Anda di halaman 1dari 7

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM KEHIDUPAN POLITIK

DAN SEBAGAI IDEOLOGI DALAM PERGAULAN INDONESIA

DENGAN DUNIA INTERNASIONAL

Makalah

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Oleh:

SUHARSIH

A410080056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2011
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai ideology dalam kehidupan politik tentunya yang
dimaksudkan adalah bagaimana peran dan fungsi Pancasila sebagai landasan dan
sekaligus tujuan dalam kehidupan politik bangsa kita. Dalam proses pembangunan
politik kita sekarang ini permasalahan kita sekaran adalah bagaimana
mentransformasikan system politik kita yang ada dan berlaku menjadi system
politik demokrasi Pancasila yang handal. Dengan begitu system politik demokrasi
Pancasila kita itu akan terus berkembang bersamaan dengan perkembangan
jatidirinya yang terkandung dalam hakikat ideology yang mendasari dan menjadi
tujuannya.
Kehidupan bernegara tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh Negara lain, baik
dari sosial kehidupan dan kebudayaannya. Ideology Pancasila mungkinkah dapat
dibawa keluar negeri dan dipergunakan oleh Negara lain? kalau maksud
membawa Pancasila keluar negeri kedalam pergaulan bangsa-bangsa lain itu
hanya sekedar untuk menjelaskan Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia dan
dasar Negara kita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideology dalam kehidupan
politik?
2. Apa yang perlu diperhatikan dalam membawa Pancasila sebagai ideologi
dalam pergaulan Indonesia dengan dunia internasional?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan Politik


Relevansi Pancasila sebagai ideology dalam kehidupan politik bangsa kita
antara lain terletak pada kualitas yang terkandung di dalam dirinya. Secara ringkas
dan sederhana hal-hal yang berkaitan dengan relevansi Pancasila sebagai ideology
dalam kehidupan politik bangsa. Suatu ideology perlu mengandung tiga dimensi
penting di dalam dirinya agar supaya ia dapat memlihara relevansinya yang
tinggi/kuat terhadap perkembangan aspirasi masyarakatnya dan tuntutan
perubahan zaman. Kehadiran ketiga dimensi yang saling berkaitan, saling mengisi
dan saling memperkuat itu akan menjadikannya suatu ideology yang kenyal dan
tahan uji dari masa ke masa. Ketiga dimensi itu adalah: (1) dimensi realita, (2)
dimensi idealism, dan (3) dimensi fleksibilitas (pengembangan).
Ditinjau dari segi dimensi realita,ideology itu mengandung makna bahwa
nilai-nilai dasar yang terkandung didalam dirinya bersumber dari nilai-nilai dasar
yang riil hidup di dalam masyarakat, terutama pada waktu ideology itu lahir,
sehingga meraka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar
itu adalah milik mereka bersama. Dilihat dari segi idealisme, suatu ideology perlu
mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui idealisme atau cita-cita yang
terkandung dalam ideology yang dihayati suatu masyarakat atau bangsa
mengetahui ke arah mana mereka ingin membangun kehidupan bersama mereka.
Oleh karena itu dalam suatu ideology yang tangguh biasanya terjalin perkaitan
yang saling mengisi dan saling memperkuat antara dimensi realita dan dimensi
idealisme yang terkandung didalamnya. Dimensi fleksibilitas atau dimensi
pengembangan hanya mungkin dimiliki secara wajar dan sehat oleh suatu
ideology yang terbuka atau ideology yang demokratis, karena ideology yang
terbuka atau demokratis justru menemukan, meletakkan atau bahkan
mempertaruhkan relevansi atau kekuatannya pada keberhasilannya merangsang
masyarakatnya untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru tentang nilai-
nilai dasar yang terkandung di dalamnya.
Ditinjau dari segi politik. Hakikat demokrasi adalah bahwa kedaulatan atau
kekuasaan berada ditangan rakyat. Dalam mewujudkan kedaulatan rakyat itu
berbagai mesyarakat atau bangsa memperlihatkan berbagai macam paham yang
melandasinya, serta gaya, proses dan prosedur dalam pelaksanaannya. Dalam hal
ini sejauh Negara dapat saja menyatakan dirinya demokratis, seperti Negara-
negara fasis dan komunis, tetapi sebenarnya tidaklah demokratis. Mereka
mengalami kebobrokan paham individualism yang melahirkan liberalisme,
kapitalisme, kolonialisme dan imperialism barat itu. Berbeda dengan Negara kita,
sebagaimana diketahui bagi bangsa kita dalam system politik demokrasi pancasila
yang sedang kita bangun ini hukum juga sangat esensi. Negara demokrasi kita
juga adalah identik dengan Negara hokum. Ada satu persamaan antara demokrasi
Pancasila dengan demokrasi liberal yaitu dalam kedua corak demokrasi ini
terkandung hakikat yang sama pula, yaitu bahwa kedaulatan atau kekuasaan
berada di tangan rakyat. Tetapi diantara keduanya ada perbedaan yang paling
mendasar yaitu terletak pada paham yang melandasi pemikirannya. Kalau
demokrasi liberal bersumber pada paham individualism, sedangkan demokrasi
pancasila lahir dari paham integralistik itu berasal dari pengalaman sejarah dan
perkembangan pemikiran bangsa kita yang kemudian disimpulkan menjadi
landasan pemikiran Pancasila dan UUD 1945 oleh para perumusnya.

B. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Pergaulan Indonesia Dengan Dunia


Internasional
Pembahasan Pancasila sebagai ideology dalam pergaulan Indonesia dengan
internasional tidak mempersoalkan karakteristik Pancasila sebagai ideology dan
akan memngemukakan persoalan-persoalan pokok apa yang harus diperhatikan
apabila kita mau membawa Pancasila ke dalam pergaulan Indonesia dengan dunia
internasional.
1. Maksud daripada penampilan Pancasila dalam pergaulan dengan bangsa
lain
Pokok masalah ini mengandung dua persoalan yang tersangkut dengan dua
kemungkina cara kita menampilkan Pancasila dalam pergaulan dengan bangsa
lain yaitu:
a. Menampilkan Pancasila diluar negeri sebagi filsafat hidup, bermasyarakat
dan bernegara bangsa Indonesia untuk meyakinkan bangsa lain atau lebih
jauh lagi membuat mereka menerima Pancasila sebagai pedoman hidup
mereka.
b. Menjelaskan Pancasila sebagai falsafah hidup, filsafat bermasyarakat dan
bernegara berbangsa Indonesia tanpa ada maksud tersebut diatas.
2. Cara menjelaskan Pancasila
Dalam kita menjelaskan Pancasila kepada masyarakat luar negeri, diperlukan
secara mutlak dua hal: (1) kita sendiri harus yakin akan kebenaran Pancasila; dan
(2) kita harus dapat mengetahui apa yang menjadi permasalahan bagi pihak yang
kita ajak berdialog dalam menerima penjelasan kita memang Pancasila itu.
3. Kaitan usaha demikian dengan azas-azas atau prinsip pergaulan antara
bangsa yang merdeka dan beradab
Sebagai anggota PBB kita terikat pada piagam PBB yang mengandung
prinsip-prinsip pergaulan antara bangsa yang menjunjung tinggi kedaulatan,
integritas territorial, kemerdekaan setiap bangsa atas dasar sama derajat dengan
tidak memperhatikan besar kecilnya Negara. PBB juga menganut azas
universality, non-interference dan larangan menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan. Prinsip-prinsip dalam Piagam PBB ini sama dengan prinsip-prinsip
Dasa Sila Bandung dan 5 prinsip hidup berdampingan secara damai yang mulai
dikembangkan oleh India di ppertengahan tahun 40-an dengan istilah Panchaseel.
Panchaseel India tidak sama dengan Pancasila Indonesia.
4. Pengaruh dan dampakproyeksi Pancasila ke luar terhadap bangsa-bangsa
lain
Dalam usaha menjelaskan Pancasila itu dalam pergaulan Indonesia dengan
dunia internasional, mau tidak mau mempunyai pengaruh atau dampak bagi kita
sendiri. Dampak dan pengaruh bagi kita sendiri daripada usaha kita
memproyeksikan Pancasila ke luar dalam pergaulan kita dengan bangsa-bangsa
lain, itu bermanfaat bagi kita sendiri. Didalam pertukaran pikiran dengan bangsa
lain itu, kita banyak juga belajar dan mengkaji kembali cara kita memikirkan dan
berfikir tentang Pancasila.
5. Dengan adanya pengaruh timbal balik antara Pancasila dengan pemikiran-
pemikiran yang ada di luar masyarkat dan bangsa kita, dan konsekwensi bahwa
proyeksi Pancasila ke luar demikian ada manfaatnya bagi kita sendiri, adalah
perkembangan Pancasila yang tidak terisolir dari apa yang hidup di dunia luar
yang luas demikian adalah bahwa Pancasila sebagai falsafah hidup, bermasyarakat
dan bernegara dengan pertukaran timbal balik demikian bertambah kuat. Pancasila
bertambah kuat juga ke luar karena pengertian yang kemudian tertanam di dunia
internasional tentang Pancasila sebagai filsafat hidup, bermasyarakat dan
bernegara itu mau tidak mau menjadikannya sebagi suatu filsafat yang diakui
masyarakat internasional.
BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian didalam Bab Pembahasan diatas telah membahas masalah


Pancasila sebagai ideology dalam kehidupan politik dan sebagai ideology dalam
pergaulan Indonesia dengan dunia Internasional. Pembahasan pertama kita
mencoba memahami kualitas yang terkandung dalam Pancasila sebagai suatu
ideology, dari situ sampai kesimpulan bahwa Pancasila memiliki tiga dimensi
yang diperlukannya untuk menjadi suatu ideology yang relevan dari zaman ke
zaman bagi bangsa kita. Sesudah itu juga membahas posisi komparatif terhadap
ideology-ideology lain, yang membawa pada kesimpulan bahwa persamaan dan
perbedaannya dengan ideology-ideologi lain itu menempatkannya sebagai
ideology yang paling pas atau terbaik bagi bangsa Indonesia.
Pembahasan Pancasila sebagai ideology dalam pergaulan Indonesia dengan
internasional tidak mempersoalkan karakteristik Pancasila sebagai ideology dan
akan memngemukakan persoalan-persoalan pokok apa yang harus diperhatikan
apabila kita mau membawa Pancasila ke dalam pergaulan Indonesia dengan dunia
internasional.
a. Maksud daripada penampilan Pancasila dalam pergaulan dengan bangsa
lain
b. Cara menjelaskan Pancasila ke dunia Internasional
c. Kaitan usaha demikian dengan azas-azas atau prinsip pergaulan antar
bangsa yang merdeka dan beradab
d. Pengaruh dan dampak proyeksi Pancasila ke luar terhadap bangsa-bangsa
lain
e. Adanya pengaruh timbale-balik antara Pancasila dengan pemikiran-
pemikiran yang ada di luar masyarakat dan bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai