Anda di halaman 1dari 54

PARTISIPASI PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN

UMUM PADA TAHUN 2019 DI KELURAHAN MALEBER


CIAMIS

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
Seminar proposal penelitian Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Siliwangi

Oleh

SITI NUR ARAFAH


183507028

JURUSAN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan Skripsi dengan judul :

PARTISIPASI PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM PADA


TAHUN 2019 DI KELURAHAN MALEBER CIAMIS

Yang disusun oleh :

Siti Nur Arafah


NPM. 183507028
Disetujui dan disahkan pada tanggal .................

Tim Penguji

Tanda Tangan
1. Dosen Pembimbing I :
Taufik Nurohman, S.IP., M.A. .........................
NIP. 198407252019031004
2. Dosen Pembimbing II :
Wiwi Widiastuti, S.IP., M.Si. .........................
NIP. 19830802021212005

3. Dosen Penguji I :
Subhan Agung, S.IP., M.A .........................
NIDN. 0407118201
4. Dosen Penguji II :
Hendra Gunawan, S.IP., M.Si. .........................
NIDN. 0413018405

Tasikmalaya, .........................

Mengetahui,
Dekan Ketua Jurusan Ilmu Politik

Nina Herlina, Dra., M.T. Wiwi Widiastuti, S.IP., M.Si.


NIP. 196208122021212001 NIDN. 0404088302
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik baik di Universitas Siliwangi maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari Tim Pembimbing Dosen
Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Siliwangi.
3. Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari
terdapat penyimpangan atau ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Tasikmalaya, .....................

Siti Nur Arafah


NPM. 183507028
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
proposal penelitian dengan judul “Partisipasi Pemilih Pemula Dalam Pemilihan
Umum Pada Tahun 2019 Di Kelurahan Maleber Ciamis”. Proposal penelitian
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Seminar Proposal Ilmu
Politik di Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Siliwangi.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini peneliti mendapatkan bantuan,


petunjuk, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Nina Herlina, Dra., M.T selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
2. Bapak Taufik Nurohman, S.IP., MA., selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pemikiran, arahan serta motivasi dalam
penyusunan proposal penelitian.
3. Ibu Wiwi Widiastuti, S.IP., M.Si., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, pemikiran, arahan serta motivasi dalam
penyusunan proposal penelitian.
4. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Program Studi Ilmu Politik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Siliwangi yang telah
memberikan ilmu pada peneliti, baik selama perkuliahan maupun dalam
penyusunan proposal penelitian.
5. Ayah, Ibu, kakak, adik dan keluarga yang telah senantiasa memberikan
doa, motivasi dan dukungan baik secara moril maupun materil.
6. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan proposal
penelitian ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlipat ganda. Aamiin.

i
Peneliti menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, peneliti sangat mengharapkan masukan, kritik serta
saran yang membangun guna kesempurnaan proposal penelitian ini. Akhir kata,
semoga proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi peneliti
maupun yang membaca. Aamiin.

Ciamis, November 2021

Peneliti

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 5
C. Batasan Masalah...................................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian................................................................................... 6
1. Secara Teoritis.................................................................................... 6
2. Secara Praktis..................................................................................... 6
F. Definisi Konseptual................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian Teori................................................................................................... 9
1. Partisipasi Politik................................................................................ 9
2. Pemilihan Umum................................................................................ 18
3. Pemilih Pemula................................................................................... 21
B. Penelitian Terdahulu............................................................................... 22
C. Kerangka Pemikiran................................................................................ 26
D. Hipotesis.................................................................................................. 28

BAB III METODE PENELITIAN


A. Metode Penelitian.................................................................................... 29
B. Desain Penelitian..................................................................................... 29
C. Lokasi Penelitian..................................................................................... 29
D. Fokus Penelitian...................................................................................... 30
E. Sumber Data, Variabel, Skala Pengukuran............................................. 30
F. Populasi Dan Sampel.............................................................................. 32
G. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 34

iii
H. Instrumen Penelitian................................................................................ 35
I. Definisi Operasional................................................................................ 35
J. Teknik Analisis Data.............................................................................. 37
K. Uji Validitas Dan Reliabilitas................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Partisipasi Pemilih pada Pemilihan Umum Tahun 2019 di


Kelurahan Maleber, Ciamis.................................................................................... 2

Tabel 2. Penelitian Terdahulu Yang Relevan .......................................................23

Tabel 3. Skala Likert Pada Variabel Partisipasi Politik.........................................31

Tabel 4. Sampel Masyarakat Pemilih Pemula di Kelurahan Maleber, Ciamis......33

Tabel 5. Operasionalisasi Indikator Variabel dan Pengukuran..............................36

v
ABSTRAK

Penelitian ini menjelaskan mengenai partisipasi politik pemilih pemula


pada pemilihan umum Tahun 2019 Di Kelurahan Maleber, Ciamis. Keberhasilan
dari sebuah pemilihan umum dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat
termasuk pemilih pemula yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya,
sehingga perlu untuk diteliti. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah (1)
Bagaimana partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan umum pada tahun 2019 di
Kelurahan Maleber, Ciamis. (2) Apakah faktor yang mempengaruhi partisipasi
pada pelaksanaan pemilihan umum pada tahun 2019 di Kelurahan Maleber,
Ciamis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana partisipasi
politik pemilih pemula dan yang mempengaruhi pemilih pemula dalam
menentukan pilihan politiknya dalam pemilihan umum pada tahun 2019 di
Kelurahan Maleber Ciamis seperti faktor pendorong dan faktor penghambat dalam
menentukan pilihan politik pemilih pemula pada pemilihan umum.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan teknik
analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dengan penyebaran
kuesioner kepada 61 responden yang merupakan pemilih pemula yang berusia 17-
21 tahun di Kelurahan Maleber Ciamis. Teori yang digunakan adalah partisipasi
politik (Sahya Anggara) yaitu peran seseorang maupun suatu kelompok
masyarakat dalam proses pembangunan, baik dalam bentuk pernyataan maupun
dalam bentuk kegiatan dengan cara memberikan masukan, pikiran, waktu,
keahlian, tenaga, modal atau materi, dan ikut memanfaatkan serta menikmati hasil
dari proses pembangunan tersebut. W. Paige dalam Sahya Anggara memberikan
model partisipasi politik menjadi empat tipe, diantaranya partisipasi aktif,
partisipasi apatis, partisipasi militan radikal, dan partisipasi pasif. Data penelitian
diambil dengan menggunakan skala Likert dengan sifat skala ordinal. Metode
analisis data yang digunakan adalah teknik statistik deskriptif. Teknik penarikan
sampel menggunakan teknik simple random sampling.

Kata kunci: Partisipasi Politik, Pemilih Pemula, Pemilu

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negara yang didalamnya memiliki banyak sekali
sebuah pulau dan keberagaman kebudayaan dimana masyarakatnya yang
memiliki sifat majemuk yaitu berasal dari beberapa suku bangsa. Demokrasi
dilaksanakan melalui sebuah prinsip perwakilan sehingga pemerintahan yang
terbentuk dikatakan juga sebagai pemerintahan perwakilan. Sehingga semua
masyarakat di negara Indonesia memiliki hak untuk ikut berpartisipasi dalam
pemilihan umum. Menurut Miriam Budiardjo (2017: 461) mengatakan
kebanyakan negara yang menganut sistem demokrasi, pemilihan umum
dianggap simbol sekaligus tolok ukur dari sebuah demokrasi itu sendiri.
Pemilihan umum merupakan sarana dari demokrasi yang telah digunakan
oleh negara-negara yang notabenenya memiliki masyarakat yang heterogen
seperti negara Indonesia. Dengan diselenggarakannya pemilihan umum
diharapkan semua pihak dapat tertampung apa yang dicita-citakan sehingga
akan terwujud kehidupan bernegara yang lebih baik. Komponen penentu
berhasil tidaknya pelaksanaan pemilihan umum adalah masyarakat atau warga
negara sebagai pemegang kedaulatan yang tertinggi. Karena yang menentukan
nasib dari suatu negara kedepannya hanya kekuatan dari pemilihan masyarakat
itu sendiri.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2017 tentang
pemilihan umum menjelaskan bahwa pemilihan umum atau pemilu merupakan
sarana kedaulatan rakyat yang bertujuan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden, serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dilaksanakan
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber Jurdil)
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945.
Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi negara Indonesia
menyatakan kekuasaan berada di tangan rakyat. Dalam pemilihan umum
partisipasi politik masyarakat sebagai kontrol dari masyarakat terhadap

1
2

pemerintahan. Selain itu, partisipasi politik merupakan pemenuhan hak politik


warga negara. Setiap masyarakat memiliki hak yang sama tanpa membeda-
bedakan apapun latar belakangnya seperti agama, ras, suku, status sosial, jenis
kelamin, serta golongan darah untuk berserikat dan berkumpul, menyampaikan
pendapat, dan menyikapi dengan kritis kebijakan dari pemerintah atau pejabat
negara. Hak tersebut termasuk dalam perwujudan dan pemenuhan dari hak-hak
politik.
Setiap masyarakat harus mempunyai kesadaran akan politik dan mampu
untuk memahami dunia perpolitikkan dengan baik. Partisipasi politik
masyarakat dalam setiap kegiatan-kegiatan politik yang dilakukan sangat
penting untuk mendukung proses kerja pemerintah dan pelaksanaan fungsi-
fungsi birokrasi didalam menjalankan pemerintahan. Dikarenakan suatu
keputusan politik yang telah dibuat serta dilaksanakan oleh pemerintah dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Maka masyarakat berhak untuk ikut
serta dalam menentukan bagaimana isi dari keputusan politik.
Partisipasi politik adalah kegiatan masyarakat untuk ikut serta dalam
kehidupan politik. Bentuk dari partisipasi politik menurut Sahya Anggara
(2013:153) dibagi menjadi beberapa bentuk diantaranya: pertama, partisipasi
aktif yang berorientasi pada proses input dan output politik. Kedua, partisipasi
pasif yang berorientasi pada proses output politik. Ketiga, golongan putih atau
apatis, yang beranggapan sistem politik yang ada telah menyimpang dan tidak
sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Ada beberapa aspek masyarakat yang
ikut serta dalam partisipasi politik salah satunya adalah partisipasi politik dari
pemilih pemula.

Tabel 1: Data Partisipasi Pemilih pada Pemilihan Umum Tahun 2019 di


Kelurahan Maleber, Ciamis.
Meng-
Jumlah Data Data DPTb Suara
Nomor guna- Suara
Seluruh Pemilih Pemilih dan Tidak Golput
TPS kan Sah
Pemilih Tetap Pemula DPK Sah
Hak
TPS 1 228 221 2 5 89% 89% 0 11%
TPS 2 195 184 1 10 86% 85% 1% 14%
TPS 3 177 171 5 1 85% 84% 1% 15%
TPS 4 114 106 6 2 87% 85% 2% 13%
TPS 5 127 122 3 2 90% 88% 2% 10%
3

Meng-
Jumlah Data Data DPTb Suara
Nomor guna- Suara
Seluruh Pemilih Pemilih dan Tidak Golput
TPS kan Sah
Pemilih Tetap Pemula DPK Sah
Hak

TPS 6 148 145 1 2 83% 82% 1% 17%


TPS 7 164 155 6 3 82% 81% 1% 18%
TPS 8 127 121 6 0 84% 82% 2% 16%
TPS 9 128 126 2 0 85% 85% 0 15%
TPS 10 190 171 11 8 91% 91% 0 9%
TPS 11 214 206 5 3 89% 89% 0 11%
TPS 12 114 112 0 2 92% 91% 1% 8%
TPS 13 158 153 2 3 87% 83% 4% 13%
TPS 14 119 109 3 7 82% 80% 2% 18%
TPS 15 159 149 5 5 91% 88% 3% 9%
TPS 16 183 178 0 5 91% 90% 1% 9%
TPS 17 176 174 1 1 90% 89% 1% 10%
TPS 18 193 188 4 1 87% 84% 3% 13%
TPS 19 186 184 0 2 91% 90% 1% 9%
TPS 20 150 150 0 0 89% 88% 1% 11%
TPS 21 168 168 0 0 89% 86% 3% 11%
TPS 22 236 227 7 2 88% 86% 2% 12%
TPS 23 172 160 5 7 88% 84% 4% 12%
TPS 24 208 204 4 0 92% 83% 9% 8%
TPS 25 182 178 1 3 91% 90% 1% 9%
TPS 26 256 252 2 2 88% 88% 0 12%
TPS 27 216 208 3 5 88% 88% 0 12%
TPS 28 180 178 0 2 90% 88% 2% 10%
TPS 29 189 188 0 1 88% 87% 1% 11%
TPS 30 117 116 1 0 80% 79% 1% 20%
TPS 31 159 158 1 0 89% 86% 3% 11%
TPS 32 181 178 0 3 83% 83% 0 17%
TPS 33 281 263 12 6 85% 84% 1% 15%
TPS 34 151 144 3 4 93% 92% 1% 7%
TPS 35 226 214 12 0 87% 87% 0 13%
TPS 36 118 112 1 5 92% 91% 1% 8%
TPS 37 172 163 4 5 87% 86% 1% 13%
TPS 38 142 141 1 0 90% 89% 1% 10%
TPS 39 132 126 6 0 90% 90% 0 10%
TPS 40 150 138 4 8 87% 86% 1% 13%
TPS 41 197 189 8 0 85% 85% 0 15%
TPS 42 154 145 4 5 88% 87% 1% 12%
TPS 43 138 131 6 1 91% 90% 1% 9%
TPS 44 138 135 0 3 95% 95% 0 5%
TPS 45 152 137 8 7 92% 92% 0 8%
Jumlah 7.665 7.378 156 131 88% 98.7% 1.3% 12%
Sumber: KPPS Kelurahan Maleber Ciamis Tahun 2019
Berdasarkan data dari KPPS Kelurahan Maleber, Ciamis jumlah pemilih
di Kelurahan Maleber, Ciamis pada tahun 2019 yang memiliki hak
4

partisipasinya sebanyak 7.665 orang yang tersebar di 45 TPS. Dari jumlah TPS
tersebut, pemilih pemula sebanyak 156 orang dari jumlah pemilih yang
tersebar di 13 RW yang berada di Kelurahan Maleber, Ciamis. Dari jumlah
pemilih tersebut memiliki dampak yang cukup berpengaruh pada kemenangan
seorang calon atau seorang kontestan politik. Dan ada juga DPTb dan DPK
sebanyak 131 orang.
Pemilih pemula menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 pasal
198 tentang hak memilih dalam pemilihan umum dikatakan bahwa pemilih
pemula merupakan masyarakat yang baru pertama kali untuk melakukan
pemilihan atau menggunakan hak pilihnya dan telah berusia 17 tahun atau
lebih, sudah kawin atau sudah pernah kawin, dan memiliki hak untuk memilih
dalam pemilihan umum. Pemilih pemula selalu dianggap sebagai pemilih yang
tidak mempunyai pengalaman untuk memilih pada pemilihan umum
sebelumnya namun, bukan berarti mencerminkan keterbatasan untuk
menyalurkan aspirasi politik. Partisipasi pemilih pemula menentukan juga
dalam pemilihan umum sehingga, tingkat partisipasi politik pemilih pemula
perlu diketahui.
Aktivitas politik yang dilakukan oleh pemilih pemula salah satunya
adalah dengan memberikan suara dalam pemilihan umum. Dilihat dari usia
pemilih pemula rata-rata merupakan seorang pelajar, mahasiswa, serta para
pekerja muda. Dalam partisipasi politik pemilih pemula dianggap sebagai
objek kegiatan politik yang masih memerlukan pengetahuan atau pembinaan di
bidang perpolitikan. Kebanyakan dari pemilih pemula ini masih bersifat labil
atau masa bodoh dan mungkin memiliki sifat apatis karena pengetahuan
tentang politiknya kurang, sehingga lebih mengandalkan pengetahuan yang
didapatkan dari lingkungan daripada dari pengetahuan terkait dengan
pemilihan umum atau politik.
Berdasarkan urain diatas mengenai partisipasi pemilih pemula
khususnya di Kelurahan Maleber, Ciamis sangat menarik untuk diteliti terkait
studinya yang masih sedikit dilakukan di Kabupaten Ciamis khususnya di
Kelurahan Maleber dan peneliti ingin mengetahui sejauh mana partisipasi
5

politik pemilih pemula di Kelurahan Maleber, Ciamis dan faktor apa saja yang
mempengaruhinya. Sehingga dengan latar belakang tersebut penulis
mengambil judul “Partisipasi Pemilih Pemula Dalam Pemilihan Umum Tahun
2019 Di Kelurahan Maleber Ciamis”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mendapatkan
rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan umum pada tahun


2019 di Kelurahan Maleber, Ciamis?
2. Apakah faktor yang mempengaruhi partisipasi pada pelaksanaan pemilihan
umum pada tahun 2019 di Kelurahan Maleber, Ciamis?

C. Batasan Masalah
Karena kompleksnya permasalahan yang ada maka berdasarkan latar
belakang masalah di atas, peneliti tidak akan meneliti permasalahan secara
keseluruhan akan tetapi ada batasan masalah agar lebih efektif dan efisien.
Sehingga penelitian ini difokuskan untuk meneliti permasalahan sebagai
berikut:
1. Partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan umum pada tahun 2019 di
Kelurahan Maleber Ciamis.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih pemula dalam
pemilihan umum pada tahun 2019 di Kelurahan Maleber Ciamis.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka peneliti
memberitahukan tujuan dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana model partisipasi pemilih pemula dalam


pemilihan umum pada tahun 2019 di Kelurahan Maleber, Ciamis.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih
pemula dalam pemilihan umum pada tahun 2019 di Kelurahan Maleber
Ciamis.
6

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memberikan wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya
dalam Ilmu Pemerintahan yang berkaitan dengan partisipasi pemilih
pemula dalam pemilihan umum pada tahun 2019 di Kelurahan Maleber,
Ciamis.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi peneliti
berikutnya bagi civitas akademika yang relevan mengenai partisipasi
pemilih pemula.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan
dan dapat mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan selama
perkuliahan serta dapat dijadikan bekal untuk penelitian selanjutnya.
b. Bagi masyarakat, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan masukan dan dorongan serta penyemangat bagi
masyarakat khususnya pemilih pemula agar dapat lebih berpartisipasi
dalam pemilihan dan pemilihan umum.
F. Definisi Konseptual
Definisi konseptual menurut Hamidi (2010 : 141) merupakan batasan
tentang pengertian yang diberikan oleh penelitian terhadap variabel atau
konsep yang akan diukur, digali, dan diteliti datanya. Definisi konseptual
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Partisipasi Politik
Menurut Miriam Budiardjo (2017: 367) sebagai definisi umum dari
partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut
dan aktif dalam dunia politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin
secara langsung atau tidak langsung dan memengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy). Kegiatan yang termasuk kedalam partisipasi
politik menurut Miriam antara lain mencakup tindakan seperti memberikan
suara pada saat pemilihan umum, menjadi anggota dalam suatu partai politik
7

atau salah satu gerakan sosial dengan direct actionnya, melakukan


hubungan atau lobbying dengan para anggota parlemen atau para pejabat
pemerintah, ikut menghadiri rapat umum, dan sebagainya.
Sahya Anggara (2013: 142) berpendapat bahwa partisipasi politik
adalah kegiatan masyarakat yang memiliki tujuan untuk memengaruhi
pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan seseorang
dalam posisinya sebagai warga negara, bukan sebagai politikus ataupun
pegawai negeri. Partisipasi politik memiliki sifat sukarela, yang artinya
tidak dimobilisasi oleh negara ataupun partai politik yang berkuasa.
2. Pemilih Umum
Pengertian pemilihan umum dalam studi politik, menurut C. S. T.
Kansil (1986: 47) mengatakan bahwa pemilihan umum disebut sebagai
kegiatan politik dimana pemilihan umum merupakan lembaga sekaligus
praktis politik yang memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan
perwakilan. Salah satu tolok ukur demokratis tidaknya suatu negara adalah
dari bagaimana proses perjalanan pemilihan umum yang diselenggarakan
oleh suatu negara yang menganut sistem demokrasi, dengan demikian
pemilihan umum adalah salah satu unsur yang sangat penting.
Sedangkan menurut Sudiharto sebagaimana yang dikutip oleh Uu
Nurul Huda dalam bukunya (2018: 83) mengatakan bahwa pemilihan umum
merupakan sarana yang paling penting dalam demokrasi karena pemilihan
umum adalah contoh dari partisipasi masyarakat dalam berpolitik. Hal
tersebut terjadi karena banyaknya jumlah masyarakat sehingga harus
menunjuk atau memilih wakil rakyat untuk kehidupan negara. Pemilihan
umum merupakan pranata yang terpenting dalam setiap negara yang
menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pranata tersebut memiliki
fungsi untuk memenuhi tiga prinsip pokok yaitu, kedaulatan rakyat,
demokrasi keabsahan pemerintah dan pergantian pemerintahan dengan cara
teratur.
8

3. Pemilih Pemula
Pemilih pemula adalah pemilih yang baru memasuki usia pemilih atau
baru pertama kali menggunakan hak pilihnya yang memenuhi syarat.
Pemilih pemula dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum Bab IV pasal 198 adalah Warga negara Indonesia yang
pada hari pemungutan suara sudah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun
atau lebih, sudah kawin atau sudah pernah kawin yang mempunyai hak
memilih dan warga negara Indonesia yang telah dicabut hak politiknya oleh
pengadilan maka tidak memiliki hak pilih lagi.
Dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pasal 19 ayat 1 dan 2 menerangkan
bahwa pemilih merupakan warga negara Indonesia yang pada hari
pemungutan suara telah genap berusia 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah
kawin dan memiliki hak pilih serta telah terdaftar oleh penyelenggara
pemilihan umum dalam daftar pemilih.
Masyarakat yang menjadi pemilih pemula menurut Ivan Osvaldo
Mangune, Johny Lengkong, dan Trintje Lambey (2018: 2) terdapat tiga
kategori, yaitu:
1) Masyarakat yang berusia 17 tahun keatas dan memiliki KTP;;
2) Masyarakat yang sudah pernah kawin namun di bawah usia 17 tahun; dan
3) Masyarakat yang pensiun sebagai anggota TNI/POLRI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Partisipasi Politik
Menurut Miriam Budiardjo (2017: 367) sebagai definisi umum dari
partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut
dan aktif dalam dunia politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin
secara langsung atau tidak langsung dan memengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy). Kegiatan yang termasuk kedalam partisipasi
politik menurut Miriam antara lain mencakup tindakan seperti memberikan
suara pada saat pemilihan umum, menjadi anggota dalam suatu partai politik
atau salah satu gerakan sosial dengan direct actionnya, melakukan
hubungan atau lobbying dengan para anggota parlemen atau para pejabat
pemerintah, ikut menghadiri rapat umum, dan sebagainya.
Sahya Anggara (2013: 142) berpendapat bahwa partisipasi politik
adalah kegiatan masyarakat yang memiliki tujuan untuk memengaruhi
pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan seseorang
dalam posisinya sebagai warga negara, bukan sebagai politikus ataupun
pegawai negeri. Partisipasi politik memiliki sifat sukarela, yang artinya
tidak dimobilisasi oleh negara ataupun partai politik yang berkuasa.
Herbert McClosky dalam Miriam Budiardjo (2017: 367)
mengemukakan pendapatnya tentang partisipasi politik, yaitu kegiatan
sukarela dari masyarakat melalui cara mengambil bagian dalam proses
pemilihan pemimpin secara langsung atau secara tidak langsung dalam
proses pembentukan dari kebijakan umum. Sedangkan menurut pendapat I
Nyoman Sumaryadi dalam bukunya Sahya Anggara (2013: 141)
mengatakan partisipasi berarti peran seseorang maupun suatu kelompok
masyarakat dalam proses pembangunan, baik dalam bentuk pernyataan
maupun dalam bentuk kegiatan dengan cara memberikan masukan, pikiran,
waktu, keahlian, tenaga, modal atau materi, dan ikut memanfaatkan serta
menikmati hasil dari proses pembangunan tersebut.

9
10

Keikutsertaan masyarakat dalam proses politik menurut Uu Nurul


Huda (2018: 36) tidaklah hanya masyarakat mendukung kebijakan atau
keputusan yang telah ditentukan oleh pemimpinnya, karena jika ini terjadi
maka istilah yang tepat adalah mobilisasi politik. Sehingga, partisipasi
politik merupakan keterlibatan masyarakat dalam segala tahap dari
kebijakan, mulai dari saat pembuatan suatu keputusan itu sampai pada
penilaian keputusan tersebut, termasuk peluang untuk ikut dalam
pelaksanaan keputusan.
Menurut Miriam Budiardjo (2017: 368) mengatakan bahwa di negara
yang menganut sistem demokrasi konsep dari partisipasi politik bertolak
dari paham bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, dilaksanakan melalui
kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan serta masa depan masyarakat
dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang pimpinan. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik adalah perwujudan dari
penyelenggaraan kekuasaan politik yang pasti oleh rakyat.
Pendapat Yalvema Miaz (2012: 20) mendefinisikan partisipasi politik
sebagai salah satu ciri khas dari modernisasi politik dan peningkatan dari
status sosial dan ekonomi masyarakat yang menghasilkan partisipasi yang
lebih jelas. Sedangkan Fasli Djalal dan Dedi Supriadi juga mengatakan
dalam bukunya Sahya Anggara (2013: 141) bahwa partisipasi politik ialah
pembuat keputusan menyarankan suatu kelompok atau masyarakat untuk
ikut terlibat dalam bentuk penyampaian pendapat serta saran, keterampilan,
barang, bahan dan jasa.
Miriam Budiardjo dalam bukunya (2017: 368-369) juga mengatakan
bahwa anggota masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam proses politik,
misalnya melalui pemberian suara atau melalui kegiatan lainnya, terdorong
oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan itu kepentingan mereka akan
tersalurkan atau sekurang-kurangnya akan diperhatikan, dan setidaknya
mereka dapat memengaruhi tindakan dari yang berwenang untuk membuat
keputusan yang mengikat. Dengan kata lain, mereka mempercayai bahwa
kegiatan yang telah dilakukan oleh meraka memiliki efek politik.
11

Menurut Adams yang dikutip oleh Yalvema Miaz (2012: 20)


mengatakan bahwa partisipasi politik sangat penting untuk pembangunan
diri dan kemandirian warga masyarakat. Karena melalui partisipasi,
seseorang menjadi warga publik dan mampu membedakan persoalan diri
sendiri dengan persoalan masyarakat. Tanpa adanya partisipasi, semua
orang akan mementingkan kepentingan diri sendiri dan pemuasan
kebutuhan orang-orang yang memiliki kekuasaan.
Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa partisipasi politik merupakan suatu tindakan atau
sikap warga negara untuk terlibat dalam proses-proses pengambilan
keputusan atau kebijakan dalam suatu sistem politik yang dilakukan oleh
pemerintah yang bertujuan untuk mempengaruhi arah kebijakan yang sesuai
dengan harapan atau cita-cita maupun kepentingan yang terbaik bagi
masyarakat.
a. Landasan Partisipasi Politik
Landasan partisipasi politik merupakan asal mula individu maupun
kelompok yang melakukan kegiatan dari pasrtisipasi politik. Menurut
Huntington dan Nelson yang dikutip oleh Sahya Anggara dalam bukunya
(2013: 151) mengemukakan landasan partisipasi politik ini menjadi lima,
sebagai berikut:
1) Kelas: Pribadi-pribadi dengan status sosial, pendapatan, serta
pekerjaan yang serupa.
2) Kelompok atau Komunal: Pribadi-pribadi dari suku, ras, agama, etnis
atau bahasa yang sama.
3) Lingkungan: Pribadi-pribadi yang secara geografis jarak tempat
tinggal atau domisili yang berdekatan dengan yang lain.
4) Partai: Pribadi-pribadi yang mengidentifikasikan diri dengan
kelompok atau organisasi formal yang sama yang berusaha untuk
mendapatkan atau mempertahankan kontrol atas bidang-bidang
eksekutif dan legislatif pemerintahan.
12

5) Golongan atau Faksi: Pribadi-pribadi yang dipersatukan oleh interaksi


yang dilakukan secara intens atau terus-menerus satu sama lain. Dan
akhirnya menyebabkan terbentuknya hubungan patron-client, artinya
suatu golongan yang melibatkan pertukaran manfaat-manfaat secara
timbal balik diantara pribadi-pribadi yang memiliki status sosial,
pendidikan, serta ekonomi yang tidak sederajat.
b. Model Partisipasi Politik
Partisipasi pada dasarnya merupakan tindakan sukarela, tanpa
tekanan atau paksaan dari siapapun. Oleh sebab itu, partisipasi politik
erat kaitannya dengan pemahaman atau kesadaran mengenai pendidikan
politik masyarakat atau pemilih. Dalam sistem politik yang demokratis,
partisipasi politik merupakan prasyarat yang mutlak.
Pendidikan politik masyarakat dianggap telah berhasil ditunjukkan
dengan banyaknya masyarakat yang ikut serta berpartisipasi dalam
proses politik. Oleh karena itu, jika semakin banyak partisipasi
masyarakat, maka pelaksanaan demokrasi akan semakin lebih baik.
Tingginya tingkat pasrtisipasi masyarakat ditunjukan oleh banyaknya
masyarakat yang memahami masalah politik dan turut serta dalam
berbagai kegiatan-kegiatan politik.
Sebaliknya, jika tingkat partisipasi politik masyarakat rendah, maka
dapat disebabkan dari adanya indikasi bahwa pelaksanaan demokrasi
yang dilaksanakan di negara tersebut memberikan tanda yang kurang
baik. Indikasi tersebut yaitu masyarakat yang kurang tertarik atau bahkan
sama sekali tidak tertarik untuk masalah-masalah pemilu dan masalah-
masalah ketatanegaraan yang lainnya.
Menurut W. Paige dalam Sahya Anggara (2013: 155-156)
berdasarkan fenomena bahwa kesadaran politik masyarakat menjadi
faktor determinan dalam partisipasi politik, artinya berbagai hal yang
berhubungan dengan pengetahuan dan kesadaran terhadap hak kewajiban
yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat dan kegiatan politik
menjadi ukuran dan kadar seseorang terlibat dalam proses partisipasi.
13

Sehingga W. Paige memberikan model partisipasi politik menjadi empat


tipe, sebagai berikut:
1) Partisipasi politik dikatakan cenderung aktif, apabila seseorang
memiliki kesadaran politik dan kepercayaan terhadap pemerintah
sangat tinggi.
2) Partisipasi politik dikatakan apatis, apabila seseorang memiliki
kesadaran politik dan kepercayaan terhadap pemerintah rendah.
3) Partisipasi politik dikatakan militan radikal, apabila seseorang
memiliki kesadaran politik tinggi, tetapi kepercayaan terhadap
pemerintah rendah.
4) Partisipasi politik dikatakan sangat pasif, apabila seseorang memiliki
kesadaran politik lemah, tetapi kepercayaan terhadap pemerintah
tinggi artinya hanya berorientasi pada output politik saja.
Kedua faktor ini bukan faktor yang berdiri sendiri melainkan tinggi
rendahnya kedua faktor itu dipengaruhi oleh faktor lain, misalkan status
sosial dan ekonomi, afiliasi politik orangtua, dan pengalaman organisasi
termasuk dalam variabel pengaruh. Sedangkan, kesadaran politik dan
kepercayaan terhadap pemerintah termasuk dalam variabel antara atau
intervening variables dan pasrtisipasi politik termasuk dalam variabel
terpengaruh atau dependent.
Selain dari model partisipasi di atas, terdapat beberapa kelompok
orang yang beranggapan bahwa masyarakat dan sistem politik yang ada
dinilai telah menyinggung dari yang dicita-citakan sehingga kelompok
tersebut tidak ikut berpartisipasi dalam politik. Model partisipasi politik
menurut Ramlan Surbakti yang dikutip oleh Rudini Aspiran (2017: 7)
orang yang tidak ikut berpartisipasi dalam politik mendapatkan julukan-
julukan, sebagai berikut:
1) Apatisme, yaitu tidak memiliki minat atau perhatian terhadap
kegiatan-kegiatan politik.
2) Sinisme, yaitu perasaan curiga atas tindakan dan motif orang atau
lembaga lain. Orang yang memiliki sikap sinisme menganggap bahwa
14

politik itu kotor, semua politisi tidak dapat dipercaya, dan rakyat
menjadi korban dari manipulasi partai dan penguasa.
3) Alienasi, yaitu perasaan ketersaingan dari kehidupan politik dan
pemerintah. Orang yang termasuk alienasi selalu memandang
peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah tidak adil dan hanya
menguntungkan para penguasa.
4) Anomi, yaitu perasaan kehilangan nilai dan orientasi hidup yang
membuatnya tidak bermotivasi untuk mengambil tindakan yang
berarti karena hilangnya kepercayaan terhadap lembaga-lembaga
politik.
Partisipasi politik berkaitan dengan kesadaran politik, karena
semakin sadar bahwa seseorang itu diperintah, kemudian seseorang
menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah.
Menurut Mariam Budiardjo (2017:369) menyampaikan bahwa tingginya
partisipasi menunjukkan bahwa masyarakat mengikuti dan memahami
masalah politik serta ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan
politik. Partisipasi yang tinggi menunjukan bahwa rezim yang
bersangkutan memiliki legitimasi yang tinggi. Sedangkan, tingkat
partisipasi yang rendah dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena
menunjukkan bahwa masyarakat tidak menaruh perhatian atau cenderung
acuh terhadap masalah kenegaraan. Partisipasi yang rendah pada
umumnya menunjukkan legitimasi yang rendah.
Kondisi sosial politik yang berbeda-beda di setiap wilayah yang
berpengaruh terhadap partisipasi politik individu atau seseorang
menyebabkan partisipasi politik seseorang dengan orang lain pun tentu
berbeda-beda.
Negara yang menganut sistem demokrasi, partisipasi politik dapat
memainkan peranan yang sangat penting. Sehingga, makin banyak
masyarakat yang ikut berpartisipasi dianggap sangat baik, sebaliknya
apabila masyarakat kurang ikut berpartisipasi maka dianggap kurang
peka terhadap masalah-masalah kenegaraan. Akan tetapi, di negara yang
15

masih berkembang tingkat partisipasi politik sangat tinggi dapat


disebabkan oleh adanya unsur paksaan oleh pemerintah agar masyarakat
memilih partai politik pemerintah. Menurut Hutington dan Nelson dalam
bukunya Yalvema Miaz (2012: 27) mengatakan bahwa partisipasi politik
di negara yang sedang berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor
pembangunan negara.
c. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik
Bentuk-bentuk dari partisipasi politik menurut Cohen dan Uphoff
dalam bukunya Yalvema Miaz (2012: 22) sebagai berikut:
1) Partisipasi dalam pembuatan keputusan.
2) Partisipasi pelaksanaan kegiatan.
3) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil.
4) Partisipasi dalam evaluasi.
Bentuk-bentuk partisipasi politik yang dikemukakan oleh Mochtar
Mas’oed (2011: 57-58) terbagi menjadi dua bentuk yaitu partisipasi
politik konvensional dan partisipasi politik non konvensional.
1) Konvensional (bentuk partisipasi politik yang normal dalam
demokrasi modern)
a) Voting atau pemberian suara,
b) Diskusi politik,
c) Kampanye,
d) Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan,
e) Komunikasi individual dengan pejabat politik atau administratif
membangun relasi.
2) Non Konvensional
a) Pengajuan petisi,
b) Demonstrasi,
c) Konfrontasi,
d) Mogok,
e) Tindak kekerasan politik terhadap harta benda (pengrusakan,
pengeboman, dan pembakaran).
16

f) Tinsak kekerasan politik terhadap manusia (penculikan dan


pembunuhan),
g) Perang gerilya dan revolusi.
Bentuk-bentuk dari partisipasi politik dapat digunakan sebagai
ukuran integritas kehidupan politik, penilaian stabilitas sistem politik,
dan puas atau tidak puasnya masyarakat. Partisipasi politik diartikan
sebagai suatu usaha yang terorganisasi dari masyarakat untuk
mempengaruhi bentuk serta jalannya sebuah kebijakan umum. Oleh
karena itu, partisipasi politik tidak sama dengan mobilisasi yang
digerakkan oleh golongan para elite untuk memenuhi kepentingan
dirinya sendiri.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik
Dalam kegiatan partisipasi politik banyak faktor yang dapat
mempengaruhi dan mendorong seseorang untuk aktif berpartisipasi
dalam kegiatan politik. Pemilih dalam menentukan keputusannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik secara internal yaitu datang dari
dalam diri manusia/individu ataupun faktor eksternal yang datang dari
luar manusia/individu. Selain itu, partisipasi pemilih pemula dipengaruhi
oleh adanya faktor pendorong dan faktor penghambat. Adapun faktor
pendorong menurut Milbarth dalam Ramlan Surbakti (1992: 143)
mengatakan terdapat empat faktor utama yang mendorong masyarakat
untuk ikut berpartisipasi, sebagai berikut:
1) Adanya perangsang, sehingga masyarakat mau ikut berpartisipasi
dalam dunia politik.
2) Karakteristik seseorang, masyarakat yang memiliki kepedulian yang
besar terhadap permasalahan politik, sosial, ekonomi, dan lain-lain.
3) Karakter sosial seseorang, menyangkut status sosial ekonomi, sikap
dan perilaku seseorang dalam bidang politik.
4) Situasi atau lingkungan politik, lingkungan politik yang kondusif
membuat seseorang ikut berpartisipasi dalam bidang politik.
17

Sedangkan faktor penghambat partisipasi politik masyarakat dalam


berpartisipasi politik, sebagai berikut:
1) Kesibukan kegiatan sehari-hari, sehingga menghambat keterlibatan
dalam mengikuti kegiatan politik.
2) Minder, tingkat pendidikan yang rendah atau minimnya pengalaman
dalam kegiatan politik.
3) Larangan dari pihak keluarga, tidak dapat ikut berpartisipasi karena
dilarang oleh orang tua mereka.
Menurut Ramlan Surbakti (1992: 140) mengatakan terdapat dua
variabel penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi
politik seorang individu, yaitu:
1) Kesadaran politik terhadap pemerintah (sistem politik), artinya dalam
kesadaran politik masyarakat sadar dengan hak dan kewajibannya
sebagai warga negara.
2) Kepercayaan atau penilaian dan apresiasi terhadap kebijakan
pemerintah dan pelaksanaan pemerintahnya.
Menurut Myron Weiner dalam Sahya Anggara (2013:146)
mengatakan bahwa terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi
partisipasi politik, sebagai berikut:
1) Modernisasi, yang menyebabkan masyarakat semakin banyak
menuntut untuk ikut terlibat dalam kekuasaan politik.
2) Perubahan struktur kelas sosial, masalah yang berhak berpartisipasi
dan pembuatan keputusan politik menjadi hal yang penting dan
mengakibatkan perubahan dalam pola partisipasi politik.
3) Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi masa modern.
4) Konflik antar kelompok pemimpin politik atau para elite politik,
sehingga mereka mencari dukungan masyarakat.
5) Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial,
kebudayaan, dan ekonomi. Meluasnya ruang lingkup aktivitas
pemerintah sering menimbulkan tuntutan yang terorganisasi akan
kesempatan untuk ikut dalam pembuatan keputusan politik.
18

Selain itu, menurut pendapat dari Ramlan Surbakti (2010: 185)


terdapat faktor yang berdiri sendiri atau bukan variabel independen.
Karena rendahnya kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain, seperti status sosial dan ekonomi, pengalaman berorganisasi dan
afiliasi politik atau hubungan dengan paham politik orang tua. Status
sosial merupakan kedudukan seseorang berdasarkan keturunan,
pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain. Sedangkan status ekonomi
merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat berdasarkan
kekayaannya. Seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi
yang tinggi cenderung tidak hanya mempunyai pengetahuan tentang
politik saja, tetapi mempunyai minat dan perhatiannya terhadap politik
dan kepercayaan terhadap pemerintahan.
2. Pemilihan Umum
Negara Indonesia merupakan negara dengan menganut sistem
demokrasi. Negara dengan sistem demokrasi memiliki sistem pemerintahan
yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Makna
tersebut mengandung pengertian bahwa kekuasaan berada pada tangan
rakyat sehingga rakyatlah yang mempunyai kekuasaan paling tinggi.
Sebagai perwujudan dari adanya proses pelaksanaan sistem demokrasi
adalah diselenggarakannya pemilihan umum.
Pemilihan umum menurut Manuel Kaisiepeo dalam Bintar, R. Saragih
(2000: 167) mengatakan bahwa pemilihan umum merupakan sesuatu yang
penting dalam menjalankan sebuah kekuasaan, karena penguasa
mendapatkan legitimasi dari kekuasaan tersebut. Sarbaini (2015: 107)
berpendapat bahwa pemilihan umum merupakan pentas pertarungan untuk
mengisi jabatan politik di pemerintahan dengan cara pemilihan yang
dilakukan oleh rakyat dengan memenuhi persyaratan. Secara sederhana
pemilihan umum adalah cara yang dilakukan untuk menentukan pemimpin
di sebuah pemerintahan.
Pengertian pemilihan umum dalam studi politik, menurut C. S. T.
Kansil (1986: 47) mengatakan bahwa pemilihan umum disebut sebagai
19

kegiatan politik dimana pemilihan umum merupakan lembaga sekaligus


praktis politik yang memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan
perwakilan. Salah satu tolok ukur demokratis tidaknya suatu negara adalah
dari bagaimana proses perjalanan pemilihan umum yang diselenggarakan
oleh suatu negara yang menganut sistem demokrasi, dengan demikian
pemilihan umum adalah salah satu unsur yang sangat penting.
Sedangkan menurut Sudiharto sebagaimana yang dikutip oleh Uu
Nurul Huda dalam bukunya (2018: 83) mengatakan bahwa pemilihan umum
merupakan sarana yang paling penting dalam demokrasi karena pemilihan
umum adalah contoh dari partisipasi masyarakat dalam berpolitik. Hal
tersebut terjadi karena banyaknya jumlah masyarakat sehingga harus
menunjuk atau memilih wakil rakyat untuk kehidupan negara. Pemilihan
umum merupakan pranata yang terpenting dalam setiap negara yang
menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pranata tersebut memiliki
fungsi untuk memenuhi tiga prinsip pokok yaitu, kedaulatan rakyat,
demokrasi keabsahan pemerintah dan pergantian pemerintahan dengan cara
teratur.
Uu Nurul Huda (2018: 84) mengemukakan pemilihan umum adalah
salah satu cara yang dilakukan dalam sistem demokrasi untuk memilih
wakil rakyat yang akan duduk di kursi kelembagaan perwakilan rakyat, dan
merupakan salah satu bentuk dari pemenuhan hak asasi masyarakat di
bidang politik. Pemilihan umum dilakukan untuk mewujudkan kedaulatan
rakyat karena rakyat tidak mungkin untuk memerintah dengan cara langsung
melainkan dengan cara memilih wakil rakyat dalam memerintah suatu
negara selama jangka waktu tertentu.
Pelaksanaan pemilihan umum dilaksanakan secara efektif dan efisien
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (Luber
Jurdil) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 tercantum dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum. Menurut Miriam Budiardjo (2017: 461)
hasil dari pemilihan umum yang dilakukan secara keterbukaan dengan
20

kebebasan berpendapat dan berserikat, dianggap mencerminkan dengan


cukup akurat dalam mencerminkan partisipasi serta aspirasi dari
masyarakat.
Berdasarkan dari pendapat-pendapat tersebut maka dapat dikatakan
bahwa pemilihan umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menentukan seseorang untuk memimpin di sebuah pemerintahan atau
sebagai wakil rakyat yang dipilih oleh masyarakat yang memenuhi
persyaratan.
A. Tujuan Dan Fungsi Pemilihan Umum
Negara Indonesia yang menganut sistem demokrasi menjadikan
pemilihan umum sebagai salah satu pilar yang penting. Tujuan dari
diadakannya pemilihan umum adalah untuk memilih pemimpin atau
wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat, berasal dari rakyat, dan nantinya
akan bekerja untuk rakyat. Fungsi dari diselenggarakannya pemilihan
umum menurut pendapat dari A. Malik Haramain dan MF. Nurhuda Y.
yang dikutip oleh Dian Aries Mujiburohman (2017: 187) terdapat empat
fungsi, yaitu:
1) Sebagai perwujudan perwakilan politik, untuk mengaktualisasikan
aspirasi serta kepentingan rakyat;
2) Sebagai legitimasi politik;
3) Sebagai sirkulasi kekuasaan; dan
4) Sebagai pendidikan politik serta sosialisasi politik;
Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang
Pemilihan Umum Bab II pasal 4 bahwa pengaturan penyelenggaraan
pemilihan umum diantaranya bertujuan untuk:
1) Memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis;
2) Mewujudkan pemilu yang adil dan berintegritas:
3) Menjamin konsistensi pengaturan sistem pemilu;
4) Memberikan kepastian hukum dan mencegah duplikasi dalam
pengaturan pemilu; dan
5) Mewujudkan pemilu yang efektif dan efisien.
21

Pendapat lain dikemukakan oleh Joko J. Prihatmoko yang dikutip


oleh Uu Nurul Huda (2018: 136) mengatakan terdapat tiga fungsi pokok
pemilihan umum, diantaranya:
1) Keterwakilan (Representativeness);
2) Integrasi, yaitu untuk terciptanya penerimaan suatu partai politik
dengan partai politik lainnya dan masyarakat dengan partai politik;
dan
3) Mayoritas yang cukup besar untuk menjamin stabilitas pemerintahan
dan kemampuannya untuk memerintah (Governability).
3. Pemilih Pemula
H. Basuki Rachmat dan Esther (2016: 27) mengatakan pemilih di
Negara Indonesia dibagi menjadi tiga kategori, diantaranya:
1) Pemilih yang rasional, yaitu pemilih yang benar-benar memilih sebuah
partai berdasarkan dari penilaian dan analisis yang mendalam;
2) Pemilih yang kritis emosional, yaitu pemilih yang idealis dan tidak
kompromi; dan
3) Pemilih pemula, yaitu pemilih yang baru kali pertama melakukan
pemilihan karena baru memasuki usia memilih.
Pemilih pemula adalah pemilih yang baru memasuki usia pemilih atau
baru pertama kali menggunakan hak pilihnya yang memenuhi syarat.
Pemilih pemula dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum Bab IV pasal 198 adalah Warga negara Indonesia yang
pada hari pemungutan suara sudah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun
atau lebih, sudah kawin atau sudah pernah kawin yang mempunyai hak
memilih dan warga negara Indonesia yang telah dicabut hak politiknya oleh
pengadilan maka tidak memiliki hak pilih lagi.
Dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pasal 19 ayat 1 dan 2 menerangkan
bahwa pemilih merupakan warga negara Indonesia yang pada hari
pemungutan suara telah genap berusia 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah
22

kawin dan memiliki hak pilih serta telah terdaftar oleh penyelenggara
pemilihan umum dalam daftar pemilih.
Masyarakat yang menjadi pemilih pemula menurut Ivan Osvaldo
Mangune, Johny Lengkong, dan Trintje Lambey (2018: 2) terdapat tiga
kategori, yaitu:
4) Masyarakat yang berusia 17 tahun keatas dan memiliki KTP;;
5) Masyarakat yang sudah pernah kawin namun di bawah usia 17 tahun; dan
6) Masyarakat yang pensiun sebagai anggota TNI/POLRI.
Menurut Primandha Sukma Nur Wardhani (2018: 58) berpendapat
bahwa pemilih pemula dalam pemilihan umum merupakan generasi baru
pemilih yang mempunyai karakter dan sifat, pengalaman, tantangan dan
latar belakang yang berbeda-beda dengan pemilih generasi sebelumnya.
Pemilih pemula sebagian besar berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa
atau pemilih dengan rentang usia 17-21 tahun. Maka dapat disimpulkan
bahwa pemilih pemula adalah masyarakat yang telah terdaftar oleh
penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih, dan baru pertama kali
mengikuti pemilihan umum sejak pemilihan umum diselenggarakan di
Indonesia dengan rentang usia 17-21 tahun.
Generasi muda atau pemilih pemula yang baru memasuki usia untuk
memilih atau telah memiliki hak pilih masih kurangnya pendidikan
mengenai bidang politik yang memadai dan jangkauan politik yang luas.
Bahkan mungkin para pemilih pemula mempunyai sifat yang apatis
terhadap dunia perpolitikan serta belum memiliki pendirian tetap untuk
menentukan sebuah pilihan yang dapat mengakibatkan para pemilih pemula
ini hanya mengikuti pilihan orangtua atau ajakan dari orang lain. Sehingga,
pemilih pemula ini masih memerlukan bimbingan atau pembinaan serta
pengembangan kearah potensi dan kemampuannya yang optimal agar dapat
ikut berperan dalam dunia politik.
B. Penelitian Terdahulu
Saat ini cukup banyak penelitian, tulisan, atau karya ilmiah yang
membahas tentang partisipasi pemilihan umum. Sehingga, perlu dilakukannya
23

kajian pada penelitian terdahulu, berkenaan dengan objek bahasan. Terdapat


beberapa penelitian yang relevan dengan judul “Partisipasi Pemilih Pemula
Dalam Pemilihan Umum Pada Tahun 2019 Di Kelurahan Maleber Ciamis”.
Walaupun memiliki kesamaan dengan peneliti terdahulu akan tetapi, penelitian
ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada. Fokus dari penelitian ini adalah
bagaimana tipologi dan model partisipasi politik pemilih pemula dalam
pemilihan umum pada tahun 2019 di Kelurahan Maleber, Ciamis.
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang ditulis oleh peneliti lain,
yaitu sebagai berikut:

Tabel 2: Penelitian Terdahulu Yang Relevan.


Peneliti
No dan Judul Metode Penelitian dan Kesimpulan
Tahun
1. Ilma Nur Tingkat Penelitian ini menggunakan pendekatan
Amalia Partisipasi penelitian kuantitatif dengan metode
Politik deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian
Masyarakat ini menunjukan bahwa tingkat partisipasi
Pesisir politik masyarakat pesisir dalam pemilihan
Dalam umum presiden pada tahun 2014 yang
Pemilihan dilakukan di Desa Bonang Kecamatan
Presiden Lasem Kabupaten Rembang ini tergolong
Tahun 2014 dalam kategori rendah. Faktor yang
(Studi mempengaruhi dalam pemilihan umum
Masyarakat presiden pada tahun 2014 di Desa Bonang
Desa Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang
Bonang, adalah faktor visi dan misi calon yaitu
Kecamatan 56,5%, selain itu %, faktor karakteristik
Lasem, calon 36%, faktor mencari tahu informasi
Kabupaten sendiri 50%, faktor ekonomi 43,4 dan faktor
Rembang lingkungan dan keluarga 32%.
2. Lila Kesadaran Penelitian ini menggunakan pendekatan
24

Peneliti
No dan Judul Metode Penelitian dan Kesimpulan
Tahun
Nurbaiti, Politik Dan penelitian kuantitatif dengan penyebaran
2019 Partisipasi kuesioner kepada 100 responden yang
Politik merupakan pemilih pemula di Tajur. Hasil
(Pengaruh dari penelitian ini menunjukan bahwa
Tingkat tingkat kesadaran politik dan tingkat
Kesadaran partisipasi pemilih pemula di Tajur tinggi.
Politik Kesadaran politik memiliki pengaruh positif
Terhadap terhadap partisipasi politik pemilih pemula
Partisipasi di Tajur sebesar 12,3%
Politik
Pemilih
Pemula
Kelurahan
Tajur Pada
Pilkada
Kota
Tangerang
Tahun
2018)
3. Prilia Partisipasi Penelitian ini menggunakan pendekatan
Liandini, Politik kualitatif dengan menggunakan tipe
2020 Pemilih fenomenologi. Hasil dari penelitian ini
Pemula menunjukan bagaimana bentuk dari
Pada partisipasi politik pemilih pemula dalam
Pemilihan pemilihan presiden di Desa Harapan
Presiden Di Kecamatan Mappedeceng Kabupaten Luwu
Desa Utara Tahun 2019 berupa pemberian suara
Harapan atau voting yang terlihat dari daftar
25

Peneliti
No dan Judul Metode Penelitian dan Kesimpulan
Tahun
Kecamatan kehadiran berita acara di TPS Desa Harapan
Mappedece dimana sebanyak 95% pemilih pemula hadir
ng dan memberikan hak pilihnya. Faktor yang
Kabupaten mempengaruhi partisipasi politik pemilih
Luwu Utara pemula di Desa Harapan ada dua yaitu
Tahun 2019 pertama, faktor pendorong yang meliputi
rangsangan politik yang diterima oleh
pemilih pemula baik lewat media masa,
media televisi, dan iklan-iklan di jejaring
sosial dan diskusi politik informal bersama
teman sebaya serta situasi lingkungan yang
kondusif aman serta nyaman dalam
melakukan partisipasi poltik. Faktor
penghambat, meliputi kurangnya pendidikan
politik yang mereka dapatkan, kebijakan
induk yang berubah dalam hal ini yaitu
pemerintah yang selalu merubah
mekanisme, kurangnya dukungan untuk
menyukseskan pemilihan presiden tahun
2019 membuat pemilih menjadi tidak
percaya diri bahwa suaranya berpengaruh
bagi masa depan Indonesia.
4. Syarief Partisipasi Penelitian ini menggunakan pendekatan
Hidayat, Politik penelitian kualitatif dengan metode
2021 Pemilih deskriptif analisis. Hasil dari penelitian ini
Pemula menunjukan bagaimana partisipasi politik
Pada pemilih pemula di Desa Lubuk Lancang
Pemilu mengalami peningkatan. Adapun bentuk
26

Peneliti
No dan Judul Metode Penelitian dan Kesimpulan
Tahun
Tahun 2019 kegiatan politik yang dilakukan oleh pemilih
(Studi pemula di Desa Lubuk Lancang yaitu
Kasus di pemungutan suara atau voting, kampanye,
Desa Lubuk anggota administratif atau panitia pengawas
Lancang pemilu dan demonstrasi. Berdasarkan
Kabupaten keaktifan dan kegiatannya maka dapat
Banyuasin dikategorikan dalam jenis partisipasi politik
Sumatera spector, partisipasi politik gladiator, dan
Selatan) partisipasi politik pengkritik. Dalam
penelitian ini juga ditemukan bahwa faktor
yang mempengaruhi partisipasi politik
pemilih pemula adalah keterbukaan
informasi atau perangsang politik,
karakteristik sosial, sistem politik di daerah
tempat tinggal serta perbedaan regional.
C. Kerangka Pemikiran
Menurut Sugiyono (2017: 283) mengatakan bahwa kerangka pemikiran
adalah sebuah model konseptual mengenai bagaimana suatu teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.
Kerangka pemikiran dalam penelitian merupakan batasan yang akan diteliti
agar hasil dari penelitian ini jelas dan terarah, sehingga tidak menyimpang dari
jalur pembahasan.
Partisipasi politik merupakan kegiatan yang melibatkan keikutsertaan
masyarakat baik secara langsung ataupun secara tidak langsung yang memiliki
tujuan untuk memengaruhi suatu kebijakan pemerintah yang menyangkut
kepentingan masyarakat. Pemilih pemula adalah kelompok masyarakat yang
baru pertama kali melakukan pengambilan suara atau baru pertama kali
27

menggunakan hak pilihnya. Pemilih pemula dalam pemilihan umum


diharapkan dapat menjadi pelajaran untuk memahami kehidupan bernegara.
Model atau dari partisipasi politik pemilih pemula dalam pemilihan
umum, yaitu aktif, apatis, militan radikal, dan pasif. Sedangkan, tipologi dari
partisipasi politik dalam pemilihan umum antara lain, aktif, pasif, dan golongan
putih (Golput). Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mencoba menggambarkan
kerangka pemikiran mengenai partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan
umum pada tahun 2019 di Kelurahan Maleber Ciamis sebagai berikut:

PEMILIH PEMULA DALAM


PEMILIHAN UMUM PADA
TAHUN 2019 DI KELURAHAN
MALEBER CIAMIS

MODEL PARTISIPASI POLITIK FAKTOR PENDORONG


 Aktif  Adanya perangsang
 Kesadaran politik tinggi  Karakteristik seseorang
 Kepercayaan terhadap  Karakter sosial seseorang
pemerintah tinggi  Situasi atau lingkungan politik
 Apatis
 Kesadaran politik rendah FAKTOR PENGHAMBAT
 Kepercayaan terhadap
pemerintah rendah  Kesibukan kegiatan sehari-hari
 Militan Radikal  Minder
 Kesadaran politik tinggi  Larangan dari orang tua
 Kepercayaan terhadap
pemerintah rendah
 Pasif
 Kesadaran politik rendah
 Kepercayaan terhadap
pemerintah tinggi

PARTISIPASI POLITIK

D. Hipotesis
28

Menurut Sugiyono (2017: 63) mengatakan bahwa hipotesis adalah


jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan, dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan kepada teori yang relevan dan belum didasarkan
kepada fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis
deskriptif dapat ditentukan dengan cara menetapkan kriteria tertentu
berdasarkan kajian teoritis oleh peneliti. Dalam penelitian ini variabel bersifat
mandiri, sehingga hipotesis deskriptif tidak berbentuk perbandingan maupun
hubungan dua variabel ataupun lebih. Berdasarkan landasan teoritis dengan
anggapan dasar, peneliti merumuskan hipotesis dari penelitian ini adalah:

H0 : Terdapat faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih pemula


dalam pemilihan umum pada tahun 2019 di Kelurahan Maleber
Ciamis.
H1 : Tidak terdapat faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih pemula
dalam pemilihan umum pada tahun 2019 di Kelurahan Maleber
Ciamis
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif.
Menurut pendapat Sugiyono (2017: 7) disebut penelitian kuantitatif karena data
yang diperoleh berupa angka-angka dan analisis yang diproses secara statistika.
Pendapat lain dari Sugiyono dalam bukunya yang lain (2015: 11) bahwa
penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan analisis
data bersifat kuantitatif atau statistika, memiliki tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.
B. Desain Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
pendekatan deskriptif. Pengertian penelitian deskriptif menurut Sugiyono
(2008: 5) merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel maupun lebih (independen) tanpa
menghubungkan atau membuat perbandingan dengan variabel yang lain.
Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif sehingga bermaksud mencari
penjelasan suatu situasi yang akan diteliti dengan dukungan studi kepustakaan
sehingga memperkuat analisis penelitian dalam membuat suatu kesimpulan.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian kuantitatif non eksperimen yang
tergolong cukup mudah. Penelitian deskriptif menggambarkan data kuantitatif
yang diperoleh menyangkut keadaan subjek ataupun fenomena yang diteliti
secara mendalam dan terperinci dari sebuah populasi.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Maleber, Ciamis.
Peneliti memilih lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi
tersebut merupakan lokasi yang tepat untuk memperoleh data atau informasi
yang relevan dengan permasalahan penelitian yang ada. Disamping itu,

29
30

terdapat fenomena politik yang sangat menarik untuk diteliti dimana tingkat
partisipasi politik atau keterlibatan masyarakat relatif cukup baik sehingga
peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana model partisipasi pemilih pemula
dalam berkontribusi pada pemilihan umum tahun 2019 di Kelurahan Maleber.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah partisipasi pemilih pemula
dalam pemilihan umum pada tahun 2019 di Kelurahan Maleber, Ciamis.
Pemilih pemula yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemilih yang
berusia 17-21 tahun pada saat pemilihan sebagaimana yang telah ditetapkan
oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
E. Sumber Data, Variabel, Skala Pengukuran
1. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sebuah data yang langsung dikumpulkan peneliti dari sumbernya.
Data primer dalam penelitian ini berupa jawaban atas kuesioner dari
pemilih pemula di Kelurahan Maleber, Ciamis. Adapun yang akan
menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah pemilih pemula
di Kelurahan Maleber, Ciamis.
b. Sumber Data Sekunder
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan peneliti
umumnya ialah sumber data sekunder. Data sekunder sifatnya
mendukung keperluan dari data primer yang diperoleh dari studi
perpustakaan seperti literatur, buku-buku, serta bacaan yang sesuai
dengan masalah yang akan di teliti oleh penelitian.
2. Variabel
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2015: 63) merupakan sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dengan demikian diperoleh informasi mengenai hal tersebut kemudian
ditariklah kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah partisipasi
pemilih pemula dalam pemilihan umum pada tahun 2019 di Kelurahan
Maleber Ciamis.
31

3. Skala Pengukuran
Skala pengukuran menurut Sugiyono (2017: 84) adalah kesepakatan yang
digunakan untuk acuan dalam menentukan panjang atau pendeknya interval
yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut apabila digunakan dalam
pengukuran akan menghasilkan data yang kuantitatif. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini berbentuk daftar pernyataan terhadap faktor yang akan
diberikan nilai terhadap jawaban yang diberikan oleh responden yaitu dengan
menggunakan skala Likert dengan sifat skala ordinal.
Skala Likert menurut Sugiyono (2015: 136) adalah skala pengukuran
yang digunakan untuk mengukur pendapat, persepsi, dan sikap seseorang
maupun sekelompok orang mengenai fenomena sosial. Fenomena sosial dalam
dalam penelitian ini telah ditetapkan oleh peneliti dalam variabel penelitian.
Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat buah
jawaban dengan kategori sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Skala
Likert digunakan untuk menjawab pernyataan untuk mengukur variabel dalam
penelitian ini yaitu, partisipasi politik dengan alternatif jawaban sebagai
berikut:
Tabel 3. Skala Likert Pada Variabel Partisipasi Politik.
Kategori Alternatif Jawaban Skor
Sangat tinggi Sangat setuju 4
Tinggi Setuju 3
Rendah Tidak setuju 2
Sangat rendah Sangat tidak setuju 1

Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui bahwa skala Likert untuk partisipasi


politik yang digunakan terdiri dari 4 bagian atau alternatif jawaban yaitu,
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Skala ordinal menurut Sugiyono (2015: 7) adalah data kuantitatif yang
berbentuk peringkat. Penentuan ukuran ini menggunakan teknik skoring.
32

F. Populasi Dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi menurut Sugiyono (2017: 80) merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian dapat ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi penelitian adalah pemilih pemula dalam pemilihan umum pada
tahun 2019 di Kelurahan Maleber, Ciamis. Jumlah keseluruhan pemilih di
Kelurahan Maleber, Ciamis yaitu sebanyak 7.665 orang dan diantaranya
terdapat pemilih pemula sebanyak 156 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel menurut Sugiyono (2017: 81) merupakan bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk
penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik simple random sampling.
Simple random sampling menurut Sugiyono dalam bukunya (2015:
122) mengatakan bahwa yang dikatakan simple random sampling atau
sampel random sederhana adalah pengambilan anggota dari populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata atau tingkatan yang ada
dalam populasi. Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang memberikan kesempatan atau peluang yang sama kepada setiap
anggota yang terdapat dalam populasi untuk terpilih menjadi sampel.
Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan rumus Yamane. Rumus tersebut
digunakan untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang telah
diketahui jumlahnya yaitu 156 orang berdasarkan dari KPPS Kelurahan
Maleber, Ciamis tahun 2019.
Rumus Yamane:
N
n=
N . d 2 +1
33

Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : nilai kritis atau margin error yang ditoleransi, kemudian dikuadratkan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 134-135) mengatakan jika
populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka sampel yang diambil
adalah semuanya, akan tetapi jika populasi berjumlah lebih dari 100 maka
sampel yang diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan
rumus Yamane, maka besarnya jumlah sampel penelitian adalah sebagai
berikut:
N 156 156
n= = 2 = 2,56 = 60,93 dibulatkan 61
N . d 2 +1 156(0,10) +1
Berdasarkan rumus Yamane tersebut dengan tingkat kesalahan 10%
maka jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 60,93 yang telah
dibulatkan menjadi 61 orang pemilih pemula di Kelurahan Maleber, Ciamis
yang akan dijadikan sampel atau responden. Hal ini karena keterbatasan
waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak memungkinkan bagi peneliti untuk
melakukan penelitian dengan sampel yang besar. Sebaran sampel mengikuti
tabel berikut:
∑ a+b+ c+ d+ e+ f + g+h+i+ j+ k +l+m=7.665
Tabel 4. Sampel Masyarakat Pemilih Pemula di Kelurahan Maleber, Ciamis.
Kelurahan Maleber, Ciamis
Jumlah Jumlah
RW Sampel Masyarakat
RT Masyarakat
RW 1 a 423
4 RT 423 ×61 = ×61 = 4
(a) ∑ a−m 7.665
RW 2 b 566
4 RT 566 ×61 = ×61 = 4
(b) ∑ a−m 7.665
RW 3 c 609
5 RT 609 ×61 = ×61 = 5
(c) ∑ a−m 7.665
RW 4 d 328
3 RT 328 ×61 = ×61 = 3
(d) ∑ a−m 7.665
34

RW 5 e 436
3 RT 436 ×61 = ×61 = 3
(e) ∑ a−m 7.665
RW 6 f 1.056
×61 ×61 = 8
(f)
6 RT 1.056
∑ a−m = 7.665
RW 7 g 616
7 RT 616 ×61 = ×61 = 5
(g) ∑ a−m 7.665
RW 8 h 438
×61 ×61 = 3
(h)
6 RT 438
∑ a−m = 7.665
RW 9 i 861
9 RT 861 ×61 = ×61 = 7
(i) ∑ a−m 7.665
RW 10 j 613
×61 ×61 = 5
(j)
3 RT 613
∑ a−m = 7.665
RW 11 k 658
4 RT 658 ×61 = ×61 = 5
(k) ∑ a−m 7.665
RW 12 l 479
4 RT 479 ×61 = ×61 = 4
(l) ∑ a−m 7.665
RW 13 m 582
4 RT 582 ×61 = ×61 = 5
(m) ∑ a−m 7.665
Jumlah 7.665 61

G. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan prosedur sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan oleh peneliti. Untuk memperoleh data dan
informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan dalam penelitian ini, maka
peneliti mengumpulkan sampel atau informan dengan teknik observasi,
kuesioner atau angket dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan pantauan langsung ke lokasi penelitian untuk
mendapatkan informasi serta mengetahui keadaan lokasi secara langsung
sebagai bahan referensi penelitian untuk mendapatkan informan yang
dilakukan di Kelurahan Maleber, Ciamis.
b. Kuesioner (Angket)
Kuesioner atau angket menurut Sugiyono dalam bukunya (2017: 142)
mengatakan bahwa kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan beberapa pertanyaan atau pernyataan
35

yang tertulis kepada responden untuk dijawab oleh responden tersebut.


Kuesioner digunakan apabila jumlah responden cukup banyak dan tersebar
di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pernyataan atau pertanyaan
terbuka maupun tertutup. Dan kuesioner juga dapat diberikan kepada
responden secara tidak langsung maupun dengan cara dikirim melalui
kantor pos atau internet.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian yang berupa arsip-arsip atau
dokumen, buku dan lain-lain yang berkaitan dengan partisipasi pemilih
pemula dalam pemilihan umum pada tahun 2019 di Kelurahan Maleber,
Ciamis.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Sugiyono (2017: 102) merupakan suatu
alat yang dapat digunakan untuk mengukur fenomena sosial ataupun alam yang
diamati. Instrumen dikatakan baik apabila instrumennya valid dan reliabel.
Instrumen yang valid adalah alat pengukur yang digunakan untuk mendapatkan
data itu dapat dipercaya atau valid. Reliabel adalah instrumen yang apabila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama maka akan
menghasilkan data yang sama atau konsisten.
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dalam pengumpulan
data primer. Instrumen sebelum disebarkan kepada subjek penelitian, peneliti
terlebih dahulu menentukan aspek atau indikator yang akan diteliti, dalam hal
ini adalah partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan umum pada tahun 2019
di Kelurahan Maleber, Ciamis. Penentuan indikator ini bertujuan untuk
membatasi peneliti dan untuk memudahkan peneliti dalam pembuatan
pernyataan skala.
I. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel menurut Sarifuddun Azwar (2004: 72)
adalah suatu variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik variabel yang
bisa diamati. Dalam melakukan penelitian, pengertian atau batasan variabel
36

tidak dapat dibiarkan ambigu yaitu memiliki arti ganda atau tidak menunjukan
indikator yang jelas. Hal tersebut dikarenakan data variabel yang berhubungan
akan diambil lewat prosedur pengukuran.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu partisipasi
politik. Adapun operasional indikator variabel dan pengukuran dengan
rumusan masalah yang telah dikemukakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 5. Operasionalisasi Indikator Variabel dan Pengukuran.


Variabel Dimensi Indikator Skala
Partisipasi Memiliki kesadaran politik dan
Politik kepercayaan terhadap
pemerintah tinggi
Partisipasi Mengajukan usul atau kritik
Likert
aktif terhadap kebijakan pemerintah
Tertarik mengikuti
perkembangan politik
pemerintah
Memiliki kesadaran politik dan
kepercayaan terhadap
Partisipasi pemerintah rendah
Likert
apatis Memiliki rasa tidak peduli atau
masa bodo terhadap kegiatan-
kegiatan politik
Memiliki kesadaran politik
tinggi dan kepercayaan
Partisipasi
terhadap pemerintah rendah
militan Likert
Memiliki rasa tidak percaya
radikal
terhadap pemerintah atau
politisi untuk memimpin
Partisipasi Memiliki kesadaran politik Likert
rendah dan kepercayaan
37

Variabel Dimensi Indikator Skala


terhadap pemerintah tinggi
Hanya menerima, menaati
peraturan pemerintah dan
pasif
melaksanakan setiap keputusan
yang dibuat oleh pemerintah
tanpa adanya protes

Faktor Adanya perangsang


Karakteristik seseorang
pendorong Likert
Karakter sosial seseorang
Situasi atau lingkungan politik
Kesibukan kegiatan sehari-hari
Faktor
Minder Likert
penghambat
Larangan dari orang tua

J. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2017: 243) teknik
analisis data yang digunakan sudah jelas yang bertujuan untuk menjawab
rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan oleh peneliti.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif dengan menggunakan persentase. Penelitian ini bersifat kuantitatif
yaitu dengan teknik statistik deskriptif, sehingga diperoleh partisipasi politik
pemilih pemula dalam pemilihan umum pada tahun 2019 di Kelurahan Maleber
Ciamis.
K. Uji Validitas Dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas merupakan sebuah konsep yang berkaitan dengan sejauh
mana suatu tes dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Uji validitas
dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya kuesioner. Apabila
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut, maka kuesioner dikatakan valid. Setiap
butir pertanyaan dilakukan uji validitasnya. Dikatakan mempunyai validitas
38

yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat memberikan


gambaran terkait variabel yang diukur sesuai dengan yang dikehendaki oleh
tujuan pengukuran tersebut.
Pengujian validitas menggunakan teknik korelasi “product moment”
Sugiyono (2017: 183), seperti persamaan berikut ini:
r hitung = n ∑ XY −¿ ¿ ¿

Keterangan:
r hitung : Koefisien validitas dalam hitungan
n : Jumlah anggota sampel
∑ x : Jumlah keseluruhan skor pada suatu item
∑ y : Jumlah keseluruhan skor total
∑ xy : Jumlah keseluruhan ‘x’ dikalikan ’y’
∑ x 2 : Jumlah keseluruhan ‘x’ yang telah dikuadratkan
∑ y2 : Jumlah keseluruhan ‘y’ yang telah dikuadratkan
Untuk mengetahui suatu item dikatakan valid atau gugur, maka
dilakukan perbandingan antara koefisien r hitung dengan r tabel dimana df = n –
2, n adalah jumlah sampel, dengan signifikan 5% atau 0,05. Jika r hitung > dari
r tabel atau nilai n < 0,05 berarti pertanyaan tersebut dapat dinyatakan valid.
Jika r hitung < dari r tabel atau nilai n > 0,05 berarti pertanyaan tersebut dapat
dinyatakan tidak valid atau gugur.

2. Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2017: 130) mengatakan bawa reliabilitas
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil dari pengukuran dengan
menggunakan objek yang sama dan akan menghasilkan data yang sama.
Reliabel memiliki arti yaitu stabil atau konsisten. Suatu alat ukur dikatakan
reliabel jika hasil dari alat ukur tersebut stabil atau konsisten dari waktu ke
waktu sehingga dapat dipercaya. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan perhitungan komputer melalui program
SPPS Versi 20.
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Sahya. 2013. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Azwar, Sarifuddun. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Budiardjo, Miriam. 2017. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Hamidi. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi (Pendekatan Praktis


Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian). Malang: UMM Pres.

Huda, Uu Nurul. 2018. Hukum Partai Politik Dan Pemilu Di Indonesia. Bandung:
Fokusmedia.

Kansil, CST. 2000. Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.

Mas’oed, Mochtar dan Colin Man Andrew. 2008. Perbandingan Sistem Politik.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Miaz, Yalvema. 2012. Partisipasi Politik: Pola Perilaku Pemilih Pemilu Masa
Orde Baru dan Reformasi. Padang: UNP Press Padang.

Mujiburohman, Dian Aries. 2017. Pengantar Hukum Tata Negara. Yogyakarta:


STPN Press.

Saragih, Bintar R. 1998. Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia.


Jakarta: Gaya Media Pratama.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana


Indonesia.

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Kompas Gramedia.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum.

Sumber Lainnya

Aspiran, Rudini. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik


Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2015 Di
Kecamatan Delta Pawan Kabupaten Ketapang. Jurnal S-1 Ilmu Politik,
Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret Hal 1-20.

Jayawinangun, Roni dan Dini Valdiani. 2020. Tipologi Partisipasi Politik Pemilih
Laki-Laki Di Kabupaten Bogor Berdasarkan Penggunaan Sumber Informasi
Politik. Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 9 Nomor 1 Hal 31-39.

Mangune, Ivan Osvaldo dkk., 2018. Partisipasi Politik Pemilih Pemula Melalui
Media Sosial Pada Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten
Kepulauan Sangihe Tahun 2017. Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan
Volume 1 Nomor 1. Hal. 1-12.

Rachmat, H. Basuki dan Esther. 2016. Perilaku Pemilih Pemula Dalam Pilkada
Serentak Di Kecamatan Ciomas Kabupaten Serang Tahun 2015. Jurnal
Ilmu Pemerintahan Widyapraja, Volume XLII Nomor 2. Hal. 25-35.

Sarbaini. 2015. Demokratisasi dan Kebebasan Memilih Warga Negara dalam


Pemilihan Umum. Jurnal Inovatif, Volume VIII Nomor 1. Hal. 107-117.
Wardhani, P.S.N. 2018. Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan
Umum. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10 (1). Hal. 57-62.

Widiastuti, Wiwi dan Fitriyani Yuliawati. 2018. Resistensi Pemilih Perempuan


Terhadap Caleg Perempuan Di Kota Banjar Pada Pemilu Legislatif
Periode 2014-2019. Journal Of Politics And Policy Volume 1 Number 1.
Hal. 49-68.

Yustiningrum, RR Emilia dan Wawan Ichwanuddin. 2015. Partisipasi Politik Dan


Perilaku Memilih Pada Pemilu 2014. Jurnal Penelitian Politik Volume 12
Nomor 1. Hal. 117-135.
LAMPIRAN I

Instrumen Penelitian Kuesioner / Angket Partisipasi Pemilih Pemula Dalam


Pemilihan Umum Pada Tahun 2019 Di Kelurahan Maleber, Ciamis

A. Daftar Pertanyaan

No. Pertanyaan SS S TS STS


1. Apakah setuju pergi ke TPS atas dasar
keinginan sendiri?
2. Apakah anda percaya terhadap kinerja
pemerintah?
3. Apakah anda setuju dengan adanya kegiatan
pengajuan usul atau kritik terhadap
pemerintah?
4. Apakah anda setuju bahwa anda mengikuti
pemilihan umum pada tahun 2019 atas dasar
anda peduli terhadap kemajuan negara?
5. Apakah anda setuju dengan diadakannya
kegiatan politik seperti kampanye partai
politik?
6. Apakah anda setuju bahwa anda selalu
mengikuti perkembangan politik
pemerintahan?
7. Apakah anda memperoleh informasi
mengenai perkembangan politik melalui
media massa?
8. Apakah setuju bahwa anda peduli dengan
adanya pemilihan umum untuk memilih
seorang pemimpin?
9. Apakah anda setuju bahwa anda tidak peduli
dengan kegiatan politik apapun?
No. Pertanyaan SS S TS STS
10. Apakah anda setuju dengan menggunakan
hak pilih dalam pemilihan umum atas
kesadaran sebagai warga negara?
11. Apakah anda setuju para penguasa hanya
mementingkan diri sendiri dan kelompoknya
tanpa memikirkan rakyatnya?
12. Apakah anda setuju bahwa peraturan yang
dibuat oleh pemerintah tidak adil dan hanya
menguntungkan para penguasa?
13. Apakah anda setuju bahwa sistem politik
yang ada telah menyimpang dari apa yang
dicita-citakan?
14. Apakah anda setuju dengan golput?
15. Apakah anda percaya terhadap janji yang
disampaikan pada saat kampanye oleh calon
pemimpin untuk memajukan negara?
16. Apakah setuju melakukan protes terhadap
kebijakan atau peraturan yang dibuat oleh
pemerintah karena tidak sesuai dengan yang
diharapkan masyarakat?
17. Apakah anda setuju dengan melakukan
protes terhadap pemerintah dalam bentuk
demonstrasi?
18. Apakah anda setuju bahwa anda terangsang
atau tergerak untuk ikut berpartisipasi dalam
pemilihan umum?
19. Apakah anda setuju bahwa anda peduli
dengan keadaan politik negara kita?
20. Apakah anda setuju bahwa anda memiliki
kesadaran politik dalam mengikuti
No. Pertanyaan SS S TS STS
pemilihan umum?
21. Apakah anda setuju bahwa lingkungan
politik di wilayah anda aman dari keributan
saat menjelang pemilu (tidak ada paksaan
dalam memilih)?
22. Apakah anda setuju bahwa anda terkendala
kesibukan kegiatan sehari-hari sehingga
anda tidak dapat mengikuti kegiatan politik
lainnya?
23. Apakah anda setuju bahwa anda malu atau
takut untuk ikut serta dalam panitia
pemilihan?
24. Apakah anda setuju bahwa anda
mendapatkan larangan dari orang tua untuk
ikut dalam kegiatan politik lainnya?
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai