Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KOMUNITAS III

PROGRAM KESEHATAN HAJI

DISUSUN OLEH :

1. Amri Arifuddin (720153052)


2. Dana Indah W.S (720153056)
3. Illya Ika Putri (720153067)
4. Ninda Santi R (720153076)
5. Sukma Dewi (720153089)
6. Trisna Safitri (720153092)
7. Unung Masnung (720153096)
8. Nugroho Priyo A. (720153081)
Kelas : 3B

Prodi : S1 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

Jalan Ganesha 1 Purwosari Kudus Telp./Faks.(0291)442993/437218 Kudus 59316 Website :


http://www.stikesmuhkudus.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Program Kesehatan Haji”.

Penulisan makalah ini dimaksud untuk memenuhi salah satu penugasan Komunitas III
program pendidikan Strata I jurusan keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas dukungan, partisipasi, dan
bimbinganya, kepada :

1. Ibu Umi Faridah


2. Seluruh rekan-rekan yang telah membantu pembuatan makalah ini.

Atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari seluruh pembaca
sekalian demi kesempurnaan Makalah ini.

Saya mengharapkan kiranya Makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan
seluruh rekan-rekan Mahasiswa- Mahasiswi STIKES Muhammadiyah Kudus..

Kudus , 07 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar ....................................................................................................................
Daftar Isi .............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Program Kesehatan Haji .......................................................................
B. Tujuan program Kesehatan Haji .............................................................................
C. Upaya kesehatan Haji .............................................................................................
D. Kegiatan Pokok Pelayanan kesehatan Haji .............................................................
E. Tantangan Pelayanan Kesehatan Haji .....................................................................
F. Peran dan Fungsi Perawat .......................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh
setiap orang Islam yang memenuhi syarat istitaah, baik secara finansial, fisik, maupun
mental. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana
yang diamanatkan dalam Pasal 29 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agama dan kepercayaannnya itu.
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan dilaksanakan oleh
pemerintah secara inter departemental. Departemen Kesehatan merupakan salah satu
departemen terkait dan bertanggung jawab dalam pembinaan dan pelayanan kesehatan
calon/ jemaah haji Indonesia. Tanggung jawab pelayanan ini sejak sebelum
keberangkatan ke Arab Saudi, diperjalanan pergi/ pulang, selama di Arab Saudi dan
setelah kembali ke tanah air.
Pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan secara
meyeluruh yang meliputi upaya promontif, preventif dan rehabilitatif, dan dalam
pelaksanaannya perlu kerjasama berbagai pihak terkait, sektor dan pemerintah daerah,
serta perlu adanya pedoman yang dapat menjadi acuan penyelenggaraan kesehatan
haji di tanah air, di embarkasi dan debarkasi serta selama perjalanan di Arab Saudi.
Pedoman dimaksud telah disusun dan ditetapkan dengan keputusan Mebtri Kesehatan
Nomor 1394/Mankes/SK/2002 tentang penyelenggaraan Kesehatan haji, telah
dilakukan penyempurnaan dan penyesuaian denga terbitkannya keputusan Mentri
Kesehatan Nomor 442/Menkes/SK/VI/2009 tentang pedoman penyelenggaraan
kesehatan haji.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah Program Kesehatan Haji sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengertian kesehatan haji ?
2. Apa saja tujuan kesehatan haji ?
3. Apa saja upaya pelayanan kesehatan haji ?
4. Apa saja kegiatan pokok pelayanan kesehatan haji ?
5. Apa saja tantangan pelayanan kesehatan haji ?
6. Apa saja peran dan fungs perawat kesehatan haji ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penuliasan dalam makalah program kesehatan haji sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan haji.
2. Untuk mengetahui tujuan kesehatan haji.
3. Untuk mengetahui upaya pelayanan kesehatan haji.
4. Untuk mengetahui kegiatan pokok pelayanan kesehatan haji.
5. Untuk mengentahui tantangan pelayanan kesehatan haji.
6. Untuk mengetahui peran dan fungs perawat kesehatan haji.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Haji


Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kesehatan haji, pelayanan
medis, imunisasi, surveilans, SKD dan respon KLB, penanggulangan KLB dan
musibah massal, kesehatan lingkungan dan manajemen penyelenggaraan kesehatan
haji.

B. Tujuan Kesehatan Haji


1) Tujuan umum.
Terlaksananya pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jemaah haji sesuai standar
dalam upaya menuju istihaah kesehatan jemaah haji.
2) Tujuan Khusus
a. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan tahap pertama.
b. Terlaksananya pembinaan kesehatan masa tunggu.
c. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan tahap kedua.
d. Terlaksananya pembinaan kesehatan masa keberangkatan.
e. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan tahap ketiga.
f. Terlaksananya pendekatan keluarga dan koordinasi lintas program dan lintas
sektor dalam proses pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jemaah haji.
g. Terlaksananya peran serta masyarakat dan profesional dalam pemeriksaan dan
pembinaan kesehatan haji.
h. Terlaksananya monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kesehatan haji
menuju istithaah

C. Upaya kesehatan haji


Upaya promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif, dan dalam pelaksanaannya
perlu kerjasama berbagai pihak terkait, sektor dan pemerintah daerah, serta perlu
adanya pedoman yang dapat menjadi acuhan penyelenggaraan kesehatan haji di tanah
air, di embarkasi dan debarkasi serta selama perjalanan di arab saudi. Pedoman
dimaksud telah di susun dan di tetapkan dengan keputusan mentri kesehatan nomor
1394/Menkes/SK/2002 tentang penyelenggaraan kesehatan haji telah dilakukan
penyempurnaan dan penyesuaian dengan di terbitkannya keputusan mentri kesehatan
nomor 442/Menkes/SK/VI/2009 tentang pedoman penyelenggaraan kesehatan haji.

D. Kegiatan Pokok Pelayanan Kesehatan Haji


a. Pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji.
1. Pemeriksaan Kesehatan I
 Pemeriksaan kesehatan I dilaksanakan di puskesmas oleh dokter puskesmas
sebagai pemeriksa kesehatan, dibantu tenaga keperawatan dan analis
laboratorium puskesmas sebelum melunasi Biaya Perjalanan Ibadah Haji
(BPIH) ke Bank Penerima Setoran (BPS).
 Pemeriksaan kesehatan I dilakukan untuk mengetahui faktor risiko calon
jemaah haji dan selanjutnya dilakukan manajemen terhadap faktor risiko
tersebut sehingga calon jemaah haji mencapai kesehatan yang optimal untuk
menunaikan ibadah haji.
 Pada saat pemeriksaan kesehatan I tersebut, foto harus sudah ditempel pada
lembar Surat Keterangan Kesehatan yang akan diserahkan ke BPS dan sesuai
dengan wajah calon jemaah haji. Selanjutnya calon jemaah haji diingatkan
bahwa setelah memperoleh kursi (seat) atau terdaftar di Siskohat, calon
jemaah haji harus kembali ke puskesmas untuk dilakukan pembinaan lebih
lanjut dan dibuatkan buku kesehatan .
 Pasfoto yang ditempel pada buku kesehatan dan surat keterangan kesehatan
harus sama dengan pasfoto yang digunakan untuk paspor haji dan berukuran
4 x 6 cm kemudian dibubuhi stempel puskesmas dan harus mengenai
pasfoto.
 Bila yang diperiksa calon jemaah haji wanita sebaiknya pemeriksa kesehatan
adalah dokter wanita. Apabila yang memeriksa dokter pria harus didampingi
oleh perawat wanita.
 Data hasil pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji harus ditulis dengan
lengkap dan benar dalam BKJH dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya sesuai dengan lembar I Petunjuk Pengisian Buku Kesehatan
Jemaah Haji terlampir.
 Tenaga kesehatan harus mengisi kode diagnosis sesuai dengan hasil
pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji, sesuai dengan lembar II petunjuk
pengisian terlampir. Calon jemaah haji yang hasil pemeriksaan kesehatannya
BAIK atau KURANG BAIK kesehatannya, tetapi besar harapan dapat
disembuhkan sebelum keberangkatannya, maka buku kesehatannya dapat
ditanda tangani langsung oleh dokter pemeriksa dengan catatan harus
mengikuti pengobatan dan pembinaan kesehatan secara teratur .
 Khusus untuk calon jemaah haji wanita pasangan usia subur (PUS) perlu
dilakukan pemeriksaan tes kehamilan (bagi puskesmas yang sudah mampu).
Bagi yang tidak hamil ditekankan untuk mengikuti keluarga berencana
(KB), untuk mencegah kehamilan sampai keberangkatan. Kemudian
menanda tangani surat pernyataan pada buku kesehatan bahwa jika ternyata
hamil menjelang saat keberangkatan bersedia menunda keberangkatannya ke
Arab Saudi.
 Bagi wanita hamil dengan usia kehamilan kurang dari 14 minggu dan lebih
dari 26 minggu harus menunda keberangkatannya sesuai dengan Surat
Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Kesehatan serta
peraturan penerbangan Internasional .
 Bagi wanita hamil dengan usia kehamilan antara 14 s/d 26 minggu dan telah
divaksinasi Meningitis meningokokus tetravalen sebelum hamil diizinkan
berangkat dengan syarat menanda tangani surat pernyataan bersedia
menanggung segala risikonya .
 Khusus bagi calon jemaah haji usia lanjut (Usia >60 tahun ) selain dilakukan
pemeriksaan laboratorium (darah dan urin) perlu dirujuk ke Rumah Sakit
Kabupaten/ Kota untuk dilakukan pemeriksaan EKG, foto thorak dan kimia
darah sesuai indikasi. Hasil pemeriksaan dilampirkan pada Buku Kesehatan
Jemaah Haji.
 Bagi calon jemaah haji yang batuk lebih dari 3 minggu, dilakukan
pemeriksaan laboratorium Basil Tahan Asam (BTA) dan foto thorak. Apabila
hasilnya positif maka diberi pengobatan sesuai dengan ketentuan Program
Pemberantasan TB Paru Nasional.
 Hasil pemeriksaan kesehatan harus ditulis sesuai kode diagnosis calon
jemaah haji risti maksimal 5 kode dengan urutan pertama yang terberat.
2. Pemeriksaan Kesehatan II
 Pemeriksaan kesehatan II dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan
Haji Kabupaten/ Kota dengan penanggung jawab Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota yang anggotanya terdiri dari Dinas Kesehatan dan Rumah
Sakit Umum Kabupaten/ Kota.
 Pemeriksaan kesehatan II dilakukan terhadap seluruh calon jemaah haji
untuk menentukan layak tidaknya calon jemaah haji berangkat ke Arab
Saudi.
 Pelaksana pemeriksaan kesehatan II dan rujukan adalah dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lainnya (dinas kesehatan dan rumah sakit) dan atau dokter
yang pernah bertugas sebagai Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) atau
Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD) yang ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
 Tim Pelaksana Penerima Rujukan Kabupaten/ Kota adalah dokter spesialis
yang ditetapkan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota.
 Pada saat memeriksa calon jemaah haji, tenaga kesehatan harus memeriksa
dengan teliti apakah calon jemaah haji yang diperiksa sesuai dengan foto
yang terdapat dalam BKJH.
 Bagi calon jemaah haji wanita pasangan usia subur harus dilakukan tes
kehamilan sebelum divaksinasi Meningitis meningokokus tetravalent.
 Dokter pemeriksa kesehatan II harus menentukan kesimpulan sesuai dengan
hasil pemeriksaan, yang dinyatakan BAIK atau TIDAK BAIK.
 Bagi calon jemaah haji yang BAIK kesehatannya diberikan imunisasi
Meningitis meningokokus tetravalen. BKJH diisi dengan lengkap dan ditanda
tangani oleh dokter pemeriksa kesehatan II dan selanjutnya dianjurkan untuk
mengikuti pembinaan kesehatan hingga waktu keberangkatan ke pelabuhan
Embarkasi Haji.
 Bagi calon jemaah haji yang TIDAK BAIK kesehatannya tetapi
menurut dokter pemeriksa kesehatan dapat disembuhkan sebelum
keberangkatan maka kesimpulan hasil pemeriksaan ditentukan setelah
pengobatan terakhir dan apabila sampai dengan pengobatan terakhir tidak
sembuh maka dinyatakan tidak baik kesehatannya dan ditunda/ ditolak
keberangkatannya.
 Bagi calon jemaah haji penderita penyakit menular yang membahayakan
diri sendiri maupun orang lain, dilakukan pengobatan hingga tidak
membahayakan lagi. Jika memerlukan pengobatan yang lama dan
diperkirakan tidak sembuh hingga saat keberangkatan ke Arab Saudi, maka
dokter pemeriksa kesehatan II bersama Tim Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/ Kota memutuskan menunda/ menolak keberangkatan calon
jemaah haji tersebut.
 Bagi calon jemaah haji berumur lebih dari 60 tahun dan sesuai dengan
indikasi agar dilengkapi dengan hasil foto thorak, EKG, dan laboratorium
kimia darah, hasilnya ditulis dan dilampirkan pada BKJH.
 Seluruh hasil pemeriksaan kesehatan II ditulis secara lengkap sesuai status
kesehatannya di BKJH dan dapat dipertanggung jawabkan akan kebenaran
isinya.
 Pelanggaran terhadap pelaksanaan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji
dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Pembinaan kesehatan calon jemaah haji.
c. Pelayanan medis
 Pelayanan medis petugas TKHI kloter
1) Di Bandara King Abdul Aziz Jeddah dan Madinah
Memantau kondisi kesehatan seluruh jemaah haji,
Melapor ke wakadaker pelayanan kesehatan.
Mengambil tas yang berisi paket obat dan alat kesehatan kloter.
Menganjurkan jemaah haji cukup istirahat makan dan minum.
Memberikan pelayanan pengobatan bagi jemaah haji yang memerlukan.
Melakukan rujukan ke BPHI.
Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
2) Selama perjalanan dari Jeddah ke Madinah/ Makkah
Memantau kondisi kesehatan jemaah haji.
Memberikan pelayanan pengobatan bagi jemaah haji yang memerlukan.
Melakukan rujukan ke BPHI atau rumah sakit Arab Saudi (RSAS).
3) Selama berada di Madinah, Makkah & Armina
Menempatkan jemaah haji risiko tinggi dekat petugas kesehatan.
Melakukan visite secara berkala terutama bagi jemaah haji risti.
Menganjurkan calon jemaah haji cukup istirahat, makan dan minum.
Memberikan pelayanan kesehatan/pengobatan.
Melakukan rujukan ke BPHI atau RSAS.
Membuat Certificate of Death (COD) bila ada jemaah haji yang wafat.
 Pelayanan medis di BPHI oleh PPIH bidang kesehatan
1. Di Bandara King Abdul Aziz Jeddah (saat kedatangan)
 Memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat sementara bagi
jemaah haji yang memerlukan.
 Melakukan rujukan ke RSAS atau ke BPHI Makkah dengan disertai
laporan rujukan (Lru).
 Menjawab konsultasi rujukan dari dokter kloter.
 Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
2. Di Madinatul Hujjaj - Jeddah (saat pemulangan)
 Memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat inap bagi jemaah
haji yang memerlukan.
 Melakukan rujukan ke RSAS dengan disertai laporan rujukan (Lru) dan
laporan tanda terima rujukan (Tru).
 Memberikan pelayanan pulang dini atau tidak bersama kloternya, perlu
disertai resume riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
 Menyerah terimakan pasien pulang dini beserta resume penyakit dan
pengobatannya (Rpp) kepada dokter kloter yang akan mendampingi.
 Menjawab konsultasi rujukan dari dokter kloter.
 Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
3. Di Madinah
 Melakukan rujukan ke BPHI Madinah atau ke RSAS dengan disertai
laporan rujukan (Lru).
 Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
4. Di Airport Madinah (saat kedatangan dan pemulangan)
 Melakukan rujukan ke BPHI Madinah atau ke RSAS dengan disertai
laporan rujukan (Lru).
 Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
5. Di BPHI
 Memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat inap bagi jemaah
haji yang memerlukan.
 Melakukan rujukan ke RSAS dengan disertai laporan rujukan (Lru) dan
laporan tanda terima rujukan (Tru).
 Memberikan pelayanan kesehatan gigi.
 Memberikan pelayanan pulang dini atau tidak bersama kloternya, perlu
disertai resume riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
 Menyerah terimakan pasien pulang dini beserta resume penyakit dan
pengobatannya (Rpp) kepada dokter kloter yang akan mendampingi.
 Menjawab konsultasi rujukan dari dokter kloter.
 Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
6. Di Makkah
 Memberikan pelayanan rawat jalan.
 Memberikan pelayanan rawat inap.
 Memberikan pelayanan kegawat daruratan dan spesialistik.
 Memberikan pelayanan rujukan ke RSAS disertai formulir Lru dan Tru.
 Memberikan pelayanan kesehatan rujukan dari kloter.
 Memberikan pelayanan penunjang kesehatan terbatas.
 Memberikan jawaban konsultasi rujukan dari kloter.
 Menyeleksi dan melayani jemaah haji sakit yang ikut safari wukuf.
 Mendampingi Tawaf Ifadhah bagi jemaah haji sakit yang memerlukan
pengawasan petugas kesehatan.
 Memberikan pelayanan pulang dini atau pulang tidak bersama kloternya
disertai resume riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
 Menyerah terimakan pasien pulang dini atau tidak bersama kloternya
beserta resume riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp) kepada dokter
BPHI.
 Melaksanakan evakuasi jemaah sakit ke Jeddah dan Madinah disertai
formulir evakuasi.
 Memberikan pelayanan kesehatan gigi.
 Memberikan pelayanan dan konsultasi gizi dietetik.
 Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
7. Di Arafah Mina (Armina)
 Memberikan pelayanan rawat jalan.
 Memberikan pelayanan rujukan ke BPHI Makkah atau ke RSAS disertai
formulir Lru dan Tru.
 Memberikan pelayanan kegawat daruratan.
 Memberikan pelayanan kesehatan rawat inap.
 Memberikan pelayanan kesehatan rujukan dari kloter.
 Memberikan pelayanan penunjang kesehatan terbatas.
 Memberikan pelayanan dan konsultasi gizi dietetik.
 Membuat certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
d. Imunisasi
Imunisasi Meningitis Meningokokus
1. Tujuan
Tujuan imunisasi meningitis meningokokus tetravalen untuk memberikan
kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis meningokokus tertentu, sesuai
dengan vaksin yang diberikan pada calon jemaah haji.
2. Penatalaksanaan Imunisasi Meningitis Meningokokus
 Imunisasi Meningitis meningokokus tetravalen pada calon jemaah haji
diberikan minimal 10 hari sebelum keberangkatan ke Arab Saudi.
 Bila imunisasi diberikan kurang dari 10 hari sejak keberangkatan ke Arab
Saudi harus diberikan profilaksis dengan Ciprofloxacin 500 mg dosis tunggal
 Pelaksanaan imunisasi bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan II di Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
 Komposisi Vaksin dan Kemasan.
 Vaksin mencevak ACW135Y adalah preparat polisacharida murni yang
diambil dari bahan Neisseria meningitidis group ACW135Y.
 Terdapat dua kemasan yaitu; dosis tunggal dan multi dosis (10 dosis).
 Cara Penyimpanan Vaksin.
 Penyimpanan vaksin dalam lemari es pada suhu 2 – 8oC.
 Pelarut dapat disimpan dalam suhu kamar
3. Cara Pelarutan dan Cara Imunisasi
 Ambil cairan pelarut, seluruh cairan pelarut disedot ke dalam semprit
kemudian dimasukkan ke dalam botol vaksin, kocok perlahan-lahan sampai
vaksin larut semua
 Vaksin yang telah dilarutkan disimpan dalam thermos es atau lemari es
dengan suhu 2- 80 C
 Vaksin diberikan dengan dosis 0,5 cc untuk umur 2 tahun keatas dan 0,3 cc
untuk umur dibawah 2 tahun
 Kulit di lengan kiri atas di desinfeksi dengan kapas alkohol kemudian
dengan menggunakan semprit 1 cc vaksin disuntikkan secara subkutan dalam
 Vaksin yang telah dilarutkan dan atau sisa vaksin yang telah dipakai tidak
dapat digunakan lagi setelah delapan jam.
4. Efikasi Vaksin, Daya Lindung dan Imunisasi Ulang (Revaksinasi)
 Efikasi vaksin : 95 %
 Daya lindung/ proteksi kekebalan : 2 tahun, antibody terbentuk 10 hari
setelah imunisasi.
 Imunisasi ulang dilakukan setelah 2 tahun.
5. Kontra Indikasi
Wanita hamil, panas tinggi serta bagi mereka yang peka atau alergi terhadap
phenol.
6. Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI)
 Hampir tidak ada, kadang-kadang timbul bercak kemerahan (skin rash) yang
sangat ringan dan dapat terjadi Syok Anaphilaksis (renjatan)
 Bila terjadi syok dapat diatasi dengan suntikan Adrenalin 1 : 1000 dengan
dosis 0,2 – 0,3 cc secara Intra Musculair (IM)
 Untuk tindakan pengamanan bagi calon jemaah haji setelah diimunisasi
meningitis meningokokus tetravalen dianjurkan menunggu 30 menit.
7. Pencatatan
 Setelah imunisasi meningitis meningokokus tetravalen kemudian dicatat pada
kartu International Certificate of Vaccination (ICV): nama calon jemaah haji,
nomor paspor, tanggal imunisasi, nama vaksin, nomor vaksin/batch number
dan dosis.
 ICV ditanda tangani oleh dokter, baik dokter Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota atau dokter yang ditunjuk, dokter Kepala KKP Embarkasi/
dokter yang ditunjuk dan distempel “Port Health Authority” (bukan stempel
dinas kesehatan kabupaten/ kota atau puskesmas).
 Bagi calon jemaah haji yang tidak mempunyai bukti imunisasi Meningitis
meningokokus tetravalen harus imunisasi di pelabuhan Embarkasi dan diberi
kartu ICV serta minum Cyprofloxacin 500 mg dosis tunggal sebagai
profilaksis.
e. Surveilans
1. Tujuan
Tujuan SE kesehatan haji adalah mencegah keluarnya penyakit menular dari
Indonesia dan masuknya penyakit menular dari luar negeri yang mungkin
terbawa oleh calon/ jemaah haji ke Indonesia, mengetahui distribusi penyakit,
kematian menurut waktu dan tempat serta faktor risiko yang terdapat pada
calon/ jemaah haji Indonesia.
2. Kegiatan
 Pengumpulan, pengolahan, analisis dan disiminasi data atau informasi,
dilakukan sejak calon jemaah haji melakukan pemeriksaan kesehatan di
daerah asal, diperjalanan, selama di Arab Saudi dan setelah kembali dari
Arab Saudi sampai ke daerah asal selama 14 hari.
 Pengamatan terhadap jemaah haji sakit dan wafat baik di Arab Saudi, di
embarkasi/ debarkasi haji dan sekembalinya dari Arab Saudi.
 Pengamatan terhadap kesehatan lingkungan di Indonesia dan Arab Saudi.
 Sumber data SE kesehatan haji meliputi hasil pemeriksaan kesehatan calon
jemaah haji di puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/ kota,
laboratorium, rumah sakit dan unit-unit rujukan lainnya baik di Indonesia
maupun di Arab Saudi.
 SE dilakukan melalui jejaring surveilans kesehatan haji (net working) sejak
di tanah air sampai dengan di Arab Saudi.
 Pengumpulan, pengolahan, analisis dan diseminasi data atau informasi,
dilakukan dengan menggunakan fasilitas sistem komputerisasi haji terpadu
(Siskohat) bidang kesehatan di Arab Saudi, pusat, embarkasi/ debarkasi haji
dan dinas kesehatan provinsi yang telah tersedia jaringan Siskohat bidang
kesehatan.
 Pengumpulan, pengolahan, analisis dan diseminasi data atau informasi di
puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/ kota dan dinas kesehatan provinsi
yang belum tersedia jaringan Siskohat bidang kesehatan dilakukan dengan
mengirim laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota bersama-sama petugas puskesmas
melaksanakan SE paska haji dengan mengamati kondisi kesehatan jemaah
haji secara pasif dan aktif.
 SE secara pasif adalah jemaah haji mengirimkan K3JH setelah 14 hari
setibanya di daerah asal ke Puskesmas pemeriksaan awal/ terdekat.
 SE secara aktif adalah petugas puskesmas mengunjungi ke rumah jemaah
haji untuk mengetahui kondisi kesehatannya apabila setelah 14 hari jemaah
haji tidak mengirimkan K3JH.
 Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota bertanggung jawab mengkoordinasikan
pelaksanaan SE yang dilaksanakan oleh Puskesmas.
 Pembiayaan SE secara aktif disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota.
 Pembiayaan SE kesehatan haji di Arab Saudi bersumber pada biaya PPIH di
Arab Saudi.
3. Sasaran
 Sasaran SE meliputi penyakit menular sesuai dengan ketentuan Undang-
undang Karantina, Undang-undang Wabah Penyakit Menular, International
Health Regulation (IHR), penyakit tidak menular, keracunan dan kesehatan
lingkungan.
f. SKD dan respon KLB
g. Penanggulangan KLB dan Musibah Masal
h. Kesehatan Lingkungan
1. Tujuan
Mengendalikan faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kondisi
lingkungan yang sehat, nyaman dan calon jemaah haji terbebas dari
penularan penyakit.
2. Kegiatan
 Penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan perorangan (personal
higyne) dilaksanakan sejak pembinaan kesehatan calon jemaah haji di
puskesmas, kabupaten/ kota, provinsi dan embarkasi/ debarkasi haji.
 Melaksanakan pembinaan dan pengawasan rumah makan atau restoran
maupun jasaboga lainnya yang melayani calon jemaah haji dalam
perjalanan dari daerah asal ke asrama embarkasi/ debarkasi haji.
 Melaksanakan pengamatan dan pemantauan kesehatan lingkungan di
asrama transit, asrama embarkasi/ debarkasi haji, sanitasi pesawat dan di
pemondokan Arab Saudi.
 Melaksanakan pembinaan dan pemeriksaan jasaboga serta pengelola
makanan, minuman di asrama transit, asrama embarkasi/ debarkasi haji
dan jasaboga pesawat.
 Melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan pengambilan usap dubur pada
petugas pengelola makanan/minuman.
 Melakukan pengamatan, pemantauan dan pengendalian vektor penyakit
di asrama transit, asrama embarkasi/ debarkasi haji dan pesawat.
 Pengambilan sampel makanan, minuman, air, jajanan dan ulas alat
untuk pemeriksaan bakteriologis.
 Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan kualitas air meliputi:
pemeriksaan fisik, mikrobiologi, kimiawi. Selain itu dilakukan
pemeriksaan PH air dan sisa chlor secara langsung dilapangan.
 Pengambilan sampel makanan untuk disimpan di bank sampel dalam
freezer.
3. Pelaksana
 Di Indonesia
 Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan pada penyelenggaraan
kesehatan haji di Indonesia dilaksanakan di tingkat Kabupaten/
Kota, Provinsi dan Pelabuhan Embarkasi/ Debarkasi Haji.
 Di Arab Saudi
 Pengamatan, Pemantauan Pemondokan dan Jasaboga
Tersedianya lift pada gedung yang lebih dari 4 lantai.
Disetiap kamar tidur tersedia penyejuk ruangan (AC, kipas
angin) dan heater (pada saat musim dingin), ventilasi,
pencahayaan yang cukup, tempat tidur lengkap dengan kasur
dan bantal serta kunci kamar.
Kepadatan hunian minimal 1 x 2,5 m per jemaah haji.
Kamar mandi, W.C. 1 : 15 jemaah haji dan cukup air.
Dapur aman, bersih dan cukup air.
Pembuangan kotoran, air dan sampah memenuhi syarat
kesehatan.
PH air : 6,5 – 8,5 dengan Sisa Chlor 0.2 – 0,5 mg/l (ppm).
Untuk catering harus diperhatikan:
Tempat pengolahan dan dapur
Penjamah makanan (food handler)
Proses pengolahan
Penyimpanan
Pengangkutan
Penyajian
Pengambilan sampel makanan
Tersedianya kamar mandi ( 1 : 10 orang)
 Pemantauan suhu dan kelembaban
Pukul 06.00 WAS
Pukul 14.00 WAS
Pukul 20.00 WAS

E. Tantangan pelayanan kesehatan haji


Tantangan Internal berupa peningkatan jumlah calon jamaah haji yang
berisiko tinggi, ragam latar pendidikan, sosial, dan budaya. Tantangan eksternal
berupa kondisi lingkungan Arab Saudi yang berada sangat bermakna (musim dingin,
kelembaban rendah, kepadatan populasi jemaah).
1. Peningkatan jumlah jemaah haji dengan risiko kesehatan yang dapat mengancam
keselamatan jumlah haji.
2. Penerapan premenkes nomor 15 tahun 2016 tentang istithaah kesehatan jemaah
haji. Penetapan istithaah kesehatan dilakukan dikabupaten atau kota. Perlu sinergi
dengan bagian pendaftaran haji di kantor kementerian Agama setempat.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan haji
sehingga dapat membantu penyiapan jemaah haji sehat.
4. Berkurangnya kuota petugas kesehatan haji (PPIH bid kesehatan) dari 306 menjadi
268 orang akan berpotensi menurunya jenis dan distribusi tenaga kesehatan di
berbagai tempat seperti di KKHI, Airport Jeddah, sektor- sektor dan sekor khusus
di Mekkah, dan Madinah, Armina serta tempat umum yang dapat emperberat
kondisi keselamatan jemaah seperti terminal bus Syb Amir Mekkah.
5. Penerapan UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN dan UU No. 24 tahun 2011
tentang BPJS, sehingga jemaah haji diharapkan menjadi peserta JKn.
6. Penyia[an KKHI Mekkah yang baru di Aziziyah.
F. Peran dan fungsi perawat
Pera perawat dalam kesehatan haji
1. Client Advocate (pembela klien)
Bertanggung jawab membantu klen dan keluarga dalam menginterpretasikan
informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya.
2. Conselor
Proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologi atau
masalah sosial untuk membangun hubungn interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang.
3. Educator
4. Collaborator
Peran sebagai kolaborator perawat isini dilakukan karena perawat bekerja melalui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya dalam
kaitannya membantu mempercepat penyembuhan klien.
5. Coordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
6. Change Agent

Fungsi perawat dalam kesehatan haji

1. Fungsi Independen
Fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara mandiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan dalama rangka memnuhi kebutuhan dasar manusia seperti
kebutuhan fisiologis, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan
kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dll.
2. Fungsi Dependen
Perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau intruksi dari perawat
lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini
biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari
perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen.
Dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim
satu dengan lainnya fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit
komplek keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga
dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan
bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan haji meliputi
pemeriksaan kesehatan, pembinaan kesehatan haji, pelayanan medis, imunisasi.
Pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan haji berfungsi sebagai alat prediksi
risiko kesakitan dan kematian.
Adapaun kegiatan pokok dari pelayanan kesehatan haji antara lain
Pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji, pembinaan kesehatan calon jemaah haji,
pelayanan medis dan Imunisasi

B. SARAN
Untuk calon jemaah haji sebelum pergi ke tanah suci sebaiknya memeriksakan
kesehatan secara rutin di puskesmas,rumah sakit,atau pos pelayanan kesehatan
terdekat,atau kepada pelayan kesehatan yang sudah ditujukan. Sehingga apabila
terdapat gejala kelainan kesehatan akan dapat segera diatasi.
Tantangan pemerintah Indonesia untuk kesuksesan penyelenggaraan dan
peningkatan pelayanan dari tahun ke tahun sangat di harapkan karena menyangkut
banyaknya warga Indonesia yang berangkat tiap tahunnya. Bukan hanya
pelayanannya saja yang harus diperhatikan SDM ataupun perfesionalisme petugas
ataupun panitia penyelenggara ibadah haji dan umroh pun perlu diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


442/MENKES/SK/VI/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji

Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji, Pusat Kesehatan Haji


Kementerian Kesehatan RI, 2010

PP. No 79. Tahun 2012 Tentang pelaksanaan UU 13 tahun 2008 tentang


Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Anda mungkin juga menyukai