Anda di halaman 1dari 38

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

DKI Jakarta merupakan daerah paling padat penduduk


dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, jumlah penduduk yang
semakin banyak dari tahun ketahun, kepadatan penduduk semakin
meningkat menimbulkan masalah pemukiman di Jakarta. Sehingga lahan
yang dibutuhkan untuk membangun suatu rumah untuk dijadikan tempat
tinggal semakin berkurang. Oleh karena itu pemerintah mengadakan
program Vertical Housing (Rumah Bertingkat / Rumah Susun) yang di
fungsikan untuk penduduk yang ingin mempunyai tempat tinggal di kota
Jakarta namun dengan memanfaatkan kondisi lahan yang minim.

Pengembangan Rumah Susun kini sedang di gencangkan oleh


pemerintah khususnya daerah DKI Jakarta. Pembangunan rumah susun
termasuk dalam program pemerintah Indonesia. Program ini termasuk
kebijakan strategis karena melihat pertumbuhan penduduk yang cukup
pesat dan tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang
terbentur pada kenyataan bahwa lahan diperkotaan semakin terbatas dan
nilai lahan yang semakin meningkat serta mayoritas penduduk dari tingkat
ekonomi rendah, menimbulkan permukiman-permukiman padat di
kawasan pusat kota, khususnya DKI Jakarta. Oleh karna itu di perlukan
suatu perencanaan jangka panjang untuk mengantisifasi kebutuhan
penduduk akan hunian.

Penyelenggaraan rumah susun bertujuan untuk menjamin


terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta
menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan
ekonomi, sosial, dan budaya, pemanfaatan ruang dan tanah, serta
menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam
menciptakan kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan
seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan sehingga dapat mengurangi luasan dan
mencegah timbulnya perumahan dan permukiman kumuh, mengarahkan
pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien, dan
produktif, dapat memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang
menunjang kehidupan penghuni dan masyarakat dengan tetap
mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan perumahan dan
permukiman yang layak, terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR).

Fenomena maraknya pembangunan rumah susun terutama di kota-


kota besar mendapat korelasi yang pas dengan masalah desain dan
perilaku manusia. Haryadi dan Setiawan (2010) mengungkapkan bahwa
perubahan pola permukiman dari menyebar ke samping menjadi
menumpuk ke atas akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi tertentu.

Pembangunan rumah susun di Jakarta sebenarnya sudah ada


sejak dulu. Di Jakarta sudah banyak kita jumpai rumah susun dari
berbagai daerah, namun dengan kondisi yang sudah kurang baik karena
faktor usia dari bangunan itu sendiri, salah satunya adalah rumah susun
tambora.

Rumah susun tambora merupakan salah satu rumah susun yang


sudah di bangun ulang oleh pemerintah Jakarta, namun yang baru di
bangun ulang hanya beberapa tower saja, ada beberapa yang belum di
bangun ulang oleh pemerintah.

Di bangunan lama dari rumah susun ini memiliki ruang komunal


(ruang bersama) yang biasa digunakan penghuni setempat untuk
melakukan kegiatan rapat, mengadakan pengajian dan lain-lain. Dasar
dari penelitian ini adalah karena ruang komunal adalah area penting bagi
penghuni terutama penghuni rumah susun, dan bangunan yang akan di
teliti adalah bangunan yang sudah cukup lama, maka dari itu peneliti ingin
mengetahui apakah ruang komunal di rumah susun tambora sudah
memenuhi kebutuhan penghuninya.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi diatas, perumusan masalah dalam penelitian


ini dapat dikaji sebagai berikut:

• Apakah ruang komunal di rumah susun tambora sudah sesuai


dengan kebutuhan penghuninya?

1.3 Maksud, Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Maksud penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan


ruang komunal pada rumah susun tambora apakah sudah
memenuhi kebutuhan penghuninya.

1.3.2 Tujuan penelitian

• Untuk mendapatkan jawaban dari pola pemanfaatan ruang


komunal di rumah susun tambora.
• Untuk mendapatkan kriteria ruang komunal yang sesuai dengan
kebutuhan penghuninya.

1.3.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini di harapkan mampu berguna:


• Sebagai literature tambahan tentang pemanfaatan ruang
komunal pada rumah susun tambora.
• Dapat digunakan sebagai gambaran perencanaan desain untuk
ruang komunal rumah susun sesuai dengan latar belakang
dan kebutuhan penghuninya.
• Menambah wawasan dan pengalaman, baik bagi penulis
maupun pembaca mengenai fasilitas publik di lingkungan rumah
susun serta mengaplikasikan teori yang telah dipelajari penulis
selama masa perkuliahan.
• Sebagai bahan masukkan bagi perbaikan rumah susun ke
depan.
1.4 Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang Latar belakang, Pernyataan masalah, Tujuan
penulisan, dan Sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


Berisi landasan / dasar-dasar teori yang berasal dari literatur-literatur
ilmiyah maupun pustaka-pustaka umum yang mempunyai keterkaitan
dengan materi penelitian serta teori-teori umum yang telah diadaptasi
bagi kepentingan penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ini menjelaskan letak lokasi studi dan subjek yang akan dituju
untuk penelitian yang dilakukan. Dan menguraikan langkah-langkah
yang dilakukan dalam penelitian dari awal sampai akhir dan
bagaimana data di peroleh.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN


Bab ini menganalisis dan meneliti pemanfaatan ruang komunal di
rumah susun tambora. melalui hasil studi lapangan lalu dibandingkan
dengan pengamatan berdasarkan literatur atau teori untuk
memperoleh kesimpulan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Menguraikan hasil dari kesimpulan kasus pemanfaatan ruang komunal
di rumah susun tambora yang dijadikan objek kajian dengan teoritis
sebagai landasan.
1.5 Kerangka Berfikir

Latar Belakang
Di bangunan lama dari rumah susun ini memiliki ruang komunal
(ruang bersama) yang biasa digunakan penghuni setempat
untuk melakukan kegiatan rapat, mengadakan pengajian dan
lain-lain. Dasar dari penelitian ini adalah karena ruang komunal
adalah area penting bagi penghuni terutama penghuni rumah
susun, dan bangunan yang akan di teliti adalah bangunan yang
sudah cukup lama, maka dari itu peneliti ingin mengetahui
apakah ruang komunal di rumah susun tambora sudah
memenuhi kebutuhan penghuninya.

Tujuan Penelitian
Permasalahan Untuk mendapatkan jawaban dari
Apakah ruang komunal di pola pemanfaatan ruang komunal di
Rumah Susun Tambora rumah susun tambora.
sudah sesuai dengan Untuk mendapatkan kriteria ruang
kebutuhan penghuninya? komunal yang sesuai dengan
kebutuhan penghuninya.

Teori Penelitian Analisa Data


Metode Penelitian
Teori tentang penghuni Mengolah data dari
Sifat penelitian ini adalah
rumah susun, rumah lapangan lalu dibuktikan
kualitatif dengan cara
susun, ruang komunal dengan teori yang sudah
pendekatan di lapangan.
rumah susun. ada.

Data
Berdasarkan data Kesimpulan
lapangan

Diagram 1. 1 Kerangka Berfikir


Sumber: Data Pribadi
1.6 Definisi Operasional

Definisi Operasional yaitu menjelaskan arti dari beberapa istilah yang


dipakai dalam penelitian ini. Adapun pengertian istilah-istilah tersebut
adalah sebagai berikut:

• Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang


dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian
bagian yang di strukturkan secara fungsional, baik dalam arah
horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,
terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
memberdayakan para pemangku kepentingan dibidang
pembangunan rumah susun, dan memberikan kepastian hukum
dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan, dan
kepemilikan rumah susun (Undang-Undang RI No. 20 Tahun
2011).
• Ruang komunal (berasal dari kata communal yang berarti
berhubungan dengan umum) merupakan ruang yang
menampung kegiatan sosial dan digunakan untuk seluruh
masyarakat atau komunitas (Wijayanti, 2000).
• Ruang Komunal adalah ruang bagian dari rumah susun yang
dimiliki oleh seluruh penghuni untuk kebutuhan bersama,
sebagaimana yang di cantumkan dalam Undang-Undang RI No.
20 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa bagian bersama
adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah
untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan
satuan-satuan rumah susun.
BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Rumah Susun

Menurut pengertian Undang-Undang Nomor 4 tahun 1993,


rumah susun diberi pengertian sebagai bagunan gedung bertingkat
yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagai dalam
bangunan bangunan yang terstrukturkan secara fungsional dalam
arah horizontal dan vertikal, merupakan satuan satuan yang masing
masing dapat memiliki secara terpisah terutama tempat-tempat
yang masing masing dapat memiliki secara terpisah terutama
tempat-tempat hunian yang dilengkapi dengan bangunan bersama
dan tanah bersama.

Rumah Susun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


merupakan gabungan dari pengertian rumah dan pengertian susun.
Rumah yaitu bangunan untuk tempat tinggal, sedangkan
pengertian susun yaitu seperangkat barang yang diatur secara
bertingkat. Jadi pengertian Rumah Susun adalah bangunan untuk
tempat tinggal yang diatur secara bertingkat.

2.1.2 Tujuan Rumah Susun

Berdasarkan Undang-Undang No. 16 tahun 1985 tentang


Rumah Susun, pembangunan rumah susun bertujuan:

• Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat,


terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah
yang menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya.

• Meningkatkan daya guna dan hasil guna lahan di daerah


perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya
alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang
lengkap, serasi dan seimbang.
2.2 Kajian Teoritis

2.2.1 Kajian Pemanfaatan Ruang Bersama di Perumahan Susun

Rumah merupakan tempat berlindung dari alam (hujan,


panas, angin, binatang buas, dan lain-lain). Selain sebagai tempat
berlindung, Budiharjo (2009) mengatakan rumah juga tempat
terjadinya proses sosialisasi, seperti pengenalan adat istiadat, nilai,
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat, dan tempat manusia
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan yang dimaksud bukan
hanya sekedar untuk mempertahankan hidup, namun juga
kebutuhan akan kasih sayang, harga diri, rasa aman, dan
aktualisasi diri (Abraham Maslow) dalam Dewi & Yuliastuti (2015).

Masyarakat berpenghasilan rendah cenderung memiliki


outdoor personality, yaitu tidak suka diam di rumah melainkan lebih
suka beraktivitas di luar rumah. Perumahan hendaknya
menyediakan tempat untuk menyalurkan hal ini, misalnya taman-
taman umum untuk bermain anak-anak (Budiharjo, 2009). Selain
itu, perlu dipertimbangkan adanya kompleks pertokoan yang
terpisah dari flat sehingga penghuni perlu berjalan keluar dan
berinteraksi. (Dewi & Yuliastuti, 2015).

Menurut Weilman & Leighton (1979) dalam Purwanto (2007),


ruang komunal merupakan kebutuhan ruang yang berfungsi
sebagai ruang sosial, yaitu sebagai salah satu kebutuhan pokok
pemukim untuk mengembangkan kehidupan bermasyarakat. Ruang
komunal dapat membangkitkan hasrat penghuni menjadi satu
komunitas, sehingga dapat dikondisikan sifat pemakaian,
pemeliharaan dan pengawasan secara bersama.
2.2.2 Pengertian Ruang Komunal

Ruang komunal memberikan kesempatan kepada orang


untuk bertemu, tetapi untuk menjadikan hal itu diperlukan beberapa
katalisator. Katalisator mungkin secara individu yang membawa
orang secara bersama-sama dalam sebuah aktivitas, diskusi atau
topik umum. Sebuah ruang terbuka publik akan menarik orang jika
terdapat aktifitas dan orang dapat menyaksikannya (Lang, 1987).

Menurut Purwanto (2007) ruang komunal adalah sebuah


seting yang dipengaruhi oleh tiga unsur selain unsur fisiknya yaitu
manusia sebagai pelaku, kegiatan dan manusia. Berdasarkan
pengertian tersebut maka seting tidak dapat dipahami secara utuh
tanpa keterkaitan ketiga unsur-unsur tersebut:

Gambar 2. 1 Keterkaitan Pelaku, Kegiatan, dan Pikiran dalam Setting


Sumber: Purwanto (2007)

Terjadinya ruang komunal di rumah susun tidak lepas dari


pemahaman interaksi manusia dengan lingkungannya. Perilaku
manusia merupakan pusat perhatian dalam hubungan antara
manusia dengan lingkungannya (Purwanto, 2007).

2.2.3 Jenis Ruang Komunal

Hakim (1987) dan Studyanto (2009) menjelaskan bahwa


ruang publik terbagi menjadi dua jenis:
• Ruang publik tertutup, yaitu ruang publik yang terdapat di
dalam suatu bangunan.
• Ruang publik terbuka, yaitu ruang publik yang berada di luar
bangunan yang sering juga disebut ruang terbuka (open
space).

2.2.4 Jenis Kegiatan Pada Ruang Komunal

Menurut Darmiwati (2000) dalam Permata Sari (2018)


mengenai pengertian ruang komunal, diketahui bahwa fungsi ruang
komunal adalah sebagai wadah interaksi sosial, yang menampung
kebutuhan akan tempat untuk bertemu, berinteraksi, melakukan
aktifitas bersama.

2.2.5 Presepsi Penghuni Pada Ruang Komunal Rumah Susun

Penggalian persepsi ini ditujukan untuk menggali informasi


mengenai persepsi (cara pandang) individu penghuni terhadap
ruang publik yang ada di dalam rumah susun, yang secara tidak
langsung akan memberikan suatu pandangan mengenai harapan
penghuni terhadap ruang publik dalam rumah susun (Permata Sari,
2018). Untuk menggali persepsi penghuni terhadap ruang publik ini,
ditentukan empat indikator yaitu:
• Luas
• Letak
• Sirkulasi udara
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Metode Penelitian yang digunakan

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena problem


research ini sendiri mengambil dari masalah yang berasal dari lapangan.
Dalam Dasar Metodologi Penelitian disebutkan bahwa, penelitian adalah
terjemahan dari kata research yang berasal dari bahasa inggris. Kata
research terdiri dari dua kata yaitu re yang berarti kembali dan to search
yang berarti mencari. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian research
(penelitian) adalah mencari kembali suatu pengetahuan (Siyoto & Sodik,
2015).

3.2 Tahapan Penelitian

Menurut Creswell (2014) dalam bukunya yang berjudul Penelitian


kualitatif & Design Riset hal : 69, tahapan penelitian tersebut adalah:

Diagram 3. 1 Tahapan Penelitian

Mengumpulkan beberapa sumber data yang mencakup 4 hal:


Pengamatan Dokumentasi
Wawancara Audiovisual
Lapangan

Data yang telah terkumpul kemudian disimpan dan diorganisasi (dikelompokan)

Menganalisis semua data-data yang telah terkumpul

Data yang telah terkumpul kemudian disimpan dan diorganisasi (dikelompokan)

Proses analisis pertama, dilakukan dengan cara Induktif, yaitu di mulai dari yang lebih umum
kemudian ke yang lebih khusus

Selanjutnya dilakukan dengan Deduktif untuk mengumpulkan bukti & mendukung tema dari
penafsiran tersebut.

Terakhir pembahasan dan perbandingan hasil penelitian dengan pandangan pribadi berdasarkan
literatur, dan model yang baru untuk lebih mudah meyampaikan essesnsi dari hasil penelitian
3.3 Sampling Penelitian

3.3.1 Kriteria Pemilihan Objek Penelitian

Objek ini dipilih sebab telah memenuhi beberapa kriteria lain yang
menjadi pendukung rumah susun Tambora sebagai objek yang dipilih
adalah sebagai berikut:

• Lokasi rumah susun tambora dianggap cocok karena mudah


untuk di akses.
• Terdapat ruang-ruang komunal yang nantinya akan dijadikan
tempat untuk melakukan penelitian.
• Rumah susun tambora merupakan rumah susun yang
disediakan untuk warga-warga DKI Jakarta.
• Memiliki fasilitas pendukung lengkap yang nantinya dapat
menunjang data-data pendukung penelitian.

3.3.2 Deskripsi Umum dan Data Fisik Objek Penelitian

3.3.2.1 Deskripsi Umum

Gambar 3. 1 Peta DKI Jakarta


Sumber: Google Maps
Jakarta adalah ibu kota Indonesia. Jakarta menjadi pusat kegiatan
pemerintah. Sebagai ibu kota, Jakarta selalu membenahi dan
mempercantik dirinya. Disana banyak dibangun gedung-gedung tinggi,
jalan tol, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, tempat wisata kuliner, dan
lain-lain.

Kota Jakarta memiliki sarana prasarana yang lengkap, khususnya


dalam memenuhi kebutuhan penduduk Jakarta itu sendiri. Kebutuhan
yang paling sentral untuk memenuhi kebutuhan penduduknya yaitu tempat
tinggal, penduduk yang tinggal di Jakarta memiliki keperluannya sendiri-
sendiri dalam mempertahankan hidup di Jakarta, maka dari itu penduduk
Jakarta sangat membutuhkan tempat tinggal yang layak dan juga di akui
keberadaannya oleh pemerintah Jakarta.

Karena kondisi lahan untuk membangun suatu hunian di Jakarta sangat


terbatas, dan masyarakat dari luar Jakarta terus-menerus berdatangan,
sedangkan mereka membutuhkan tempat tinggal yang layak dan juga di
akui keberadaannya, maka pemerintah memberikan solusi untuk
masyarakat khususnya yang mempunyai penghasilan rendah untuk
membangunkan perumahan bertingkat, dengan solusi ini diharapkan kota
Jakarta bebas dari hunian liar yang tidak mempunyai surat-surat resmi
membangun suatu hunian di area Jakarta.
3.3.2.1 Data Fisik Objek Penelitian

Tower

Gambar 3. 2 Site Master Plan Rumah Susun Tambora


Sumber: Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintahan

Terlihat dari gambar denah diatas warna kuning merupakan Rumah


Susun Tambora yang akan diteliti.Gedung itu merupakan salah satu
gedung lama yang akan dijadikan objek penelitian, karena tower ini yang
menurut peneliti paling mudah dan terjangkau untuk diteliti, dari segi lokasi
yang posisinya berada di paling depan dekat jalanan, gedung ini yang
paling terlihat jika dari pandangan orang yang berlalu-lalang di sekitar
jalan angke jaya tersebut.

Dari beberapa tower yang ada, gedung lama hanya mempunyai


ketinggian 4 lantai, dan yang tower baru mempunyai ketinggian 16 lantai.
Dari sini bisa disimpulkan, gedung baru lebih mempunyai fasilitas yang
lebih lengkap dari pada gedung lama.
Gambar 3. 3 Denah Rumah Susun Tambora
Sumber: Data Pribadi

Diatas adalah denah rumah susun tambora yang akan dijadikan


objek penelitian. Terlihat dari bentuk denah yang memanjang dalam 1
tower terdiri dari 4 lantai yang setiap lantai terdiri dari 20 unit hunian
rumah susun, dan terdapat 4 titik tangga darurat untuk akses kebawah
maupun ke atas. Serta terdapat ruang publik seperti ruang koridor dan
ruang komunal.

Gambar 3. 4 Ruang Komunal Rumah Susun Gambar 3. 4 Ruang Komunal Rumah Susun
Sumber: Data Pribadi Sumber: Data Pribadi

3.3.3 Kriteria Penentuan Sampel dan Jumlah Sampel dalam


Penelitian

3.3.3.1 Kriteria Penentuan Sampel

Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan Purposive


Sampling. Dalam jurnal Nasution (2003), maksud dari Purposive
Sampling, pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan
penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah
ada dalam anggota sampel yang diambil.

Berdasarkan dari teknik sampel diatas, kriteria dalam penentuan


sampel dalam penelitian ini adalah penghuni rumah susun Tambora Blok
B dari berumur 20-60 tahun yang mengetahui tentang ruang komunal
berdasarkan referensi dari responden sebelumnya atau bisa saja random
dipilih secara acak.

3.3.3.2 Jumlah Sampel dalam Penelitian

Menurut Creswell (2013: 145), jumlah responden yang diperoleh dari


suatu penelitian adalah 20-30 orang, tergantung dari rekomendasi
responden penghuni rumah susun itu sendiri. Tujuan awal untuk
menentukan responden utama adalah penghuni yang benar-benar
mengetahui kondisi ruang komunal yang akan diteliti, yaitu Ketua RT
setempat.

3.4 Metode Pengumpulan Data dan Rancangan Intstrumen Penelitian


yang akan digunakan

3.4.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian


kualitatif ini adalah wawancara dan observasi. Pengambilan data
observasi dilakukan pada pukul 06.00-21.00 karena pada jam tersebut
penghuni rumah susun sedang melakukan banyak aktivitas.

3.4.2 Data Primer

Data primer adalah data yang didapat langsung dilapangan,


misalnya data observasi lapangan dan data wawancara sejumlah
masyarakat rumah susun tambora pada ruang komunal.

• Kuesioner, yang berupa selembaran berisi tentang sejumlah


informasi-informasi responden sebagai penguhuni asli yang
menempati rumah susun tambora.
3.4.2.1 Wawancara

Wawancara memainkan peran penting dalam metode kualitatif


dengan pendekatan Naratif. Menurut Yusuf (2016) dalam bukunya yang
berjudul Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan
mengatakan bahwa wawamcara terbagi atas 3 jenis, yaitu wawancara
terstruktur, wawancara tidak terstruktur dan wawancara bebas.

Menurut Scholz (1994) dalam Van dan Hardi (2017), dalam proses
wawancara menggunakan makna dwelling adalah satu dari pusat
mekanisme yang menghubungkan lingkungan atau environtment (place
atau community space) dan manusia (people atau community bonding)
dengan memberikan rasionalitas terhadap bagaimana cara-cara
lingkungan dibentuk dan digunakan secara fungsional (activity).

Menurut Van dan Hardi (2017), manifestasi hubungan antara


manusia (people) dan lingkungannya (place) melalui kegiatan (activity)
yang dilakukan manusia tersebut di dalam lingkungannya (environment).
Makna dwelling merupakan hasil (outcome) dari hubungan dinamis antara
manusia (people) dan lingkungannya (place) dan kegiatan (activity) yang
dapat berubah sepanjang waktu. Materi wawancara dikembangkan
dengan melihat dialektika yang terjadi antara place (community space)
dan people (community bonding) melalui kegiatan interaksi sosial (social
activity) yang dilakukan oleh penghuni (people) di dalam community space
(place).
3.4.2.2 Teks Wawancara

Teks wawancara yang akan di tanyakan terdiri dari 3 kelompok


pertanyaan, yaitu Penghuni & Tempat, Penghuni & Aktivitas, dan Aktivitas
& Tempat, adalah sebagai berikut:
I. Penghuni dan Tempat
1. Apakah yang membuat Bapak/Ibu untuk tinggal di rumah
susun tambora?
2. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terhadap ruang komunal
rumah susun tambora yang ada saat ini?
3. Apakah ruang komunal di rumah susun tambora digunakan
sebagaimana mestinya?
4. Pada saat tidak ada aktivitas apapun, ruang komunal
tersebut biasanya digunakan untuk apa?
5. Apakah menurut Bapak/Ibu ruang komunal di rumah susun
sudah cukup baik atau perlu ada yang diperbaiki? Mengapa?
II. Penghuni & Aktivitas
1. Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kegiatan dengan
penghuni lainnya?
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan Bapak/Ibu di rumah
susun?
3. Kapan saja terjadinya kegiatan dengan penghuni lain
terjadi? Mengapa?
III. Aktivitas & Tempat
1. Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kegiatan di ruang
komunal?
2. Menurut Bapak/Ibu seberapa penting ruang komunal di
rumah susun? Mengapa?
3. Kapan ruang komunal tersebut digunakan oleh penghuni?

3.4.3 Rancangan Instrumen Penelitian

3.4.3.1 Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung sebuah penelitian, biasanya


data-data tersebut tidak didapat secara langsung bisa melalui sumber-
sumber pustaka. Data sekunder mencakup jurnal-jurnal terkait tentang
penelitian, referensi-referensi, buku-buku dan data dari pengelola Rusun
Tambora.
3.4.3.2 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat penelitian adalah alat yang digunakan oleh


peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan penelitian
menjadi sistematis. Adapun alat penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian adalah:

1. Gambar Rancangan
2. Kamera
3. Alat Tulis
4. Alat Rekam Suara
3.4.3.3 Variabel Penelitian

Adapun variable penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

No Variabel Indikator

1 • Sifat Kegiatan
• Frekuensi Kegiatan
Ruang Komunal • Ruang yang digunakan
• Skala kegiatan
• Jarak Jangkuan

Table 3. 1 Variabel Penelitian


Sumber: Purwanto dkk 2012
3.5 Metode Analisa Data

Fossey, cs (2002: 728) dalam Yusuf (2016) juga menjabarkan


bahwa mengemukakan batasan tentang analisis data dalam penelitian
kuantitatif sebagai berikut: proses me-review, dan memeriksa data,
menyitensis dan menginterpresentasikan data yang terkumpul sehingga
dapat menggambarkan dan menerangkan fenomena atau situasi sosial
yang diteliti.

3.5.1 Analisa Sebelum di Lapangan

Analisis data dalam penelitian kualitatif juga dilakukan


sebelum ke lapangan. Data-data terkait seperti foto, buku, maupun
data-data lainnya yang berkaitan dengan penelitian sangat
menentukan sebagai fokus penelitian. Yusuf (2016) berpendapat
bahwa dalam sebuah penelitian bukan berarti dalam penelitian
kualitatif tidak boleh mengubah, memperbaiki atau
memyempurnakan fokus penelitian. Fakta dan data yang dianalisis
sebelum turun ke lapangan tidak boleh “menggiring” dan
“mengendali” peneliti selama dilapangan, seperti teori yang
digunakan dalam penelitian kuantitatif.

3.5.2 Analisa Selama di Lapangan

Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, sebelum


melakukan analisis dilapangan, dilakukan analisis sebelum ke
lapangan dengan Yusuf (2016) tujuan untuk mengantisipasi apakah
fokus atau topik penelitian akan terus dilanjutkan atau akan
diperbaiki karena berbagai pertimbangan yang sesensial, sangat
bermakna, dan fenomena yang mendesak untuk dicarikan
solusinya. Yusuf (2016) juga menambahkan selama proses analisis
lapangan berlangsung beberapa hal-hal yang dapat dilakukan
adalah:

1. Mengembangkan pertanyaan yang bersifat analisis


2. Sesi pengumpulan data dengan mengingat apa yang telah
dikumpulkan pada observasi terdahulu
3. Menulis banyak komentar pengamatan
4. Menulis memo tentang apa pelajaran yang didapat selama
dilapangan
5. Uji coba ide dan tema tentang subjek kepada informan
6. Memulai menjajaki kepustakaan semetara saudara masih
dilapangan
7. Bermainlah dengan metafora, analogi dan konsep
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Responded Rumah Susun Tambora

Setelah melewati beberapa proses pengumpulan data lapangan


dan menganalisis data, maka didapatlah profil dari penghuni pada rumah
susun tambora yang akan dinyatakan sebagai berikut:

Table 4. 1 Daftar Profil Hasil Wawancara


Sumber: Data Pribadi

No. Nama Warga Blok Lantai

1 Suherman B 2

2 Yuli B 2

3 Rapiah B 2

4 Ayi Umaya R. B 2

5 Irmayanti B 3

6 Rini B 2
7 Jumiarti B 3

8 Ida Rosida B 1
9 Armard B 1

10 Lia B 4

11 Ozi B 3
12 Teuku Sukma B 1

13 Ical B 1
14 Alfansyah B 4

15 Komarudin B 2

16 Husein B 1
17 Sudirman B 2

18 Dedi B 1
19 Jajang B 4

20 Mardi B 3
Tempat Tinggal Sebelumnya
40.00% 35.00%
30.00%
20.00%
20.00% 15.00%
10.00%
10.00% 5.00% 5.00% 5.00% 5.00%
0.00%
Tempat Tinggal Sebelumnya

Angke Jembatan 5 Jembatan Besi Bekasi


Jelambar Pluit Petamburan Krendang

Diagram 4. 1 Grafik responden sesuai dengan tempat tinggal asal


Sumber: Data Pribadi

Dari diagram 4.1 di atas adalah sampel yang peneliti dapatkan dari hasil
kuesioner responden, maka dapat terlihat bahwa penghuni rumah susun
tambora mayoritas dari warga Angke dengan presentase sebesar 35% (7
responden), warga dari daerah Jembatan Besi 20% (4 responden),
daerah Jembatan Lima 15% (3 responden), daerah Pluit 10% (2
responden) dan sisanya dari daerah Bekasi, Jelambar, Petamburan,
Krendang masing-masing 5% atau 1 responden dari setiap masing-
masing daerah.

Jenis Kelamin

40.00%
60.00%

Laki-laki Perempuan

Diagram 4. 2 Grafik responden berdasarkan jenis kelamin


Sumber: Data Pribadi

Pada diagram 4.2 diatas menjelaskan bahwa responden terbanyak


berjenis kelamin laki-laki yaitu dengan jumlah 60% (12 responden), dan
responden perempuan berjumlah 40% (8 responden).
Pekerjaan
30.00% 25.00% 25.00%

20.00% 15.00% 15.00%


10.00%
10.00% 5.00% 5.00%

0.00%

Buruh Ibu Rumah Tangga Ketua RT


Pedagang Wirausaha Wiraswasta
Security

Diagram 4. 3 Grafik responden berdasarkan pekerjaan


Sumber: Data Pribadi

Sebagian besar responden bekerja sebagai Buruh dan Ibu Rumah


Tangga sebesar 20% (5 responden), Pedagang dan Wiraswasta 15% (3
responden), Security 10% (2 responden), dan sisanya bekerja sebagai
Ketua RT dan Wirausaha sebesar 5% atau dari setiap profesi pekerjaan
memiliki 1 responden.

Umur
60.00%
45.00%
40.00% 35.00%
25.00%
20.00%
5.00%
0.00%

20-29 Tahun 30-39th 40-49th 50-59th

Diagram 4. 4 Grafik responden berdasarkan umur


Sumber: Data Pribadi

Pada grafik diagram 4.4 umur responden terbanyak berasal dari rata-rata
umur 30-39 tahun sebesar 45% (9 responden), diurutan selanjutnya ada
umur 40-49 tahun sebesar 35% (7 responden), umur 50-59 tahun sebesar
25% (5 responden), dan sisanya berumur 20-29 tahun sebesar 5% (1
responden).
Daerah Asal
60.00% 55.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
20.00%
10.00% 5.00% 5.00% 5.00% 5.00% 5.00%
0.00%

Jakarta Serang Tanggerang Tegal Indramayu Wonosobo Aceh

Diagram 4. 5 Grafik responden berdasarkan daerah asal


Sumber: Data Pribadi

Pada diagram grafik 4.5 Jakarta menjadi daerah asal terbanyak 55% (11
responden), sebab sebagian besar dari mereka adalah kelahiran Jakarta,
dan responden lain adalah Tanggerang 20% (4 responden), sisanya
seperti Serang, Tegal, Indramayu, Wonosobo, dan Aceh 5% atau masing-
masing mempunyai 1 responden dari setiap daerahnya.

Lama Tinggal
0.00%

15.00%

85.00%

< 2 Tahun 2-5 Tahun > 5 Tahun

Diagram 4. 6 Grafik responden berdasarkan lama tinggal


Sumber: Data Pribadi

Pada diagram grafik 4.6, kebanyakan penghuni yang menghuni rumah


susun tambora mayoritas penduduk lama. Waktu lamanya tinggal di
rumah susun rata-rata lebih dari 5 tahun 85% (17 responden) dan 2-5
tahun 15% (3 responden), dan tidak ada warga yang tinggal kurang dari 2
tahun di rumah susun tambura tersebut.
4.2 Analisa Wawancara Berdasarkan penghuni dan tempat (people-
place)

4.2.1 Minat tinggal di rumah susun

Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan


wawancara “Apakah yang membuat Bapak/Ibu untuk tinggal di rumah
susun tambora?”, hasil jawaban responden dibuat menjadi beberapa
kelompok, didapatkan hasil sebagai berikut:

Minat Tinggal di Rumah Susun


35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Faktor Kondisi Kondisi
Kenyam Jangkau
Keluarg Tempat Lingkun Jarak Harga
anan an
a Tinggal gan
Hasil Responden 29.63% 3.70% 14.81% 14.81% 11.11% 11.11% 14.81%

Diagram 4. 7 Grafik hasil responden minat tinggal di rumah susun


Sumber: Data Pribadi

Dari hasil jawaban responden rumah susun sebagian besar di


karenakan faktor kenyamanan di rumah susun itu sendiri 29.63% (8
responden), sebagian ada yang menjawab kondisi tempat tinggal,
lingkungan, dan harga sewa unit itu sendiri 14.81% (masing-masing 4
responden. Sedangkan yang menjawab jarak dan jangkauan 11.11%
(masing-masing jawaban 3 responden). Dan sisanya yang manjawab
karena faktor keluarga 3.70% (1 responden).

4.2.2 Tanggapan terhadap ruang komunal

Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan


wawancara “Bagaimana pendapat Bapa/Ibu terhadap ruang komunal
rumah susun tambora yang ada saat ini?”, hasil jawaban responden
dibuat menjadi beberapa kelompok, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tanggapan terhadap ruang komunal
45.00%
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Kurang Tidak
Berman Nyama Berfung
Bagus Berfung Terawa
faat n si
si t
Pendapat penghuni terhadap
26.09% 39.13% 4.35% 13.04% 13.04% 4.35%
ruang komunal

Diagram 4. 8 Grafik responden tentang tanggapan terhadap ruang komunal


Sumber: Data Pribadi

Dari hasil jawaban responden rumah susun sebagian besar di


karenakan faktor manfaatnya di rumah susun 39.13% (9 responden),
sebagian ada yang menanggapi ruang komunalnya bagus 26.09% (6
responden). Sedangkan yang menanggapi berfungsi dan kurang berfungsi
13.04% (masing-masing jawaban 3 responden. Sedangkan untuk yang
menjawab kurang berfungsi. Dan sisanya karena faktor kenyamanan dan
tidak terawat 4.35% (masing-masing 1 responden), seperti pada jawaban
mereka yaitu “Kayanya sih nyaman aja”, dan “Kurang bersih, keliatan
kayak kurang dirawat gitu”.

Berikut data yang di dapatkan berdasarkan dari hasil wawancara

Gambar 4. 1 Ruang Komunal yang dijadikan Majlis Talim


Sumber: Data Pribadi

Gambar 4. 2 Ruang Komunal yang dijadikan tempat menaruh barang


Sumber: Data Pribadi

4.2.3 Penggunaan Ruang Komunal Sesuai Fungsinya

Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan


wawancara “Apakah ruang komunal di rumah susun tambora digunakan
seagaimana mestinya?”, hasil jawaban responden dibuat menjadi
beberapa kelompok, didapatkan hasil sebagai berikut:

Penggunaan Ruang Komunal Sesuai Fungsinya


70.00%

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
Tidak Berfungsi
Berfungsi Secara Tidak Berfungsi Ragu-ragu
Maksimal
Fungsi Ruang Komunal 65.00% 25.00% 5.00% 5.00%

Diagram 4. 9 Grafik responden tentang penggunaan ruang komunal sesuai fungsinya


Sumber: Data Pribadi
Dari hasil jawaban responden rumah susun sebagian besar
responden menjawab sudah berfungsi 65.00% (13 responden). Ada yang
menjawab tidak berfungsi secara maksimal 25.00% (5 responden). Dan
sisanya menjawab tidak berfungsi sama sekali dan ragu-ragu 5.00%
(masing-masing memiliki 1 responden), seperti pada jawaban mereka
yaitu “Ya gitu deh”, dan “Kayanya masih sesuai sih, gak pernah pake”.

Gambar 4. 3 Kegiatan Pengajian di Ruang Komunal


Sumber: Data Pribadi

Gambar 4. 4 Kegiatan Bermain Anak-anak di Ruang Komunal


Sumber: Data Pribadi

4.2.4 Penggunaan Ruang Komunal Ketika Tidak Ada Aktivitas

Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan


wawancara “Pada saat tidak ada aktivitas apapun, ruang komunal
tersebut biasanya digunakan untuk apa?”, hasil jawaban responden dibuat
menjadi beberapa kelompok, didapatkan hasil sebagai berikut:
Penggunaan Ruang Komunal Ketika Tidak Ada Aktivitas
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Bermain Tidak Ada Acara Menaruh
Ibadah
Anak-anak Kegiatan Keluarga Barang
Kegunaan saat tidak ada aktivitas 37.04% 40.74% 3.70% 11.11% 7.41%

Diagram 4. 10 Grafik responden tentang penggunaan ruang komunal ketika tidak ada
aktivitas
Sumber: Data Pribadi

Dari hasil jawaban responden rumah susun, kegunaan ruang komunal


saat tidak ada aktivitas sangat beragam. Yang paling banyak dilakukan
adalah untuk bermain anak-anak 40.74% (11 responden). Untuk kegiatan
ibadah 37.04% (10 responden). Untuk acara keluarga 11.11% (3
responden). Sedangkan sisanya responden menjawab untuk menaruh
barang-barang 7.41% (2 responden). Dan tidak ada kegiatan 3.70% (1
responden).

4.2.5 Tanggapan Kondisi Ruang Komunal

Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan


wawancara “Apakah menurut Bapak/Ibu ruang komunal di rumah susun
sudah cukup baik atau perlu ada yang diperbaiki? Mengapa?”, hasil
jawaban responden dibuat menjadi beberapa kelompok, didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tanggapan Kondisi Ruang Komunal
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Sudah Cukup Perlu
Tidak Rapih
Baik Diperbaiki
Perlu atau tidak adanya
14.29% 71.43% 14.29%
perbaikan

Diagram 4. 11 Grafik responden tentang tanggapan kondisi ruang komunal


Sumber: Data Pribadi

Dari hasil jawaban responden rumah susun, pendapat tentang tanggapan


kondisi ruang komunal di rumah susun, sebagian besar mengatakan
ruang komunal di rumah susun sudah cukup baik 71.43% (15 responden).
Dan sisanya perlu diperbaiki dan tidak rapih 14.29% (masing-masing 3
responden).

4.3 Analisa Wawancara Berdasarkan penghuni dan aktivitas (people-


activity).

4.3.1 Intensitas Kegiatan Yang Dilakukan Dengan Penghuni


Lainnya

Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan


wawancara “Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kegiatan dengan
penghuni lain?”, hasil jawaban responden dibuat menjadi beberapa
kelompok, didapatkan hasil sebagai berikut:

Intensitas Kegiatan Yang Dilakaukan Dengan Penghuni Lainnya


60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Sering Jarang Tidak Pernah
Melakukan Kegiatan dengan
35.00% 50.00% 15.00%
Penghuni Lain
Diagram 4. 12 Grafik responden tentang intensitas kegiatan yang dilakukan dengan
penghuni lainnya
Sumber: Data Pribadi

Dari hasil jawaban responden rumah susun kebanyakan menjawab


jarang melakukan kegiatan dengan penghuni lain yaitu 50% (10
responden). Setelahnya ada yang menjawab sering yaitu 35% (7
responden. Dan mereka yang menjawab tidak pernah melakukan kegiatan
dengan penghuni lain 15% (3 responden Jenis Kegiatan Yang Dilakukan
Penghuni.

Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan


wawancara “Kegiatan apa saja yang dilakukan Bapak/Ibu di rumah
susun?”, hasil jawaban responden dibuat menjadi beberapa kelompok,
didapatkan hasil sebagai berikut:

Jenis Kegiatan Yang Dilakukan Penghuni


40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Acara
Tidak Ada
Berdagang Arisan Mengobrol Mengaji Ulang Lain-lain
Kegiatan
Tahun
Sales 7.69% 7.69% 23.08% 11.54% 7.69% 7.69% 34.62%

Diagram 4. 13 Grafik responden terhadap jenis kegiatan yang dilakukan penghuni


Sumber: Data Pribadi

Dari hasil jawaban responden rumah susun mempunyai kegiatan


yang berbeda-beda setiap penghuni, dari yang terbanyak yaitu kegiatan
lain-lain yang di dalam nya banyak berbagai macam kegiatan dan hanya
memiliki masing-masing 1 responden yang mempunyai jawaban tersebut
yaitu 34.62% (9 responden. Dan kegiatan mengobrol 23.08% (6
responden). Selanjutnya ada kelompok jawaban Mengaji 11.54% (3
responden) Serta sisanya menjawab berdagang, arisan, acara ulang
tahun, sampai yang tidak mempunyai kegiatan yaitu 7.69% (masing-
masing 2 responden).

4.3.2 Waktu Terjadinya Kegiatan Dengan Penghuni Lain

Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan


wawancara “Kapan saja terjadinya kegiatan dengan penghuni lain terjadi?
Mengapa?”, hasil jawaban responden dibuat menjadi beberapa kelompok,
didapatkan hasil sebagai berikut:

Waktu Terjadinya kegiatan Dengan Penghuni Lain


60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Setiap Tidak Ada
Tidak Tentu Setiap Hari Setiap Bulan
Minggu Kegiatan
Waktu Aktivitas Penghuni 54.55% 18.18% 9.09% 13.64% 4.55%

Diagram 4. 14 Grafik responden terhadap waktu terjadinya kegiatan dengan penghuni


lain
Sumber: Data Pribadi

Dari hasil jawaban responden rumah susun dari segi waktu


terjadinya kegiatan dengan penghuni lain yang mempunyai jawaban tidak
tentu 54.55% (12 responden). Sedangkan yang menjawab setiap hari
yaitu 18.18% (4 responden). 2 responden menjawab jawaban yang sama.
Yang menjawab setiap minggu 9.09% (2 responden). Yang menjawab
setiap bulan 13.64% (3 responden). Dan tidak ada yang mempunyai
kegiatan 4.55% (1 responden).
4.4 Analisa Wawancara Berdasarkan aktivitas dan tempat (activity-
place).

4.4.1 Intensitas Kegiatan di Ruang Komunal

Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan


wawancara “Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kegiatan di ruang
komunal?”, hasil jawaban responden dibuat menjadi beberapa kelompok,
didapatkan hasil sebagai berikut:

Intenstas Kegiatan di Ruang Komunal


50.00%
45.00%
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Sering Jarang Tidak Pernah
Waktu Kegiatan di Ruang
15.00% 45.00% 40.00%
Komunal

Diagram 4. 15 Grafik responden yang melakukan kegiatan di ruang komunal


Sumber: Data Pribadi

Dari hasil jawaban responden rumah susun, rata-rata penghuni


jarang melakukan kegiatan di ruang komunal 45.00% (9 responden),
Sedangkan yang tidak pernah melakukan kegiatan di ruang komunal
40.00% (8 responden). Dan yang sering melakukan kegiatan 15.00% (3
responden).

4.4.2 Tanggapan Pentingnya Ruang Komunal di Rumah Susun

Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan


wawancara “Menurut Bapak/Ibu seberapa penting ruang komunal di
rumah susun? Mengapa?”, hasil jawaban responden dibuat menjadi
beberapa kelompok, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tanggapan Pentingnya Ruang Komunal di Rumah
Susun
100.00%

80.00%
AXIS TITLE

60.00%

40.00%

20.00%

0.00%
Penting Ragu-ragu
Pentingnya Ruang Komunal 95.00% 5.00%

Diagram 4. 16 Grafik responden terhadap tanggapan pentingnya ruang komunal


Sumber: Data Pribadi

Dari hasil jawaban responden rumah susun menjawab ruang


komunal, sangat pentingnya ruang komunal 95.00% (19 responden). Dan
yang menjawab ragu-ragu 5.00% (1 responden).

4.4.3 Waktu Penggunaan Ruang Komunal oleh Penghuni

Berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan


wawancara “Kapan ruang komunal tersebut digunakan oleh
penghuninya?”, hasil jawaban responden dibuat menjadi beberapa
kelompok, didapatkan hasil sebagai berikut:

Waktu Penggunaan Ruang Komunal oleh Penghuni


45.00%
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Tidak Setiap Seminggu Tidak
Sering Jarang
Tentu Hari Sekali Pernah
Waktu Ruang Komunal
42.31% 23.08% 11.54% 3.85% 15.38% 3.85%
Digunakan

Diagram 4. 17 Grafik responden terhadap waktu penggunaan ruang komunal oleh


penghuni
Sumber: Data Pribadi
Dari hasil jawaban responden rumah susun dari segi waktu ruang
komunal digunakan, sebagian besar responden menjawab ruang komunal
digunakan untuk kegiatan-kegiatan bersama tidak dapat ditentukan,
42.31% (11 responden), kemudian yang menjawab sering 23.08% (6
responden. Berikutnya responden menjawab jarang untuk waktu
penggunaannya 15.38% (4 responden). Selanjutnya ada jawaban setiap
hari yaitu 11.54% (3 responden) Serta ada jawaban seminggu sekali dan
tidak pernah menggunakannya masing-masing 3.85% (masing-masing 1
responden).
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Analisis wawancara berdasarkan People-Place, People-Activity,


Place-Activity dari ketiga analisis tersebut didapatlah ruang-ruang yang
serng dijadikan tempat untuk berinteraksi antar warga. Pola ruang
bersama yang berhasil dibangun merupakan pola-pola dengan intensitas
tinggi yang dipengaruhi oleh parameter kegiatan yang informal dengan
frekuensi jam-harian. Adapun ruang bersama yang digunakan yaitu ruang
bersama yang direncanakan dan ruang bersama yang tidak direncanakan.
Ruang bersama yang direncanakan adalah Ruang Aula perlantai.
Sedangkan ruang bersama yang tidak direncanakan seperti di depan unit
antar koridor, karena faktor banyaknya barang-barang perabot yang
diletakkan di ruang aula tersebut, ataupun karena faktor ruang aula yang
dimanfaatkan penghuni menjadi 1 ruangan tertentu, sehingga beberapa
warga enggan untuk melakukan interaksi di ruang yang telah disediakan.

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner dan wawancara dengan


20 orang responden, meyatakan bahwa ruang komunal atau yang sering
mereka sebut dengan aula perlantai tersebut pemanfaatan ruang komunal
tersebut banyak dilakukan aktivitas pada malam hari, sebab pada saat
siang hari cenderung beristirahat dan berdiam diri dirumah, sedangkan
untuk laki-laki sedang bekerja. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
ruang komunal tersebut, didominasi oleh kegiatan seperti untuk bermain
anak-anak, dan kegiatan pengajian.

5.2 Rekomendasi

Sesuai dengan hasil penelitian, ruang bersama yang diharapkan nantinya


dapat memenuhi kebutuhan warga rumah susun tambora. Sehingga
menjadikan ruang bersama yang lebih hidup. Ruang bersama tidak hanya
ruangan yang sekadar kosong melompong atau sekedar di taruh barang-
barang. Bisa saja dijadikan fungsi yang berbeda-beda sesuai karakter
penghuni tiap lantainya. ruang bersama harus di tata dan diberikan
fasilitas pendukung seperti tempat duduk. Karena warga yang tinggal
ditempat tersebut dari kalangan ekonomi kebawah sehingga cukup sulit
untuk mengisi ruang bersama yang hanya diberikan kosong melompong.

Anda mungkin juga menyukai