Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang pertama, utama dan terbaik pada

awal usia kehidupan bayi yang bersifat alamiah. ASI ibarat emas yang diberikan gratis

oleh Tuhan karena ASI adalah cairan hidup yang dapat menyesuaikan kandungan zatnya

yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi (Firmansyah dkk., 2012).

Pada Pekan ASI sedunia Agustus 2008, The World Alliance For BreastFeeding

Action (WABA) memilih tema Mother Support: Going For the Gold. Makna tema tersebut

adalah suatu gerakan untuk mengajak semua orang meningkatkan dukungan kepada ibu

untuk memberikan bayi-bayi mereka makanan yang berstandar emas yaitu ASI yang

diberikan eksklusif selama enam bulan pertama dan melanjutkan ASI bersama makanan

pendamping ASI lainnya yang sesuai sampai bayi berusia dua tahun atau lebih (Robiwala

Met al., 2012).

Maksud ASI eksklusif disini adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan

tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih dan makanan padat seperti

pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir hingga bayi umur 6

bulan (Sugiarti dkk., 2011). Dahulu pemberian ASI eksklusif berlangsung sampai bayi

berusia 4 bulan, namun belakangan sangat n agar ASI eksklusif diberikan sampai anak

berusia 6 bulan. Seiring hasil kajian WHO juga, Menteri Kesehatan melalui Kepmenkes RI

No.450/MENKES/IV/2004 menetapkan perpanjangan pemberian Air Susu Ibu secara

eksklusif dari yang semula 4 bulan menjadi 6 bulan (Sugiarti dkk., 2011).

Jika dilihat standar pencapaian ASI eksklusif yang ditargetkan dalam pembangunan

nasional dan strategi nasional program peningkatan cakupan pemberian ASI sebesar 80%.

1
Menurut World Health Organisation (WHO) dahulu pemberian ASI eksklusif berlangsung

sampai usia 4 bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI eksklusif diberikan

sampai anak usia 6 bulan (Firmansyah dkk., 2012). Namun demikian angka ini sangat sulit

untuk dicapai bahkan tren prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun menurun. Data

survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007, memperlihatkan terjadinya

penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40.2% pada tahun 1997 menjadi 39.5% dan 32 %

pada tahun 2003 dan 2007 . Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia

pada tahun 2009 mencapai angka 34,3%. Berdasarkan profil kesehatan 2014 Makassar,

cakupan ASI eksklusif periode tahun 2014 sedikit meningkat kira-kira 68,1%, namun

peningkatan ini masih dikategorikan rendah. Hasil cakupan ini dipengaruhi oleh begitu

banyak faktor diantaranya adalah kurang pengetahuan dari ibu tentang bagaimana

mengoptimalkan manfaat menyusui bagi kesehatan.

Menurut penelitian Rohani dkk (2007) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

ibu sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif, hal iniditunjukkan akan terjadi

peningkatan pemberian ASI eksklusif jika disertai dengan peningkatan pengetahuan

tentang ASI eksklusif (Sugiarti dkk., 2011). Menurut penelitian, ibu yang tidak

memberikan ASI eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD dan berstatus sebagai

pekerja lepas atau buruh. Selain itu 13,33% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif

masih mengemukakan ASI tidak bermanfaat terhadap bayinya serta 23,02% masih

membuang kolostrumnya (Firmansyah dkk., 2012).

Praktik pemberian ASI harus dipraktikkan pada seluruh lapisan masyarakat di seluruh

dunia untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepentingan ASI. Masih rendahnya angka

pencapaian ASI eksklusif tentu saja perlu mendapat perhatian karena berkontribusi

terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia di masa mendatang serta berdampak

2
pula terhadap tingginya angka kesakitan maupun angka kematian. Dengan adanya

fenomena mengenai masih rendahnya prevalensi ASI eksklusif oleh ibu menyusui di

wilayah kerja Puskesmas di Makassar, serta adanya faktor presdiposisi terutamanya

pengetahuan yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui, maka

peneliti ingin melakukan penelitian lebih mendalam. Berdasarkan permasalahan tersebut,

peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian hubungan antara pengetahuan ibu

terhadap pemberian ASI eksklusif untuk perkembangan bayi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan

ibu terhadap pemberian ASI eksklusif untuk perkembangan bayi di tingkat Puskesmas

Ayamaru Distrik Ayamaru Kabupaten Maybrat.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu-ibu terhadap

pemberian ASI eksklusif untuk perkembangan bayi di tingkat Puskesmas Ayamaru Distrik

Ayamaru Kabupaten Maybrat..

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif.

1.3.2.2 Menentukan hubungan antara tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang kepentingan

ASI eksklusif untuk perkembangan bayi di tingkat Puskesmas Ayamaru Distrik

Ayamaru Kabupaten Maybrat..

3
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat terutamanya kaum ibu mengenai ASI,

sehingga ibu mau dan bersedia untuk memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif

dan dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun.

1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai masukan bagi puskesmas Ayamaru Distrik Ayamaru Kabupaten Maybrat.

dan tenaga ahli untuk menyarankan agar ibu memberikan ASI secara eksklusif serta

menjelaskan manfaat pemberian ASI terhadap ibu dan bayinya.

1.4.3 Bagi Peneliti

Sepanjang penelitian ini dilakukan dapat menjadi pengalaman yang berharga

dalam rangka menambah wawasan keilmuan serta pengembangan diri peneliti khususnya

dibidang penelitian lapangan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberian ASI eksklusif

2.1.1 Pengertian Pemberian ASI Eksklusif

ASI adalah air susu ibu yang mengandung nutrisi optimal, baik kualitas dan

kuantitasnya. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makanan bayi yang terbaik.

ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi

bayi pada 6 bulan pertama. Pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan pendamping

apapun sering disebut ASI eksklusif (Roesli, 2008).

ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6

bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain kecuali obat, vitamin dan mineral.

Sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun bahkan lebih dari 2 tahun.

Praktik pemberian ASI telah dilakukan di seluruh lapisan masyarakat di seluruh

dunia(Hargono R, 2014).

Upaya peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI) telah disepakati secara global.

WHO dan UNICEF dengan Deklarasi Innocenti (September 1990) dan Konferensi Puncak

untuk anak (September 1991) menetapkan bahwa untuk i status kesehatan ibu dan anak

yang optimal, semua wanita harus dapat

kan ASI saja sampai bayi berusia 4-6 bulan. ( Susilaningsih I, 2013)

Pemberian ASI eksklusif pada bayi meliputi beberapa hal. Antaranya, tindakan ASI

eksklusif diberikan setelah bayi dilahirkan dengan segera yaitu dalam waktu ½ jam-1 jam

(memberikan kolostrum yaitu ASI yang keluar pada hari-hari pertama). ASI juga diberikan

sesuai kemauan bayi tidak kira pagi, siang dan malam. Makanan dan minuman tambahan

5
seperti air kelapa, air tajin, air teh, madu dan pisang juga tidak dibutuhkan pada seawal

usia ini.

2.1.2 Kandungan ASI

Komposisi ASI dari satu ibu berbeda dengan komposisi ASI ibu yang lain dan turut

berbeda dari hari ke hari. Komposisi zat dalam ASI antara lain 88,1% air, 3,8 % lemak, 7%

laktosa, 0,9% protein, serta 0,2% zat lainnya yang berupa DHA, DAA, shpynogelindan zat

gizi lainnya. ASI mengandung zat protektif yang diperlukan bagi perkembangan bayi.

a) Lemak ASI

Lemak ASI merupakan komponen ASI yang dapat berubah–ubah kadarnya. Kadarnya

bervariasi sesuai kebutuhan kalori bayi yang sedang membesar. ASI mengandung

enzim lipase untuk mencerna lemak. Lemak ikatan panjang seperti omega 6, omega 3,

DHA dan DAA merupakan komponen penting untuk pertumbuhan otak bayi. Pada

pertumbuhan otak yang cepat maka diperlukan kolesterol yang cukup tinggi sehingga

kolesterol berfungsi meningkatkankan otak bayi. Komposisi kolesterol dalam ASI

tergolong tinggi jika gkan dengan susu sapi (Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina, 2002).

b) Karbohidrat ASI

ASI mengandung laktosa kira-kira 20-30% yaitu merupakan karbohidrat utama

ASI. Laktosa juga dibutuhkan untuk pertumbuhan otak disamping penting untuk

pertumbuhan tulang karena meningkatkan penyerapan kalsium. Bukan itu sahaja,

laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus baik. Laktosa oleh fermentasi

akan diubah menjadi asam laktat yang dapat memberikan suasana asam di dalam usus

bayi, sekali gus turut menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.

6
c) Protein ASI

Secara umumnya, protein merupakan bahan utama untuk proses pertumbuhan.

Susu sapi dan ASI kedua-duanya mengandung 2 macam protein utama, yaitu whey dan

casein. Whey adalah protein yang halus, lembut dan mudah dicerna. Sedangkan casein

adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal dan sukar dicerna oleh usus bayi.

Protein yang utama dalam ASI adalah whey dan protein yang utama dalam susu sapi

adalah casein. Hal ini ditunjukkan melalui rasio whey dan casein pada ASI adalah

sebanyak 60:40. Protein yang istimewa yang terdapat pada ASI tetapi tidak ada dalam

susu sapi adalah taurin. Taurin adalah protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

otak syaraf dan retina (Marie, 1999).

d) Vitamin dan mineral ASI

Vitamin dapat dipenuhi dari ASI sekiranya makanan ibu seimbang. Vitamin A, D,

E, K sangat bermanfaat bagi tubuh. Vitamin A di dalam ASI berfungsi untuk kesehatan

mata, membantu dalam pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Vitamin D

sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit tulang. Vitamin E untuk ketahanan dari

dinding eritrosit, banyak didapatkan terutama pada kolostrum dan ASItransisi awal.

Jadi sekiranya terjadi defisiensi vitamin E menyebabkan anemia atau kekurangan

darah. Vitamin K pula dibutuhkan tubuh karena fungsinya sebagai faktor pembekuan.

Kebiasaanya, pada semua bayi baru lahir dianjurkan untuk dilakukan pemberian

vitamin K sebanyak 1 mg secara parenteral pada bayi yang akan diberi ASI. Mineral

juga terkandung di dalam ASI yang memiliki kualitas yang lebih baik dibanding

mineral terkandung dalam susu formula. Terdapat beberapa mineral di dalam ASI,

salah satunya adalah kalsium. Walaupun kadar kalsium sedikit, namun kalsium ASI ini

mudah diserap sehingga cukup memenuhi kebutuhan bayi. Berbeda dengan susu sapi

7
yang tingkat penyerapannya lebih kecil, sehingga kasus kekurangan kadar kalsium

darah dan kejang otot lebih banyak ditemui pada bayi yang mendapatkan susu formula

dibanding ASI. Kalsium berfungsi untuk membantu pertumbuhan jaringan otot dan

rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Selain itu, zat besi juga

terkandung sedikit dalam ASI, namun pada bayi yang lahir cukup bulan simpanan besi

ASI cukup untuk sampai usia 6 bulan pertama. Jadi bayi yang sumsi ASI mempunyai

resiko yang lebih kecil untuk mengalami an zat besi. Seterusnya, kadar zink dalam ASI

juga tidak sebanyak dalamsusu formula tetapi memiliki tingkat penyerapan yang lebih

baik dibanding zink susu formula. (IDAI, 2008)

2.1.3 Manfaat ASI

a) Bagi ibu

Apabila ibu menyusui bayi segera setelah dilahirkan, maka dapat membantu

meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi, serta mengurangi kemungkinan

terjadinya pendarahan setelah melahirkan (post partum). Pada ibu menyusui terjadi

peningkatan oksitosin yang berguna juga untuk kontraksi atau penutupan pembuluh

darah, sehingga pendarahan akan lebih cepat berhenti. Selain itu, pemberian ASI juga

dapat melindungi kesehatan ibu seperti mengurangi risiko kanker payudara dan indung

telur, serta mengurangi anemia. Seterusnya, pemberian ASI juga dapat membantu

mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana saja, ekonomis,

murah dan menghemat waktu. (Depkes. R.I., 2004).

b) Bagi bayi

ASI merupakan makanan ideal dan terbaik bagi bayi. ASI berfungsi sebagai

imunitas dengan mengurangi risiko diare, infeksi jalan nafas, alergi dan infeksi

8
lainnya. Dari aspek psikologis, pemberian ASI eksklusif dapat mempereratkan

hubungan ibu dan bayi, meningkatkan status mental dan intelektual.

c) Bagi keluarga

Keuntungan bagi keluarga dapat berupa peningkatan status kesehatan dan gizi

ibu berserta bayinya, disamping mampu menyebabkan penghematan biaya.

d) Bagi masyarakat

Tindakan ini sangat berkontribusi untuk pengembangan ekonomi dan

menghemat sumber dana yang terbatas.

e) Bagi perusahaan

Dapat menghemat pengobatan, meningkatkan produktivitas kerja

dan meningkatkan citra perusahaan.

2.1.4 Penggolongan ASI

a) Kolostrum

Kolostrum merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4.

Walaupun volume kolostrum sangat sedikit kira-kira 150-300 ml setiap 24 jam, namun

kolostrum mengandung protein dan zat anti infeksi sebanyak 10-17 kali lebih banyak

dibanding ASI mature. Sedangkan kadar karbohidarat, lemak dan total kalori lebih

rendah dibandingkan dengan ASI mature. Oleh karena itu, kolostrum ini harus

diberikan pada bayi (Roesli, 2004).

b) ASI transisi/peralihan

ASI yang keluar setelah kolostrum, yaitu setelah hari ke-4 smpai dengan hari

ke-14. Pada stase ini kadar protein semakin turun, sedangkan kadar karbohidrat dan

lemak meningkat. Pada saat bersamaan volume juga semakin meningkat (Roesli,

2004).

9
c) ASI mature

ASI yang keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya dan komposisi relatif konstan.

ASI merupakan makanan satu-satunya paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur

6 bulan untuk ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup. (Roesli dkk, 2005)

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

1) Predisposing Factors

Faktor-faktor yang mendahului perilaku yang memberikan dasar rasional

dan motivasi untuk perilaku tersebut.

a) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca

indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan

persepsi dan seseorang, pengetahuan juga membentuk kepercayaan seseorang

serta

b) Pekerjaan

Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI eksklusif pada

bayi karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI pun

berkurang. Dalam lingkungan pekerjaan, di mana tempat ibu bekerja tidak

mendukung apabila ibu memberikan ASI eksklusif nantinya akan mengganggu

produktivitas dalam bekerja. Ibu yang bekerja akan mengalami kondisi fisik

dan mental yang lelah karena bekerja sepanjang hari dan diet yang kurang

memadai akan berakibat pada kelancaran produksi ASI. Akan tetapi seharusnya

ibu yang bekerja tetap memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya

10
dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI

dan dukungan lingkungan kerja. (Amiruddin, 2006) (Soetjiningsih, 2005)

c) Pendidikan

Orang yang lebih berpendidikan tinggi akan memberikan respon lebih

rasional terhadap informasi yang datang dan lebih berusaha untuk mencari

pengetahuan yang kurang diketahui. Mereka juga akan berfikir sejauh mana

keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Bagi

sebagian ibu, menyusui merupakan tindakan yang alamiah dan naluriah. Oleh

karena itu, mereka beranggapan bahwa menyusui tidak perlu dipelajari. Mereka

hanya mengetahui ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa

memperhatikan aspek lain. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang

benar sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui.

d) Psikologis

Faktor psikologis dapat berupa ibu yang kurang percaya diri,

kepribadian, kecemasan kestabilan emosi, sikap dan lingkungan pekerjaan. Ibu

merasakan ASI yang diberi secara eksklusif kepada bayi tidak cukup sehingga

ibu ingin cepat memberikan susu formula kepada bayinya. Kepribadian ibu

yang selalu mengalami tekanan batin karena tidak mendapat dukungan dari

suaminya apabila memberikan ASI secara eksklusif. Wanita juga

takutkehilangan daya tarik sebagai wanita karena dengan menyusui akan

membuat bentuk payudara kurang bagus.

11
e) Kelainan bayi

Faktor dari bayi sendiri adalah anak yang lahir sebelum waktunya yakni

prematur atau lahir dengan berat badan yang sangat rendah, anak sakit dan

berbagai penyakit macam cacat bibir. Bayi yang lahir dengan berat lahir 2000

gram atau lebih, dengan pemberian ASI saja maka pertumbuhan bayi akan tetap

subur, tetapi jika berat lahir kurang dari 2000 gram diperkirakan bayi

mengalami percepatan dalam pertumbuhan sehingga pemberian ASI saja tidak

mencukupi kebutuhan nutrient untuk pertumbuhan normal. Bayi yang lahir

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) biasanya terlalu lemah untuk

menghisap ASI dari payudara sehingga tidak mencapai keberhasilan dalam

memenuhi nutrient sampai bayi mencapai usia matur.

f) Kelainan payudara

Kelainan ibu seperti puting lecet, payudara bengkak, saluran susu

tersumbat, radang payudara dan kelainan anatomis pada puting susu ibu

sehingga membuat ibu kesukaran dalam memberikan ASI eksklusif. Keadaan

kesehatan ibu yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif

kepada bayinya adalah kegagalan laktasi dan penyakit pada ibu serta adanya

kelainan pada payudara yaitu terjadinya pembendungan air susu karena

penyempitan duktus laktiferus oleh karena tidak dikosongkan dengan

sempurna, kelainan puting susu seperti puting susu terbenam dan cekung

sehingga menyulitkan bagi bayi untuk menyusu, mastitis (suatu peradangan

pada payudara disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui

luka pada puting susu), tidak ada air susu (agalaksia), dan air susu sedikit

keluar (oligogalaksia). Menyusui menjadi kontra indikasi bila ibu menderita

12
penyakit berat seperti penyakit paru-paru yang serius, dengan penyakit

tuberklosis aktif masih dapat menyusui bayinya bila diberi terapi dalam dua

bulan ibu tidak inefektif lagi, biasanya bayi juga diberi terapi pencegahan

dengan imunisasi BCG. Kurangnya dukungan sosial dalam mengatasi masalah

diatas maka ibu cenderung tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayi

kurang dari enam bulan. (Dani, 2002)

2) Enabling Factors

Faktor-faktor yang mendahului perilaku yang memungkinkan sebuah

motivasi untuk di realisasikan.

a) Ketersediaan Sumber/ Fasilitas

Dukungan instrumental merupakan dukungan yang nyata dan dalam

bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk meringankan beban bagi

individu yang membutuhkan orang lain untuk memenuhinya. Suami harus

mengetahui jika istri dapat bergantung padanya sekiranya istri memerlukan

bantuan. Dalam hal ini keluarga mencukupi kebutuhan rutin ibu menyusui,

membantu merawat bayi, mengganti popok, menyendawakan bayi, memijat

bayi secara teratur atau memberi ASI perah kepada bayi bila ibu bekerja.

(Roesli, 2005).

b) Keterjangkauan Fasilitas

Kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya

promosi susu formula sebagai pengganti ASI membuat masyarakat kurang

mempercayai kesehatan ASI, sehingga akhirnya memilih susu formula.

(Prasetyono, 2009)

13
3) Reinforcing factors

Faktor-faktor yang mengikuti sebuah perilaku yang memberikan pengaruh

berkelanjutan terhadap perilaku tersebut dan berkontribusi terhadap persistensi atau

penanggulangan perilaku tersebut.

a) Sikap dan Prilaku Petugas Kesehatan

gas kesehatan adalah peletak dasar kecerdasan anak-anak Indonesia ereka

membimbing ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif

membuat otak bayi berkembang optimal, bayi mendapat gizi sempurna dan

tumbuh dengan baik. Ini adalah modal utama menjadi manusia yang produktif.

Sikap dan prilaku petugas kesehatan dapat menjadi contoh atau acuan bagi

masyarakat tentang hidup sehat (berprilaku hidup sehat). (Notoatmodjo, 2007).

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku seseorang. (Notoatmodjo ,2003)

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat

mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Pengetahuan

seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam

sumber seperti, media poster, kerabatdekat, media massa, media elektronik, buku

petunjuk, petugas kesehatan dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk n

14
tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinannya tersebut.

Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain.

Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) pengetahuan adalah segala

sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(over behaviour). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan

sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka

akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut teori

WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah

satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh

dari pengalaman sendiri. Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis

menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang

melalui pengenalan sumber informasi, ide yang diperoleh sebelumnya baik secara

formal maupun informal.

2.2.2 Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu

a. Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari yang Termasuk juga mengingat kembali suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima dengan

cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

15
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai

penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi

kedalam komponen–komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi

tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain dapat

ditunjukkan dengan menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan

sebagainya.

16
e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian–bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

dengan dapat menyusun formulasi yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria

yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan wawancara atau angket tentang

materi yang akan di ukur dari objek penelitian.

2.2.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau

diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan seperti berikut:- (Notoatmodjo, 2005). Tingkat pengetahuan

baik bila skor > 75% - 100% Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%

Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%

17
2.3 Kerangka Teori

Sumber: Notoadmodjo (2003) Kutipan Lawrence Green (1980)

18
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross

sectional yaitu melihat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif

untuk perkembangan bayi, melalui observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu

saat yaitu tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja. Peneliti mencoba mencari ada

tidaknya hubungan yang signifikan antara kedua variabel ini.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Ayamaru Distrik Ayamaru Kabupaten

Maybrat.yang akan dilakukan pada bulan September 2019.

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang memiliki bayi

berusia 0-12 bulan di Puskesmas Ayamaru Distrik Ayamaru Kabupaten Maybrat..

b. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan populasi

objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang diteliti. Teknik

pengambilan sampel secara simple random sampling.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

 Ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan.

19
 Bersedia menjadi responden.

 Responden yang diambil adalah ibu-ibu yang tidak mempunyai masalah

psikologis maupun kelainan pada payudara.

 Bayi kepada ibu juga diasumsi normal sehat yang tiada kelainan .

 Kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

 Ibu yang mempunyai bayi umur melebihi 0-12 bulan dan tidak bersedia

menjadi responden.

Jumlah responden daripada total populasi adalah sebanyak 55 orang. Cara

perhitungan sampel maka estimasi besar sampel adalah:

Keterangan:

n= perkiraan besar sampel

Z= tingkat kepercayaan (standard nilai normal untuk α =0.05 (1,96) )

20
α = tingkat signifikansi N= jumlah populasi

d= tingkat presisi = 5%

P= proporsi populasi = 0,5

Dari perhitungan dengan rumus di atas didapatkan sampel sebanyak 46 responden

3.4 Definisi Operasional

1. Air susu ibu (disingkat ASI) adalah susu yang diproduksi oleh ibu untuk konsumsi

bayi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi pada awal usia

kehidupan.

2. ASI eksklusif adalah pemberian asi saja tanpa tambahan makanan atau cairan lain

yang diberikan pada umur bayi berusia 0-6 bulan kecuali vitamin dan obat- obatan.

3. Ibu adalah orang tua perempuan yang mempunyai hubungan biologis maupun

sosial dan memiliki peranan sangat penting dalam membesarkan anak.

4. Pengetahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif adalah kemampuan ibu untuk

mengenal dan memahami tentang ASI eksklusif yang diperoleh dari beberapa

sumber.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

1. Pengetahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif adalah kemampuan ibu untuk

mengenal dan memahami tentang ASI eksklusif yang diperoleh dari beberapa

sumber. Alat ukur yang digunakan adalah dalam bentuk kuesioner dengan melihat

kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan ASI

eksklusif. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%, sedang bila skor

56-75% dan kurang baik jika nilai dibawah <56%. Skala yang digunakan adalah

ordinal.

21
2. Praktek pemberian ASI eksklusif adalah bayi yang diberikan ASI saja tanpa ada

tambahan cairan atau makanan padat selain obat-obatan dan vitamin sejak lahir

sampai bayi usia 6 bulan. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dimana ”ya”

untuk bayi yang diberi ASI saja tanpa makanan tambahan lain selama 6 bulan awal

kehidupan, sedangkan “tidak” untuk bayi yang diberi makanan tambahan lain

sebelum usia 6 bulan. Skala yang digunakan adalah nominal.

3.6 Pengumpulan data

3.6.1 Sumber Data

Data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer.

Data- data yang dikumpulkan digunakan untuk kedua-dua variabel penelitian

yang terdiri dari variabel independent (pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif)

dan variabel dependent (pemberian ASI eksklusif untuk perkembangan bayi).

3.6.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrumen

penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil langsung dari

responden dengan menggunakan kuesioner yang telah dirancang oleh peneliti

sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data sekunder pula didapat melalui data

jumlah bayi yang yang berusia 0-12 bulan yang ada di pencatatan puskesmas

Ayamaru Distrik Ayamaru Kabupaten Maybrat.

3.6.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hubungan tingkat pengetahuan

responden tentang ASI eksklusif adalah kuesioner tertutup sebanyak 24 butir

22
pertanyaan dengan alternative jawaban “Setuju” dan “Tidak setuju”. Cara penilaian

pada pertanyaan favorable, jawaban benar diberi nilai satu dan jawaban salah di

beri nilai nol.

3.7 Analisis Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data dilakukan

dengan teknik analisis univariate dan bivariate. Dalam hal ini, analisis univariate

digunakan untuk mendeskripsikan variabel pengetahuan dan pemberian ASI eksklusif,

sedangkan analisis bivariate digunakan untuk menguji hubungan antara variabel

pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif.

a. Analisis Univariate

Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi responden serta

untuk mendeskripsikan variabel dependent dan independent yang disajikan dalam

bentuk tabel.

b. Analisis Bivariate

Analisa bivariat dilakukan terhadap variabel pengetahuan dengan pemberian ASI

eksklusif untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dari kedua variabel indpenden

dan variabel dependen dengan menggunakan analisa uji statistik chi-square.

23
Keterangan:

Responden atau subjek penelitian diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan

penelitian sebelum penelitian dilakukan.

Semua informasi dan data yang diperoleh dari subjek penelitian hanya dipergunakan untuk

keperluan penelitian dan dijaga kerahsiaannya.

Persetujuan bersedia sebagai sampel penelitian.

24
DAFTAR PUSAKA

Amiruddin, R. R., 2006. Promosi Susu Formula Menghambat pemberian SI Eksklusif pada
Bayi 6-11 Bulan di Kelurahan Pa’Baeng-Baeng Makasar. Bagian Epidemiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin Makasar.

Budiman & Riyanto A., 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan Dan Sikap Dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika pp 66-69.

Depkes. R.I., 2004. Kebijakan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian Air
Susu Ibu Pekerja Wanita. Jakarta: Pusat Kesehatan Kerja Depkes.

Dani. (2002). Faktor-faktor dan karakteristik yang mempengaruhi ketidakberhasilan


pemberian ASI eksklusif. Dibuka tanggal 19 Maret 2011.

Departemen Kesehatan RI, 2009, Pedoman Perlaksanaan Program Rumah Sakit Sayang
Ibu dan Bayi, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina, 2002. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta:
Puspa Swara

Firmansyah N & Mahmuda., 2012. Pengaruh Karakteristik (Pendidikan,


Pekerjaan),Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif Di Kabupaten Tuban. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1
Nomor 1, Agustus 2012 : 62-7.
Hargono R,2014. Faktor Determinan yang Mempengaruhi Kegagalan Pemberian Asi
Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di kelurahan Mulyorejo wilayah kerja
Pukesmas Mulyorejo Surabaya . Jurnal Promkes (Jurnal Promosi dan Pendidikan
Kesehatan Indonesia). vol2, pg 15-27.

Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Jakarta. 2008. Bedah ASI-Kajian dari Berbagai
Sudut Pandang Ilmiah. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia,
Jakarta.
Lemeshow, Stanley., 1997, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, Gadjah Mada
University, Yogyakarta.

Linkages (2002). Pemberian ASI Eksklusif atau ASI saja: Satu-satunya Sumber Cairan
Yang dibutuhkan Bayi Usia Dini. Oktober 2002.

Marie,1999. Clinical Strategies for Nurses. The Journal of Perinatal and Neonatal Nursing.
vol 13(Issue1),pg 92-93.

Nadesul. 2004. Makanan Sehat Untuk Bayi. Jakarta: Puspa Swara.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

25
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Padmawati Ida Ayu. 1997. “ Manajemen Laktasi “. EGC: Jakarta

Prasetyono, 2009. Buku Pintar ASI eksklusif. Jogjakarta : Diva Pres.

Robiwala M et al,2012. The Relation of Mother’s level of knowledge on exclusive


breastfeeding in the working area of community health center (Puskesmas) Kokap 1
Kulonprooo Province of Yogyakarta. Journal respati. Vol8, No 1(2013).

Roesli, Utami. 2004. ASI Eksklusif. Edisi II. Jakarta : Trubus Agrunday

Roesli, 2008. Panduan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Pustaka Bunda.

Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif – Seri 1. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Rosita, 2008. ASI Untuk Kecerdasan Bayi, Yogyakarta: Ayyana

Sugiarti E., Zulaekah S., & Puspowati D.S., 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen.
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 195-206.
Susilaningsih I, 2013. Gambaran Pemberian Asi Eksklusif Bayi 0-6 Bulan di Wilayah
Pukesmas Samigaluh. Jurnal Kesehatan Reproduksi. vol. 4 No2, Agustus 2013 :81-
89.
Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.

Selasi, Inisiasi Menyusu Dini, 19 Juni 2009, dikutip dari www.selasih.net.

Soetjiningsih. (2005). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.

Suradi, R. 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

26
PENGETAHUAN IBU
TENTANG PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA
BAYI DI PUSKESMAS AYAMARU UTARA

USULAN PROPOSAL

DI AJUKAN OLEH :

NAMA : ANIKE NAA


NIM : 201814201133B

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SORONG
2019

27
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan PerlindunganNya

penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul : “Pengetahuan Ibu Tentang

Pemberian ASI Ekslusif pada Bayu di Ayamaru Utara Distrik Ayamaru Kabupaten

Maybrat”.

Pembuatan proposal ini, penulis tiada hentinya berusaha dan berdoa agar dapat

menyelesaikan tepat waktu dan dengan baik dan semaksimal mungkin. ini semua juga

tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

menyampaikan ucapan terima kasih, terutama keluargaku tercinta yang senantiasa

memberikan dukungan baik berupa moral maupun materi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal ini masih banyak terdapat

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu secara terbuka dan dengan

senang hati penulis menerima kritik dan saran guna meningkatkan kesempurnaan dimasa

yang akan datang. Semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Sorong, September 2019

Penulis

ii
28
DAFTAR ISI

Halaman Cover ......................................................................................................... i

Kata Pengantar .......................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan ................................................................................................... 1

iii
29

Anda mungkin juga menyukai