JUDUL PROGRAM
BIDANG KEGIATAN:
PKM-PENELITIAN
Diusulkan oleh:
Dyah Ayu Safitri 1306 Angkatan 2013
Syifa Masna Raisalah 1206210755 Angkatan 2012
Triya Venisya R. P. 1206210862 Angkatan 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015
PENGESAHAN PKM-PENELITIAN
Menyetujui,
ii
Direktur Kemahasiswaan UI, Dosen Pendamping
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
RINGKASAN..........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
3.2 Rancangan
Penelitian………..................................................................6
4.2 Jadwal
Kegiatan……………..................................................................6
iv
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................7
LAMPIRAN..........................................................................................................11
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
v
RINGKASAN
Penelitian ini ingin melihat faktor apa saja yang mendorong konfontrasi
Soekarno terhadap Malaysia, yang dipengaruhi oleh konflik internal dibanding
kebijakan luar negeri Malaysia sendiri. Tujuan penelitian ini yaitu menemukan
penyebab yang lebih dalam, dibandingkan adanya perbedaan ideologi dan
ancaman yang dimungkinkan datang dari Malaysia ke Indonesia. Dalam
penelitian ini, tim peneliti meneliti mengenai signifikansi indikator permasalahan
dalam negeri Indonesia terhadap pengalihan konflik sebagai penyebab konflik
Indonesia dan Malaysia pada tahun 1963-1966. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif, dengan teori Diversionary of War Theory dengan empat
indikator yaitu intensitas konflik internal, peran rivalitas, kesempatan untuk
pengalihan internal, dan jenis regim sebagai analisis data. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa konfrontasi Soekarno terhadap Malaysia pada tahun 1963-
1966 lebih disebabkan oleh konflik dalam negeri yaitu perebutan Irian Jaya,
dibanding faktor kebijakan Malaysia terhadap Indonesia.
vi
BAB 1. PENDAHULUAN
1
jika dilihat lebih jauh, konfontrasi yang digelar oleh Soekarno pada tahun 1963 itu
sebenarnya tidak terlalu dipengaruhi oleh kebijakan luar negeri Malaysia, namun
adanya faktor-faktor lain seperti kondisi ekonomi Indonesia yang menurun,
konflik internal antara pemerintah dengan Irian Jaya, jenis rezim, rivalitas
Indonesia dengan Malaysia, dan kesempatan yang tepat bagi Indonesia yang
sebenarnya mendorong Indonesia melakukan konfontrasi terhadap Malaysia yang
berujung konflik antara kedua negara. Faktor-faktor penyebab tersebut yang akan
dicari dan dianalisis untuk melihat kemungkinan penyebab konflik Indonesia pada
tahun 1963-1966 sebagai jenis diversionasy war.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat gambaran mengenai hubungan
bilateral Indonesia dengan Malaysia yang berubah drastis sebelum dan sesudah
terjadinya konflik di antara kedua negara. Penyebab konflik antara Indonesia dan
Malaysia secara singkat telah dijelaskan dari dua pihak, baik Indonesia maupun
Malaysia. Dengan adanya kemungkinan penyebab konflik yang lebih condong ke
arah pengalihan konflik oleh Soekarno, maka terdapat rumusan masalah penelitian
ini yaitu, “Seberapa signifikan indikator permasalahan dalam negeri
Indonesia terhadap pengalihan konflik sebagai penyebab konflik Indonesia
dan Malaysia pada tahun 1963-1966?”
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan penyebab yang lebih dalam,
dibandingkan adanya perbedaan ideologi dan ancaman yang dimungkinkan datang
dari Malaysia ke Indonesia. Konfontrasi Indonesia terhadap Malaysia pada tahun
1963-1966 memiliki banyak penyebab, namun jika dilihat dari situasi internal
Indonesia, maka konflik tersebut bisa hanya berupa pengalihan isu oleh Soekarno
agar nasionalisme dan patriotisme masyarakat Indonesia kembali lagi pasca
turunnya kredibilitas Soekarno akibat pembuatan poros Jakarta-Peking dan
konflik pemerintah dengan Irian Jaya.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Di bawah ini beberapa kasus yang digunakan sebagai tinjauan pustaka guna
melihat kasus konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia. Kasus pertama yaitu
invasi yang dilakukan Amerika ke Grenada pada tahun 1983 dilihat sebagai
diversionary conflict dikarenakan invasi tersebut dimotori oleh deklarasi Reagan
(Cole, 1997). Di balik perintah invasi Reagan saat itu, terdapat beberapa faktor
seperti rivalitas besar antara AS dengan Uni Soviet. Tingkat rivalitas yang sangat
tinggi saat itu menyebabkan AS berusaha menunjukkan kekuatan AS terhadap
US. Selain itu, invasi yang melibatkan Kuba ini merupakan salah satu bentuk
rivalitas nuklir kedua negara besar tersebut. Di samping tingkat rivalitas yang
tinggi, bentuk pemerintahan AS yaitu demokrasi tersebut cenderung
menggunakan militer untuk menyelesaikan suatu masalah. Konflik internal yang
terjadi di AS pada saat itu belum membesar sehingga penyelesaian lebih
dilakukan dengan cara represi pemerintah terhadap masyarakat.
Kasus kedua yaitu invasi India terhadap Goa pada tahun 1961 atas
perebutan Goa dari Portugal secara gamblang telah menunjukkan adanya rivalitas
India dengan Portugal (Chanda dan Ghosh, 2012). Variabel lain yaitu target
internal sebagai peralihan konflik tidak dilakukan India, adanya keseimbangan
antara masyarakat Hindu dengan Islam tidak dijadikan target oleh pemerintah,
karena konflik yang terjadi secara langsung merupakan konflik antara India dan
Portugal. Selain itu, sama halnya dengan AS, India yang memiliki bentuk
pemerintahan demokrasi juga memiliki kecenderungan untuk melakukan invasi
menggunakan militer, walaupun secara tidak langsung dalam hal perebutan tanah,
militer juga dibutuhkan. Variabel keempat yaitu konflik internal tidak terlalu
berpengaruh terhadap keputusan India saat itu, dikarenakan konflik antara
masyarakat penganut Hindu dan Islam saat itu belum terlalu besar.
Kasus ketiga yaitu perang Falklands di mana Inggris dan Argentina pada
tahun 1982 memperebutkan Falklands (Smith, 2008). Tingkat rivalitas di antara
kedua negara tersebut tinggi, dengan tidak ada masalah yang sangat serius di
dalam negara sehingga konflik internal tidak terjadi. Penargetan dari pemerintah
3
terhadap kelompok minoritas di Inggris dan Argentina juga tidak dilakukan.
Selain kedua variabel tersebut, tipe rezim Inggris yang sebenarnya otorki lebih
cenderung tidak menggunakan militer dalam sebuah konflik, terpaksa menurukan
militernya untuk memperebutkan pulau tersebut.
Kasus keempat yaitu invasi AS ke Panama pada tahun 1989-1990 juga
disebabkan oleh adanya rivalitas antara AS dengan US (US General Accounting
Office, 1991). Berada dalam situasi tegang perang dingin, AS memilih untuk
melakukan invasi sebagai bentuk pembuktian kekuatan militer mereka terhadap
US. Selain itu, AS tidak mengalihkan isu perang ke kelompok minoritas dalam
negeri seperti Hispanic, karena pada saat itu, isu mengenai penyerangan Panama
ke AS tidak berhubungan secara langsung dengan kelompok minoritas. Namun di
balik itu semua, terdapat konflik internal yang terjadi antara Bush senior dengan
Noreiga terkait pengedaran narkoba sejak tahun 1976. Dipicu oleh pengedaran
yang semakin besar dan serangan oleh Panama ke AS, menyebabkan Bush senior
mendeklarasikan perang terhadap Panama.
Kasus kelima yaitu invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990 disebabkan oleh
rivalitas Irak dengan Kuwait sehubungan hutang Irak dan penggalian lapangan
minyak Rumaylah (Mearsheimer dan Waltz, 2003). Hal tersebut memicu sengketa
dengan Kuwait yang akan berlanjut menjadi perang Teluk (tapi ini bukan menjadi
salah satu contoh kasus di penelitian ini). Selain faktor rivalitas, domestik Irak
juga memiliki masalah yaitu adanya konflik agama antara Suni dan Syiah. Hal
tersebut secara tidak langsung juga mendorong ketidakstabilan di dalam Irak, di
mana kemudian menjadi alasan Sadam Husain menginvasi Kuwait. Walaupun
konflik agama tersebut muncul, namun saat itu Sadam tidak menjadikan ini
sebagai alasan menyerang minoritas Syiah.
Kasus keenam yaitu perang Vietnam pada tahun 1957-1975, di mana AS
menginvasi Vietnam pada tahun disebabkan oleh rivalitas AS dengan US
(Herring, 1991). Pada saat itu, perang dingin sedang terjadi, dan kelompok
Vietnam Utara disekutui US serta Vietnam Selatan disekutui AS, menunjukkan
adanya rivalitas komunis dan demokratis yang masing-masing ideologi tersebut
dibawa oleh Amerika dan Uni Soviet. Konflik internal AS di sini tidak terlalu
4
dilihat, tipe rezim yang digunakan masih tetap demokratis, dan pengalihan dengan
menyerang minoritas tidak dilakukan AS.
5
saudara atau keruntuhan negara. Faktor intensitas konflik internal berpengaruh
berbeda terhadap negara demokrasi dan otokrasi. Negara otokrasi tidak akan
melakukan pengalihan perang akibat konflik internal. Sebaliknya, negara
demokrasi akan melakukan pengalihan perang akibat konflik internal.
Faktor kedua yang dapat memicu pengalihan perang adalah adanya rivalitas
yang sudah lama dengan negara lain. Mitchell dan Prins mengemukakan bahwa
negara yang terlibat dalam rivalitas yang berkelanjutan, akan lebih mudah
menjustifikasikan perang eksternal saat konflik internal terjadi. Hal tersebut
dikarenakan musuh dapat dijadikan ‘kambing hitam’ yang disalahkan atas konflik
internal. Rivalitas akan mendorong pemerintah untuk memanipulasi hubungan
luar negeri untuk mencapai tujuan personal atau politiknya. Faktor ketiga adalah
adanya target internal, yaitu kelompok minoritas dalam negara. Apabila suatu
negara tidak memiliki pihak eksternal untuk dilawan—karena negara tetangga
terlalu kuat atau tidak terlibat dalam rivalitas yang berkelanjutan—kelompok
minoritas dapat dijadikan lawan dari negara. Pengalihan perang terhadap
kelompok minoritas internal tidak hanya meminimalkan resiko dan biaya yang
dihasilkan dari perang eksternal, tetapi juga dapat menetralkan ancaman internal
yang ditimbulkan oleh kelompok minoritas (Cashman, 2014). Menuduh kelompok
minoritas tidak setia dan bekerja sama dengan lawan eksternal dapat
meningkatkan dukungan kelompok etnik in-group terhadap pemerintah.
Faktor keempat yang dapat menyebabkan pengalihan perang adalah jenis
regim. Pengaruh faktor jenis regim, yaitu regim otokrasi dan demokrasi, terhadap
pengalihan perang masih diperdebatkan oleh para scholar. Beberapa scholar
beragumen bahwa regim otokrasi lebih cenderung melakukan pengalihan perang
daripada regim demokrasi. Negara otokrasi memiliki insentif lebih kuat untuk
menggunakan pengalihan perang karena tidak adanya legitimasi politik dalam
regim tersebut. Negara otokrasi juga tidak terkekang di dalam negaranya,
sehingga lebih mudah untuk menggunakan tindakan internal melawan pihak
lawan, seperti dalam faktor ketiga. Oleh karena itu, pengalihan perang oleh negara
otokrasi tidak disebabkan oleh tingkat pemberontakan dan tingkat protes. Negara
otokrasi tidak butuh untuk terlibat dalam pengalihan eksternal, karena mereka
mampu untuk melakukan represi di domestik. Mitchell dan Prins beragumen
6
bahwa negara otokrasi lebih cenderung untuk melakukan pengalihan perang
akibat kondisi ekonomi yang memburuk, daripada negara demokrasi (Cashman,
2014). Negara otokrasi juga lebih cenderung untuk melakukan pengalihan perang
akibat konfik kekerasan internal, daripada negara demokrasi.
Namun, beberapa scholar lain memiliki pendapat yang berbeda. Mereka
berargumen bahwa negara demokrasi akan lebih cenderung melakukan pengalihan
perang. Gilpin beragumen bahwa regim demokrasi lebih cenderung untuk
melakukan pengalihan perang akibat tingkat protes atau pemberontakan internal
yang meningkat, daripada negara otokrasi (Cashman, 2014). Regim demokratis
lebih tergantung terhadap dukungan domestik, sehingga cenderung menggunakan
konflik eksternal untuk mengatasi konflik internal. Negara demokrasi yang
memiliki kesulitan dalam politik dan konstitusi untuk melakukan represi di
domestik, juga mendorong negara untuk mengalihkan perang terhadap pihak
eksternal.
7
BAB 3. METODE PENELITIAN
8
Konflik internal tersebut telah medorong terjadinya pepecahan masyarakat
Indonesia dan pemerintah Indonesia yaitu pro-penggabungan dan kontra-
penggabungan. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang memicu Soekarno
untuk mengalihkan isu konflik internal menjadi ke luar. Dengan adanya
pengalihan isu konflik, diharapkan akan terjadi penyatuan pihak-pihak yang pro
dan kontra tersebut.
Faktor yang kedua yaitu kondisi ekonomi Indonesia. Pada tahun 1963,
kondisi ekonomi Indonesia sedang menurun. Pada saat itu, Indonesia mengalami
penurunan ekonomi ditandai dengan terjadinya defisit pendapata negara sejak
tahun 1961, investasi luar negeri menurun pada tahun 1963, dan akhirnya
Indonesia terus menyimpan hutang hingga tahun 1966 (Sutton, 1982). Hal ini
dapat dilihat mendorong terjadinya kekacauan pemerintahan, sehingga pemerintah
saat itu, khususnya Soekarno berusaha mengalihkan isu penuruan ekonomi agar
masyarakat Indonesia lebih fokus ke masalah pertahanan negara dibanding
kondisi ekonomi yang sedang buruk.
Faktor yang ketiga yaitu adanya rivalitas antara Indonesia dan Malaysia.
Sebagai negara jajahan Belanda, Inggris, Jepang, dan banyak negara lain,
Indonesia tidak melihat Inggris sebagai sekutu yang baik bagi Indonesia. Hal ini
berkebalikan dengan Malaysia yang bersekutu dengan Inggris dan Australia.
Rivalitas sekutu ini menjalar ke perebutan Borneo sebagai kawasan Malaysia di
bawah Inggris, sedangkan Soekarno melihat Borneo sebagai bagian Indonesia,
sehingga sukarelawan Indonesia di sana didorong untuk menyerang tentara
Malaysia (Australian War Memorial, 1996).
Faktor keempat yaitu adanya jenis rezim yang mendukung proses
diversionary war. Pada masa itu, Soekarno yang otoriter dengan pengaruhnya
berhasil mengibarkan semangat masyarakat Indonesia untuk melawan Malaysia.
Adanya pengaruh yang kuat sejak proklamsi Indonesia tahun 1945 menjadikan
Soekarno lebih mudah untuk menyatakan konflik dengan Malaysia. Jenis rezim
ini sedikit banyak memengaruhi proses penyebaran perintah Soekarno “Ganyang
Malaysia”.
Faktor kelima yaitu adanya kesempatan. Penjelasan empat faktor di atas
merupakan pendorong yang kuat bagi pemerintah untuk menyatakan konflik
9
dengan Malaysia. Hal tersebut ditunjang oleh adanya kesempatan yaitu masuknya
Inggris sebagai sekutu Malaysia yang kemudian membangkitkan emosi
masyarakat Indonesia sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan yang
dilakukan Inggris dan penyerangan terhadap Indonesia pasca kemerdekaan
Indonesia.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Smith, G. (2008) Battle Atlas of the Falklands War 1982. Diakses dari:
http://www.radalmafinas.com.ar
Sutton, Mary. Indonesia 1966-70: Economic Management and the Role of the
IMF. dalam Overseas Development Institute, 1962.
Waltz, K. (1959) Man, the State and War. New York: Columbia University Press.
12
LAMPIRAN
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi Purwantoro 1 Negeri 1 Malang Negeri 4
Malang
Jurusan - - IPS
Tahun Masuk-Lulus 2000-2006 2006-2009 2009-2012
Tahun Penghargaan
2006 3rd place of English Debate in Malang
2007 1st place of Emergency Aid of Junior Red Cross Youth
2007 2nd place of Tae Kwon Do Open Tournament for Heavy Class
2007 1st place of Tae Kwon Do Open Tournament for Middle Heavy Class
2008 2nd place of Theater Competition in Malang
2009 1st place of Paskibra in Central Java
2009 Finalist of News Anchor Competition in Central Java and Yogyakarta
2010 3rd place of Theater Competition in East Java
13
2012 3rd place of Single Woman Tennis Tournament in Social and Political
Science of Universitas Indonesia
2013 4th place of Program Kreativitas Mahasiswa (Student Creativity
Program) of Society Category in Social and Political Science of
Universitas Indonesia
2015 Project Officer and teacherTeaching voluntary in Bantur (a village in
Malang)
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara secara hukum. Apabila di kemudian ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya siap menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Program Kreativitas Mahasiswa – Penelitian.
Pengusul,
A. Identitas Diri
14
6. e-mail triyavenisya@gmail.com
7. Nomor Telepon/HP. +62 81 318 221 723
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara secara hukum. Apabila di kemudian ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya siap menerima sanksi.
15
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Program Kreativitas Mahasiswa – Penelitian.
Pengusul,
2. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus
16
3. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
No. Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel Waktu dan
Ilmiah Tempat
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara secara hukum. Apabila di kemudian ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya siap menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Program Kreativitas Mahasiswa – Penelitian.
Pengusul,
17
3. Biodata Dosen Pendamping
1. Identitas Diri
1. Nama Lengkap
2. Jenis Kelamin
3. Program Studi
4. NIP
5. Tempat Tanggal Lahir
6. e-mail
7. Nomor Telepon/HP.
2. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus
18
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara secara hukum. Apabila di kemudian ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya siap menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Program Kreativitas Mahasiswa – Penelitian.
Pengusul,
19
Seminar
1. Sewa Ruangan Rp. 500.000 1 Rp. 500.000
2. Konsumsi Rp.1.500.000 1 Rp.1.500.000
3. Sewa infocus Rp. 500.000 1 Rp. 500.000
20
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Tim
NIM : 1206210755
yang diusulkan untuk tahun anggaran 2015 bersifat original dan belum pernah
dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.
21
Depok, Februari 2015
22