut metode CARL memiliki angka minimum 1 hingga yang tertinggi
adalah 10. Hasil akhir dari nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L dan
urutan ranking atau prioritas pemecahan suatu masalah yang harus dilakukan
terlebih dahulu (hasilnya berupa nilai tertinggi sampai nilai terendah) (Chang dan
Octavia, 2017; Hasan et al.,2018).

Metode hanlon merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk
membandingkan berbagai masalah kesehatan dengan cara relatif, framework,
seadil mungkin dan objektif dengan menggunakan 4 kelompok kriteria, yakni
besarnya masalah (magnitude), kegawatan masalah (emergency), kemudahan

20
penanggulangan masalah (causability), dan faktor yang menentukan dapat
tidaknya program dilaksanakan (PEARL factor) (Bimmaharyanto et al., 2017).

Faktor PEARL yaitu P = Kesesuaian (Appropriateness). Apakah masalah


tersebut; E = Secara ekonomi murah (Economic feasibility); A = Dapat diterima
(Acceptability); R = Tersedia sumber daya (Resources availability); dan L =
Legalitas terjamin (Legality).

21
DAFTAR PUSTAKA

Bimamaharyanto D.E., Fudholi H.A., dan Widodo G.P. 2017. Evaluasi Tingkat
Kesesuaian Standar Akreditasi Terhadap Pelayanan Farmasi dan Strategi
Perbaikan Dengan Metode Hanlon di RSUD Kabupaten Bima. JIME, 3(2):
209-215.

CDC. 2018. Gaining Consensus Among Stakeholders Through the Nominal


GroupTechnique. Evaluation Briefs, No.7.

Chang, J., & Octavia, T. 2017. Upaya Penurunan Produk Cacat Departemen
Blow Molding PT. X Surabaya. Jurnal Titra, 5(2): 111-116.

Elliott, M. J., Straus, S. E., Pannu, E., et al. 2016. A Randomized Controlled Trial
Comparing In-Person And Wiki-Inspired Nominal Group Techniques For
Engaging Stakeholders In Chronic Kidney Disease Research Prioritization.
BMC Medical Informatics and Decision Making, 16(113): 1-12.

Hariyanti. Tuti., Jaya. A. P., Widyaningrum. Kurnia. 2018. Sistem Evaluasi Pasca
Pelatihan di Rumah Sakit X Malang. Jurnal Dinamika Manajemen Dan
Bisnis. Malang: Universitas Brawijaya.

Hasan, F., Widiyanto, A., Pujiarto, B. 2018. Sistem Pendukung Keputusan


Penentuan Penjurusan Menggunakan Metode 360 Derajat di SMA
Muhammadiyah Muntilan. Jurnal Komtika (Komputasi dan
Informatika), 2(2): 95-101.

Hussainy, S. Y., Crum, M. F., White, P. J., et al. 2016. Developing A Framework
For Objective Structured Clinical Examinations Using The Nominal Group
Technique. American Journal of Pharmaceutical Education, 80(9): 1-10.

Jamil, Nur, Aisyah. 2007. Pengambiln Keputusan. Jurnal Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Indonesia

Krisma, R., Lidya, F., Oktaviani, R., et al. 2015. Tahap Penentuan Prioritas
Masalah Metode Hanlon & Tahap Analisis Akarpenyebab Masalah Fish
Bone. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

22
Mompewa, R.S.M., Wiedyaningsih C., Widodo G.P. 2019. Evaluasi Pengelolaan
Obat dan Strategi Perbaikan Dengan Metode Hanlon di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Daerah Poso Provinsi Sulawesi Tengah. CHMK
Pharmaceutical Scientific Journal, 2(1): 10-18.

Murto, S. H., Varpio, L., Gonsalves, C. 2016. Using Consensus Group Methods
Such As Delphi and Nominal Group In Medical Education Research.
Medical Teacher, 39(1): 14-19.

Supriyanto, S., Nyoman, A.D. 2007. Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya:


Airlangga University Press.

Symond, D. 2013. Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dan Prioritas Jenis


Intervensi Kegiatan Dalam Pelayanan Kesehatan di Suatu Wilayah. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 7(2): 94-100.

Tyas, R. C. 2020. Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Dan Jenis Intervensi


di RW 13 dan RW 14 Kelurahan Ampel Kecamatan Semampir Surabaya
Tahun 2018. Jurnal Penelitian Kesehatan (JPK), 18(1): 10-13.

23

Anda mungkin juga menyukai